Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rifa Elvaretta Khansa

NPM / Kelas : 110110210090 / C


Mata Kuliah : Hukum Perikatan
Tugas : Kuis

Berdasarkan kasus tersebut, Saudara diminta untuk :

Temukanlah peristiwa atau masalah hukum perikatan pada setiap paragraf di atas (Ada
berapakah?, dan bagaimana Saudara menganalisis terhadap peristiwa atau masalah
hukum yang terdapat pada soal tersebut dihubungkan dengan teori hukum perikatan
tersebut sehingga mampu memberikan jawaban atas apa yang terjadi?

Kegiatan dalam kasus tersebut merupakan wujud dari bentuk kegiatan jual beli. Secara
definisi jual beli ialah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain
menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan dan disepakati.1
Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa: “Jual beli adalah suatu persetujuan
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak
yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan”. Dengan demikian jual beli dapat dilakukan
dengan kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri satu sama lain, dengan cara si penjual
dalam hal ini pihak satu menyerahkan barang sedang pihak yang lain yakni pembeli membayar
harga barang tersebut sesuai dengan yang telah dijanjikan. Juga diterangkan dalam Pasal 1458
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. “Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah
pihak, segera setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta
harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar”. Sehingga
apabila dikaitkan dengan kasus tersebut, dapat diterima bahwa kedua yaitu Pak Saefudin dan Pak
Samsul telah melakukan transaksi jual beli dan mengikatkan diri pada sebuah perjanjian. Pihak
ketiga dalam hal ini adalah pihak ekspedisi yang mengirimkan sayur kepada Pak Samsul yaitu
PT. Cepat Transportasi.

1
Hendi Suhendi. 2014. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Peristiwa dan Permasalahan Hukum

Pada kasus tersebut beberapa asas atau teori yang terkandung dalam setiap peristiwa nya antara
lain :

1. Asas Konsensualisme

Asas Konsensualisme adalah para pihak yang mengadakan perjanjian harus sepakat dalam setiap
isi atau hal-hal yang pokok dalam perjanjian yang dibuat. Asas konsensualisme tersirat dalam
salah salah satu syarat sah perjanjian berdasarkan KUH Perdata.2 Asas Konsensualisme tersebut
terkandung dan terjadi pada saat Pak Saefudin dan Pak Samsul sepakat untuk bertransaksi. Pasal
1320 KUH Perdata menerangkan bahwa supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi
empat syarat: kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; kecakapan untuk membuat suatu
perikatan; suatu pokok persoalan tertentu; suatu sebab yang tidak terlarang.

2. Prinsip Tanggung Jawab

Sebagaimana diketahui bahwa dalam kasus tersebut, Pihak ketiga dalam transaksi jual beli yaitu
PT. Cepat Transportasi telah lalai mengirimkan barang konsumen tepat waktu hingga
menyebabkan rusaknya barang atau pesanan yang mereka kirim. Pasal 468 KUHD mengatur
mengenai pengangkutan dimana pihak pengangkut wajib menjaga keamanan barang milik
konsumen agar tetap utuh dimulai ketika barang diserahkan hingga pada saat barang diserahkan
di tujuan.3 Perusahaan jasa berkewajiban untuk bertanggung jawab terhadap kerugian yang
diderita konsumen. Ada beberapa prinsip tanggung jawab dalam pengangkutan, yaitu : 4

1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan atas dasar unsur kesalahan (fault liability principle);

2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan atas praduga (presumption of liability principle);

3. Prinsip tanggungjawab mutlak (absolute liability principle)


2
Umar, D. U. (2020). Penerapan Asas Konsensualisme Dalam Perjanjian Jual Beli Menurut Perspektif
Hukum Perdata. Lex Privatum, 8(1).
3
Patria, D. K. K., & Ariana, I. G. P. (2020). Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Ekspedisi terhadap
Kerusakan Barang Kiriman Milik Konsumen (Studi Pada Ninja Xpress). Kertha Semaya: Journal Ilmu
Hukum, 8(9), 1366-1374.
4
PRIHANTINI, Made Bella Meisya; PARSA, I Wayan. “PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT
PEMBATALAN SECARA SEPIHAK VOUCHER HOTEL OLEH PELAKU USAHA TRAVELOKA.” Kertha
Semaya : Journal Ilmu Hukum 7, no. 5 (2019): 1-15.
Jaminan yang diberikan oleh suatu perusahaan bagi pengguna jasa maupun produk yang
diperdagangkan merupakan hal yang sangat penting. Dalam rangka menjamin terpenuhinya
hak-hak dari masyarakat maka diperlukan adanya suatu perlindungan hukum. Mochtar
Kusumaatmadja mengartikan hukum sebagai keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur
pergaulan dalam bermasyarakat dan bertujuan untuk memelihara ketertiban.5 Menurut Satjipto
Rahardjo perlindungan hukum adalah upaya memberikan pengayoman kepada hak-hak
masyarakat yang dirugikan agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum.6 Dalam hal ini pihak Pak Samsul juga merupakan konsumen yang hak nya perlu
dilindungi. Apabila terjadi sesuatu yang membuat kerugian daripada konsumen dan hal tersebut
merupakan kesalahan dari pihak pengirim maka perusahan pengirim perlu mengganti rugi.

3. Wanprestasi

Permasalahan Hukum selanjutnya dalam kasus tersebut adalah permasalahan Wanprestasi.


Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang
ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur.7 Wanprestasi yang
terjadi dalam kasus tersebut dilakukan oleh Pak Samsul karena ia tidak memenuhi prestasi
pembayaran 4 kontainer sayur kepada Pak Saefudin. Berdasarkan teori perjanjian Pak Saefudin
pun juga tidak melakukan prestasinya dengan benar karena akibat dari pemilihan ekspedisi nya
yang telah lalai mengirim barang menyebabkan Pak Samsul mengalami kerugian. Pihak Pak
Saefudin dalam hal ini dapat menuntut ganti rugi kepada pihak ekspedisi karena kesalahan yang
terjadi merupakan hasil dari kelalaian ABK yang me jadi tanggung jawab perusahaan ekspedisi.

4. Perbuatan Melawan Hukum (PMH)

PMH merupakan masalah Hukum yang harus menuntut ganti rugi kepada pelaku. Pengertian
perbuatan melawan hukum bukan hanya melakukan pelanggaran undang-undang tertulis tetapi
meliputi juga perbuatan : a. Yang melanggar hak orang lain yang dijamin hukum ; b. Yang
bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku; c. Yang bertentangan dengan kesusilaan; d. Yang
bertentangan dengan sikap yang baik dalam masyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang

5
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta, Kencana, 2016).
6
Dwipa, Komang Calvin Krisna, and Ni Luh Gede Astariyani. "PEMBATALAN TIKET HOTEL ONLINE
SECARA SEPIHAK OLEH PIHAK AGODA?." Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 7, no. 9 (2019): 1-14.
7
Salim, H. S. (2008). Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Cetakan Kelima. Jakarta: Sinar Grafika.
lain.8 Dalam hal ini berdasarkan analisa, pihak yang telah melakukan PMH adalah pihak ketiga
yaitu PT. Cepat Transportasi. Berdasarkan pemaparan kasus tersebut dapat diketahui bahwa
pihak ABK yang menjadi tanggung jawab perusahaan melakukan kelalaian yang menyebabkan
kerugian bagi konsumennya. Pihak Konsumen dalam hal ini yaitu Pak Saefudin memiliki hak
dalam menuntut ganti kerugian yang ia alami kepada pihak ekspedisi.

Penyelesaian

Setiap pelaku usaha harus bertanggung jawab atas produk yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Tanggung jawab pelaku usaha ini timbul dikarenakan kerugian yang dialami konsumen.
Tanggung jawab pelaku usaha ini diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada
Pasal 19 hingga Pasal 28. Berdasarkan isi dari Undang-Undang tersebut, pelaku usaha
bertanggung jawab terhadap barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Dalam
konteks pengangkutan, prinsip ini menjelaskan bahwa setiap pengangkut yang melakukan
kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab membayar segala
kerugian yang timbul akibat kesalahannya itu.9 Berdasarkan Pasal 468 KUHD, pengangkut harus
bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat rusaknya barang, kecuali jika dapat
dibuktikan bahwa rusaknya barang tersebut merupakan akibat dari suatu kejadian diluar kuasa
pihak pengangkut (force majeure).10 Pasal 7 huruf f Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK) menyebutkan kewajiban dari pelaku usaha adalah memberikan
ganti kerugian yang timbul akibat pemanfaatan jasa yang diperdagangkan. Pasal 19 menjelaskan
lebih rinci bahwa perusahaan jasa ekspedisi diwajibkan memberikan ganti kerugian atas
kerusakan pada barang kiriman milik konsumen dalam bentuk sejumlah uang sesuai dengan
harga barang atau mengganti dengan barang yang setara. Perusahaan jasa ekspedisi selaku pelaku
usaha harus memberikan pertanggungjawaban ketika proses pengiriman barang yang dilakukan
menimbulkan kerugian bagi konsumen akibat dari ada hak konsumen yang dilanggar.11

8
Fuady, M., & Hukum, P. M. (2010). cet. III. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
9
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008), hlm. 30.
10
DWIYANTARA M, I Gusti Agung Ryan; SARJANA, I Made. “PERTANGGUNGJAWABAN PT.CITRA
VAN TITIPAN KILAT ATAS LEWATNYA WAKTU TUJUAN PENGIRIMAN MAKANAN DI KOTA
DENPASAR.” Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 6, no. 2, (2019): 1-14.
11
Agastya, Ida Bagus Ketut, I. Made Udiana, and Anak Agung Ketut Sukranatha. "PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR
UMUM PADA PT. PAHALA EXPRESS DELIVERY DENPASAR." Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 7,
no. 12 (2019): 1-15.

Anda mungkin juga menyukai