Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM DAGANG

PENYELESAIAN SENGKETA EKSPEDITUR TERHADAP KETERLAMBATAN


ATAU HILANGNYA BARANG PADA KONSUMEN (Studi Kasus J&T Express)

Dosen Pengampu :

Fendy Setiawan S.H., M.H.

Disusun oleh :

Mega Fitriyan Sadewi

210710101326

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JEMBER

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman membawa dampak yang besar terhadap teknologi yang semakin
canggih dan modern terlebih lagi di era industri 4.0, kegiatan pengiriman barang yang
dilakukan ke berbagai daerah tentunya merupakan suatu kegiatan yang menjadi rutinitas wajib
yang dijalankan oleh pelaku usaha dalam upaya mendistribusikan produk yang mereka hasilkan
kepada konsumen. Tentunya dalam kegiatan usaha tersebut pelaku usaha memerlukan jasa
angkut untuk membantu aktivitas masyarakat yang digunakan untuk mengirimkan barang
kepada pembeli atau dalam pengangkutan penumpang dari daerah tertentu ke daerah lain.
Dalam bidang perdagangan tentu setiap perusahaan tidak mungkin dapat berjalan dengan
lancar untuk memperoleh keuntungan tanpa melalui pengangkutan yang memungkinkan
sampainya barang-barang hasil produksi dan perdagangan ditempat konsumen agar tepat waktu
dan dalam keadaan lengkap dan utuh tidak terjadi kerusakan.

Apabila dilihat dari perspektif hukum tertunya keberadaan perusahaan jasa angkutan
tidak dapat dipisahkan dari hukum pengakutan. Fungsi dari hukum pengangutan yaitu untuk
mengatur mengenai keluar masuknya barang serta melindungi pengguna jasa angkutan dalam
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama menggunakan jasa angkutan. Pengangkutan
dapat diartikan sebagai memindahkan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan
dengan memenuhi unsur-unsur ada sesuatu yang diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat
angkutan dan ada tempat yang dapat dilalui alat angkutan.1 Menurut definisi dari H.M.N.
Purwosutjipto, pengangkutan merupakan kegiatan yang dilakukan penyedia jasa pengangkutan
bersama dengan pengguna jasa pengangkutan yang terdapat timbal balik, yang artinya para
pihak memiliki kewajiban masing-masing. Dalam hal itu penyedia jasa angkutan memiliki
kewajiban yaitu mengantarkan barang atau orang sampai di tujuan dengan selamat, sedangkan
pengguna jasa angkutan berkewajiban untuk membayar ongkos angkutan yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Adanya timbal balik tersebut mangakibatkan munculnya suatu
kewajiban berupa tanggung jawab dari pihak penyedia jasa pengangkutan agar memastikan

1
WAHYU INDARYANTO DANAR, ‘PENANGANAN MUATAN CLINKER YANG DILAKUKAN PT. SEMEN INDONESIA
CABANG TUBAN KEPADA KAPAL MV. MANALAGI TISYA’ [2019] KARYA TULIS.
barang atau orang yang menggunakan jasanya aman dan selamat sampai dengan tujuan yang
dikehendaki.2

Ditemukan banyak kendala dalam proses pengiriman barang, kendala yang sering
terjadi seperti barang mengalami kerusakan ketika proses pengiriman melalui perusahaan jasa
angkutan ekspedisi, barang hilang, dan keterlambatan dalam proses pengiriman barang yang
tentunya itu akan sangat merugikan konsumen karena konsumen telah melakukan
kewajibannya yaitu melakukan pembayaran sesuai dengan yang sudah disepakati kepada
perusahaan jasa angkutan ekspedisi, tetapi konsumen tidak mendapatkan hak yang seharusnya
didapatkan dalam menggunakan jasa angkutan ekspedisi tersebut.3 Hal itu terjadi maka,
berdasarkan ketentuan Pasal 4 huruf h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, maka Konsumen berhak menerima ganti rugi jika barang atau jasa
yang diterima ternyata berbeda dengan kesepakatan sebelumnya. Maka dari itu, sebelum
menggunakan jasa angkutan ekspedisi konsumen harus memastikan bahwa dirinya akan
mendapatkan perlindungan hukum atas hak-haknya apabila barang yang dikirim melalui
perusahaan tersebut benar mengalami kerusakan, keterlambatan, maupun kehilangan barang
kiriman akibat dari kelalaian pihak jasa angkutan ekspedisi tersebut. Apabila segala bentuk
kerugian yang diterima oleh konsumen tersebut terbukti disebabkan oleh pihak ekspedisi, maka
pihak ekspedisi wajib untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen yang telah dirugikan
sebagai dampak dari penggunaan jasa yang dijualbelikan oleh pelaku usaha tersebut yang
diatur sesuai dengan ketentuan Pasal 7 huruf f Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.

Di Indonesia terdapat sekitar 3.400 perusahaan jasa angkutan ekspedisi, salah satunya
yaitu PT. Global Jet Express yang sering disebut J&T. J&T merupakan perusahan swasta yang
bergerak dibidang kurir ekspres dan logistik di Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh mantan
CEO OPPO Mr. Jet Lee dan pendiri OPPO Internasional Mr. Tony Chen yang beralamat di
Landark Pluit unit B1 floor 8,9,10. Jl. Pluit Selatan Raya, Jakarta selatan. Perusahaan ini
merupakan perusahaan layanan pengiriman express yang didasarkan pada pengembangan
sistem IT. Hingga saat ini J&T Express sudah memiliki 1.300 drop point (kantor cabang), 55
gudang penyimpanan, lebih dari 700 armada, dan 15.000 SDM. Saat ini jumlah rata-rata

2
Putu Ari Sagita and I Nyoman Wita, ‘Keabsahan Jasa Pengangkutan Ojek Online Di Indonesia’ (2019) 7 Kertha
Semaya: Journal Ilmu Hukum 1.
3
I Gusti Agung Bagus Putu Editya and Dewa Gde Rudy, ‘PENGATURAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB
PERUSAHAAN JASA ANGKUTAN EKSPEDISI ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH KONSUMEN’ (2021) 9 Kertha
Semaya: Journal Ilmu Hukum 760.
pengantaran yang dilakukan oleh perusahaan J&T Exspress mencapai 2,5 juta paket per hari.4
Banyakanya pengiriman tersebut tentunya banyak kasus yang terjadi mengenai kerusakan
barang, keterlambatan pengiriman, dan juga adanya kehilangan barang.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana bentuk tanggungjawab pihak J&T Express jika terjadi adanya kerusakan
pada barang yang diangkut milik konsumen?
2) Apa upaya yang dapat ditempuh konsumen yang dirugikan untuk mendapatkan ganti
rugi kepada pihak J&T Express?

4
Kontan.co.id https://amp.kontan.co.id/news/volume-rata-rata-pengiriman-produk-jt-express-tembus-25-
juta-paket-per-hari diakses 9/12/2022 3:20
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bentuk Tanggungjawab Pihak J&T Express jika Terjadi Adanya Kerusakan pada
Barang yang Diangkut Milik Konsumen

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab merupakan suatu
kegiatan yang mengakibatkan sebuah kewajiban menanggung yang dilakukan oleh para pihak
yang terlibat ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat dituntut, disalahkan, dan
diperkarakan. Dalam kegiatan pengiriman barang yang dilakukan oleh J&T kepada konsumen
akan melahirkan suatu perjanjian yang dilakukan secara timbal balik yang setiap pihak
memiliki kewajiban masing-masing. Perjanjian yang baik harus dilakukan dengan sadar tanpa
adanya tekanan dari pihak lain. Perjanjian bisa dibilang sah apabila memenuhi unsur-unsur
suatu perjanjian yang diatur dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu setiap pihak setuju
mengaitkan dirinya dengan yang lain, cakap dalam membuat suatu perikatan, adanya suatu
kepentingan yang menimbulkan adanya perikatan, dan perikatan harus didasari oleh sebab
yang halal.5 Perjanjian yang baik dilakukan dengan syarat sahnya perjanjian yang telah
ditentukan, yaitu:

1. Adanya kata sepakat dari para pihak;


2. Kecakupan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang tidak dilarang.

Dalam Pasal 468 KUHD mengatur mengenai pengangkutan dimana pihak pengangkut
wajib menjaga keamanan barang milik konsumen agar tetap utuh dimulai ketika barang
diserahkan sampai barang diserahkan di tujuan. Tidak dapat dihindari banwa banyak kendala-
kendala yang terjadi selama proses pengiriman yang dapat menimbulkan kerusakan.
Perusahaan jasa mempunyai tanggung jawab terhadap kerugian yang dialami konsumen.6
Terdapat beberapa prinsip tanggung jawab dalam pengangkutan, yaitu:

1. Fault liability principle, prinsip ini berdasar atas dasar unsur kesalahan.

5
Kadek Ayu Anggreni Putri, AA KETUT SUKRANATHA and I Made Pujawan, ‘Tanggung Jawab Perusahaan
Angkutan Darat Terhadap Barang Kiriman Apabila Mengalami Kerusakan (Studi Pada PT. GED Denpasar Bali)’
(2017) 4 Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum.
6
Dewa Kadek Kevin Patria and I Gde Putra Ariana, ‘Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Ekspedisi Terhadap
Kerusakan Barang Kiriman Milik Konsumen (Studi Pada Ninja Xpress)’ (2020) 8 Kertha Semaya: Journal Ilmu
Hukum 1366.
2. Presumption of liability principle, prinsip ini beradasar atas praduga.
3. Absolute liability principle, prinsip tanggungjawab mutlak.

Berdasarkan prinsip-prinsip diatas prinsip tanggung jawab yang dianut di Indonesia


merupakan tanggungjawab atas praduga, yang berarti setiap Kerugian yang terjadi yang
diakibatkan dari kegiatan pengangkutan merupakan tanggung jawab dari pengangkut. Tetapi,
hal tersebut dikecualikan jika pihak pengangkut dapat membuktikan bahwa Kerugian tersebut
bukan karena kesalahannya, maka pihak pengangkut dapat terbebas dari kewajiban membayar
Kerugian, sesuai dengan ketentuan Pasal 468 ayat (2), 477, dan 522 ayat (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang. Dan juga diatur dalam ketentuan Pasal 472 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang Mengenai ganti rugi yang harus dibayar kepada konsumen yaitu ganti rugi
dihitung sesuai dengan nilai barang yang diterima.7

Pertanggungjawaban J&T Express terhadap kerugian dari konsumen seletah menggunakan


jasa pengiriman barang sudah diatur dalam ketentuan Standar Operation Procedure. Bentuk
tanggung jawab ganti rugi dapat berupa jaminan materiil dan imateriil yang diserhakan kepada
pengguna jasa angkutan. Yang termasuk jaminan materiil meliputi ganti rugi atas benda
bergerak dan tidak bergerak, sedangkan jaminan imateriil merupakan jaminan bukan benda
tetapi berupa uang. Dalam butir 10 Standar Operation Procedure J&T Exspress bentuk
pertanggungjawaban yang dimaksud yaitu dengan mengganti 10 kali biaya pengiriman barang
dan tidak melebihi biaya Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah). Alasan J&T memberikan ganti rugi
tersebut karena untuk menjaga loyalitas dan kepercayaan penggunaan jasa pengangkutan.8

Namun, ketika pihak J&T Exspress dapat membuktikan secara benar dan jelas jika
kesalahan tersebut bukan karena pihak perusahaan, tetapi karena kelalaian dan kesalahan dari
pihak yang mengirim barang atau karena keadaan yang memaksa (force majeur) yang
diakibatkan karena barang tersebut tidak sampai dipihak penerima barang (konsumen), hai ini
dapat membebaskan J&T Exspress dari tuntutan yang diajukan oleh pihak pengirim barang.
Jika melihat dari ketentuan Pasal 468 ayat (2) dan (3) Kitab Udang-Undang Hukum Dagang
dijelaskan bahwa jika barang yang diangkut seluruhnya atau sebagian tidak diserahkan kepada
pihak yang menerima atau terjadi kerusakan barang maka pengangkut diwajibakan untuk
mengganti seluruh Kerugian, tetapi perusahaan dapat terbebas dari tuntutan apabila dapat

7
Editya and Rudy (n 3).
8
Anak Agung Ngurah Bagus Baskara, I Made Udiana and Anak Agung Ketut Sukranatha, ‘TANGGUNG JAWAB
J&T EXPRESS APABILA TERJADI KERUSAKAN DALAM PENGANGKUTAN BARANG’ (2020) 8 Kertha Semaya:
Journal Ilmu Hukum 18.
membuktikan bahwa tidak diserahkannya barang atau adanya kerusakan barang disebabkan
oleh suatu kecelakaan yang tidak dapat dicegah, atau cacat barang tersebut, atau karena
kesalahan oleh yang mengirimkan barang tersebut. Kemudian, pihak J&T Express akan
bertanggungjawab atas orang yang bekerja dan untuk seluruh benda yang digunakan dalam
menyelenggarakan pengangkutan tersebut.

Dengan itu, seperti yang dijelaskan diatas bahwa tanggung jawab dari pihak pengangkut
pengiriman barang dikaitkan dengan Pasal 468 KUHD, dengan menggunakan prinsip tanggung
jawab secara praduga atas selurh kesalahan atau kerugian yang muncul akibat dari proses
penyelenggaraan pengangkutan barang, tetapi jika perusahaan tidak mampu membuktikan
bahwa dia tidak bersalah, maka perusahaan terbebas dadi tuntutan untuk bertanggungjawab.
Bukan berarti jika tidaj bersalah perusahaan tidak melakukan kelalaian dan untuk menghindari
kerugian atau resiko yang menyebabkan kerugian perusahaan telah melakukan tindakan itu
tidak dapat dicegah atau dihindari. Untuk itu pihak yang telah dirugikan harus memberikan
bukti adanya kerugian yang di alami dalam pengiriman barang yang diselenggarakan oleh J&T
Express. Namun, beban pembuktian berada ditangan pihak J&T Exspress bukan di pihak yang
dirugikan.

B. Upaya yang Dapat Ditempuh Pengguna yang Dirugikan untuk Mendapatkan


Kompensasi Kepada Pihak J&T Express

Jaminan merupakan suatu hal yang penting diberikan oleh suatu perusahaan bagi
pengguna jasa maupun produk yang diperjualbelikan. Diperlukan adanya upaya hukum dalam
rangka untuk menjamin terpenuhinya hak-hak masyarakat. Menurut Satipjo Raharjo
perlindungan hukum merupakan upaya memberikan pengayoman kepada masyarakat yang
dirugikan agar semua hak-haknya dapat dinikmati yang diberikan oleh hukum. Perlindungan
hukum ini sebagai bentuk upaya dalam memenuhi hak masyarakat sehingga masyarakat merasa
aman. Perlindungan konsumen merupakan bentuk upaya dalam memberikan jaminan kepastian
hukum bagi konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa yang diperdagangkan.9

Konsumen memiliki hak untuk menuntut kompensasi dari pelaku usaha jika
mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan perjanjian yang disepakati sehingga
menimbulkan kerugian bagi konsumen. Tidakan tersebut diatur dalam ketentuan Pasal 4 UUPK
yang berisi mengenai hak-hak yang diperoleh konsumen, dalam huruf h menjelaskan jika

9
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomo 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
konsumen memiliki hak untuk diberikan ganti rugi jika jasa yang diberikan tidak sesuai dengan
perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya. J&T Express memiliki kewajiban untuk
mengantar barang kiriman milik konsumen sampai tujuan dalam kondisi yang utuh sesuai
dengan barang sebelum dikirimkan, namun jika terjadi kerusakan barang pada proses
pengiriman maka konsumen berhak untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak J&T Express
akibat peristiwa tersebut.

Jaminan perlindungan hukum terhadap konsumen di Indonesia diatur dalam Undang-


Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Dalam memasarkan jasanya,
pelaku usaha harus memasukkan garansi yang telah disetujui dalam perjanjian.10 Untuk itu
pemberian jaminan atau garansi terhadap jasa yang perjualbelikan oleh pelaku usaha tidak
dapat dipisahkan keberadaannya dalam perlindungan hukum konsumen.

Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999


Tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa upaya penyelesaian Sengketa
konsumen dapat dilakukan secara litigasi maupun non litigasi. Dalam penyelesaian non litigasi
dapat menghapus tanggung jawab pidana yang sudah diatur dalam ketentuan normatif. Upaya
penyelesaian konsumen dilakukan dengan tujuan mencapai kesepakatan anatara perusahaan
jasa angkut dengan konsumen mengenai ganti kerugian dan juga untuk menjamin agar kerugian
yang dialami oleh konsumen tidak terulang kembali di lain waktu. Dapat dikenakan dengan
ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
apabila upaya penyelesaian Sengketa yang telah dilakukan namun perusahaan J&T Express
tetap menolak untuk memberi ganti rugi terhadap kerusakan barang kiriman milik konsumen
dalam jasa angkutannya. Konsumen tersebut dapat mengajukan gugatannya ke badan
penyelesaian Sengketa konsumen atau dapat mengajukan gugatannya ke pengadilan setempat
agar tuntutan dapat diproses perkaranya. Secara yuridis badan penyelesaian Sengketa
konsumen diatur dalam Bab XI dari ketentuan Pasal 49 sampai ketentuan Pasal 58 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Dengan demikian upaya yang dapat dilakukan oleh pengguna jasa angkutan J&T
Express yang dirugikan akibat kerusakan atau hilangnya barang kiriman miliknya dapat
melakukan upaya penyelesaian Sengketa dengan menggunakan cara litigasi (pengadilan) dan
non litigasi (di luar pengadilan). Apabila perusahaan J&T Express menolak untuk memberikan

10
Ni Putu Puspa Chandra Sari and I Nyoman Suyatna, ‘Perlindungan Konsumen Pengguna Angkutan Barang
Melalui Layanan Ojek Online’ (2018) 6 Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 1.
ganti rugi terhadap kerusakan atau hilangnya barang kiriman milik konsumen, maka konsumen
dapat mengajukan gugatannya ke badan penyelesaian Sengketa konsumen atau mengajukan
gugatannya ke pengadilan terdekat agar tuntuan konsumen dapat diproses perkaranya.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tanggung jawab dari pihak pengangkut pengiriman barang dikaitkan dengan Pasal 468
KUHD, dengan menggunakan prinsip tanggung jawab secara praduga atas selurh kesalahan
atau kerugian yang muncul akibat dari proses penyelenggaraan pengangkutan barang, tetapi
jika perusahaan tidak mampu membuktikan bahwa dia tidak bersalah, maka perusahaan
terbebas dadi tuntutan untuk bertanggungjawab. Pertanggungjawaban J&T Express terhadap
kerugian dari konsumen seletah menggunakan jasa pengiriman barang sudah diatur dalam
ketentuan Standar Operation Procedure. Dalam butir 10 Standar Operation Procedure J&T
Exspress bentuk pertanggungjawaban yang dimaksud yaitu dengan mengganti 10 kali biaya
pengiriman barang dan tidak melebihi biaya Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).

Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999


Tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa upaya penyelesaian Sengketa
konsumen dapat dilakukan secara litigasi maupun non litigasi. upaya yang dapat dilakukan oleh
pengguna jasa angkutan J&T Express yang dirugikan akibat kerusakan atau hilangnya barang
kiriman miliknya dapat melakukan upaya penyelesaian Sengketa dengan menggunakan cara
litigasi (pengadilan) dan non litigasi (di luar pengadilan). Apabila perusahaan J&T Express
menolak untuk memberikan ganti rugi terhadap kerusakan atau hilangnya barang kiriman milik
konsumen, maka konsumen dapat mengajukan gugatannya ke badan penyelesaian Sengketa
konsumen atau mengajukan gugatannya ke pengadilan terdekat agar tuntuan konsumen dapat
diproses perkaranya.
DAFTAR PUSTAKA

WAHYU INDARYANTO DANAR, ‘PENANGANAN MUATAN CLINKER YANG


DILAKUKAN PT. SEMEN INDONESIA CABANG TUBAN KEPADA KAPAL
MV. MANALAGI TISYA’ [2019] KARYA TULIS.

Putu Ari Sagita and I Nyoman Wita, ‘Keabsahan Jasa Pengangkutan Ojek Online Di Indonesia’
(2019) 7 Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 1.

I Gusti Agung Bagus Putu Editya and Dewa Gde Rudy, ‘PENGATURAN HUKUM
TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA ANGKUTAN
EKSPEDISI ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH KONSUMEN’ (2021) 9
Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 760.

Kadek Ayu Anggreni Putri, AA KETUT SUKRANATHA and I Made Pujawan, ‘Tanggung
Jawab Perusahaan Angkutan Darat Terhadap Barang Kiriman Apabila Mengalami
Kerusakan (Studi Pada PT. GED Denpasar Bali)’ (2017) 4 Kertha Semaya: Journal
Ilmu Hukum.

Dewa Kadek Kevin Patria and I Gde Putra Ariana, ‘Tanggung Jawab Perusahaan Jasa
Ekspedisi Terhadap Kerusakan Barang Kiriman Milik Konsumen (Studi Pada Ninja
Xpress)’ (2020) 8 Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 1366.

Anak Agung Ngurah Bagus Baskara, I Made Udiana and Anak Agung Ketut Sukranatha,
‘TANGGUNG JAWAB J&T EXPRESS APABILA TERJADI KERUSAKAN
DALAM PENGANGKUTAN BARANG’ (2020) 8 Kertha Semaya: Journal Ilmu
Hukum 18.

Ni Putu Puspa Chandra Sari and I Nyoman Suyatna, ‘Perlindungan Konsumen Pengguna
Angkutan Barang Melalui Layanan Ojek Online’ (2018) 6 Kertha Semaya: Journal Ilmu
Hukum 1.

Anda mungkin juga menyukai