02 Method 04 Discussion 06
0
1
Introduction
Blepharitis...
Blefaritis merupakan peradangan yang bersifat kronis atau
menahun dan pada umumnya berlokasi pada tepi kelopak mata.
Blefaritis dapat dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu blefaritis
anterior dan posterior
Prevalensi blefaritis dari banyak literatur paling sering pada wanita usia >50 tahun
Gejala yang dapat muncul diantaranya fotofobia ringan, pandangan kabur, rasa
terbakar, nrocos, sensasi berpasir, hiperemia pada tepi kelopak mata, dan pembentukan
krusta
Etiologi belum jelas berkaitan dengan infeksi, alergi, sistemik dan faktor lingkungan
Tujuan
Kotoran bulu mata dikultur dengan menggunakan swab khusus dari tepi bawah dan atas palpebra
pada salah satu mata. Jika hasilnya positif maka kultur mengalami perubahan antibiogram
03
Result
Selama periode 124 pasien dengan blefaritis
penelitian 1000 dilakukan kultur
catatan medis
direview
• Sampel sebagian besar merupakan pasien dengan blefaritis mild hingga moderate yang jarang
menimbulkan manifestasi yang berat
• 82.4 % pasien tidak kembali dan hanya 17.6% yang kembali untuk kontrol perkembangan
pengobatan. Data ini diakibatkan kebiasan meremehkan penyakit setelah gejala hilang. Pasien
hanya kembali apabila terdapat gejala sehingga pengawasan yang baik dapat menurunkan
angka kejadian kekambuhan
• Penelitian terkait flora normal pada kelopak mata didominasi CNS (58.33%), Streptococcus sp.
(2.5%), Corynebacterium (1.67%), Micrococcus sp. (1.67%), S. aereus (0.83%) yang mirip
dengan hasil kultur pada pasien blefaritis
• Pada penelitian yang dilakukan di Ethiopia pada 21 pasien blefaritis ditemukan 3 bakteri yang
mendominasi yaitu S. aereus, CNS dan H. Influenzae komposisi flora normal palpebra
berbeda di setiap wilayah
• Diantara antibiotik topikal untuk blefaritis, bacitracin, quinolone dan makrolida memiliki efek
antiinflamasi sekaligus aktivitas antibakteri
• Pemberian antibiotik sistemik seperti tetrasiklin oral memiliki efek menghambat produksi lipase
bakteri dan menurunkan asam lemak untuk meringankan rosacea yang dapat memperparah
blefaritis (larangan pemberian jangka panjang) . sebagai gantinya bisa memakai doxycycline
(analog tetrasiklin) dan azithromycin dengan waktu penyembuhan lebih singkat, lebih sedikit
efek samping dan kerja obat lebih cepat tidak diujikan pada pasien sehingga efektivitasnya
belum dapat dipastikan
Pemberian antibiotik sistemik seperti tetrasiklin oral memiliki efek menghambat produksi lipase
bakteri dan menurunkan asam lemak untuk meringankan rosacea yang dapat memperparah
blefaritis (larangan pemberian jangka panjang) . sebagai gantinya bisa memakai doxycycline
(analog tetrasiklin) dan azithromycin dengan waktu penyembuhan lebih singkat, lebih sedikit
efek samping dan kerja obat lebih cepat tidak diujikan pada pasien sehingga efektivitasnya
belum dapat dipastikan
Opsi terbaik pada penelitian ini yaitu daptomycin, linezolid, and vancomycin (dengan
sensitivitas 100%)
Blefaritis anterior juga dapat disebabkan oleh virus dan parasite tapi pada sampel penelitian ini
tidak ditemukan
.
Pada patogenesisnya, lipase bakteri mengubah sekresi kelenjar meibom, meningkatkan
konsentrasi kolesterol dan membantu pertumbuhan dan proliferasi bakteri
Racun yang dihasilkan, invasi jaringan, dan respon imun sangat penting dalam
perkembangan penyakit
Pada populasi yang diuji menunjukkan 66.4% pasien tidak berhubungan dengan kolonisasi
bakteri kemungkinan berkaitan dengan kondisi sistemik seperti rosacea dan dermatitis
seboroik tetapi patologi yang mendasari tidak diteliti pada sampel ini yang mungkin
bertanggung jawab pada pasien kultur negatif
05
Conclusion
Karakteristik
epidemiologi
Pemeriksaan fisik
Prevalensi bakteri