Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
Sebelum penulis membahas proses pelayanan validasi dokumen kapal dalam
kelengkapan memorandum di kantor unit penyelengara pelabuhan ( kupp )
kelas III Rembang, Jawa Tengah, maka penulis menggunakan kajian teori
terlebih dahulu yaitu untuk mempermudah pemahaman atas karya tulis ilmiah
ini, memahami secara teori baik bersumber dari buku - buku dan literatur
maupun pendapat para ahli, sehingga diperoleh pengertian yang berkaitan
dengan masalah yang diangkat dalam karya tulis ini.
2.1.1 Pengertian Proses

Proses sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu keadaan


atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Proses yang
dikemukakan oleh Gibson sebagai berikut : “Aktivitas yang
memberikan nafas kehidupan bagi kehidupan organisasi, proses yang
umum adalah komunikasi, evaluasi, prestasi, kerja, keputusan,
sosialisasi dan pengembangan karier “.(1989 : 21)

Kemudian proses dikemukakan oleh Handayaningrat sebagai berikut :”


proses adalah rangkaian tahap kegiatan mulai dari penentuan sasaran
sampai dengan berahkirnya sasaran untuk tercapai tujuan”.(1995:20)

Dari beberapa pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulakan


bahwa proses merupakan suatu rangkaian kegiatan yang telah
ditetapkan sebelumnya melalui tahap -tahap komunikasi,
evaluasi,prestasi,kegiatan, keputusan, sosialitas,dan pengembangan
karier yang dapat membantu meningkatkan efesiensi efektifitas dan
produkfitas kerja.
2.1.2. Pengertian Pelayanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi III tahun 2002
yang di maksud dengan Pelayanan adalah :

8
9

1. Perihal atau cara melayani


2. Usaha melayanii kebutuhan orang lain dengan memperoleh
imbalan (uang); jasa
3. Kemudahan yang di berikan sehubung dengan jual beli barang
atau jasa;
Pelayanan merupakan suatu proses keseluruhan dari pembentukan citra
perusahaan, baik melalui media berita, membentuk budaya perusahaan
secara internal, maupun melakukan komunikasi tentang pandangan
perusahaan serta publik lainya yang berkepentingan.

Menurut Moenir, (2002: 16) mengatakan bahwa Pelayanan adalah


proses pemenuhan kebutuhan melalui aktiitas orang lain secara
langsung. Dimana penekanan terhadap definisi pelayanan di atas ialah
pelayanan yang di berikan karena menyangkut segala usaha yang di
lakukan oleh seseorang didalam rangka untuk mencapai tujuan guna
untuk bisa mendapatkan kepuasan didalam hal pemenuhan kebutuhan.

Menurut Groonros dalam Ratminto dan Atik (2005: 2) mengatakan


bahwa Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang
bersifat tidak kasat mata (tidak dapat di raba) yang terjadi sebagai
akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal –
hal lain yang di sediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang di
maksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau
pelanggan.

Menurut pengertian diatas penulis sendiri menyimpulkan bahwa


pelayanan adalah suatu kegiatan menolong atau memberikan fasilitas
agar apa yang dibutuhkan orang lain cepat terpenuhi dan terselesaikan.

2.1.3 Pengertian Validasi


Istilah validasi pertama kali dicetuskan oleh Dr.Bernard T.Loftus, Direktur
Food and drug admintrasi (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun 1970-
an sebagai bagian penting dari upaya untuk meningkatan mutu produk
10

industri farmasi.selanjutkan, validsi juga diadopsi oleh negara negara yang


tergabung dalam Pharmaceutical Inspection Co-operation /Scheme
(PIC/S),Uni Eropa (EU) dan World Health Organization (substantial aspect
) dalam penilaian kualitas industri bersangkutan perngertian validasi adalah
sautu ukuran yang menunjuakan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrument
Tujuan umum dalam validasi:
 Menghasilkan suatu model yang representif terhadap prilaku sistem
menyatakan sedIket mungkin untuk dapat digunkan sebagai subtitusi
dari sitem nyata dalam melakukan eksperimen tanpa menggangu
jalanya sistem
 Meningkatkan kredibilitas model, sehingga model dapat digunakan
oleh para manajer dan para pengambil keputusan lainya.
Pengertian lainya adalah validasi suatu tindakan pembuktian,artinya
validasi merupakan suatu pekerjaan “dokumentasi”
Menurut pengertian diatas penulis menyimpulkan validasi adalah sebuah
langkah atau tindakan untuk diambil keputusan oleh ahlinya
2.1.4 Pengertian Dokumen

Dokumen menurut Gottschalk”1986 :38” adalah merupakan sumber


tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada kesaksian

2.1.5Pengertian Surat Persetujuan Berlayar


Definisi Surat Persetujuan Berlayar (SPB) menurut PM 82 Tahun 2014
adalah dokumen Negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar kepada
setiap kapal yang akan berlayar.

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Perhubungan Republik


Indonesia Nomor: PM 82 Tahun 2014 tentang tata cara penerbitan surat
persetujuan berlayar, yang dimaksud dengan surat persetujuan berlayar
adalah dokumen Negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar kepada
setiap kapal yang akan berlayar. Melihat dari pengertian tersebut maka
11

Syahbandar memiliki kewenangan untuk menerbitkan surat persetujuan


berlayar. Penerbitan surat persetujuan berlayar (Port Clearance)
merupakan suatu kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar
terhadap kapal yang akan berlayar berdasarkan surat pernyataan
Nakhoda (Master Sailing Declaration).

Sebelum kapal berlayar diperlukan surat pernyataan yang dibuat oleh


Nakhoda yang menerangkan bahwa kapal, muatan dan awak kapalnya
telah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta
perlindungan lingkungan maritim untuk berlayar ke pelabuhan tujuan.
Hal ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa kapal dalam keadaan laik
laut atau keadaan kapal telah memenuhi persyaratan keselamatan kapal,
pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat,
pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status
hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran
dari kapal dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan
tertentu.

Berdasarkan Pasal 219 ayat 1-5 Undang - Undang Nomor 17 Tahun


2008 menerangkan bahwa :
1. Setiap kapal yang berlayar wajib memiliki surat persetujuan
berlayar yang dikeluarkan oleh Syahbandar.
2. Surat persetujuan berlayar akan dianggap tidak berlaku apabila
kapal dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah surat
persetujuan berlayar diterbitkan, kapal tidak segera bertolak dari
pelabuhan.
3. Surat persetujan berlayar sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
tidak diberikan pada kapal atau di cabut apabila ketentuan
sebagaimana di maksud dalam Pasal 44, Pasal 117 ayat (2), Pasal
125 ayat (2), Pasal 130 ayat (1), Pasal (134), Pasal 135, Pasal 149
ayat (2), Pasal 169 ayat (1), Paasl 213 ayat (2), atau Paasal 215
dilarang.
12

4. Syahbandar dapat menunda keberangkatan kapal untuk berlayar


karena tidak memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal atau
pertimbagan cuaca.
5. Ketentuan mengenai tata cara penerbitan Surat Persetujuan
Berlayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 01


Tahun 2010 tentang Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance)
adalah dokumen Negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar kepada
setiap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan setelah kapal
memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan kewajiban lainnya.

Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa surat penerbitan berlayar


merupakan dokumen - dokumen Negara yang dikeluarkan oleh
syahbandar di dalam bidang keselamatan berlayar, penjagaan dan
patroli kepada kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan yang
telah memenuhi persyaratan.

2.1.6 Pengertian Inaportnet


Definisi Inaportnet menurut PM 157 tahun 2015 mengatakan bahwa
Inaportnet adalah sistem layanan tunggal secara elektronik berbasis
internet atau web untuk mengintegrasikan sistem informasi
kepelabuhan yang standar dalam melayani kapal dan barang secara fisik
dari seluruh instansin terkait dan pemangku kepentingan terkait di
pelabuhan.
Menurut Kementrian Perhubungan Republik Indonesia mengatakan
bahwa Inaportnet adalah portal elektronis yang terbuka dan netral guna
memfasilitasi pertukaran data dan informasi layanan kepelabuhanan
secara cepat, aman, netral, dan mudah yang terintegrasi dengan instansi
pemerintah terkait, badan usaha pelabuhan dan pelaku industri logistik
untuk meningkatkan daya saing komunitas logistik indonesia.
13

Pengguna Inaportnet adalah instansi pemerintah dan badan usaha


pelabuhan serta pelaku industri logistik di indonesia yang
memanfaatkan jasa kepelabuhan seperti shipping lines / agents, freight
forwader, CFS (Container Freight Station), Custom brokerage / PPJK,
importir dan exportir, depo container, warehouse, dan inland
transportation (truk, kereta api dan tongkang).

Layanan Inaportnet di kembangkan secara bertahap baik dari jangkauan


maupun jenis layanannya. Pada tahun 2013 , layanan di mulai dari
pelabuhan Tanjung Priok dengan layanan meliputi layanan ijin kapal,
layanan pengeluaran dan penerimaan container, layanan manifest
domestik dan pembayaran secara elektronis. Saat ini ada 4 layanan yang
tersedia di Inaportnet yaitu:
1 Vessel Management System (VMS)
2 Manifest Domestik
3 Smart Cargo
4 Cargo Management System

2.1.7 Pengertian Kapal


Berdasarkan Pasal 1 ayat 36 UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang
pelayaran, pengertian Kapal adalah kendaraan air dalam bentuk dan
jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik,
energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air serta alat apung
dan bangunan terapung yang tidak berpindah – pindah.

Menurut buku Badan Penerbit Buku Maritim Semarang (2014: 1) dalam


buku Pengoperasian Pelabuhan Laut mengatakan bahwa Kapal adalah
setiap alat apung dengan bentuk dan jenis apapun. Kapal laut adalah
kapal yang memenuhi persyaratan berlayar dilaut untuk keperluan
angkutan laut atau yang diperuntukkan untuk itu.
14

Menurut Suyono (2001: 65) dalam buku Shipping mengatakan bahwa


Kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut
(sungai dan sebagainya).

Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa


pengertian kapal adalah alat transportasi yang digunakan di perairan
atau laut dengan menggunakan mesin sebagai alat pengerak ataupun
layar.

2.1.8 Pengertian Pelabuhan


Berdasarkan Pasal 1 ayat 16 Undang - Undang RI No. 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran, Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan
dan/atau perairan dengan batas - batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat
barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan
antarmoda transportasi.

Menurut buku Badan Penerbit Buku Maritim Semarang (2014: 3) dalam


buku Pengoperasian Pelabuhan Laut mengatakan bahwa Pelabuhan
adalah daerah tempat berlabuh dan/atau tempat bertambatnya kapal laut
serta kendaraan air lainnya untuk menikkan dan menurunkan
penumpang, bongkar muat barang dan hewan, serta merupakan daerah
lingkungan kerja kegiatan ekonomi.

Menurut Widiyati dan Ridwan (2014: 164) menyatakan bahwa Port


atau Pelabuhan adalah pelabuha; fasilitas kapal untuk sandar dan
kegiatan bongkar muat; sisi sebelah kiri kapal bila menghadap halauan.
Penulis menyimpulkan bahwa pelabuhan merupakan suatu tempat atau
daerah perairan dengan batas - batas tertentu yang dapat melindungi
15

dari gelombang sebagai tempat untuk kegiatan perekonomian melalui


kapal - kapal yang akan dikirimkan ke berbagai daerah, tempat untuk
bersandar kapal, naik turunnya penumpang atau bongkar muat muatan
yang muatannya disimpan pada gudang dalam waktu yang lama selama
menunggu kapal datang untuk proses pengangkutan.

2.1.9 Pengertian Syahbandar


Berdasarkan Pasal 1 ayat 56 Undang - Undang Pelayaran No. 17 Tahun
2008, Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang
diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk
menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya
ketentuan peraturan perundang - undangan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan pelayaran.

Bedasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 64


Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor syahbandar,
Kantor Syahbandar adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut di pelabuhan yang melaksanakan fungsi keselamatan
dan ketertiban pelayaran serta pengawasan dan penegakan hukum di
bidang pelayaran.

Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa peran Syahbandar sangat


penting untuk ditingkatkan keahlian itu pada keterampilan disisi nautis,
teknis dan administratif serta disiplin kerja, peningkatan dedikasi
terhadap pengembangan tugas demi mewujudkan keselamatan kapal,
barang dan jiwa di laut serta memperlancar pelayanan masyarakat.

2.1.10 Pengertian Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)


Kegiatan pelayaran sangatlah penting utamanya pada roda ekonomi di
negara maritim seperti halnya negara kita pelayaran. Kegiatan
16

pelayaran dan kepelabuhan tak lepas dari pengawasan adanya Kantor


Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan.

Kantor KSOP berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri


Perhubungan Nomor: PM 36 Tahun 2012, Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
kementerian perhubungan yang bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Laut. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor:
PM 36 Tahun 2012 mempunyai tugas melaksanakan pengawasan, dan
penegakan hukum dibidang keselamatan dan keamanan pelayaran,
koordinasi kegiatan pemerintahan di pelabuhan serta pengaturan,
pengendalian dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan pada pelabuhan
yang diusahakan secara komersial.

Susunan organisasi berdasarkan pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor: PM 36 Tahun 2012 Organisasi Kantor Kesyahbandran dan
Otoritas Pelabuhan Kelas I, terdiri atas yaitu:
1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Status Hukum dan Sertifikasi Kapal (SHSK)
3. Bidang Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli (KBPP)
4. Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Laut, dan Usaha Kepelabuhanan
(LALA)
2.2 Kajian Teori yang Relevan
Penulis menyadari bahwa dengan kurangnya pengalaman dan pengetahuan,
sehingga penulis perlu mencari referensi ataupun sumber lain karya tulis
ilmiah dan skripsi yang terkait dengan penulisan karya tulis ini. Maka penulis
megambil berbagai referensi dan sumber penilitian yang menjadi acuan
penulis gunakan:
1. Widi Guntara, 2017
Karya tulis ilmiah dengan judul “Prosedur Pelayanan Surat Persetujuan
Berlayar di Kantor Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I
17

Tanjung Emas Semarang” menyimpulkan bahwa ketelitian sangat


diperlukan dalam mengatasi dokumen-dokumen yang masa berlakunya
sudah habis sehingga dapat menghambat prosedur pelayanan penerbitan
surat persetujuan berlayar maka dilakukan pembagian tugas dan harus
saling mendukung untuk melayani proses penerbitan surat persetujuan
berlayar yang tepat,cepat sehingga effektif dan effisien.
2. Siti Malimah, 2018
Skripsi dengan judul “Optimalisasi Kinerja Pegawai Dalam Penerbitan
Surat Persetujuan Berlayar (SPB) Terkait Pelaksanaan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) di Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas
Pelabuhan Kelas I Banten” menyimpulkan bahwa kurang
optimalisasinya kinerja para pegawai sehingga berpengaruh terhadap
penurunan jumlah penerbitan surat persetujuan berlayar dan membuat
para owner kapal beralih ke pelabuhan lain.
3. Aldi Firlii Prasetyono, 2017
Karya tulis ilmiah dengan judul “Upaya Syahbandar Pelabuhan
Pelabuhan Samudera Cilacap Perikanan Samudera Cilacap Dalam
Pemberian Sertifikat Kelaik Laut Kapal Ikan” menyimpulkan bahwa
setiap kapal ikan kayu >30 GT yang akan melakukan operasi
penangkapan ikan masih banyak yang belum laik laut karena nelayan
setempat masih enggan memenuhi persyaratan kelaik lautan kapal dan
laik tangkap karena untuk memenuhi persyaratan keselamatan kapal,
pengawakan, pemuatan, kesehatan dan kesejahteraan awak kapal harus
mengeluarkan dana yang banyak sehingga nelayan banyak yang masih
belum lolos memenuhi SLO dan SIB yang telah ditetapkan oleh
Kementrian Kelautan dan Perikanan.
4. Egha Afri Yudha Utama, 2019
Karya tulis ilmiah dengan judul “Upaya KBPP Dalam Mempercepat
Proses Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) Untuk Kapal -
kapal di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang” menyimpulkan bahwa
masih banyak kapal – kapal yang belum laiklaut, Awak Kapal yang
18

belum memiliki perjanjian kerja laut, serta dokumen kapal maupun


muatan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya diatas kapal untuk
penerbitan surat persetujuan berlayar. Tetapi mengajukan Surat
Persetujuan Berlayar, sehingga akan memperlambat proses penerbitan
Surat Persetujuan Berlayar tersebut.
5. Tri Octa Kharisma Firdausi, 2016
Karya tulis ilmiah dengan judul “Penundaan Penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar Bagi Kapal yang Tidak Laiklaut” menyimpulkan
bahwa segala macam kapal yang akan berlayar harus memiliki surat
persetujuan berlayar dari syahbandar setempat, apabila ada yang harus
di perbaiki maka harus segera diperbaiki untuk mempercepat proses
penerbitan surat persetujuan berlayar demi keselamatan pelayaran.
19

No Nama Penulis Judul Relevansi


1. Widi Guntara Prosedur Pelayanan Surat Menyimpulkan bahwa ketelitian
(2017) Persetujuan Berlayar di sangat diperlukan dalam
Kantor Kesyabandaran mengatasi dokumen-dokumen
dan Otoritas Pelabuhan yang masa berlakunya sudah
Kelas I Tanjung Emas habis dan dilakukan pembagian
Semarang tugas harus saling mendukung
untuk melayani proses
penerbitan surat persetujuan
berlayar yang tepat,cepat
sehingga effektif dan effisien
2. Siti Malimah Optimalisasi Kinerja Menyimpulkan bahwa kurang
(2018) Pegawai Dalam optimalisasinya kinerja para
Penerbitan Surat pegawai sehingga berpengaruh
Persetujuan Berlayar terhadap penurunan jumlah
(SPB) Terkait penerbitan surat persetujuan
Pelaksanaan Penerimaan berlayar dan membuat para
Negara Bukan Pajak owner kapal beralih ke
(PNBP) di Kantor pelabuhan lain
Kesyahbandaran Dan
Otoritas Pelabuhan Kelas
I Banten
3. Aldi Firlii Upaya Syahbandar Menyimpulkan bahwa setiap
Prasetyono Pelabuhan Pelabuhan kapal ikan kayu >30 GT yang
(2017) Samudera Cilacap akan melakukan operasi
Perikanan Samudera penangkapan ikan masih banyak
Cilacap Dalam Pemberian yang belum laik laut dan banyak
Sertifikat Kelaik Laut yang masih belum lolos
Kapal Ikan memenuhi SLO dan SIB
4. Egha Afri Upaya KBPP Dalam Menyimpulkan bahwa masih
Yudha Utama Mempercepat Proses banyak kapal – kapal yang
(2019) Penerbitan Surat belum laiklaut, Awak Kapal
Persetujuan Berlayar yang belum memiliki perjanjian
(SPB) Untuk Kapal - kerja laut, serta dokumen kapal
20

kapal di Pelabuhan maupun muatan tidak sesuai


Tanjung Emas Semarang dengan keadaan sebenarnya
5. Tri Octa Penundaan Penerbitan Menyimpulkan bahwa segala
Kharisma Surat Persetujuan Berlayar macam kapal yang akan berlayar
Firdausi Bagi Kapal yang Tidak harus memiliki surat persetujuan
(2016) Laiklaut berlayar dari syahbandar
setempat, apabila ada yang harus
di perbaiki maka harus segera
diperbaiki untuk mempercepat
proses penerbitan surat
persetujuan berlayar demi
keselamatan pelayaran

Tabel 2.1. Kajian Relevan


21

2.3 Kerangka Berfikir Proses Penerbitam Surat Persetujuan Berlayar (SPB)


oleh KSOP Kelas 1 Tanjung Emas Semarang
Upaya Meningkatkan Pelayanan Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)
di Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung Emas
Semarang

Masalah :
1. Kurangnya koordinasi antara KSOP dengan agen tentang prosedur
inaportnet dalam penerbitan Surat Persetujuan Berlayar.
2. Serinng terjadinya trouble pada sistem inaportnet saat pelaksanaan
penerbitan Surat Persetujuan Berlayar di KSOP Semarang.
3. Pihak KSOP Semarang kurang teliti dan paham dalam pengecekan
dokumen – dokumen dalam prosedur penerbitan surat persetujuan
berlayar.

Penyelesaian masalah :
1. Menambahkan petugas pelayanan di loket Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan Semarang umtuk memberikan pengarahan tentang
prosedur sistem inapornet dalam penerbitan Surat Persetujuan Berlayar.
2. Melakukan pembuatan Surat Persetujuan Berlayar secara manual.
3. Menjelaskan apa saja dokumen yang di perlukan pada saat penerbitan
Surat Persetujuan Berlayar (SPB).

Hasil :
1. Jadi pihak agen akan lebih paham dan mengetahui gimana prosedur
pengunaan inaportnet dalam penerbitan Surat Persetujuan Berlayar.
2. Apabila terjadi trouble pada sistem inaportnet maka melakukan
pembuatan Surat Persetujuan Berlayar secara manual adalah jalan yang
paling tepat dan efisien.
3. Agar semua orang mengerti apa saja dokumen yang di perlukan saat
penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB).

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir SPB

Anda mungkin juga menyukai