Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan Perdagangan ialah sesuatu penentu proses terjadi sesuatu

kegaiatan diantara produsen serta pelanggan atau bertemunya diantara

penjual serta pembeli didalam menciptakan sesuatu produk yang dibutuhkan

bagi seluruh masyarakat sebagai pemenuhan kebutuhan primer, sekunder

serta tersier. Pemenuhan kebutahan manusia ialah beraneka macam

keragaman segala kebutuhan masyarakat. Kebutuhan yang habis dipakai

atau kebutuhan yang memiliki jangka panjang baik berupa fasilitas-fasilitas

penunjang kebuthan manusia.

Berlandaskan perihal tersebut kepentingan perdagangannya, tiap-tiap

pedagang selalu hendak berusaha mendapatkan frekuensi angkutan yang

tinggi dengan dana angkutan yang rendah. Dana angkutan yang rendah

hendak menunjang kegiatan perdagangan serta mempersempit dana-dana

serta mendapatkan sesuatu keuntungan yang besar. Demi semua ini

diperlukan peraturan-peraturan lalu lintas yang menjadikan sesuatu jaminan

kepastian hukum yang didapatkan bagi produsen serta pelanggan yang

mengunakan fasilitas pengirim barang-barang yang hendak segera

diantarkan kepada masyarakat melalui jalur darat, laut maupun udara,

peraturan-peraturan yang selain mengatur ketertiban serta keamanan, pula

mengatur hubungan-hubungan keperdataan diantara pedagang dengan

1
2

pelanggan, pedagang satu sama lain serta pedagang dengan para pengangkut

barang-barang dagangan tersebut.1

Pengangkutan barang serta penumpang di Indonesia meliputi darat,

laut serta udara. Perihal ini dikarenakan geografis Indonesia terdiri atas

beribu pulau baik yang besar serta beragam suku bahasa serta budaya yang

berebeda. Jadi demi urusan angkuran barang di didalam negeri saja ketiga

jalur lalu lintas transpotasi tersebut cukup ramai, mengingat jumlah

penduduk bangsa Indonesia yang hampir dua ratus jiwa tersebar di sebagian

besar Kepulauan Nusantara ini. Dengan ada barang-barang serta penumpang

yang memerlukan angkutan di ketiga jalur transportasi tersebut

dimungkinkan dibutuhkan suatau pelayanan pengirim yang bisa melewati

beragam geografis nusantara serta dibutuhkan sesuatu ketepatan waktu

didalam pengirimannya.2

Berlandaskan kegiatan pengirim barang-barang sesuatu kebutuhan

pelanggan sehingga dibutuhkan sesuatu perjanjian yang terjadi diantara

produsen dengan pelanggan. Perjanjian ialah sesuatu hubungan hukum yang

terjadi diantara manusia/badan sebagai subyek hukum dengan subyek

hukum lainnya mengikatkan diri atas kepentingan bersama tanpa ada unsur

paksaan serta ialah sebagai wujud dari bentuk pelaksanaan kemauan berupa

hak serta kewajiban. Produsen serta pelanggan menjalankan sesuatu

perjanjian didalam pengirim barang. Subjek hukum yang satu berhak atas
1
Achmad Ichsan, Hukum Dagang, (Jakarta : Pradnya Paramita,1981) Hlm. 404.
2
Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang Serta Penumpang,
(Jakarta : Rineka Cipta, 1995), Hlm. 45.
3

perjanjian serta begitu pula subjek hukum yang lain berkewajiban demi

menjalankan perjanjiannya sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati

para pihak tersebut serta menimbulkan sesuatu akibat hukum yang baru

serta mengikat kedua belah pihak didalam menjalankan sesuatu perjanjian.

Melalui persetujuan ini sehingga pihak pemilik barang dengan pihak

pengirim barang hendak terjadi sesuatu ikatan dengan perjanjian masing-

masing yang telah ditentukan didalam sesuatu perjanjian. Persetujuan-

persetujuan ini tidak bisa ditarik secara sepihak kembali selain dengan

kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang bagi

Undang-undang dinyatakan cukup demi ini demi dilakukan pembatalan atau

batal demi hukum. Persetujuan-persetujuan mesti dilaksanakan dengan

itikad baik” dengan bersedia menjalankan perjanjian sehingga terjadilah

sesuatu ikatan diantara para pihak serta haruslah menjalankan isi perjanjian.

Kajian sesuatu perjanjian yang hendak terjadi diantara pemilik

barang dengan pengirim barang ialah perjanjian pengirim barang. Perjanjian

pengirim barang ialah bukti akurat yang sah yang hendak mengikat para

pihak apabila para pihak menjalankan sesuatu perbuatan diluar isi ketentuan

perjanjian sehingga perbuatan tersebut ialah perbuatan melawan hukum.

Ataupun sesuatu perjanjian yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

yang dimuat didalam perjanjian. Pada umumnya perjanjian dilakukan

setelah timbul kata sepakat (lisan), namun ada kalanya perjanjian dibuat

secara tertulis perihal ini dilakukan jika perjanjian yang sama-sama telah
4

disepakati terjadi ingkar janji sehingga naskah perjanjian ini bisa dijadikan

sebagai alat bukti bila terjadi klaim dari salah satu pihak.

Kemampuan pelayanan pengirim barang yang begitu banyaknya

penduduk yang saling mengirim barang dari tempat yang jauh dibuat

pelayanan pengirim barang ini menjadikan sungguh penting bagi

masyarakat. Ketertarikan masyarakat hendak ada pengirim barang

dikarenakan barang yang dikirm sampai kepada sesuatu tujuan.

Berlandaskan kenyataan tersebut, ketika ini terdapat banyak usaha

pelayanan pengirim barang baik milik Pemerintah maupun milik Swasta.

Salah satu usaha pelayanan pengirim barang milik Swasta ialah Jalur

Nugraha Ekakurir yang selanjutnya disebut JNE. JNE ialah usaha didalam

bidang pengirim ekspres serta logistik yang berkantor pusat di Jakarta,

Indonesia. Nama resmi ialah Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (Tiki JNE) yang

selalu dikenal bagi masyarakat dengan nama JNE yang ialah salah satu

usaha pelayanan pengirim yang mengirim barang-barang dari sesuatu kota

yang ada di Indonesia.

JNE Kota Kisaran ialah salah satu cabang dari usaha pengirim

sesuatu barang yang khusus melayani masyarakat asahan didalam perihal

menjalankan pengirim barang keberbagai kabupaten/kota yang ada

diseluruh Indonesia. Berkaitan perihal tersebut sehingga sangatlah penting

mengenai status perlindungan hukum yang didapatkan masyarakat Asahan

didalam pengirim barang yang mengunakan jalur JNE. Terutama berkaitan


5

dengan kepastian hukum yang mesti dimiliki bagi usaha JNE Kota Kisaran

dengan pelanggan masyarakat Asahan.

Proses pengirim barang bagi JNE dimulai pada ketika

pelanggan/pengirim datang ke agen JNE dengan membawa

sesuatu/sejumlah barang yang telah disiapkan demi dikirim. Kemudian

pihak JNE mengecek kelengkapan barang tersebut, dari jumlah barang yang

hendak dikirim tersebut sehingga hendak dikeluarkan sesuatu dokumen atau

surat perjanjian pengirim barang yang selanjutnya mesti ditandatangani bagi

pelanggan/pengirim, yang berarti bahwa pelanggan telah menyetujui syarat-

syarat atau klausul-klausulnya baik mengenai syarat, ketentuan, akibat serta

resiko dari pengirim barang tersebut. Pelaksanaan perjanjian pengirim

barang kadang tidak selalu berjalan dengan lancar, misalnya barang yang

telah disepakati bagi kedua belah pihak demi dikirim ternyata tidak sampai

ke tempat tujuan, barang tersebut terlambat sampai ke tempat tujuan atau

barang tersebut rusak/hilang ketika diperjalanan, jika terjadi ingkar janji

didalam pengirim barang, sehingga pihak JNE bertanggung jawab kepada

pelanggan/pengirim.

Pelanggan/pengirim berhak menuntut ganti kerugian kepada pihak

JNE. PT. Jalur Nugraha Ekakurir didalam pengantian rugi yang dilakukan

bagi PT. JNE mesti dipastikan secara jelas serta menditail penyebab

rusak/hilang atau tidak sampainya barang kepada tujuannya. Bentuk

peeristiwa yang terjadi apakah menrupakan perbuatan melawan hukum atau


6

ialah peristiwa hukum. Sehingga bila ditemukan penyebabnya sehingga bisa

diketemukan proses klaim pertanggungjawabannya secara aturan hukum

yang berlaku.

Berlandaskan penelitian diatas sehingga penulis mengangkat judul

Tanggung Jawab Hukum Pelayanan Pengirim Barang Jalur Nugraha

Ekakurir (JNE) (Studi Kasus Jalur Nugraha Ekakurir Kota Kisaran).

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang diatas sehingga skripsi ini

hendak meneliti dengan rumusan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengaturan Hukum Pengirim Barang Jalur Nugraha

Ekakurir (JNE).

2. Bagaimana Tanggung Jawab Hukum Pelayanan Pengirim Barang

Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) (Studi Kasus Jalur Nugraha

Ekakurir Kota Kisaran).

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari permasalahan yang diajukan didalam penelitian

ini sehingga tujuan penelitian yang hendak dicapai ialah:

1. Demi mengetahui serta memahami Pengaturan Hukum Pengirim

Barang Jalur Nugraha Ekakurir (JNE).

2. Demi mengetahui serta memahami Tanggung Jawab Hukum

Pelayanan Pengirim Barang Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) (Studi

Kasus Jalur Nugraha Ekakurir Kota Kisaran).


7

D. Manfaat Penelitian.

Secara teoritis ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan bisa

menjadikan bahan masukan data kepada peneliti lainnya. Secara praktis

substansi, hasil penelitian skripsi ini diharapkan mampu menjadikan bahan

pemikiran bagi Pemerintah Serta Lembaga Penegak Hukum sebagai

pembuat kebijakan tentang Tanggung Jawab Hukum Pelayanan Pengirim

Barang Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) (Studi Kasus Jalur Nugraha Ekakurir

Kota Kisaran). Didalam rangka dibuat kerangka acuan sebagai pedoman

didalam dibuat peraturan atau kebijakan yang berhubungan dengan Hukum

di Negara Kesatuan Republik Indonesa.

Selain ini hasil penelitian skripsi ini diharapkan bisa menjadikan

bahan yang bermanfaat sebagai referensi atau sumber bacaan bagi pemerhati

hukum khususnya, serta masyarakat pada umumnya. Sehingga mereka bisa

mengerti serta memahami Tanggung Jawab Hukum Pelayanan Pengirim

Barang Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) (Studi Kasus Jalur Nugraha Ekakurir

Kota Kisaran).

E. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Hukum Pelayanan

Pengirim Barang Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) (Studi Kasus Jalur

Nugraha Ekakurir Kota Kisaran), setelah menjalankan kunjungan di

Perpustakaan Justicia Fakultas Hukum UNA serta menjalankan observasi


8

belum ada judul yang sama ataupun yang menyerupai dengan rumusan

masalah yang sama didalam penelitian saya ini.

Sebagai bahan perbandingan sehingga penulis menjalankan

pencarian terhadap judul penelitian penulis pada internet. Adapun judul

yang ditemukan sebagai bahan perbandingan ialah:

Judul:

1. TANGGUNGJAWAB USAHA PELAYARAN ATAS

PENGIRIM BARANG MOHAMMAD ALI NASUTION

11041906 Alumni Fakultas Hukum Universitas Asahan Tahun 2015.

2. TINJAUAN YURIDIS ASURANSI TENTANG PENGIRIM

BARANG (STUDI KASUS PT. POS INDONESIA CABANG

TANJUNGBALAI) NURAINA PANJAITAN 13041039 Alumni

Fakultas Hukum Universitas Asahan Tahun 2017.

Berlandaskan perbandingan judul penelitian diatas sehingga bisa

penulis simpulkan bahwa didalam penelitian ini memiliki perbedaan

sehingga penelitian penulis bisa dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian ialah cara ilmiah yang dipergunakan bagi peneliti

demi mendapatkan data-data yang dikehendaki. “Cara ilmiah berarti bahwa

kegiatan-kegiatan yang dilakukan diandasi bagi metode keilmuan yang telah

teruji. Demi menjamin ditemukannya kebenaran ilmiah, metode penelitian

memberikan cara-cara kerja yang sungguh cermat serta syarat-syarat yang


9

sungguh keras3. Dengan demikian berarti metode penelitian tidak saja

bertujuan memberikan peluang sebesar-besarnya bagi pengetahuan

kebenaran yang obyektif, tetapi pula demi menjaga agar pengetahuan serta

pengembangannya memiliki nilai ilmiah yang tinggi.

1. Jenis Penelitian

Berlandaskan perumusan masalah serta tujuan penelitian, sehingga

metode pendekatan yang digunakan ialah pendekatan empiris digunakan

demi menganalisis hukum yang dilihat sebagai prilaku masyarakat yang

berpola didalam kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi serta

berhubungan didalam aspek kemasyarakatan.4 Didalam menjalankan

pendekatan yuridis empiris ini, Dengan menggunakan metode deduktif bisa

menggambarkan ketentuan-ketentuan mengenai Tanggung Jawab Hukum

Pelayanan Pengirim Barang Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) (Studi Kasus

Jalur Nugraha Ekakurir Kota Kisaran). Sedangkan metode induktif ialah

data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan demi diambil

kesimpulan yang bersifat umum.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kota Kisaran, yakni pada Kantor JNE

Kisaran, dipilihnya kantor JNE Kisaran ini mengingat objek penelitian yang

hendak dilakukan berkenaan dengan Tanggung Jawab Hukum Pelayanan

3
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Gajah Mada Press,
Yogyakarta, 1985) Hlm.25.
4
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum,(PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta), Hlm. 43.
10

Pengirim Barang Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) (Studi Kasus Jalur Nugraha

Ekakurir Kota Kisaran), sehingga dengan demikian sungguh memudahkan

peneliti demi mendapatkan informasi atau data yang berhubungan dengan

Tanggung Jawab Hukum Pelayanan Pengirim Barang Jalur Nugraha

Ekakurir (JNE) (Studi Kasus Jalur Nugraha Ekakurir Kota Kisaran).

3. Sumber Data

Pendekatan yang digunakan ialah penedekatan empiris, sehingga

metode pendekatan pengumpul data yang tepat demi penulisan skripsi ini,

ialah mencakup penelitian penelitian lapangan. Data-data yang di gunakan

didalam penelitian ini bersumber pada data primer serta data sekunder yang

bisa dipaparkan sebagai beikut:

a. Data Primer didalam penelitian ini, hendak dilakukan dengan cara

wawancara. Wawancara secara mendalam (deft interview)

dilakukan secara langsung kepada responden serta narasumber.

Didalam perihal ini, mula-mula diadakan beberapa pertanyaan

demi mendapatkan keterangan lebih lanjut, sehingga bisa

diperoleh jawaban yang memperdalam serta sekunder lainnya.

b. Data Sekunder, ialah data demi melengkapi data primer.

Selain berupa peraturan perundang-undangan, data sekunder pula bisa

berupa pendapat para pakar yang ahli mengenai masalah-masalah ini, yang

disampaikan didalam berbagai literatur baik dari buku-buku, naskah ilmiah,


11

laporan penelitian, media massa serta lain-lain. 5 Data sekunder bisa pula

dibedakan menjadikan 3 (tiga) bagian, ialah:

1) Bahan Hukum Primer

Ialah bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan, dokumen

resmi yang memiliki otoritas yang berkaitan dengan dengan permasalah,

ialah bahan pendukung berupa peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan fakta-fakta yang terjadi dilapangan.

2) Bahan Hukum Sekunder

Ialah keseluruhan bahan-bahan hukum yang ialah data publikasi

dokumen tidak resmi meliputi buku-buku, karya ilmiah.6

3) Bahan Hukum Tertier

Ialah bahan-bahan yang memberikan maupun penjelasan terhadap

bahan hukum primer serta bahan hukum sekunder, sesuai kamus umum,

kamus hukum, majalah, jurnal hukum, surat kabar serta internet yang masih

relevan dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data hendak sungguh menentukan hasil

penelitian sehingga apa yang menjadikan tujuan penelitian ini bisa tercapai.

Demi mendapatkan hasil penelitian yang objektif serta bisa dibuktikan

kebenaranya serta bisa di pertanggungjawabkan hasilnya, sehingga didalam

5
Ronny Hanitjio Soemitro, Op-Cit, Hlm.11.
6
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:Kencana Prenanda
Grup,2005), Hlm.141.
12

kebenarannya serta serta dipertanggungjawabkan hasilnya, sehingga

didalam penelitian ini hendak di pergunakan alat pengumpul data.

Didalam memporelah data yang diperlukan, sehingga dilakukan

wawancara terhadap responden yang dilakukan secara langsung ialah

dengan JNE Kisaran terkait Tanggung Jawab Hukum Pelayanan Pengirim

Barang Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) (Studi Kasus Jalur Nugraha Ekakurir

Kota Kisaran).

Cara ini digunakan karena alasan keterbatasan waktu, tenaga, serta

dana sehingga dari populasi yang ada tersebut, kemudian di ambil sampel

yang sesuai dengan pokok permasalahn di didalam penelitian ini, ialah

Tanggung Jawab Hukum Pelayanan Pengirim Barang Jalur Nugraha

Ekakurir (JNE) (Studi Kasus Jalur Nugraha Ekakurir Kota Kisaran).

5. Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang

diperoleh ialah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata serta

tidak rangkaian angka serta tidak bisa disusun didalam

kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan didalam

aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman)

serta biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan (melalui

pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis

kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke didalam


13

teks yang diperluas, serta tidak menggunakan perhitungan matematis atau

statistika sebagai alat bantu analisis.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini, memberikan gamabaran menyeluruh mengenai

bahasan penulisan hukum, penulis membagi penulisan hukum ini

menjadikan empat bab serta tiap-tiap bab dibagi didalam tiap sub bab yang

disesuaikan dengan luas pembahasannya. Sistematika penulisan ini sendiri

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini hendak menguraikan mengenai Latar

Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan serta Manfaat

Penelitian, Metode Penelitian serta Sistematika

Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB III : PEMBAHASAN

Bab ini hendak menguraikan pembahasan

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan serta saran


14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Marketing Management Usaha JNE

Marketing Management Usaha JNE bertekad demi menjadikan

usaha pelayanan pengirim barang nomor satu di dunia sehingga usaha JNE

sungguh mengedepankan kepentingan serta kepuasan pelanggan yang

menggunakan pelayanan JNE, karena semangat kepentingan dan kepuasan

pelanggan nomor satulah usaha JNE hendak terus berkembang serta di

terima masyarakat.

Identifikasi E. Manajemen Jalur Nugraha Ekakurir (JNE):

1. Daya Beli : Usaha JNE sungguh memikirkan kemampuan pelanggan

sehingga didalam perihal dana pengirim barang tidak mematok

tarif/harga yang tinggi semua di sesuaikan dengan jarak tempuh

barang ini sendiri, agar pelanggan bisa kembali menggunakan

Pelayanan JNE karna anggapan bahwa dana yang dikeluarkan

relative murah.

2. Demand : Mengandung arti keseluruhan barang/pelayanan yang

ingin dibeli bagi pelanggan pada berbagai macam tingkat harga,

Didalam perihal ini usaha JNE mengambil kebijakan demi

memprluas agen-agen JNE sehigga pelanggan tidak kesulitan demi

pengiriman barang-barang mereka serta diharapkan dengan


15

memperbanyak agen-agen JNE bisa mengurangi dana yang di

keluarkan para pelanggan.

3. Design/desain : Usaha JNE sungguh mengedepankan kepuasan

pelanggan dan ketepan pengirim barang terkirim tepat waktu serta

didalam kondisi yang baik, tidak mengalami perusakan, oleh karena

ini usaha JNE menawarkan Asuransi barang yang dikirim, apabila

barang tersebut rusak ketika pengirim sehingga usaha JNE hendak

mengganti dana perusakan barang tersebut hingga pelanggan merasa

puas hendak kinerja agen-agen JNE.

Penerapan Marketing Jalur Nugraha Ekakurir (JNE):

1. Delivery : Pengirim barang-barang yang dilakuakan usaha JNE

semua dilakukan dengan kehati-hatian serta ketepatan proses

pengirim.

2. Mixing : Proses pencampuran, didalam perihal ini usaha JNE

memadukan diantara kepuasan pelanggan dengan tujuan yang ingin

dicapai Usaha karna jika pelanggan puas dengan kinerja usaha

sehingga otomatis tujuan usaha hendak tercapai dengan cepat.

3. Appeal : Usaha JNE terus mempromosikan keunggulan-

keunggulanya baik melalui media massa maupun periklanan agar

usaha JNE lebih dikenal luas bagi masyarakat.

Penerapan Manajemen Jalur Nugraha Ekakurir (JNE):


16

1. Komunikasi : Usaha JNE terus menjalin komunikasi yang baik

dengan pelanggan dan hendak sungguh mengharapkan kritikan-

kritikan atau masukan dari masyarakat, karena ini semua demi

pembenahan demi menjadikan lebih baik.

2. Brand : Didalam pembuatan merek/logo Usaha JNE telah

menciptakan logo yang menarik sehingga mudah di ingat bagi

masyarakat.

3. Value : Alasan mengapa pelanggan memilih usaha JNE

dibandingkan yang lain karna Hanya di Usaha JNE’lah yang

menawarkan proses pengirim cepat, dana murah serta asuransi

terhadap barang yang dikirim, karna bagi kami kepuasan pelanggan

nomer satu. Semua elemen diatas saling berkaitan dan mendukung

satu sama lain karna intinya ialah sama-sama demi kemajuan Usaha.

B. Website Jalur Nugraha Ekakurir (JNE)

C. Pengertian Pelayanan Pada Jalur Nugraha Ekakurir (JNE)


17

Menurut Kotler, pelayanan ialah tindakan yang ditawarkan bagi satu

pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud serta tidak

berakibat pada kepemilikan atas sesuatu. Menurut stanton pengertian

pelayanan ialah sebagai kegiatan yang didefinisikan secara tersendiri yang

pada hakikatnya bersifat tak memiliki wujud (tangible), yang ialah

pemenuhan kebutuhan yang tidak terikat atas penjualan atau pelayanan yang

lainnya. Pelayanan ialah aktivitas menawarkan produk yang tak berwujud

namun bisa dirasakan hasilnya. Yang melibatkan dengan pelanggan atau

pemilik pelanggan yang tidak berpengaruh kepada pemindahan

kepemilikan.

Pelayanan ialah sesuatu yang diberikan satu pihak kepada pihak lain

yang pada dasarnya tidak berwujud serta tidak mengakibatkan terjadi

perpindahan kepemilikan. Stanton mengatakan bahwa “Service are

identifiable, intangible activities that are main object of transaction

designed to provide want-satisfaction to costumer”.7 Menurut Kotler,

pelayanan memiliki 4 ciri utama yang sungguh mempengaruhi rancangan

program pemasaran, ialah : Pelayanan memiliki sifat tak berwujud, karena

tidak bisa di lihat, dirasakan, diraba, didengar atau dicium sebelum ada

transaksi pembelian. Demi mengurangi ketidakpastian, pembeli hendak

mencari tanda atau bukti dari mutu pelayanan tersebut. Pembeli hendak

mengambil kesimpulan mengenai mutu pelayanan dari tempat (Place),

7
Muhammad Adam, Manajemen Pemasaran Pelayanan, (Bandung : Alfabeta,
2015). Hlm. 10-11.
18

manusia (People), Peralatan (equipment), alat komunikasi (communication

material), simbol-simbol (symbols), serta harga (price) yang mereka lihat.

Tidak Bisa Dipisahkan (Inseparability) Pelayanan-pelayanan

umumnya diproduksi secara khusus serta dikonsumsi pada waktu yang

bersamaan. Jika pelayanan diberikan bagi seseorang, sehingga orang

tersebut ialah bagian dari pelayanan tersebut.

D. Visi Misi Serta Target Usaha Jalur Nugraha Ekakurir (JNE)

Visi :

Menjadikan Usaha Logistik Utama Kelas Dunia

Misi :

Memberi Pengalaman Terbaik kepada Pelanggan Secara Konsisten

Berkaitana dengan manajemen JNE berusaha demi memberikan

pengalaman terbaik kepada pelanggan secara konsisten di setiap tahap.

Paling tidak ada 4 tahap pengalaman yang mesti dibangun dengan

pelanggan. Tahap ketika pelanggan mulai bertanya melalui telpon, SMS,

email atau datang langsung ke counter Tahap ketika pelanggan mulai

hendak bertransaksi, mencari counter yang cocok serta menjalankan

transaksi produk JNE di counter Tahap ketika proses operasional kiriman

dilaksanakan Tahap ketika pelanggan membutuhkan layanan purna jual

sesuai status kiriman, komplain.

Setiap tahap mesti dilalui dengan pengalaman yang terbaik kepada

pelanggan. Yang menjadikan luar biasa bagi counter (Agen serta


19

Perwakilan) ialah, tahap 1, tahap 2, serta tahap 3 dilakukan secara dominan

di counter. Demi ini pentingnya kualitas SDM, performa layanan,

kenyamanan, wawasan SDM serta layanan purna jual yang terbaik di

counter (Agen serta Perwakilan).

Target pencapaian JNE hingga 2050 :

1. 2012 – re-launching (melaunching kembali) layanan logistik

2. 2015 – tuan rumah usaha pelayanan express di Indonesia.

3. 2020 – usaha logistik Indonesia

4. 2025 – tuan rumah usaha logistik di Indonesia.

5. 2030 – usaha logistik kelas dunia

6. 2040 – usaha supply chain Indonesia

7. 2050 – usaha supply chain kelas dunia

E. Manajemen Jalur Nugraha Ekakurir (JNE)

Tujuan khusus Usaha JNE Mengharuskan karyawan bekerja secara

Efektif serta Efisien didalam perihal pencatatan setiap trasaksi barang,

logistic, ketepatan pengirim mesti sesuai lokasi tujuan serta waktu yang

telah di targetkan. Menempatkan Karyawan sesuai dengan keahlianya serta

mengajarkan karyawan agar selalu ramah terhadap pelanggan karena inti

dari strategi pemasaran ialah kesan baik yang diperoleh pelaggan. Sarana

prasarana demi mengirim barang-barang mesti ready secara baik agar

mampu menerima semua permintaan dari pelanggan. Setiap tahunya usaha


20

JNE memperluas jaringanya, agen-agen distributor pengirim barang

diperbanyak hingga ke plosok-plosok desa.

Tujuan umum Usaha JNE Memajukan usaha dengan cara

memperoleh Laba secara optimal. Karna laba sebagai sumber pembiayaan,

sesuai:

1. Peningkatan kualitas SDM

2. Perluasan produk

3. Perluasan pasar

4. Pembiayaan lainnya

5. Laba sebagai ukuran pembayaran pajak

6. Laba sebagai ukuran demi membagi hasil usaha (deviden)

7. Laba ialah cerminan kesehatan operasional usaha.

8. Laba sebagai sumber pembiayaan kesejahteraan.

9. Laba sebagai sumber pembiayaan kepedulian usaha terhadap

masyarakat serta lingkungannya.

Marketing Management Usaha JNE bertekad demi menjadikan

usaha pelayanan pengirim barang nomor satu di dunia sehingga usaha JNE

sungguh mengedepankan kepentingan serta kepuasan pelanggan yang

menggunakan pelayanan JNE, karna semangat kepentingan serta kepuasan

pelanggan nomer satulah usaha JNE hendak terus berkembang serta di

terima masyarakat.

Identifikasi E. Manajemen Jalur Nugraha Ekakurir (JNE):


21

1. Daya Beli : Usaha JNE sungguh memikirkan kemampuan pelanggan

sehingga didalam perihal dana pengirim barang tidak mematok

tarif/harga yang tinggi semua di sesuaikan dengan jarak tempuh

barang ini sendiri, agar pelanggan bisa kembali menggunakan

Pelayanan JNE karna anggapan bahwa dana yang dikeluarkan

relative murah.

2. Demand : Mengandung arti keseluruhan barang/pelayanan yang

ingin dibeli bagi pelanggan pada berbagai macam tingkat harga,

Didalam perihal ini usaha JNE mengambil kebijakan demi

memprluas agen-agen JNE sehigga pelanggan tidak kesulitan demi

pengiriman barang-barang mereka serta diharapkan dengan

memperbanyak agen-agen JNE bisa mengurangi dana yang di

keluarkan para pelanggan.

3. Design/desain : Usaha JNE sungguh mengedepankan kepuasan

pelanggan serta ketepan pengirim barang terkirim tepat waktu serta

didalam kondisi yang baik, tidak mengalami perusakan, bagi karna

ini usaha JNE menawarkan Asuransi barang yang dikirim, apabila

barang tersebut rusak ketika pengirim sehingga usaha JNE hendak

mengganti dana perusakan barang tersebut hingga pelanggan merasa

puas hendak kinerja agen-agen JNE.

Penerapan Manajemen Jalur Nugraha Ekakurir (JNE):


22

1. Delivery : Pengirim barang-barang yang dilakuakan usaha JNE

semua dilakukan dengan kehati-hatian serta ketepatan proses

pengirim.

2. Mixing : Proses pencampuran, didalam perihal ini usaha JNE

memadukan diantara kepuasan pelanggan dengan tujuan yang ingin

dicapai Usaha karna jika pelanggan puas dengan kinerja usaha

sehingga otomatis tujuan usaha hendak tercapai dengan cepat.

3. Appeal : Usaha JNE terus mempromosikan keunggulan-

keunggulanya baik melalui media massa maupun periklanan agar

usaha JNE lebih dikenal luas bagi masyarakat.

Penerapan Manajemen Jalur Nugraha Ekakurir (JNE):

1. Komunikasi : Usaha JNE terus menjalin komunikasi yang baik

dengan pelanggan serta hendak sungguh mengharapkan kritikan-

kritikan atau masukan dari masyarakat, karna ini semua demi

pembenahan demi menjadikan lebih baik.

2. Brand : Didalam pembuatan merek/logo Usaha JNE telah

menciptakan logo yang menarik sehingga mudah di ingat bagi

masyarakat.

3. Value : Alasan mengapa pelanggan memilih kita dibandingkan yang

lain karna Hanya di Usaha JNE’lah yang menawarkan proses

pengirim cepat, dana murah serta asuransi terhadap barang yang

dikirim, karna bagi kami kepuasan pelanggan nomer satu. Semua


23

elemen diatas saling berkaitan serta mendukung satu sama lain karna

intinya ialah sama-sama demi kemajuan Usaha.

F. Pengirim Barang Melalui Jalur Nugraha Ekakurir (JNE)

Secara garis besar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

mengklasifikasikan jenis-jenis perjanjian ialah:

1. Perjanjian Timbal Balik serta Perjanjian Sepihak: Perjanjian timbal

balik ialah perjanjian yang membebani hak serta kewajiban kepada

kedua belah pihak. Sedangkan perjanjian sepihak ialah perjanjian

yang memberikan kewajiban kepada satu pihak serta kepada pihak

lainnya.

2. Perjanjian Percuma serta Perjanjian dengan Alas Hak Membebani

Perjanjian percuma ialah perjanjian yang hanya memberikan

keuntungan kepada satu pihak saja. Sedangkan perjanjian dengan

alas hak yang membebani ialah perjanjian dimana terhadap

perjanjian dari pihak yang satu selalu terdapat kontra perjanjian dari

pihak lainnya, sedangkan kedua perjanjian tersebut ada hubungannya

menurut hukum.

3. Perjanjian Bernama serta tidak Bernama: Perjanjian bernama ialah

perjanjian yang memiliki nama sendiri, yang terbatas, misalnya jual

beli, sewa menyewa. Sedangkan perjanjian tidak bernama ialah

perjanjian yang tidak memiliki nama tertentu serta jumlahnya tidak

terbatas.
24

4. Perjanjian Kebendaan serta Perjanjian Obligatoir Perjanjian

kebendaan ialah perjanjian demi memindahkan hak milik didalam

perjanjian jual beli. Perjanjian kebendaan ini sebagai pelaksanaan

dari perjanjian obligatoir. Perjanjian obligatoir sendiri ialah

perjanjian yang menimbulkan perikatan, berarti sejak timbulnya hak

serta kewajiban para pihak.

5. Perjanjian Konsensual serta Perjanjian Real: Perjanjian konsensual

ialah perjanjian yang timbul karena ada perjanjian kehendak diantara

pihak-pihak. Sedangkan perjanjian real ialah perjanjian disamping

ada perjanjian kehendak pula sekaligus mesti ada penyerahan nyata

atas barang yang diperjanjikan.

Berdasarkan keterangan di atas, bahwa kegiatan pengirim barang

termasuk dalam perjanjian sewa. Perjanjian sewa adalah perjanjian di mana

satu pihak mengikat dirinya untuk memberi pihak lain atas suatu barang

yang akan dikirim, untuk jangka waktu tertentu dan dengan pembayaran

harga yang telah ditentukan. Sehingga hal tersebut diatur dalam pasal 1548

Burgerlijk Wetboek. Atas sebab ini, misalkan tidak melaksanakan kegiatan

usaha pengiriman sebagaimana yang dimaksud di dalam isi perjanjian, maka

usaha pengiriman suatu barang akan melanggar suatu isi perjanjian.

Perjanjian adalah sesuatu yang mesti dipenuhi dalam setiap hak dan

kewajiban, perjanjian itu adalah berisi hak dan kewajiban yang harus
25

dilaksanakan para pihak, jika penghutang tidak memenuhi perjanjian seperti

yang ditentukan dalam perjanjian sehingga dia dikatakan melanggar janji.

Sementara itu, dengan melanggar janji, atau apa yang juga dikenal

sebagai pelanggaran kontrak, yang dimaksudkan adalah bahwa perjanjian

atau kewajiban tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya dikenakan pada

kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang dinyatakan dalam

kontrak yang bersangkutan.8 Menurut Riduan Syahrani, wanpresatsi seorang

debitur bisa berupa 4 (empat) macam, ialah:9

1. Dengan tidak melaksanakan suatu isi perjanjian berarti pihak yang

ada dalam isi perjanjian tidak melaksanakan suatu hak dan

kewajiban dalam artisan bahwa para pihak telah melakukan

wanprestasi ataupun ingkar janji.

2. Belum dilaksanakannya kewajiban didalam sesuatu perjanjian secara

penuh hanya sebagian saja isi perjanjian yang dilaksanakan sehingga

kewajiban lainnya belum terlaksana.

3. Kewajiban di didalam perjanjian dilaksanakan namun mengalami

kelewatan periode waktu didalam menjalankan sesuatu isi perjanjian

yang telah disepakati secara bersama.

4. Tidak terpenuhinya objek isi perjanjian diakibatkan didalam

menjalankan sesuatu kewajiban yang tidak sesuai dengan isi

perjanjian. Sehingga perjanjian berupa kewajiban didalam


8
Perjanjian serta Ingkar janji Didalam Hukum Kontrak,
http://ocw.usu.ac.id,diakses pada tanggal 22 Juli 2020.
9
Riduan Syahrani, Op. Cit., Hlm. 228.
26

menjalankan sesuatu isi perjanjian ialah tidak sesuai dengan isi objek

sesuatu perjanjian. Diamana perjanjian yang dibayarkan tidak sesuai

dengan objek isi perjanjian. Mariam Darus badrulzaman,

menjelaskan macam-macam perikatan terbagi atas 3 macam, ialah

debitur tidak melaksanakan isi perjanjian sehingga dalam hal ini

debitur dikategorikan sebagai pihak yang melanggar suatu isi

perjanjian.10 Akibat yang ditimbulkan dengan tidak dilaksanakannya

suatu perjanjian yaitu berakibat pihak pelanggan yang ingin

mengirim suatu barang dapat meminta suatu ganti rugi. Pengantin

rugi tersebut berupa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan

selama masa proses pengiriman suatu barang. Serta meminta

pengantin atas perusakan suatu barang yang ditimbulakan selama

masa pengiriman.

Berlandaskan ketentuan pasal 1267 KUHPerdata menyatakan bahwa

kehendak didalam menjalankan sesuatu penuntutan ataupun kemungkinan

yang terjadi bisa dilakukannya sesuatu penuntutan. Penuntutan keperdataan

yang bisa dilakukan berupa penuntutan atas pemenuhan sesuatu perikatan

yang dilakukan kemudian pemenuhan sesuatu perikatan dengan benatu ganti

kerugian dan pembatalan sesuatu isi perjanjian. Pembatalan sesuatu

perjanjian bisa dilakukan dengan upaya hukum keperdataan dengan

menuntut ganti rugi. Penuntutan ganti rugi tersebut ialah wujud dari bentuk

pelepasan sesuatu hak di didalam isi perjanjian.


10
Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit., Hlm. 18.
27

G. Tanggung Jawab Hukum Jalur Nugraha Ekakurir (JNE)

Tanggungjawab timbul dari adanya suatu perikatan, baik dari

undang-undang dan dari perjanjian. Perjanjian yang dibuat untuk para pihak,

timbul hak dan kewajiban setiap pihak. Hak dan kewajiban pihak-pihak ini

berkaitan dengan suatu tanggungjawab. Mereka bertanggung jawab atas

segala akibat yang timbul dari perjanjian yang telah dibuat. Tanggungjawab

adalah mengenai kewajiban untuk menembus (mengganti) apa yang telah

dilakukan yang telah menyebabkan kerugian. Dasar tanggungjawab adalah

kewajiban membayar pengantin kerugian atas tindakan yang menyebabkan

kerugian dan kewajiban untuk melaksanakan janji-janji yang telah dibuat.

Pengantian kerugian diakibatkan adanya suatu perbuatan kelalaian dalam

pengiriman barang. Tindakan pengabaian dan penyebab kerugian adalah

unsur melanggar isi perjanjian.

Tanggungjawab yang timbul dari suatu perikatan merupakan bisa

berasal dari suatu undang-undang dan dari perjanjian. Perjanjian yang

dibuat untuk para pihak, timbul hak dan kewajiban kepada setiap pihak. Hak

dan kewajiban pihak-pihak ini berkaitan dengan tanggungjawab. Mereka

bertanggung jawab atas semua akibat yang timbul dari perjanjian yang telah

dibuat. Tanggungjawab adalah mengenai kewajiban untuk menembus

(mengganti) apa yang telah dilakukan yang telah menyebabkan kerugian.

Asas tanggungjawab adalah kewajiban membayar pengantin

kerugian atas suatu perbuatan yang menyebabkan bahaya dan kewajiban


28

untuk melaksanakan janji-janji yang telah dibuat. Pertanggungjawaban yang

diberikan aren kurangnya suatu kesadaran dalam menjaga isi perjanjian

yang berakibat menimbulkan suatu kerugian. Tindakan pengabaian dan

penyebab kerugian adalah tindakan yang melanggar suatu kontrak yang

telah disepakati bersama. Tanggung jawab pelaku usaha atas kerugian

pelanggan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, diatur secara khusus dalam BAB VI, mulai dari

Pasal 19 hingga Pasal 28, memperhatikan substansi Pasal 19 ayat (1) Nomor

8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dapat dilihat bahwa

tanggungjawab pelaku usaha yaitu dalam hal ini JNE yaitu :

1. Tanggung jawab ganti kerugian atas perusakan,

2. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran,

3. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian pelanggan.

Tanggung jawab hukum didalam pengirim sesuatu barang melalui

JNE ialah bentuk kepastian hukum yang bisa didapatkan seorang pelanggan

didalam tanggung jawab pengirim barang. Didalam tanggung jawab tersebut

pihak JNE mesti bisa memastikan secara hukum akibat-akibat hukum yang

hendak ditimbulkan dari setiap peristiwa hukum yang terjadi. Tanggung

jawab yang dibutuhkan ialah menjadikan sesuatu kegiatan perngiriman

barang melalui JNE bisa dinikmati segenap pelanggan yang mengiakan

pelayanan JNE.
29

Bencana alam serta faktor lain yang mengakibatkannya rusaknya

sesuatu barang didalam pengirim tentu menjadikan sesuatu perhatian yang

sungguh penting di didalam sesuatu isi perjanjian. Sehingga di didalam isi

perjanjian hendak dimuat sesuatu poin penting didalam menjangkau

kemungkinan yang hendak terjadi pada ketika pembuatan isi perjanjian.

Melalui pemenuhan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ini sehingga

perlu dilakukannya sesuatu anti spasi didalam menjaga tidak terpenuhinya

sesuatu perjanjian di didalam sesuatu isi perjanjian.

Melalui sesuatu tanggung jawab hukum apabila terjadi sesuatu

permalahan berupa perusakan barang ataupun barang yang dikirim hilang

sehingga bentuk pertanggung jawab hukumnya dengan ganti rugi. Perihal

ini perlu dibuat sesuatu kepastian hukum demi tercipatanya sesuatu keadilan

dan kepastian hukum. Pemenuhan pengantin kerugian atas barang tidak

menjadikan sesuatu tolak kuar bila tidak dijelaskan di didalam isi perjanjian.

Sehingga apabila terjadi klaim ganti rugi hendak tidak sesuai dengan

sesuatu ekspektasi.

Beragam bentuk sesuatu pertanggung jawaban hukum bisa dilihat

dari berbagai sisi maupun sudut pandang didalam memperjelas arti dan

makna dari bentuk pertanggung jawaban hukum. Tanggung jawab hukum

bisa dikategorikan melalui beberapa bentuk ialah:

1. Pertanggung jawaban adalah satu bentuk tanggungjawab

hukum yang berkaitan dengan urusan pembayaran transaksi pada


30

saat dilakukannya kegiatan pengiriman suatu barang. Melalui

tanggung jawab ini, dapat dipastikan bahwa kegiatan transaksi

pembayaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan.

Pelanggaran tanggungjawab ini adalah berlakunya sesuatu atau

hilangnya kepercayaan yang diperoleh oleh pelanggan dalam

memberikan sesuatu untuk menghantar sesuatu melalui usaha

pengiriman suatu barang yaitu JNE. JNE menjadikan kepercayaan

pelanggan ketika menjalankan bentuk pertanggung jawaban dengan

menerapkan konsep akauntability.

2. Tanggung Jawab Hukum Responbility ialah sesuatu bentuk

tanggung jawab hukum yang ikut didalam kegiatan anggun jawab

apabila tidak terlaksananya ataupun tidak berjalannya sesuatu

pengirim sesuatu barang. Responsibiliti mengajarkan kepada para

pihak yang menjalankan sesuatu perikatan perjanjian didalam

pengirim sesuatu barang hendak menjadikan gambaran serta

kepastian hukum bagi setiap kalangan pengirim sesuatu barang.

Melalui tanggung jawaban responsibiliti memberikan sesuatu

keyakinan bahwa sesuatu barang yang dikirim mesti dipastikan

sampai kepada tujuan barang tersebut. Sehingga tidak memberikan

sesuatu beban bagi pengirim selama barang tersebut dikirim.

3. Pertanggung jawaban hukum leability ialah pertanggung

jawaban hukum dengan menanggung sesuatu kerugian atas


31

perbuatan orang lain atau pihak yang diluar isi perjanjian. Ataupun

bisa diartikan sebagai tanggung jawab diluar isi perjanjian sehingga

didalam tanggung jawab liabelity ini memberikan penyelesaian

melalaui jalur irigasi di didalam peradilan dengan mengajukan

sesuatu gugatan keprdataan. Melalui gugatan keperdataan ini

memberikan solusi didalam peristiwa hukum yang terjadi.

Melalui macam-macam pertanggung jawaban hukum tersebut bahwa

Bentuk sesuatu pertanggung jawaban memiliki karakteristik didalam

penyelesaiannya. Karakteristik penyelesaian didalam bentuk pertanggung

jawaban hukum ini hendak memberikan sesuatu kepastian hukum bahwa

apabila terjadinya sesuatu sengketa permasalahan akibat dari tidak

terlaksananya sesuatu perjanjian sehingga bisa mengiakan berbagai

alternatif hukum. Alternatif hukum ini ialah sesuatu kepastian hukum demi

mewujudkan sesuatu rasa keadilan pada setiap masyarakat.

1. Tanggungjawab karena Praduga merupakan (Presumption of

Liability) yaitu suatu bentuk pertanggung jawaban atas kegiatan

pengiriman barang atau bisa dikatan bahwa tanggung jawab ada pada

pengangkut. Pengangkut dapat membuktikan tidak bersalah sehingga

dia dibebaskan dari tanggungjawab membayar kerugian. Tidak

bersalah dalam artisan letak kesalahan ada pada pihak yang

membawa atas barang yang telah dikirim. Sehingga dalam hal ini

perlunya pengecakan suatu barang pada saat suatu barang yang akan
32

dikirim dengan suatu barang yang akan tiba pada tempat tujuan.

Perlu adanya suatu pembuktian dengan ketelitian dalam menentukan

suatu dampak yang terjadi sehingga kegiatan pengiriman suatu

barang. Jika barang yang diangkut tidak diserahkan sebagian atau

seluruhnya atau rusak, pengangkut bertanggung jawab untuk

memberi kompensasi kepada pengirim, kecuali dia dapat

membuktikan sebaliknya sebagaimana diatur dalam Pasal 468 ayat

(1) KUHP bahwa barang tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya

atau kerusakan disebabkan oleh kejadian itu. yang tidak dapat

dielakkan atau yang tidak dapat dielakkan yang berlaku. Oleh itu,

pengantaran suatu barang bertanggungjawab atas segala kerugian

yang berlaku dalam kegiatan pengangkutan, tetapi jika pengantar

dapat membuktikan bahwa barang yang dikirim bukan karena

kesalahan pengirim maka dia dibebaskan dari tanggungjawab.

2. Tanggung Jawab Mutlak (No-fault Liability, Absolute Liability, Strict

Liability) Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggungjawab

atas segala kerugian yang berlaku dalam pengangkutan yang

dilakukan tanpa perlu membuktikan adanya suatu kesalahan dalam

suatu pengiriman suatu barang. Prinsip ini tidak mengenali suatu

beban pembuktian dan unsur kesalahan tidak perlu dipersoalkan.

3. Pengangkut tidak dapat serta merta untuk melepaskan suatu

tanggung jawab atas suatu yang menyebabkan kerugian dalam


33

kegiatan pengiriman suatu barang. Pada dasarnya, prinsip

tanggungjawab mutlak tidak diatur dalam pengangkutan dengan

alasan bahawa pengangkut yang menggunakan kegiatan

pengangkutan tidak perlu dibebani dengan resiko yang terlalu berat.

Namun, ini tidak bermaksud bahawa para pihak tidak boleh

menggunakan prinsip ini dalam perjanjian pengangkutan. Prinsip ini

boleh digunakan dalam perjanjian pengangkutan berdasarkan prinsip

kebebasan kontrak. Sekiranya prinsip ini digunakan, ia mesti

dinyatakan secara jelas dalam perjanjian pengangkutan, misalnya,

yang terkandung dalam dokumen pengangkutan. PT. JNE sebagai

badan usaha yang menawarkan jasa pengiriman memiliki tangguk

jawab hukum atas suatu barang yang akan dihantar kepada pihak

yang dituju Semasa pelaksanaan pengangkutan, keselamatan barang

yang diangkut pada dasarnya menjadikan PT. JNE sebagai

pembawa. Atas sebab ini, semestinya PT. JNE bertanggungjawab

atas kerugian yang dialami oleh pengirim. Beban tanggungjawab ini

bertujuan untuk mendorong pengangkut agar lebih berhati-hati

dalam melakukan pengangkutan.

H. Petunjuk Pengirim Barang Secara Online/Offline Jalur Nugraha

Ekakurir (JNE)

Penggunaan jasa pengiriman paket atau barang kian dikenal oleh

banyak orang, hal tersebut tak lepas dari aktivitas belanja online yang
34

semakin meningkat. Penggunaan jasa pengiriman bisa anda pilih sesuai

dengan keinginan, apalagi sekarang ini terdapat banyak pilihan jasa

pengiriman seperti JNE Express salah satunya.

Beberapa jenis layanan sudah Cara belanja sebutkan tadi, JNE YES

menjadi layanan dengan estimasi waktu paling cepat. Karena kirim hari ini

dan hari esoknya sudah sampai alamat tujuan, hanya saja tarif ongkos kirim

yang dikenakan lebih mahal dari JNE OKE maupun JNE REG. Tidak

seperti KIRIM PAKET J&T hanya tersedia layanan Reguler saja, hal ini

menjadi keunggulan dari JNE.

Barang yang Dilarang Kirim Lewat JNE Sesuai dengan syarat dan

ketentuan dari JNE Express, tidak semua barang atau paket bisa dikirim

menggunakan jasa dari perusahaan satu ini. Berikut merupakan barang yang

dilarang kirim lewat JNE.


35

1. Obat terlarang

2. Minuman Keras

3. Organ Manusia

4. Hewan Hidup

5. Hewan diawetkan

6. Uang dengan jumlah besar

7. Barang berharga dengan nilai tinggi

8. Dokumen yang mengundang kegaduhan

9. Kendaraan motor/mobil

Syarat Kirim Paket Lewat JNE Terdapat ketentuan ketika kirim

paket menggunakan jasa pengiriman JNE Express. Untuk mengetahui

beberapa persyaratan, dapat dilihat seperti berikut ini.

1. Pastikan paket sudah dipacking

2. Lengkapi alamat pengirim dan penerima

3. Bukan merupakan barang yang dilarang

Cek Ongkir Kirim Lewat JNE Merupakan pengguna baru, maka

anda wajib untuk melakukan cek ongkos kirim terlebih dahulu yang

bertujuan mempersiapkan budgetnya. Cara cek ongkir dapat dilakukan lewat

webisite resminya, berikut ini kami berikan caranya.


36
37
38
39
40
41
42
43

I. Penyebab Keterlambatan Didalam Pengirim Barang


44

Berikut beberapa penyebab keterlambatan didalam pengirim barang, baik

yang disebabkan bagi faktor internal maupun eksternal (Herman, 2011) :

1. Kurangnya jumlah petugas Jumlah petugas pengirim barang tidak

seimbang dengan peningkatan frekuensi dan kuantitas barang yang

mesti dikirimkan, sehingga menyebabkan keterlambatan

penyampaian barang ke tangan end user. Cara mengatasinya, perlu

adanya pemetaan dan rekrutmen karyawan agar jumlah karyawan

sesuai dengan kebutuhan.

2. Peak Season Peak season ialah masa-masa ramai, dimana kesibukan

yang terjadi didalam aktivitas melebihi biasanya. Ada waktu-waktu

tertentu, dimana tiba saatnya pengirim barang hendak meningkat

dengan drastis. Sebagai contoh ketika bulan puasa (Ramadhan)

hingga mendekati Lebaran (Idul Fitri). Biasanya usaha pelayanan

pengirim barang sudah tidak mau menjamin kapan barang hendak

tiba, karena meningkatnya jumlah barang yang mesti dikirimkan

terlalu banyak.

3. Alamat tidak lengkap Perihal ini kadang terjadi, dimana ada

pelanggan yang mencantumkan alamat yang kurang lengkap, atau

justru salah menuliskan alamatnya. Demi mengatasinya, ada baiknya

didalam sesuatu bisnis online shop dilakukan konfirmasi ulang

tentang alamat pengirim dengan menulis ulang secara lengkap dan

mengirimkannya kembali pada pelanggan demi dikonfirmasi.


45

4. Nama yang tidak sesuai Ada kecenderungan beberapa pelanggan

dikenal dengan nama yang berbeda di tempat tinggalnya, dengan

nama yang digunakan ketika membeli barang melalui online shop.

Perihal ini cukup membingungkan, apalagi bila nama tersebut

banyak digunakan demi berbelanja online, yang sebenarnya tidak

dikenal bagi orang-orang di sekitarnya.

5. Tidak mencantumkan nomor telepon Nomor telepon sangatlah

sungguh penting demi mengkonfirmasi pada penerima barang ketika

petugas pengirim barang hendak mendatangi lokasi.

Menurut Trisetiawan (2014) Ketepatan pengirim ialah kemampuan

demi pengiriman barang sesuai dengan tanggal yang disepakati dan

kemampuan menangani masalah – masalah transportasi dan demi ketepatan

jumlah ialah Ketepatan dan kesesuaian jumlah didalam pengirim dan

kesesuaian isi kemasan, disamping waktu pengirim yang sesuai dengan

tanggal yang sudah ditentukan, jumlah barang yang dikirim mesti sesuai

dengan jumlah barang yang dipesan serta ada jaminan bahwa isi kemasan

mesti sesuai dengan ketentuan. Menurut Sudjono, dkk, (2011) didalam

Huda (2016) Salah satu keputusan terpenting didalam menajemen distribusi

ialah penentuan jadwal serta rute pengirim dari satu lokasi ke lokasi

beberapa lokasi tujuan. Keputusan sesuai ini sungguh penting bagi mereka

yang pengiriman barangnya dari satu lokasi (misalnya gudang regional) ke

berbagai toko yang tersebar di sebuah kota. Keputusan jadwal pengirim


46

serta rute yang hendak ditempuh bagi setiap tipe kendaraan hendak sungguh

berpengaruh terhadap dana - dana pengirim. Namun demikian, dana

bukanlah satu - satunya faktor yang perlu dipertimbangkan didalam proses

pengirim. Disamping ini, jadwal dan rute sering kali pula mesti

mempertimbangkan kendala lain sesuai kapasitas kendaraan atau armada

pengangkutan (Herman, 2011).

BAB III

PEMBAHASAN
47

A. Pengaturan Hukum Pengirim Barang Jalur Nugraha Ekakurir

(JNE).

JNE Kota Kisaran ialah salah satu cabang dari usaha pengirim

sesuatu barang yang khusus melayani masyarakat asahan didalam perihal

menjalankan pengirim barang keberbagai kabupaten/kota yang ada

diseluruh Indonesia. Berkaitan perihal tersebut sehingga sangatlah penting

mengenai status perlindungan hukum yang didapatkan masyarakat Asahan

didalam pengirim barang yang mengunakan jalur JNE. Terutama berkaitan

dengan kepastian hukum yang mesti dimiliki bagi usaha JNE Kota Kisaran

dengan pelanggan masyarakat Asahan.

Didalam pengantian rugi yang dilakukan bagi PT. JNE mesti

dipastikan secara jelas serta menditail penyebab rusak/hilang atau tidak

dampainya barang kepada tujuannya. Bentuk peeristiwa yang terjadi apakah

menrupakan perbuatan melawan hukum atau ialah peristiwa hukum.

Sehingga bila ditemukan penyebabnya sehingga bisa diketemukan proses

klaim pertanggungjawabannya secara aturan hukum yang berlaku.

Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pengirim barang,

pelanggan memerlukan perlindungan melalui taufan hukum untuk

melindungi kepentingan mereka. Perjanjian yang dibuat antara pelaku usaha

yaitu pihak JNE dan pelanggan mengandung hak dan kewajiban yang harus

dipenuhi dan diperoleh untuk setiap pihak. Berdasarkan hal tersebut yang

telah dijelaskan sebelumnya bahwa masih banyak halangan dalam proses


48

pengiriman barang. Kelambatan adalah masalah yang paling kerap berlaku

bagi pelanggan. Terutama jika memasukui hari-hari besar seperti tahun baru

dan hari raya maka akan mengalami suatu halangan dalam pengiriman suatu

barang. Janji yang mangkir kepada oleh pelaku usaha mengakibatkan

kerugian pada pelanggan sebagai pengguna jasa JNE.

Pelanggan yang mengalami masalah dalam proses penghantaran,

terutama dalam kelewatan barang, dapat mengalami kerugian material dan

imateril. Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahawa jenis barang yang

dikirim cenderung cepat habis masa berlaku suatu barang, atau barang

menjadikannya tidak berguna atau kurang berguna jika tidak diterima tepat

pada waktunya. Dalam hal ini, pelanggan harus menerima kompensasi dari

pelaku usaha sebagai sarana perlindungan hukum bagi pelanggan

sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 4 Nomor 8 Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen adalah hak pelanggan untuk

mendapatkan pengantin kerugian atas keterlambatan waktu dalam

pengiriman. Karena barang yang dikirim dapat berupa makanan yang

memiliki batas waktu untuk dikonsumsi.

Pelanggan memerlukan jaminan bahwa jika barang tidak tiba tepat

waktu, dia berhak mendapat pengantin kerugian dari pelaku usaha JNE.

Sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Pasal 28 Undang-Undang

Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos, ini adalah mengenai kompensasi

pengiriman yang hilang, kerusakan isi paket, pengiriman terlambat atas


49

suatu barang yang dikirim dan diterima. Manfaat dari aspek penegakan

hukum perlindungan konsumen adalah untuk memberikan kepastian hukum

kepada masyarakat (pelanggan), karena dengan menerapkan penegakan

hukum perlindungan konsumen sehingga dampak hukum terhadap

perusahaan (pelaku usaha) sebagai perusahaan pengiriman barang tentu

akan menjaga nama baik serta kualitas pelayanan dalam melaksanakan

kegiatan pengiriman suatu barang.

JNE hanya bertanggung jawab demi mengganti kerugian yang

dialami Shipper akibat perusakan atau kehilangan dari pengirim dokumen

atau barang bagi JNE sepanjang kerugian tersebut terjadi ketika barang atau

dokumen masih berada didalam pengawasan JNE, dengan catatan bahwa

perusakan tersebut semata- mata disebabkan karena kelalaian karyawan atau

agen JNE.

JNE tidak bertanggung jawab atas kerugian konsekuensi yang timbul

akibat dari kejadian tersebut di atas, ialah kerugian yang termasuk serta

tanpa dibatasi atas kerugian komersial, keuangan atau kerugian tidak

langsung lainnya termasuk kerugian yang terjadi didalam pengangkutan

atau pengantaran yang disebabkan bagi perihal-perihal yang diluar

kemampuan control JNE atau kerugian atas perusakan akibat bencana alam

atau Force Majeure. JNE ingin mengganti sepenuhnya nilai barang yang

hilang atau rusak, tetapi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi atas

barang yang diasuransikan atau barang yang diganti rugi atas kerusakan dan
50

pembungkusan barang dijamin selamat atau menggunakan pembungkusan

kayu tetapi untuk barang yang tidak diasuransikan tidak dibungkus dengan

kayu, penggantian nominal adalah berdasarkan perjanjian antara JNE pusat

dan pelanggan.

B. Tanggung Jawab Hukum Pelayanan Pengirim Barang Jalur

Nugraha Ekakurir (JNE) (Studi Kasus Jalur Nugraha Ekakurir

Kota Kisaran).

Sekiranya dalam pelaksanaan pengiriman suatu barang, terjadi suatu

kerusakan yang disebabkan oleh pengantar suatu barang yaitu pihak dari

perusahaan JNE itu sendiri dengan menyebabkan kerugian kepada pengirim

atau penerima barang sehingga masalah ini menjadikan tanggung jawab

pengangkut, sesuai dengan yang dinyatakan dalam Pasal 91 KUHD,

pengangkut dan pemilik angkutan harus menanggungnya. Semua kerusakan

yang terjadi pada barang dan lain-lain setelah mereka menerima barang ini

dari pengangkut, karena kerusakan yang disebabkan oleh kecacatan pada

barang itu sendiri, kerana keadaan lain, atau kerana kesalahan atau kelalaian

pengirim atau ekspeditor. Perusakan suatu barang tidak sepenuhnya

membuat pengangkut bertanggungjawab kerana barang tersebut mungkin

sudah mempunyai kecacatan sebelum diberikan kepada pembawa untuk

dihantar, oleh itu sebelum pengirim biasanya melakukan pemeriksaan

sebelum pengirim mengambil suatu barang perlunya dilakukan suatu

pengecekan atas barang yang akan diterima. Sehingga dapat dipastikan letak
51

kesalahan pada barang yang akan dikirim. Barang yang akan dikirim perlu

dibuka dan dicek secara bersama antara pemilik suatu barang dengan barang

yang akan dikirim.

Pada dasarnya, semua perkara yang berkaitan dengan kerugian

pelanggan yang disebabkan oleh jasa pengirim barang sebagai pembawa

wajib memberikan tanggungjawab atas kesalahan yang mereka buat tetapi

dalam hal ini terdapat batasan tertentu yang membataskan bahawa pembawa

tidak bertanggung jawab atas kerugian tersebut, sesuai dengan apa yang

telah dinyatakan. Secara teorinya, tanggungjawab berdasarkan jenis

hubungan hukum atau peristiwa yang dapat dibedakan atas:

a. Tanggungjawab atas dasar kesalahan yang dapat dilahirkan kerana

janji yang dipungkiri, berlakunya tindakan yang melanggar undang-

undang, tindakan yang tidak berhati-hati.

b. Tanggungjawab atas dasar resiko, adalah tanggungjawab yang harus

dipikul sebagai risiko yang mesti ditanggung oleh seorang

pengusaha untuk kegiatan usaha jasa pengiriman barang.

Kedua masalah ini mempunyai akibat dan akibat yang berbeda

dalam memenuhi tanggungjawab, berikut hal-hal yang berkaitan dengan

prosedur pengangkutan suatu barang. Pengangkut mempunyai kewajiban

untuk memenuhi tanggungjawabnya kepada pelanggan mengenai hal-hal

yang tidak diinginkan untuk barang yang dikirim. Bidang tanggungjawab

pengangkut terbatas pada pasal 1247 KUHD dan pasal 1248 KUHD, yaitu:
52

a. Kerugian adalah kerugian yang dapat dianggarkan secara wajar pada

kerusakan suatu barang.

b. Kerugian ini adalah akibat langsung dari tidak melaksanakan kontrak

pengangkutan. PT JNE juga pernah mengalami hal-hal yang sering

terjadi dalam usaha pengirim barang, tetapi untuk dapat memenuhi

hal-hal tersebut perlu adanya suatu pembuktian dalam dan pada saat

dilakukannya pengiriman suatu barang.

Tanggung Jawab Karena Praduga (Presumption of Liability)

Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas

setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya.

Akan tetapi, jika pengangkut bisa membuktikan bahwa dia tidak bersalah

sehingga dia dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti kerugian

tersebut. Tidak bersalah berarti tidak melakukaan kelalaian, telah berupaya

menjalankan tindakan yang perlu demi menghindari kerugian atau peristiwa

yang menimbulkan kerugian. Beban pembuktian ada pada pihak

pengangkut, tidak pada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan cukup

menunjukkan adaya kerugian yang diderita didalam pengangkutan yang

diselenggarakan oleh pengangkut. KUHD pula menganut prinsip tanggung

jawab karena praduga. Apabila barang yang diangkut ini tidak diserahkan

sebagian atau seluruhnya atau rusak, pengangkut bertanggung jawab

mengganti kerugian kepada pengirim, kecuali jika dia bisa membuktikan

lain sesuai yang diatur didalam Pasal 468 ayat (1) KUHD bahwa tidak
53

diserahkannya sebagian atau seluruh atau rusaknya barang ini karena

perisiwa yang tidak bisa dicegah atau tidak bisa dihindari terjadi. Jadi,

pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul didalam

penyelenggaraan pengangkutan, tetapi jika pengangkut berhasil

membuktikan bahwa dia tidak bersalah/lalai, dia dibebaskan dari tanggung

jawab.

Tanggung Jawab Mutlak (No-fault Liability, Absolute Liability, Strict

Liability) Mengikut prinsip ini, pengangkut selalu dianggap bertanggung

jawab atas segala kerugian yang timbul dari pengangkutan yang

dilakukannya. Namun, jika syarikat penerbangan dapat membuktikan tidak

bersalah, maka dia dibebaskan dari tanggungjawab membayar pampasan.

Tidak bersalah bermaksud tidak melakukan kecuaian, setelah berusaha

mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengelakkan kerugian atau

kejadian yang menyebabkan kemudaratan. Beban bukti terletak pada

pembawa, bukan pihak yang cedera. Pihak yang terkilan hanya

menunjukkan bahawa ada kerugian yang dialami dalam pengangkutan yang

dilakukan oleh syarikat penerbangan. KUHD juga mematuhi prinsip

tanggungjawab kerana anggapan. Jika barang yang diangkut tidak

diserahkan sebagian atau seluruhnya atau rusak, pengangkut bertanggung

jawab untuk memberi kompensasi kepada pengirim, kecuali dia dapat

membuktikan sebaliknya sebagaimana diatur dalam Pasal 468 ayat (1)

KUHP bahwa barang tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau


54

kerusakan disebabkan oleh kejadian itu. yang tidak dapat dielakkan atau

yang tidak dapat dielakkan berlaku. Oleh itu, syarikat penerbangan

bertanggungjawab atas segala kerugian yang berlaku dalam operasi

pengangkutan, tetapi jika syarikat penerbangan berjaya membuktikan

bahawa dia tidak bersalah / cuai, dia dibebaskan dari tanggungjawab.

Liabiliti Mutlak (Liabiliti Tanpa Kesalahan, Liabiliti Mutlak,

Tanggungjawab Yang Ketat) Menurut prinsip ini, perusahaan jasa

pengangkutan mesti bertanggungjawab atas segala kerugian yang berlaku

dalam pengangkutan yang dilakukan tanpa perlu membuktikan sama ada

terdapat kesalahan dalam kegiatan pengangkutan suatu barang tersebut atau

tidak. Prinsip ini tidak mengenali beban pembuktian dan unsur kesalahan

tidak perlu dipersoalkan. Pengangkut mungkin tidak bebas dari

tanggungjawab atas sebab apa pun yang menyebabkan kerugian ini. Pada

dasarnya, prinsip tanggungjawab mutlak tidak diatur dalam pengangkutan

dengan alasan bahawa pengangkut yang menggunakan jasa pengangkutan

tidak perlu dibebani dengan risiko yang terlalu berat. Namun, ini tidak

bermaksud bahawa para pihak tidak boleh menggunakan prinsip ini dalam

perjanjian pengangkutan. Prinsip ini boleh digunakan dalam perjanjian

pengangkutan berdasarkan prinsip kebebasan kontrak. Sekiranya prinsip ini

digunakan, mesti dinyatakan secara jelas dalam perjanjian pengangkutan,

misalnya, yang terkandung dalam dokumen pengangkutan.


55

PT. JNE sebagai perusahaan pengangkutan mesti bertanggungjawab

atas kerugian yang dialami oleh pengirim dalam menjalankan kegiatan

pengangkutan. selama pelaksanaan pengangkutan, keselamatan barang yang

diangkut pada dasarnya menjadikan PT. JNE sebagai pembawa untuk

berhati-hati demi menjaga suatu barang agar wujud suatu barang tidak

mengalami suatu perubahan pada saat pengiriman hingga sampai pada

tujuan. Atas sebab ini, semestinya PT. JNE bertanggungjawab atas kerugian

yang dialami oleh pengirim. Beban tanggungjawab ini bertujuan untuk

mendorong pengangkut agar lebih berhati-hati dalam melakukan

pengangkutan.

Tanggung jawab hukum didalam pengirim sesuatu barang melalui

JNE ialah bentuk kepastian hukum yang bisa didapatkan seorang pelanggan

didalam tanggung jawab pengirim barang. Didalam tanggung jawab tersebut

pihak JNE mesti bisa memastikan secara hukum akibat-akibat hukum yang

hendak ditimbulkan dari setiap peristiwa hukum yang terjadi. Tanggung

jawab yang dibutuhkan ialah menjadikan sesuatu kegiatan perngiriman

barang melalui JNE bisa dinikmati segenap pelanggan yang mengiakan

pelayanan JNE.

Bencana alam serta faktor lain yang mengakibatkannya rusaknya

sesuatu barang didalam pengirim tentu menjadikan sesuatu perhatian yang

sungguh penting di didalam sesuatu isi perjanjian. Sehingga di didalam isi

perjanjian hendak dimuat sesuatu poin penting didalam menjangkau


56

kemungkinan yang hendak terjadi pada ketika pembuatan isi perjanjian.

Melalui pemenuhan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ini sehingga

perlu dilakukannya sesuatu anti spasi didalam menjaga tidak terpenuhinya

sesuatu perjanjian di didalam sesuatu isi perjanjian.

Melalui sesuatu tanggung jawab hukum apabila terjadi sesuatu

permalahan berupa perusakan barang ataupun barang yang dikirim hilang

sehingga bentuk pertanggung jawab hukumnya dengan ganti rugi. Perihal

ini perlu dibuat sesuatu kepastian hukum demi tercipatanya sesuatu keadilan

dan kepastian hukum. Pemenuhan pengantin kerugian atas barang tidak

menjadikan sesuatu tolak kuar bila tidak dijelaskan di didalam isi perjanjian.

Sehingga apabila terjadi klaim ganti rugi hendak tidak sesuai dengan

sesuatu ekspektasi.

Beragam bentuk sesuatu pertanggung jawaban hukum bisa dilihat

dari berbagai sisi maupun sudut pandang didalam memperjelas arti dan

makna dari bentuk pertanggung jawaban hukum. Tanggung jawab hukum

bisa dikategorikan melalui beberapa bentuk ialah:

1. Pertanggung jawaban secara accountability ialah sesuatu

bentuk pertanggung jawab hukum yang berhubungan dengan

transaksi keuangan administrasi pembayaran. Melalui tanggung

jawab ini dipastikan kegiatan transaksi pembayaran bisa berjalan

dengan baik sesuai dengan ketentuannya. Pelanggaran atas tanggung

jawab ini terjadinya sesuatu ataupun hilangnya sesuatu kepercayaan


57

yang didapatkan bagi pelanggan didalam mengiakan sesuatu

pelayanan pengirim sesuatu barang melalui pelayanan JNE. JNE

menjadikan kepercayaan pelanggan apabila menjalankan sesuatu

bentuk pertanggung jawaban dengan mengiakan sesuatu konsep

accountability.

2. Tanggung Jawab Hukum Responbility ialah sesuatu bentuk

tanggung jawab hukum yang ikut didalam kegiatan anggun jawab

apabila tidak terlaksananya ataupun tidak berjalannya sesuatu

pengirim sesuatu barang. Responsibiliti mengajarkan kepada para

pihak yang menjalankan sesuatu perikatan perjanjian didalam

pengirim sesuatu barang hendak menjadikan gambaran serta

kepastian hukum bagi setiap kalangan pengirim sesuatu barang.

Melalui tanggung jawaban responsibiliti memberikan sesuatu

keyakinan bahwa sesuatu barang yang dikirim mesti dipastikan

sampai kepada tujuan barang tersebut. Sehingga tidak memberikan

sesuatu beban bagi pengirim selama barang tersebut dikirim.

3. Pertanggung jawaban hukum leability ialah pertanggung

jawaban hukum dengan menanggung sesuatu kerugian atas

perbuatan orang lain atau pihak yang diluar isi perjanjian. Ataupun

bisa diartikan sebagai tanggung jawab diluar isi perjanjian sehingga

didalam tanggung jawab liabelity ini memberikan penyelesaian

melalaui jalur irigasi di didalam peradilan dengan mengajukan


58

sesuatu gugatan keprdataan. Melalui gugatan keperdataan ini

memberikan solusi didalam peristiwa hukum yang terjadi.

Melalui macam-macam pertanggung jawaban hukum tersebut bahwa

Bentuk sesuatu pertanggung jawaban memiliki karakteristik didalam

penyelesaiannya. Karakteristik penyelesaian didalam bentuk pertanggung

jawaban hukum ini hendak memberikan sesuatu kepastian hukum bahwa

apabila terjadinya sesuatu sengketa permasalahan akibat dari tidak

terlaksananya sesuatu perjanjian sehingga bisa mengiakan berbagai

alternatif hukum. Alternatif hukum ini ialah sesuatu kepastian hukum demi

mewujudkan sesuatu rasa keadilan pada setiap masyarakat.

Tanggungjawab karena Praduga merupakan (Presumption of

Liability) yaitu suatu bentuk pertanggung jawaban atas kegiatan pengiriman

barang atau bisa dikatan bahwa tanggung jawab ada pada pengangkut.

Pengangkut dapat membuktikan tidak bersalah sehingga dia dibebaskan dari

tanggungjawab membayar kerugian. Tidak bersalah dalam artisan letak

kesalahan ada pada pihak yang membawa atas barang yang telah dikirim.

Sehingga dalam hal ini perlunya pengecakan suatu barang pada saat suatu

barang yang akan dikirim dengan suatu barang yang akan tiba pada tempat

tujuan. Perlu adanya suatu pembuktian dengan ketelitian dalam menentukan

suatu dampak yang terjadi sehingga kegiatan pengiriman suatu barang. Jika

barang yang diangkut tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau rusak,

pengangkut bertanggung jawab untuk memberi kompensasi kepada


59

pengirim, kecuali dia dapat membuktikan sebaliknya sebagaimana diatur

dalam Pasal 468 ayat (1) KUHP bahwa barang tidak diserahkan sebagian

atau seluruhnya atau kerusakan disebabkan oleh kejadian itu. yang tidak

dapat dielakkan atau yang tidak dapat dielakkan yang berlaku. Oleh itu,

pengantaran suatu barang bertanggungjawab atas segala kerugian yang

berlaku dalam kegiatan pengangkutan, tetapi jika pengantar dapat

membuktikan bahwa barang yang dikirim bukan karena kesalahan pengirim

maka dia dibebaskan dari tanggungjawab. Tanggung Jawab Mutlak (No-

fault Liability, Absolute Liability, Strict Liability) Menurut prinsip ini,

pengangkut harus bertanggungjawab atas segala kerugian yang berlaku

dalam pengangkutan yang dilakukan tanpa perlu membuktikan adanya suatu

kesalahan dalam suatu pengiriman suatu barang. Prinsip ini tidak mengenali

suatu beban pembuktian dan unsur kesalahan tidak perlu dipersoalkan.

Pengangkut tidak dapat serta merta untuk melepaskan suatu

tanggung jawab atas suatu yang menyebabkan kerugian dalam kegiatan

pengiriman suatu barang. Pada dasarnya, prinsip tanggungjawab mutlak

tidak diatur dalam pengangkutan dengan alasan bahawa pengangkut yang

menggunakan kegiatan pengangkutan tidak perlu dibebani dengan resiko

yang terlalu berat. Namun, ini tidak bermaksud bahawa para pihak tidak

boleh menggunakan prinsip ini dalam perjanjian pengangkutan. Prinsip ini

boleh digunakan dalam perjanjian pengangkutan berdasarkan prinsip

kebebasan kontrak. Sekiranya prinsip ini digunakan, ia mesti dinyatakan


60

secara jelas dalam perjanjian pengangkutan, misalnya, yang terkandung

dalam dokumen pengangkutan. PT. JNE sebagai badan usaha yang

menawarkan jasa pengiriman memiliki tangguk jawab hukum atas suatu

barang yang akan dihantar kepada pihak yang dituju Semasa pelaksanaan

pengangkutan, keselamatan barang yang diangkut pada dasarnya

menjadikan PT. JNE sebagai pembawa. Atas sebab ini, semestinya PT. JNE

bertanggungjawab atas kerugian yang dialami oleh pengirim. Beban

tanggungjawab ini bertujuan untuk mendorong pengangkut agar lebih

berhati-hati dalam melakukan pengangkutan.


61

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelanggan yang mengalami masalah dalam proses penghantaran,

terutama dalam kelewatan barang, dapat mengalami kerugian

material dan imateril. Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahawa

jenis barang yang dikirim cenderung cepat habis masa berlaku suatu

barang, atau barang menjadikannya tidak berguna atau kurang

berguna jika tidak diterima tepat pada waktunya. Dalam hal ini,

pelanggan harus menerima kompensasi dari pelaku usaha sebagai

sarana perlindungan hukum bagi pelanggan sebagaimana

diamanatkan oleh Pasal 4 Nomor 8 Undang-Undang No. 8 Tahun

1999 mengenai Perlindungan Konsumen adalah hak pelanggan untuk

mendapatkan pengantin kerugian atas keterlambatan waktu dalam

pengiriman. Karena barang yang dikirim dapat berupa makanan yang

memiliki batas waktu untuk dikonsumsi. Apabila terjadinya suatu

kerusakan suatu barang saat barang tersebu sampai pada tujuan maka

pertanggung jawaban secara hukum berdasarkan isi perjanjian yang

disepekatai menurut hukum Perdata dan Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen.

2. Pertanggung jawaban hukum atas pelayanan JNE yaitu Pelanggan

memerlukan jaminan bahwa jika barang tidak tiba tepat waktu, dia
62

berhak mendapat pengantin kerugian dari pelaku usaha JNE. Sesuai

dengan apa yang diamanatkan dalam Pasal 28 Undang-Undang

Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos, ini adalah mengenai kompensasi

pengiriman yang hilang, kerusakan isi paket, pengiriman terlambat

atas suatu barang yang dikirim dan diterima. Manfaat dari aspek

penegakan hukum perlindungan konsumen adalah untuk

memberikan kepastian hukum kepada masyarakat (pelanggan),

karena dengan menerapkan penegakan hukum perlindungan

konsumen sehingga dampak hukum terhadap perusahaan (pelaku

usaha) sebagai perusahaan pengiriman barang tentu akan menjaga

nama baik serta kualitas pelayanan dalam melaksanakan kegiatan

pengiriman suatu barang. JNE hanya bertanggung jawab demi

mengganti kerugian yang dialami Shipper akibat perusakan atau

kehilangan dari pengirim dokumen atau barang bagi JNE sepanjang

kerugian tersebut terjadi ketika barang atau dokumen masih berada

didalam pengawasan JNE, dengan catatan bahwa perusakan tersebut

semata- mata disebabkan karena kelalaian karyawan atau agen JNE.

JNE tidak bertanggung jawab atas kerugian konsekuensi yang timbul

akibat dari kejadian tersebut di atas, ialah kerugian yang termasuk

serta tanpa dibatasi atas kerugian komersial, keuangan atau kerugian

tidak langsung lainnya termasuk kerugian yang terjadi didalam

pengangkutan atau pengantaran yang disebabkan bagi perihal-perihal


63

yang diluar kemampuan control JNE atau kerugian atas perusakan

akibat bencana alam atau Force Majeure. JNE ingin mengganti

sepenuhnya nilai barang yang hilang atau rusak, tetapi ada beberapa

syarat yang harus dipenuhi atas barang yang diasuransikan atau

barang yang diganti rugi atas kerusakan dan pembungkusan barang

dijamin selamat atau menggunakan pembungkusan kayu tetapi untuk

barang yang tidak diasuransikan tidak dibungkus dengan kayu,

penggantian nominal adalah berdasarkan perjanjian antara JNE pusat

dan pelanggan.

B. Saran

1. Perlunya pembuatan norma hukum baru yang secara khusus

membahas tentang Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) berkaitan

dengan sebagai badan usaha yang menawarkan pelayanan

pengirim satu barang.

2. Perlunya memberikan kepastian hukum dengan memberikan

suatau tanggung jawab berupa pengantin kerugian bagi pihak

yang mengiakan pelayanan Jalur Nugraha Ekakurir (JNE).

Anda mungkin juga menyukai