Anda di halaman 1dari 34

Journal

Reading
Pembimbing : dr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL
dr. Afif Djauhari, Sp. THT-KL

Asyifa Nuriazahra
Dita Oktaviani Ayuningtyas
Title
Early recovery following new onset anosmia during the
COVID-19 pandemic - an observational cohort study

Author
Claire Hopkins, Pavol Surda,
Emily Whitehead, B. Nirmal Kumar

Publication Date

2020

Publisher

Journal of Otolaryngology – Head & Neck Surgery


2
ABSTRACT
Post-infectious loss
Common cold
e.c. virus
Post-viral anosmia

40% CASE

4
5
Strain virus Corona pada manusia yang Oleh karena itu mungkin
dijelaskan sebelumnya juga telah terbukti tidak mengherankan bahwa
menyerang sistem saraf pusat (SSP) dan menyebar perubahan indra penciuman
dari dalam bulbus olfaktorius. akan dilaporkan pada
pasien dengan COVID-19

Dalam sebuah penelitian


terhadap 3191 (+) pasien
Laporan awal anosmia yang terjadi terkait
COVID-19 yang mengisolasi diri
dengan COVID-19 sebuah penelitian
di rumah dengan penyakit
menemukan bahwa lebih dari 2 dari 3
ringan 15,3% menyatakan
dikonfirmasi melaporkan kehilangan bau dan
kehilangan bau atau rasa
rasa

6
Dengan dikeluarkannya pernyataan anosmia yang terjadi pada kasus
COVID-19 untuk menyoroti kemungkinan kaitan COVID-19 dengan
sesama ahli bedah THT dan mendorong penggunaan alat pelindung diri
(APD) dalam kasus tersebut

7
Studi ini menyajikan tingkat
pemulihan yang dilaporkan sendiri
dan meninjau literatur peer-review
yang muncul

8
METODE
Study Design

 Survei ini awalnya dilakukan


secara anonim, dan tidak ada
Cohort Observational hadiah yang ditawarkan untuk Setelah 24 jam
penyelesaiannya. mengirimkan 300 email,
 Banyak pasien menyelesaikan 710 responden telah
Penelitian ini dilakukan survei dan juga melaporkan bahwa menyelesaikan survei.
dengan menggunakan mereka telah berbagi survei Dalam 7 hari, 2428
kuesioner kepada pasien dengan anggota keluarga dekat, tanggapan telah diterima.
dengan keluhan anosmia dan teman dekat, dan kolega yang
gejala terkait yg dikirim menderita penyakit serupa.
melalui email
10
 Survei dicocokkan
613 responden diberi menggunakan alamat email,
survei kedua 1 minggu dan kemudian database yang
Dari 2428 responden
setelah selesainya survei dianonimkan digunakan
hanya 613 responden
pertama, dan diberitahu untuk analisis.Data deskriptif
yang setuju untuk
untuk menyelesaikan disajikan dan uji signifikansi
melanjutkan penelitian
survei kedua dalam 72 dilakukan dengan
jam menggunakan x2 dan Mann
Whitney

11
RESULTS
Karakteristik
Dasar
● Total ada 382 responden yang menyelesaikan survey pertama dan survey kedua
(memberikan respon rate 62,8%)
● 64% dari 2.428 responden berusia <40 dengan median rentang usia 30-39 tahun

13
14
• 73% responden adalah perempuan
• Mayoritas responden (n = 229,6%) melaporkan onset terjadinya anosmia <1
minggu sebelum menyelesaikan survei pertama.
• 120 responden menyelesaikan survei pertama 1-2 minggu setelah onset
• 26 responden 2-3 minggu setelah onset
• 3 responden 3-4 minggu setelah onset
• 4 responden> 4 minggu setelah onset

15
86,4%
80,1% melaporkan skor keparahan yang lebih rendah
saat tindak lanjut, 17,6% tidak berubah dan 1,9% lebih
buruk

17,3%
11,5% 11,5%

Ada perbaikan yang signifikan dalam penilaian diri sendiri dari keparahan kehilangan penciuman(P
<0,001, Mann Whitney U) 16
75%
67%
61%

35%

13%

Tampaknya ada peningkatan yang signifikan dalam 2 minggu pertama, tetapi kemudian
tingkat pemulihan tampaknya tidak berubah 17
• 69 pasien dilaporkan mengakses kelompok dukungan pasien karena
kehilangan indera penciuman, dan 36 dilaporkan menggunakan
pelatihan penciuman / olfactory training (OT). Tingkat pemulihan
pada mereka yang menggunakan OT adalah 83% dibandingkan dengan
73% pada mereka yang tidak melakukan OTNamun perbedaan tersebut
tidak bermakna secara statistik (p = 0,183, x2)

18
Sejumlah kecil pasien mencoba pengobatan lain:
• Steroid hidung  20 pasien
• Suplemen Omega 3  11 pasien
• Vitamin A tetes  2 pasien
• Asam lipoat alfa  1 pasien
• Steroid oral  3 pasien

19
• 94,8% melaporkan bahwa indra perasa mereka berkurang pada survei
pertama, tetapi ini turun menjadi 75% pada survei kedua
• 60% dari seluruh kelompok yang dilaporkan masih bisa membedakan
rasa manis, asin, asam, dan pahit pada survei pertama dan meningkat
sebesar 88,9% pada survei kedua.
• Diperkirakan masalah utama adalah penurunan indra penciuman
daripada hipogeusia, meskipun gangguan rasa yang sebenarnya harus
dipertimbangkan.

20
14,9% yang melaporkan gangguan bau Pasien dengan gejala:
dan / atau rasa tidak melaporkan gejala  14,9% melaporkan anosmia sebelum onset
lain yang diduga terkait dengan COVID-  39,3% pada saat bersamaan
19  45,8% timbulnya anosmia setelah gejala lain

Pada saat survei kedua, dari 57 pasien yang mengalami anosmia terisolasi  44
kemudian mengembangkan gejala lain yang terkait dengan infeksi COVID-19,
meninggalkan hilangnya indra penciuman atau perasa hanya pada 3,4% kelompok.

21
Hanya 15 pasien yang telah diuji
untuk COVID-19, tetapi 80% dari
mereka yang diuji (+) untuk
COVID-19

22
04
DISCUSSION
Ketika penulis merilis pernyataan asli yang
memperingatkan ahli bedah THT tentang potensi
hubungan antara infeksi COVID-19 dan gangguan bau
dan rasa, tidak ada literatur yang ditinjau oleh rekan
sejawat.
Pustaka yang membahasnya, meliputi:

Namun, mayoritas pasien yang dijelaskan


Studi tersebut melaporkan bahwa 16% dalam seri kami tidak memenuhi syarat
dari 2.428 responden selama pandemi untuk pengujian, yang saat ini hanya
COVID-19 mengalami anosmia sebagai tersedia di Inggris untuk pasien yang
gejala yang terisolasi. dirawat di rumah sakit dengan penyakit
parah.

Studi oleh Mao et al. menggambarkan manifestasi neurologis pasien rawat inap dengan
COVID-19 di Wuhan, di mana hipogeusia dan hiposmia dilaporkan masing-masing oleh
5,6% dan 5,15% pasien
Lechien dkk. Merupakan penelitian multisenter pertama yang ditinjau oleh sejawat,
melaporkan serangkaian 417 pasien yang dikonfirmasi dengan ringan-sedang; 85,6%
melaporkan gangguan penciuman dan 88,0% disfungsi rasa

Kaye dkk. melaporkan pada 237 pasien AS


Dalam penelitian ini, 11,8% pasien dengan COVID-19 dan menemukan bahwa
melaporkan mengalami anosmia sebagai 73% melaporkan anosmia, dengan 26,6%
gejala pertama sebelum gejala lainnya sebagai gejala awal.
King’s College London memformulasikan aplikasi pelacak gejala yang digunakan
oleh 1,5 juta orang dari 24-29 Maret 2020

 Dari jumlah tersebut, 1702 dilaporkan telah diuji Menggunakan semua data yang dikumpulkan,
untuk COVID-19, dengan 579 (+) dan 1123 (-). tim peneliti King mengembangkan model untuk
 59% pasien COVID-19 (+) melaporkan kehilangan mengidentifikasi kombinasi gejala mana yang
bau dan rasa, dibandingkan dengan hanya 18% dari dapat memprediksi kasus COVID-19, termasuk
mereka yang (-). kehilangan bau dan rasa, demam, batuk terus-
 Hasil ini jauh lebih kuat dalam memprediksi menerus, kelelahan, diare, sakit perut, dan
diagnosis (+) COVID-19 daripada demam yang kehilangan nafsu makan.
dilaporkan sendiri.
As a result, the strongest predictors is loss of
smell and taste
Ini adalah studi pertama yang dilaporkan untuk melaporkan data tindak lanjut
meskipun durasinya sangat singkat

Hampir 80% pasien melaporkan perbaikan gejala anosmia


dalam beberapa minggu setelah onset, dengan pemulihan
tampak stabil setelah 3 minggu.

Tingkat pemulihan spontan yang lebih rendah sebelumnya


pernah dilaporkan dengan anosmia pasca-virus, berkisar antara
32-67% tanpa pengobatan aktif apa pun.
Diperlukan penelitian jangka panjang
terhadap orang yang selamat dari
COVID-19, serta penelitian untuk
menentukan berapa lama pasien dapat
tetap menular.
05
KETERBATASAN
Walaupun kohort dalam penelitian ini
memenuhi kriteria di Inggris, namun populasi
(+) pasien COVID-19 dalam penelitian ini
masih sangat kecil.

Sehingga masih belum dapat dibuktikan


apakah post viral anosmia yang terjadi pada
pasien ini disebabkan oleh SARS-CoV-2
atau rhinovirus atau strain virus corona
lainnya.
06
KESIMPULAN
Temuan dalam penelitian ini dapat
menjadi dasar untuk mempertimbangkan
gejala hilangnya bau dan rasa sebagai
penanda infeksi COVID-19, terutama di
negara-negara yang akses pengujiannya
akan sangat terbatas.
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai