A 2020/2021
HUKUM DAGANG LANJUTAN GRUP A
Petunjuk:
1. Tuliskan Nama dan Nim dalam lembar jawaban
2. Jawaban dibuat dalam bentuk File word documents dengan format file:
NIM_NAMA
3. Kerjakan sendiri-sendiri jangan saling mencontek
4. Jika ada jawaban yang sama satu dengan yang lain, maka kedua jawaban tersebut
sama-sama tdk dinilai.
5. Submit (unggah) jawaban sesuai waktu yang ditetapkan. Jika lewat waktu yg
ditetapkan maka link GCR untuk submit jawaban akan tertutup secara otomatis.
6. Demikian disampaikan untuk dapat dilaksanakan.
SOAL
1. Jelaskan apa saja yang menjadi objek asuransi menurut KUHD dan UU Nomor 40
Tahun 2014.
2. Jelaskan Asas-Asas Hukum dalam Perjanjian Asuransi.
3. Jelaskan dasar-dasar filosofis diterbitkannya UU Kepailitan.
4. Jelaskan akibat hukum dari suatu putusan tentang kepailitan bagi pengusaha
(pebisnis), bagi pemegang saham, bagi pemerintah dan bagi pihak ketiga.
5. Akibat terjadinya kredit macet, maka kreditur dapat melakukan eksekusi terhadap
barang jaminan dalam suatu perjanjian kredit. Baik itu jaminan Fidusia maupun Hak
Tanggungan.
Pertanyaannya: Jelaskan tentang syarat-syarat dan prosedur hukum yang harus
dipenuhi terlebih dahulu sehingga suatu barang atau benda jaminan dapat di eksekusi.
JAWAB
1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di dalam Pasal 247 menyebutkan tentang 5 (lima)
objek asuransi, yaitu:
a.Asuransi terhadap kebakaran
b.Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian
c.Asuransi terhadap kematian orang (asuransi jiwa)
d.Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan
e.Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan di sungai-sungai.
Objek asuransi menurut UU Nomor 40 Tahun 2014 adalah
- Jiwa dan raga
- kesehatan manusia,
- tanggung jawab hukum,
- benda dan jasa, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan/atau
berkurang nilainya.
2. Pengaturan asuransi dalam buku III juga mengandung 4 (empat) asas penting yaitu asas
kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta sunt servanda, asas itikad baik, dan asas
kepribadian.
5. Didalam praktek, apabila terdapat Debitur yang wanprestasi (kredit macet), biasanya
Bank akan mengirimkan Surat Peringatan kepada Debitur agar melaksanakan kewajibannya
dalam pembayaran angsuran sesuai dengan yang diperjanjikan. Peringatan tersebut biasanya
diajukan paling sedikit sebanyak 3 (tiga) kali untuk memenuhi syarat keadaan wanprestasinya
debitur.
Apabila telah diperingati secara patut tetapi Debitur tidak juga melakukan pembayaran
kewajibanya, maka Bank melalui ketentuan hukum yang terdapat pada Pasal 6 dan Pasal 20 UU
RI No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, akan melakukan proses Lelang terhadap Jaminan
Debitur.
Bank biasanya lebih banyak mengajukan permohonan Lelang Jaminan Hak Tanggungan
kepada Balai Lelang Swasta. Selanjutnya Balai Lelang Swasta akan meneruskan permohonan
tersebut kepada KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) yang merupakan
salah satu unit kerja pada Dit. Jend Kekayaan Negara Departemen Keuangan RI.
Ketika Balai Lelang Swasta bertindak sebagai Fasilitator pelaksanaan Lelang, landasan
aturan hukum yang dipakai adalah Pasal 14 UU RI No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
yang mengisyaratkan bahwa Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan memiliki kekuatan
eksekutorial yang sama dengan putusan hukum pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
(inkracht van gewijsde).