Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEDUDUKAN HUKUM ANGKUTAN MULTIMODA DI INDONESIA

Disusun Oleh :

1) Bina Alifa Shafhna Rosyada 2052011112


2) Shela handayani 2012011242
3) Youswina Ayu Lestari 2012011209
4) Syarif Hidayat 2052011011

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka untuk
memenuhi tugas mata kuliah hukum asuransi dan pengangkutan niaga Jurusan Ilmu Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.H. selaku dosen mata kuliah yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan bantuan dukungan material dan
moral dan
3. Sahabat yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bandar Lampung, 29 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

2.1. Pengertian Hukum Angkutan Multimoda di Indonesia ....................................... 3

2.2. Dasar Hukum dan Kedudukan Pengangkutan Multimoda dalam Hukum Angkutan
di Indonesia ................................................................................................................. 4

2.3. Implementasi Pengaturan Pengangkutan Multimoda dalam Hukum Pengangkutan


di Indonesia ................................................................................................................. 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 10

3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era yang semakin maju ini yang mana merupakan dampak dari revolusi teknologi ,
telekomunikasi. Dan transportasi telah menjadi hal yang biasa didalam kehidupan
sehari- hari. Pengguna jasa pengangkutan, terlebih lagi dalam pengiriman barang yang
melintasi antarpulau dan bahkan melintasi antara negara adakalanya harus
menggunakan lebih dari satu moda transprtasi. Dalam suasana seperti ini, jika harus
mengurus dokumen setiap moda transportasi yang akan digunakan, selain cukup
merepotkan dan tentu juga mengeluarkan banyak tenaga, waktu, dan biaya.
Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan terobosan agar pengiriman barang dapat lebih
efisien dan bisa sampai di tempat tujuan dengan tepat waktu. Oleh karena itu, dalam
suasana seperti ini yang diharapkan adalah dokumen transportasi cukup satu saja,
namun dapat digunakan dalam berbagai moda transportasi. Dengan kata lain, mulai
dibutuhkan sistem transportasi yang terintegrasi antara satu moda dengan moda
lainnya. Pengelolaan dokumen secara terpadu dalam berbagai kepustakaan maupun
peraturan perundang-undangan dikenal dengan transportasi (pengangkutan)
multimoda.
Angkutan multimoda merupakan komponen penting dari sistem logistik, karena
angkutan barang dalam aktivitas logistik pada umumnya menggunakan lebih dari satu
moda transportasi. Pada dasarnya pelayanan angkutan multimoda bukan hanya
menawarkan layanan pengiriman barang dari tempat asal ke tempat tujuan, namun juga
mencakup layanan pengurusan transportasi (freight forwarding), pergudangan,
konsolidasi muatan, penyediaan ruang muatan serta pengurusan kepabeanan.
Jika ditinjau dari segi kuantitas, ketentuan yang mengatur tentang transportasi
multimoda di Indonesia cukup banyak dan lengkap, yang mencakup beberapa tingkatan
peraturan perundang-undangan yang berbeda, mulai dari Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, sampai Peraturan Menteri, namun tidak diatur secara khusus di
dalam suatu Undang-undang (UU).ditinjau dari segi hierarki peraturan perundang-
undangan, pengaturan transportasi multimoda di Indonesia sangat tidak lazim, yang
mana lazimnya di Indonesia tentang suatu ketentuan diatur dalam suatu UU yang
kemudian diatur dalam peraturan pelaksana, yang biasanya dalam bentuk Peraturan
Pemerintah (PP) dan lebih lanjut lagi dalam Peraturan Menteri terkait.

1
Oleh karena itu ketentuan transportasi multimodal diatur dalam PP PP No. 8 Tahun
2011 tentang Angkutan Multimoda. Yang mana angkutan multimoda ini merupakan
salah satu dalam rangka penunjang arus barang dan arus penumpang serta mendukung
sistem logistik nasional yang efektif dan efisien. Oleh karena itu dilihat dari latar
belakang diatas maka makalah ini akan membahas mengenai “ KEDUDUKAN
HUKUM ANGKUTAN MULTIMODA DI INDONESIA”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang penulis lakukan dalam latar belakang, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apa pengertian Hukum Angkutan Multimoda di Indonesia?
2. Bagaimana dasar hukum dan kedudukan Pengangkutan Multimoda dalam
Hukum Pengangkutan di Indonesia?
3. Bagaimanakah Implementasi pengaturan pengangkutan Multimoda dalam
Hukum Pengangkutan di Indonesia?

1.3 Tujuan Makalah


Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengertian Hukum Angkutan Multimoda di Indonesia.
2. Mengetahui dasar hukum dan kedudukan Pengangkutan Multimoda dalam
Hukum Pengangkutan di Indonesia.
3. Mengetahui implementasi pengaturan pengangkutan Multimoda dalam Hukum
Pengangkutan di Indonesia.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Angkutan Multimoda


Ketentuan yang mengatur mengenai multimoda terdapat pada PP No. 8 Tahun 2011
istilah yang digunakan dalam aturan ini yaitu adalah angkutan multimoda. Berdasarkan
Pasal 1 angka 1 PP No. 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda, Angkutan
Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda
angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutan
multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda
ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang kepada penerima barang
angkutan multimoda. Pengertian angkutan multimoda dalam PP ini mencakup beberapa
unsur, yaitu:
1) angkutan barang dengan lebih dari 1 moda yang berbeda
2) dalam 1 dokumen kontrak
3) dari tempat diterimanya barang (point of origin)
4) ke suatu tempat yang ditentukan (point of destination)
5) cakupannya sejak diterima barang (consignor) sampai diserahkannya barang
kepada penerima barang (consignee)
6) dilakukan oleh badan usaha angkutan multimoda (operator).
Angkutan multimoda hanya dapat dilakukan oleh badan usaha angkutan multimoda.
Dalam menyelenggarakan kegiatan angkutan multimoda badan usaha angkutan
multimoda bertanggung jawab terhadap kegiatan penunjang angkutan multimoda yang
meliputi pengurusan:
a) transportasi;
b) pergudangan;
c) konsolidasi muatan;
d) penyediaan ruang muatan; dan/atau
e) kepabeanan untuk angkutan multimoda ke luar negeri dan ke dalam negeri.

Kegiatan angkutan multimoda meliputi kegiatan yang dimulai sejak diterimanya barang
oleh badan usaha angkutan multimoda dari pengguna jasangkutan multimoda sampai
dengan diserahkannya barang kepada penerima barang dari badan usaha angkutan
multimoda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam dokumen angkutan multimoda.

3
Pelaksaan Hukum Angkutan Multimoda ini dilakukan secara baik dan efisien
memerlukan integrasi, baik itu integrasi fisik, integrasi waktu, maupun integrasi sistem
agar pelaksanaan distribusi barang menjadi lancer dan efisien. Hal ini untuk mendorong
para pelaku usaha untuk lebih memaksimalkan penggunaan multimoda dalam
mendistribusikan barang. Pelayanan dalam angkutan multimoda memiliki cakupan
beberapa dalam melaksanakan tugasnya, yaitu berupa pengiriman barang.
Dibentuknya PP No. 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda ini merupakan
penggabungan peraturan pelaksanaan dari empat Undang-Undang Transportasi di
Indonesia, yaitu UU 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, UU Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran, UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
dan UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Pengaturan pemerintah yang
dikeluarkan ini untuk mendukung sistem logistik Nasional. Akan tetapi pelaksaaan
transportasi yang berjalan di Indonesia belum berjalan dengan baik. Hal ini dengan di
tinjau dari proses pengangkutan intermoda di Indonesia tanggung jawab masih berada
pada masing-masing bagian kegiatan transportasi karena pengaturan perundang-
undangan yang ada belum dapat mencakup semua aspek tanggung jawab dari pihak
pihak yang terlibat dalam rantai pengangkutan tersebut atau bila ada ada sering kali
tidak cukup jelas sehingga terkadang menimbulkan perbedaan penafsiran/konflik.

2.2 Dasar Hukum dan Kedudukan Pengangkutan Multimoda dalam Hukum


Pengangkutan di Indonesia
Berikut ini adalah dasar hukum pengangkutan multimoda dalam hukum pengangkutan
di Indonesia:
1) United Nations Convention on International Multimodal Transport of Goods
2) ASEAN Framework Agreement on Multimodal Transport (AFAMT)
3) Sistem Transportasi Nasional, Permenhub Nomor : KM. 49 Tahun 2005
4) Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007
Pengangkutan multimoda diatur dalam Pasal 147 dan Pasal 148 Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Pengangkutan ke reta
api dapat merupakan bagian dari pengangkutan multimoda yang dilaksanakan
oleh badan usaha pengangkutan multimoda. Penyelenggaraan pengangkutan
kereta api dalam pengangkutan multimoda dilaksanakan berdasarkan perjanjian
antara penyelenggara sarana perkeretaapian (PT Kereta Api Indonesia) dengan
badan usaha pengangkutan multimoda dan penyelenggara moda lainnya.
4
Apabila dalam perjanjian pengangkutan multimoda menggunakan
pengangkutan kereta api tidak diatur secara khusus mengenai kewajiban
penyelenggara sarana perkeretaapian (PT Kereta Api Indonesia), diberlakukan
ketentuan pengangkutan kereta api (Pasal 147) .
Menurut penjelasan Pasal 147, yang dimaksud dengan "pengangkutan multi
moda adalah pengangkutan yang menggunakan paling sedikit dua moda
pengangkutan yang berbeda atas dasar perjanjian pengangkutan multimoda
dengan menggunakan satu dokumen. Pengaturan selanjutnya tentang
pengangkutan multimoda menggunakan kereta api diatur dalam Pasal 148.

5) Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2009


Pengangkutan multimoda menggunakan kendaraan umum di jalan diatur dalam
Pasal 165. Menurut ketentuan pasal tersebut, pengangkutan umum di jalan yang
merupakan bagian pengangkutan multimoda dilaksanakan oleh badan hukum
pengangkutan multimoda. Kegiatan pengangkutan umum dalam pengangkutan
multimoda dilaksanakan berdasarkan perjanji an yang dibuat antara badan
hukum pengangkutan jalan dan badan hukum pengangkutan multimoda dan
badan hukum moda lain. Pelayanan pengangkutan multimoda harus terpadu
secara sistem dan mendapat izin dari pemerintah.
Menurut penjelasan Pasal 165 ini, yang dimaksud dengan "pengangkutan
multimoda" adalah pengangkutan barang dengan menggunakan paling se dikit
2 moda pengangkutan yang berbeda atas dasar 1 kontrak yang meng gunakan
dokumen pengangkutan multimoda dari 1 tempat penerimaan barang oleh
operator pengangkutan multimoda ke suatu tempat yang di tentukan untuk
penyerahan barang tersebut.

6) Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2008


Pengangkutan perairan dapat merupakan bagian dari pengangkutan multi moda
yang dilaksanakan oleh badan usaha pengangkutan multimoda. Kegiatan
pengangkutan perairan dalam pengangkutan multimoda dilaksana kan
berdasarkan perjanjian yang dilaksanakan antara penyedia jasa pengangkutan
perairan dan badan usaha pengangkutan multimoda dan penyedia jasa moda
lainnya (Pasal 50).

5
Di antara moda pengangkutan yang sudah memiliki lembaga pendidikan adalah
moda pengangkutan perairan, yaitu Akademi Ilmu Pelayaran di Jakarta; moda
pengangkutan udara, yaitu Sekolah Penerbangan Sipil di Curug (Jawa Barat);
dan moda pengangkutan darat, yaitu Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Transportasi di beberapa universitas. Lembaga pendidikan tersebut bertujuan
menghasilkan sumber daya manusia berkualitas di setiap moda pengangkutan,
termasuk pengangkutan multimoda. Apabila peng angkutan multimoda sudah
efektif terwujud dalam sistem hukum peng angkutan Indonesia,
penyelenggaraan sistem pendidikan dan pelatihan pengangkutan multimoda
dapat saja terwujud. Bahkan, mungkin saja terjadi pengangkutan multimoda
menempati posisi hukum pengangkutan nasi onal dan moda pengangkutan akan
efektif dan efisien pada posisi peng angkutan daerah otonom.

7) UU Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Keterpaduan antar moda diatur


pada paragraf 11 tanggung jawab angkutan intermoda pasal 182, angkutan
multimoda pasa; 187, 188, 189, 190 dan 19

8) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Angkutan Multimoda


PP No. 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda merupakan peraturan
pelaksanaan dari empat Undang-Undang Transportasi, yaitu antara lain diatur
dalam Pasal 165 (ayat 4) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Pasal 55 UU No. 17 Tahun 2008 tantang Pelayaran, Pasal 191
UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Pasal 148 UU No. 23 Tahun
2007 tantang Perkeretaapian.
Dalam PP ini antara lain diatur tentang Ketentuan Umum, Kegiatan Angkutan
Multimoda, Dokumen Angkutan Multimoda, Badan Usaha Angkutan
Multimoda, Pengguna Jasa Angkutan Multimoda, Penerima Barang Angkutan
Multimoda, Batas Tanggung Jawab, Asuransi, Tarif Angkutan Multimoda,
Pembinaan Angkutan Multimoda, dan Ketentuan Penutup, yang materi
muatannya telah mengadopsi dalam United Nations Conventions on
International Multimodal Transport of Goods, dan dalam ASEAN Framework
Agreement on Multimodal Transport.

6
9) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 8 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Multimoda.

2.3 Implementasi Pengaturan Hukum Pengangkutan Multimoda Dalam


Hukum Pengangkutan Di Indonesia
Implementasi pengaturan hukum pengangkutan multimoda dalam hukum
pengangkutan di Indonesia terdiri dari beberapa tahapan :
a. Jaringan pengangkutan multimoda
Pengangkutan multimoda terdiri atas pengangkutan melalui jalan yang
menggunakan kendaraan bermotor atau melalui rel yang menggunakan kereta
api. Pengangkutan multimoda merupakan moda pengangkutan awal
keterpaduan dari moda pengangkutan darat melalui jalan raya dan moda
pengangkutan kereta api melalui jalan rel. Kemudian, dikembangkan ke moda
pengangkutan perairan menjadi pengangkutan multimoda keterpaduan dari
moda pengangkutan kereta api, darat, dan perairan.
Terakhir, dikembangkan ke pengangkutan udara menjadi pengangkutan
multimoda keterpaduan dari moda pengangkutan kereta api, darat, perairan dan
udara. Pengangkutan multimoda akan menjadi lebih efektif dan efisien dalam
penyelenggaraan pengangkutan niaga di Indonesia. Agar penyelenggaraan
pengangkutan multimoda dapat diwujudkan secara efektif dan efisien, dibentuk
jaringan pengangkutan darat yang menghubungkan seluruh wilayah daratan dan
perairan, baik lingkup nasional maupun internasional. Jaringan pengangkutan
darat meliputi juga serangkaian simpul yang berupa :
1) Terminal pengangkutan jalan raya
2) Stasiun kereta api
3) Pelabuhan penyeberangan
4) Pelabuhan laut, dan
5) Bandar udara (bandara)
b. Bentuk pengangkutan multimoda
Penyelenggaraan pengangkutan multimoda disesuaikan dengan rute/trayek/line
berdasarkan surat izin usaha. Perusahaan pengangkutan multimoda
mengadakan perjanjian kerjasama antara perusahaan pengangkutan multimoda

7
dan moda pengangkutan lain, seperti moda pengangkutan kereta api, darat,
penyeberangan/laut, atau penerbangan.
Berdasarkan perjanjian kerjasama tersebut, semua perusahaan pengangkutan
penandatangan perjanjian kerjasama menjadi bagian dari perusahaan
pengangkutan multimoda sesuai dengan hak, kewajiban serta tanggung jawab
yang telah disepakati bersama. Semua perusahaan pengangkutan
penandatangan kerjasama berhak menggunakan merek dan logo perusahaan
pengangkutan multimoda.
c. Penentuan rute/Trayek/Line pengangkutan multimoda
Pengembangan jalur (rute) pengangkutan multimoda perlu mempertimbangkan
alasan-alasan berikut :
1) Dua atau lebih moda pengangkutan;
2) Mobilitas penumpang atau barang yang cukup padat;
3) Sentra produksi lokal dan antar pulau; dan
4) Daerah objek wisata
Berdasarkan ketiga alasan tersebut dapat ditelusuri kemungkinan dibukanya
jalur pengangkutan multimoda dengan melihat peta Indonesia yang ada.
d. Penataan Pengangkutan Multimoda
Pengangkutan multimoda perlu ditata dalam sistem pengangkutan nasional
yang dinamis dan mampu mengadaptasi kemajuan di masa depan.
Pengangkutan multimoda perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan
peranannya sebagai penghubung dan penyatu wilayah nasional yang terdiri atas
daratan, lautan, dan udara serta sebagai penghubung wilayah internasional.
Agar pengangkutan multimoda dapat diwujudkan, maka perlu dibentuk undang-
undang yang mengatur dan menata pengangkutan multimoda dalam system
pengangkutan internasional yang berupa jaringan pengangkutan multimoda
yang menghubungkan seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
e. Pembinaan pengangkutan multimoda
Demi mencapai tujuannya, pengangkutan multimoda dikuasai oleh Negara dan
pembinaannya dilakukan oleh pemerintah. Pengertian “dikuasai oleh Negara”
adalah bahwa Negara mempunyai hak penugasan atas penyelenggaraan
pengangkutan multimoda yang perwujudannya meliputi aspek pengaturan,
pengendalian dan pengawasan.

8
Aspek pengaturan mencakup perumusan dan penentuan kebijakan umum
ataupun teknis yang, antara lain, berupa persyaratan keselamatan dan perijinan.
Aspek pengendalian dilakukan, baik di bidang pembangunan maupun operasi
berupa pengarahan dan bimbingan. Aspek pengawasan dilakukan terhadap
penyelenggaraan pengangkutan multimoda agar tetap memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan dan konvensi-konvensi internasional.
f. Pembinaan pengangkutan multimoda
dilakukan dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat dan
diarahkan untuk :
1) Memperlancar arus perpindahan orang atau barang melalui
pengangkutan multimoda dengan selamat, aman, cepat, lancer, teratur,
nyaman dan efektif dengan biaya yang relatif terjangkau oleh daya beli
masyarakat.
2) Meningkatkan penyelenggaraan pengangkutan multimoda dengan
memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3) Mengembangkan kemampuan armada pengangkutan nasional yang
tanggh serta didukung oleh prasarana dan sarana (infrastruktur)
sehingga mampu memenuhi kebutuhan pengangkutan multimoda, baik
di dalam maupun ke dan dari luar negeri.
4) Meningkatkan kemampuan penyelenggara dan keamanan serta
keselamatan dalam penyelenggaraan pengangkutan multimoda
5) Terwujudnya sumber daya manusia professional dan mampu mengikuti
perkembangan kebutuhan penyelenggaraan pengangkutan multimoda.
6) Pembinaan pengangkutan multimoda dilakukan berdasarkan ketentuan
undang-undang, serta konvensi internasional bidang pengangkutan
perairan dan udara.
g. Tanggung jawab Pengelola Pengangkutan Multimoda Dalam Sistem
Pengangkutan Di Indonesia
Tanggung jawab pengelola pengangkutan multimoda dalam sistem
pengangkutan di Indonesia, adalah dengan memberikan layanan angkutan
antarmoda/multimoda dengan berupaya untuk mewujudkan pelayanan one stop
service angkutan penumpang dan barang melalui keterpaduan sistem seperti
single ticket untuk angkutan penumpang dan single seamless service (S3) yaitu

9
single operator, single tariff, dan single documen untuk angkutan barang,
melalui kerjasama dengan perusaahaan multimoda lainnya yang terkait.

Pengelola pengangkutan multimoda perlu berupaya agar didukung antara lain


oleh keterpaduan jaringan prasarana, keterpaduan jaringan pelayanan dan
keterpaduan layanan yang diberikan kepada konsumen selama penggunaan jasa
pengangkutan multimoda. Hambatan-hambatan dalam pengembangan
pengangkutan Multimoda dapat berasal dari beberapa aspek, seperti kekurangan
modal dari para pengusaha yang menyebabkan standart pelayanan tidak
terpenuhi, tidak adanya saingan yang berakibat pelayanan terhadap konsumen
hanya seadanya yang diberikan oleh para pengusaha pengangkutan multimoda,
ketidaknyamanan pelayanan yang dirasakan oleh penumpang karena
keterlambatan pemberangkatan, pengangkutan ditunda karena kerusakan sarana
transportasi atau karena regulasi yang sering berubah-ubah menyebabkan
pengusaha bingung dan merasa tidak adanya kepastian dalam usaha
pengangkutan yang dijalankannya.1

1
(randang, 2015)

10
BAB 3

KESIMPULAN

Berdasarkan PP No. 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda, Angkutan Multimoda adalah
angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas
dasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya
barang oleh badan usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk
penyerahan barang kepada penerima barang angkutan multimoda. Transportasi Multimoda
adalah transportasi barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang
berbeda atas dasar 1 melakukan sosialisasi terhadap empat undang-undang (UU) terkait, yaitu
: UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian, UU No. 17/2008 tentang Pelayaran, UU No. 1/2009
tentang Penerbangan, dan UU No. 22 /2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada
para pengelola badan usaha angkutan multimoda.

Untuk meningkatkan penggunaan jasa Transportasi Multimoda, terutama dalam implementasi


sistem transportasi Multimoda, Pemerintah terutama sebaiknya melakukan perencanaan dan
pembangunan jaringan prasarana masing-masing moda secara terpadu, penyediaan prasarana
trans-shipment, dan pengembangan sistem informasi sehingga jasa Transportasi Multimoda
dapat menjadi sarana yang cepat, murah dan tepat, untuk mengurangi penggunaan sarana
transportasi darat yang sudah sangat maksimal dan membuat ekonomi biaya tinggi bagi para
pengusaha.

11
DAFTAR PUSTAKA

_____, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang Angkutan
Multimoda. (2011). Jakarta.

_____, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. (2009). Jakarta.

_____, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. (2008).
Jakarta.

_____, Undang-Undang Republik Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. (2009). Jakarta.

_____, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.


(2007). Jakarta.

Muhammad Abdulkadir, 2013, Hukum Pengangkutan Niaga, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Randang, Virginia Gladys. pengembangan pengaturan pengangkutan multimoda dalam hukum


pengangkutan niaga di indonesia [Jurnal]. - 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai