Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari berbagai pulau

baik yang besar maupun yang kecil yang membentang dari barat sampai ke timur.

Hal ini dikarenakan indonesia merupakan negara yang strategis yang mana diapit

oleh dua benua yaitu benua asia dan australia dan dua samudra yaitu samudra

hindia dan samudra pasifik. Sebagai negara kepulauan tentu saja memerlukan

sarana angkutan laut yang lebih dibandingkan dengan sarana yang lain, hal ini

diperlukan supaya dapat menghubungkan pulau yang satu dengan pulau yang lain,

atau wilayah daerah tertentu terutama yang belum atau susah dijangkau oleh

sarana angkutan darat maupun udara.

Indonesia dengan 75 % wilayah laut dan 25 % wilayah darat, potensi

ancaman terhadap kedaulatan dan wilayah indonesia berada di laut. Presentase

ancaman ini menjadi semakin tinggi karena posisi geografis indonesia berada

pada lalu lintas perdagangan dunia. Setiap hari ratusan bahkan ribuan kapal baik

kapal dagang maupun militer melintas di perairan indonesia melalui sea lanes of

communication (SLOC) serta sea lines of oil trade (SLOT). Laut indonesia

memiliki arti yang sangat penting bagi negara kesatuan republik indonesia

(NKRI) yaitu, laut sebagai media pemersatu bangsa, laut sebagai media

perhubungan, laut sebagai media sumber daya, laut sebagai media pertahanan dan

keamanan, serta laut sebagai media diplomasi. Konsep pemikiran tersebut

1
2

sangat diperlukan bangsa indonesia agar tidak menjadikan dan menganggap laut

sebagai rintangan, kendala atau hambatan sebagaimana dihembuskan oleh pihak-

pihak asing yang tidak menginginkan kemajuan bagi bangsa dan negara

indonesia.1 Kemajuan bidang pengangkutan terutama yang digerakkan secara

mekanik akan menunjang pembangunan di berbagai sektor salah satunya sektor

perdagangan. Indonesia sebagai negara kepulauan dalam rangka mencapai tujuan

cita citanya seperti yang ditetapkan dalam konsep wawasan nusantara


timbulnya berbagai permasalahan yang diakibatkan dengan adanya
1

pengangkutan itu sendiri. Pengangkutan laut terjadi karena adanya suatu

perjanjian antara kedua belah pihak, yaitu pihak pemberi jasa pengangkutan atau

pemilik kapal (snipowner) dengan pemakai jasa atau penyewa (charter). Dengan

adanya perjanjian tersebut menyebabkan suatu tanggung jawab bagi pemberi jasa

pengangkut yang terletak pada keamanan dan keselamatan kapal serta muatannya

terutama pada saat pelayaran atau selama dalam pengangkutan.

Sebagai perlindungan hukum utama yang mengatur tentang perlindungan

konsumen di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

perlindungan kosumen yang menegaskan bahwa perlindungan konsumen adalah

segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen, konsumen dalam hal ini penumpang kapal laut

yang memiliki hak dan kewajiban. Sebagaimana yang telah dijabarkan dalam

pasal 4 UUPK angka 1. bahwa “hak untuk atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa”; dan angka 3. “hak atas

informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau

jasa”; serta angka 7. yang menjelaskan bahwa “hak untuk diperlakukan atau
3

memerlukan sarana transportasi yang mantap. Salah satu sarana transportasi yang

memegang peranan penting adalah angkutan laut.2

Pengangkutan di indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan

dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

pengangkutan dapat memperlancar arus barang dari daerah produksi ke

penumpang sehingga kebutuhan penumpang dapat terpenuhi. Hal tersebut dapat


dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif”.

Perjanjian pengangkutan yang dimaksud dibuktikan dengan tiket

penumpang dan dokumen muatan. Secara tidak langsung pihak pengangkut selaku

pelaku usaha Kapal Motor Makaeling wajib memberikan fasilitas atas ketentuan

yang tertera di dalam tiket sebagai tanda bukti telah terjadi

perjanjianpengangkutan di perairan dengan pembayaran biaya pengangkutan.

Tiket penumpang dan dokumen pengangkutan di perairan merupakan tanda bukti

bahwa telah terjadinya suatu perjanjian atau kesepakatan antara kedua belah

pihak, dengan pembayaran biaya pengangkutan. Dan di dalam Tiket tersebut telah

memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak baik penumpang maupun

pengangkut selaku pelaku usaha. Semua perjanjian yang dibuat sah berlaku

sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian-perjanjian itu

tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena

alasan-alasan yang oleh Undang-Undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian-

perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Berdasarkan lampiran II peraturan menteri perhubungan Nomor 37 Tahun 2015


tentang standar pelayanan penumpang angkutan laut pada poin kemudahan,
menerangkan bahwa informasi yang disampaikan di dalam kapal kepada
pengguna jasa, yang terbaca dan terdengar terkait informasi untuk mengetahui
tempat duduk/tempat tidur sesuai tiket. Serta juga diatur dalam pasal 7 angka 2
4

terlihat pada perkembangan dewasa ini jasa pengangkutan di indonesia mulai

menunjukan kemajuan, terbukti dengan ditandainya banyaknya perusahaan

industri yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.

Hal ini terjadi karena tidak adanya tanggung jawab dari pihak pengangkut

selaku pelaku usaha yang mengabaikan penumpang yang tidak mendapatkan

haknya. Seharusnya pihak pengangkut selaku pelaku usaha harus memberikan

fasilitas yang memadai sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati yang

termuat dalam tiket atau dokumen yang dimana tiket mempunyai salah satu

manfaat yaitu mendapatkan tempat tidur yang layak. Akan tetapi penumpang tidak

mendapatkan fasilitas tersebut dan mengalami kerugian akibat tidak adanya

tenggung jawab dari pihak pelaku usaha. Maka pihak pengangkut selaku pelaku

usaha harus bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh penumpang

kecuali pihak pengangkut dapat membuktikannya sesuai dengan prinsip tanggung

jawab praduga bersalah dan prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum

pengangkutan angkutan laut sebagaimana tercantum dalam pasal 40 dan pasal 41

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

Meskipun demikian, penumpang tidak perlu khawatir karena pengangkut

memiliki kewajiban dan tanggung jawab pengangkut yang sudah diatur pada

bagian kesembilan Unadang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang pelayaran yang

Undang-Undang Perlindungan konsumen bahwa pihak pengangkut selaku pelaku


usaha mempunyai keajiban untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan
jujur kepada konsumen selaku pihak penumpang Namun berbanding terbalik pada
kenyataannya yang ditemukan dilapangan, masih banyaknya penumpang yang
tidak menikmati fasilitas atau mendapatkan haknya seperti yang tertera dalam
karcis atau tiket yang merupakan suatu alat perjanjian antara pengangkut selaku
pelaku usaha dan penumpang.
2
5

perjanjian pengakutnya dibuktikan dengan adanya tiket yang berfungsi sebagai

bukti pengangkutan penumpang.

Tiket yang seharusnya menjadi suatu alat bukti dalam perjanjian

pengangkutan laut untuk mendapatkan tempat yang layak akan tetapi justru hanya

menjadi suatu kertas biasa yang hak dan kewajiban penumpang diabaikan diatas

kapal dan tidak adanya tanggung jawab dari pihak pengangkut selaku pelaku

usaha seakan akan pembelian tiket hanya untuk bisa naik diatas kapal tanpa perlu

mendapatkan segalah fasilitas yang sebagaimana mestinya. Melihat latar belakang

diatas maka penulis perlu meneliti dan mengkaji lebih lanjut tentang

“Pemenuhan Hak Penumpang Oleh Pelaku Usaha Kapal Motor

MAKAELING Ternate- oba dan gane barat;

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemenuhan Hak Penumpang Oleh pelaku usaha Kapal

Motor Makaeling Rute Ternate- Oba dan Gane barat.?

2. Apakah yang menjadi kendala dalam Pemenuhan hak penumpang

kapal Motor makaeling oleh pelaku usaha.?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui bagaimana Pemenuhan Hak Penumpang Oleh

pelaku usaha Kapal Motor Makaeling Rute Ternate- Oba dan Gane

Barat.
6

2. untuk mengetahui Apakah Yang menjadi kendala dalam Pemenuhan

hak penumpang kapal Motor Makaeling oleh pelaku usaha

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara teoritis

Hasil penelitan ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

pengetahuan dan memberikan pengembangan untuk ilmu hukum

penilitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan

dalam penelitian berikutnya.

2. Manfaat Secara praktis

a. Bagi penulis bermanfaat untuk mengembangkan penelaran dan

menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan fakultas

hukum untuk menjadi seorang profesional dibidang hukum.

b. Bagi pengusaha bermanfaat sebagai bahan masukkan terhadap

perusahan pengangkutan dalam rangka memberi pelayanan kepada

masyarakat pengguna transportasi laut.

c. Memberi masukkan kepada penumpang untuk menempuh upaya

hukum yang tepat serta dapat membantu supaya penumpang dapat

mengetahui hak dan kewajiban selama dalam penggunaan jasa

angkutan penyeberangan.

d. Untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran yuridis dan

masukan-masukan yang bermanfaat demi perkembangan ilmu

pengetahuan terhadap Tanggung jawab pelaku usaha kapal motor


7

makaeling rute ternate- oba dan gane barat atas pemenuhan hak

penumpang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Konsumen Dan Pelaku Usaha

1. Pengertian Konsumen

Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang

mengatur hak dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam

usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk

menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen.3

Menurut Sri Handayani :


“konsumen (sebagai alih bahasa dari consumen), secara harfiah berarti"
seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa''; atau ''seseorang
atau sesuatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan
jasa tertentu'' juga ''sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu
persediaan atau sejumlah barang", ada pula yang memberikan arti lain
yaitu konsumen adalah ''setiap orang yang menggunakan barang atau jasa
dalam berbagai perundang-undangan negara”.
Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara langsung

maupun secara online seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi

yang tidak melalui tatap muka, konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang

yang sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya atau barang yang sesuai dengan

yang dijanjikan.

2. Pengertian Pelaku Usaha

Pengertian pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen adalah setiap

3
Disperindag,Perlindungan Konsumen Menurut UU NO 8 Tahun 1999,
https://disperindag.sumbarprov.go.id/details/news/9218#:~:text=PERLINDUNGAN
%20KONSUMEN%20MENURUT%20UU%20NO%208%20TAHUN%201999,27%20Desember
%202021&text=Konsumen%20adalah%20setiap%20orang%20yang,lain%20dan%20tidak
%20unuk%20diperdagangkan.pada tanggal 27 Desember 2021,Pukul 12:06:32 WIB.
orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun

bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan

dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-

sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi.4

3. Hak Dan Kewajiban Konsumen

a. Hak Konsumen

Hak sebagai konsumen diatur dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Republik Indonesia yang berlandaskan pada Undang Undang Dasar

1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33

yang dapat diketahui sebagai berikut:5

1) Hak dalam memilih barang

Konsumen memiliki hak penuh dalam memilih barang yang

nantinya akan digunakan atau dikonsumsi. Tidak ada yang

berhak mengatur sekalipun produsen yang bersangkutan.

Begitu juga hak dalam meneliti kualitas barang yang

hendak dibeli atau dikonsumsi pada nantinya.

2) Hak mendapat kompensasi dan ganti rugi

Konsumen berhak untuk mendapatkan kompensasi maupun

ganti rugi atas kerugian yang di terimanya dalam sebuah

4
Rendra Topan,” Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen”https://rendratopan.com/2019/04/05/hak-dan-kewajiban-pelaku-usaha-
berdasarkan-undang-undang-perlindungan-konsumen/,Pada Tanggal 04 Mey 2019 Pukul 12:00
Wib.
5
Disperindag,ibid.
transaksi jual beli yang dilakukan. Apabila tidak adanya

kecocokan dalam gambar maupun kualitas, konsumen

berhak melakukan sebuah tuntutan terhadap produsen.

3) Hak mendapat barang/jasa yang sesuai

Konsumen berhak untuk mendapat produk dan layanan

sesuai dengan kesepakatan yang tertulis. Sebagai contoh

dalam transaksi secara online, apabila terdapat layanan

gratis ongkos kirim, maka penerapannya harus sedemikian.

Bila tidak sesuai, konsumen berhak menuntut hak tersebut.

4) Hak menerima kebenaran atas segala informasi pasti

Hal yang paling utama bagi para konsumen, guna

mengetahui apa saja informasi terkait produk yang

dibelinya. Produsen dilarang menutupi ataupun mengurangi

informasi terkait produk maupun layanannya. Sebagai

contoh apabila ada cacat atau kekurangan pada barang,

produsen berkewajiban untuk memberi informasi kepada

konsumen.

5) Hak pelayanan tanpa tindak diskriminasi

Perilaku diskriminatif terhadap konsumen merupakan salah

satu bentuk pelanggaran atas hak konsumen. Pelayanan

yang diberikan oleh produsen tidak boleh menunjukkan

perbedaan antara konsumen yang satu dengan konsumen

yang lainnya.
b. Kewajiban Konsumen

Dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen menyebutkan kewajiban konsumen

diataranya sebagai berikut:

1). Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemanfaatan dan pemakaian barang dan/atau jasa, demi keamanan

dan keselamatan

2). Beretikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barag

dan/atau jasa

3). Membayar sesuai nilai tukar yang disepakati.

4). Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlinfungan

konsumen secara patut.

4. Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha

a. Hak Pelaku Usaha

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen telah disebutkan bahwa yang menjadi hak pelaku usaha

adalah: 6

1). Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan

kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan.

2). Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan

konsumen yang beritikad tidak baik.

6
Rendra Topan,ibid.
3). Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen.

4). Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum

bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan.

5). Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

b. Kewajiban Pelaku Usaha

Adapun yang menjadi kewajiban pelaku usaha sebagaimana yang

telah disebutkan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen adalah:7

1). Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

2). Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

3). Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan

jujur serta tidak diskriminatif.

4). Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang

dan/atau jasa yang berlaku.

5). Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,

dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta

7
Ibid.
memberijaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau

yang diperdagangkan.

6). Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas

kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang

dan/atau jasa yang diperdagangkan.

7). Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila

barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai

dengan perjanjian.

B. Kajian Umum Tentang Pengangkutan

1. Pengertian pengangkutan

kata pengangkutan berasal dari kata dasar ‘angkut’ yang berarti

mengangkuta dan membawa. Dalam kamus hukum tercantum bahwa,

pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim,

dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan

barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat,

sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.8

Transportasi atau pengangkutan meruapakan suatu proses pergerakan atau

perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin, yang

dirancang untuk melayani masyarakat dengan menghubungkan lokasi-lokasi yang

tak menentu jumlahnya, dan juga merupakan salah satu sarana untuk memperlanar

8
Ahmad Suyudi, Skripsi,”Tanggung Jawab Pelayanan Jasa Transportasi Laut Oleh PT.Pelni
Terhadap Penumpang”,(Makassar:UHM,2018),hlm.413.
roda perekonomian, dengan tujuan untuk memudahkan manusia dalam melakukan

aktifitas sehari hari.

Hukum pengangkutan tidak lain adalah merupakan sebuah perjanjian

timbal balik antara kedua belah pihak baik pengangkut dan pengirim, dimana

pengangkut pengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang atau

barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan

pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.

2. Perjanjian pengangkutan

Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada

perjanjian-perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang pemilik

barang. Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan dimana pengangkut

mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau

barang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang

atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan.9

Dalam hal ini para ahli memberi rumusan anatar lain sebagi berkut:

R. Soekardono mengemukakan:

perjanjian pengangkutan adalah timbal balik, pihak pengangkut


mengikatkan diri untuk menyelenggarakan barang dan/ atau orang ke
tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya pengirim atau penumpang
berkewajiban untuk membayar biaya pengangkuatan.

Dari defenisi diatas dapat dilihat bahwa perjanjian pengangkutan

pada prinsipnya adalah suatu perjanjian timbal balik. Hal ini berarti

kedudukan antara pengangkut dan pengirim dan/atau penumpang

9
Ahmad Suyudi,Op.Cit,hlm.10.
adalah sama, dalam arti kata sam-sama mempunyai hak dan kewajiban.

Ada pun hak pengangkut adalah menerima

biaya angkutan yang sudah disepakati oleh pihak pengirim dan/atau

penumpang. Sedangkan kewajiban pengangkut adalah mengangkut barang

dan/atau penumpang sampai ke tempat tujuan yang telah ditentukan dengan

selamat.10 Hak dari pengirim dan/atau penumpang adalah mendapatkan pelayanan

dengan selamat sampai ke tempat tujuan. Sedangkan kewajiban pengirim dan/atau

penumpang adalah membayar biaya angkutan yang telah ditentukan oleh

pengangkut.11

3. Fungsi Dan Tujuan pengangkutan

a. Fungsi pengangkutan

Fungsi pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari suatu

tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan

nilai. Di sini jelas, meningkatkan daya guna dan nilai merupakan tujuan dari

pengangkutan, yang berarti bila daya guna dan nilai ditempat baru itu tidak naik,

maka pengangkutan tidak perlu diadakan, sebab merupakan suatu perbuatan yang

merugikan bagi si pedagan.12 Fungsi pengangkutan yang demkian itu tidak hanya

berlaku di dunia perdagangan saja, tapi juga berlaku dibidang pemerintahan,

politik, pendidikan, pertahanan, dan keamanan, dan lain lain.

10
Sentosa Sembiring,(2019),”Hukum Pengangkutan Laut”,Nuansa Aula,Bandung,hlm.15-16.
11
Ibid.hlm.16
12
Anonim, (2022),”Pelaksanaan Pengangkutan barang”,
http://repository.stimart-amni.ac.id/985/2/BAB%20II%20A.pdf,diakses pada tanggal 12 April
2022 pukul 04.12 wit..hlm.30.
Pengangkutan pada pokoknya berfungsi membawa barang-barang yang dirasakan

kurang sempurna bagi pemenuhan kebutuhan di tempat lain dimana barang

tersebut menjadi lebih berguna dan bermanfaat. Juga mengenai orang,

dengan adanya pengangkutan maka orang akan berpindah dari satu tempat

yang dituju dengan waktu yang relatif singkat.

b. Tujuan Pengangkutan

Secara umum dinyatakan bahwa setiap pengangkutan bertujuan untuk tiba

ditempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna bagi penumpang

ataupun barang yang diangkut. Pengangkutan diselenggarakan dengan tujuan

untuk membantu memindahkan barang atau manusia dari satu tempat ke tempat

lain secara efektif dan efisien. Dikatakan efektif karena perpindahan barang atau

orang tersebut dapat dilakukan sekaligus atau dalam jumlah yang banyak

sedangkan dikatakan efisien karena dengan menggunakan pengagkutan

perpindahan itu menjadi relatif singkat atau cepat dalam ukuran jarak dan waktu

tempuh dari tempat awal ke tempat tujuan. Serta tujuan kegiatan pelaksanaan

pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan tiba dengan selamat di tempat

tujuan.13

4. Asas Hukum Pengangkutan

13
Ahmad Suyudi,Op.Cit,hlm.11-12.
Dalam setiap Undang-Undang yang dibuat, biasanya dikenal sejumlah asas

atau prinsip yang mendasari diterbitkannya undang-undang tersebut yang

merupakan pondasi suatu undang-undang dan peraturan pelaksananya.14

Didalam hukum pengangkutan juga terdapat asas-asas hukum. Asas hukum

pengangkutan merupakan landasan filosofis yang diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu asas hukum publik dan asas hukum perdata. Asas hukum publik merupakan

landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan berguna bagi semua

pihak, yaitu pihak pihak dalam pengangkutan, dan pihak pemerintah

(negara). Asas hukum perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang

hanya berlaku dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan yaitu pengikut

dan penumpang atau pemilik barang.15

a. Asas hukum bersifat publik

Asas yang bersifat publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang

berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan,

pihak ketiga yang berkepentingan dengan pengangkutan, dan pihak pemerintah

(penguasa).

Asas hukum publik landasan undang-undang yang lebih mengutamakan

kepentingan umum atau kepentingan masyarakat yang terdiri atas :16

14
Sudikno Mortokusuma,(2003),”Mengenal Hukum”’Liberty,Yogyakarta,Hlm.34.
15
Abdulkadir Muhammad,(2013),”Hukum Pengangkutan Niaga”,PT Citra
Aditya,Bandung,hlm.12.
16
Ibid,hlm12-13.
1) Asas Manfaat

Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan harus dapat

dapat memberikan nilai guna yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan,

peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pengembangan perikehidupan yang

berkeseimbangan bagi warga negara indonesia.

2) Asas Usaha Bersama Dan Kekeluargaan

Mengandung makna bahwa usaha pengangkutan diselenggarakan

untuk mewujudkan cita-cita dan aspirasi bangsa indonesia yang dalam

kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dijiwai oleh

semangat kekeluargaan.

3) Asas Adil Dan Merata

Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan

harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap

lapisan masyarakat, dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Asas

keseimbangan mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan

harus dengan keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana,

antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan

induvidu dan masyarakat, serta antara kepentingan nasional dan

internasional.

4) Asas Kepentingan umum


Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan

harus lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat

luas.

5) Asas Tegaknya Hukum

Asas ini mengandung makna bahwa pemerintah wajib menegakan dan

menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara

indonesia agar selalu sadar dan taat kepada hukum dalam penyelenggaraan

pengangkutan.

6) Asas Keselamatan penumpang

Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus

dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan

masyarakat, dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Asas keseimbangan

mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dengan

keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan

pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan induvidu dan masyarakat, serta

antara kepentingan nasional dan internasional.

5. Subjek dan objek pengangkutan

a. Subjek hukum pengangkutan dapat berstatus badan hukum, persekutuan

bukan badan hukum, dan perseorangan. Subjek hukum pengangkutan

adalah pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum

pengangkutan, yaitu pihak pihak dalam perjanjian pengangkutan antara

lain : pengangkut, pengirim, penumpang, ekspeditur, agen perjalanan,

perusahaan bongkar muat, perusahaan pergudangan dan penerima.17


17
Ibid.
b. Objek pengangkutan adalah segala sarana yang digunakan untuk mencapai

tujuan hukum pengangkutan, yaitu terpenuhinya hak dan kewajiban pihak-

pihak secara benar, adil, dan bermanfaat. Yang terdiri atas : barang muatan

dan alat pengangkut.

6 Hak Dan Kewajiban Pengangkutan

a. Hak Pengangkut

1) Menerima biaya angkutan.

Setalah penyerahan barang ditempat tujuannya, penerima harus

membayar biaya angkutannya dan apa yang selanjutnya harus dibayar

sesuai dengan dokumennya yang berdasarkan itu telah menerima

penyerahannya.

2) Menerima pemberitahuan barang yang dikirim.

3) Menerima dokumen atau surat-surat barang yang hendak dikirim.

b. Hak Pengirim

1) Menerima barang selamat sampai ditempat tujuan

(1) perjanjian pengangkutan menjanjikan pengangkut untuk menjaga

keselamatan barang yang harus diangkut dari saat penerimaan sampai saat

penyerahannya; (2) pengangkut harus mengganti kerugian karena tidak

menyerahkan seluruh atau sebagian barangnya atau karena ada kerusakan,

kecuali bila ia membuktikan bahwa tidak diserahkannya barang itu

seluruhnya atau sebagian atau kerusakannya itu adalah akibat suatu

kejadian yang selayaknya tidak dapat diegah atau dihindarinya, akibat


sifatnya, keadaanya atau suatu cacat barangnya sendiri atau akibat

kesalahan pengirim. (3) ia bertanggung jawab atau tindakan orang yang

dipekerjakannya, dan terhadap benda yang digunakannya dalam

pengangkutan itu.18

c. Minta dibuat dokumen pengangkutan.

d. Kewajiban Pengangkut

Untuk mengetahui apa saja keajiban pengangkut, dapat diperhatikan dalam

ketentuan dibawah ini.

1) Menjaga keselamatan barang

para pengangkut dan juragan kapal harus bertanggung jawab atas semua
kerusakan yang terjadi pada barang-barang dagangan atau barang-barang
yang telah diterima untuk diangkut, kecuali hal itu disebabkan oleh cacat
barang itu sendiri, atau oleh keadaan diluar kekuasaan mereka atau oleh
kesalahan atau kelalaian pengirim atau ekspeditur sendiri;

Pasal 522 KUHD: (1) perjanjian untuk mengangkut, mewajibkan

pengangkut untuk menjaga keamanan penumpang dari saat naik sampai

pada saat turun dari kapal; (2) pengangkut wajib mengganti kerugian, yang

disebabkan oleh cedera yang menimpa penumpang berkenaan dengan

pengangkutan, kecuali ia dapat membuktikan, bahwa cedera itu akibat dari

suatu peristiwa yang layaknya tidak dapat dicegah atau dihindari, atau

akibat kesalahan penumpang sendiri; (3) bila cedera itu mengakibatkan

kematian, maka pengangkut wajib mengganti kerugian yang karenanya

diderita oleh suami atau istri yang ditinggalkan, anak-anak dan orang tua

penumpang itu; (4) bila penumpang itu diangkut berdasarkan perjanjian

dengan pihak ketiga, pengangkut bertanggung jawab baik terhadap pihak


18
Ibid,hlm.26.
ketiga maupun terhadap penumpang dan ahli warisnya, semuanya dengan

mengindahkan ketentuan dalam alinea-alinea yang lain.

e. Kewajiban Pengirim

1) Membayar biaya angkutan

setelah penyerahan barang ditempat tujuannya, penerima harus membayar

biaya angkutannya dan apa yang selanjutnya harus dibayar sesuai dengan

dokumennya yang berdasarkan itu telah menerima penyerahannya.

2) Memberitahu tentang pengangkut barang yang dikirim.

terhadap pencurian dan hilangnya emas, perak, batu mulia, dan barang

berharga lainnya, uang dan surat surat berharga, dan juga terhadap

kerusakan barang-barang berharga yang mudah menjadi rusak, pengangkut

hanya bertanggung jawab bila kepadanya diberitahukan tentang sifat dan

nilai barang itu sebelum atau pada waktu ia menerimanya.

6. Dokumen Pengangkutan

Dalam kamus umum bahasa indonesia, terdapat pengertian mengenai

dokumen, yaitu bahwa dokumen adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak, yang

dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Berdasarkan pengertian tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa dokumen angkutan adalah sesuatu yang tertulis

atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti adanya perjanjian antara pihak

pemakai jasa angkutan dengan pengangkut. Dalam hal ini meliputi pengangkut

orang dan pengangkut barang.

Tiket penumpang selalu diterbitkan atas nama (op naam, on name).

Artinya pada tiket penumpang tertera nama pemegangnya. Dengan cara demikian
tiket penumpang tidak boleh digunakan oleh orang lain, kecuali penumpang yang

bersangkutan. Dalam dokumen/surat angkutan merupakan perjanjian antara

pengirim atau ekspeditur dan pengangkut atau nahkoda. Sebetulnya tanpa

dokumen/surat angkutan, apabila tercapai persetujuan kehendak antara kedua bela

pihak perjanjian telah ada, sehingga dokumen/surat angkutan hanya merupakan

surat bukti belaka mengenai perjanjian pengangkutan.

Dokumen/surat angkutan dinyatakan telah mengikat bukan hanya ketika

dokumen/surat angkutan tersebut telah ditandatangani pengirim atau ekspeditur,

melainkan juga ketika pengangkut/nahkoda telah menerima barang angkutan

beserta dokumen/surat angkutan tersebut.19

Dalam praktik dokumen angkutan yang biasa ada secara umum baik dalam

pengangkutan laut, darat, maupun udara ada 3 macam, antara lain:

1. Tiket Penumpang, untuk pengangkutan orang

2. Tiket bagasi, untuk pengangkutan bagasi

3. Surat muatan, untuk pengangkutan barang.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum empiris, yaitu penelitian yang menggunkan fakta-fakta empiris

19
Ibid.
yang diambil dari perilaku manusia, baik perilaku verbal yang didapatkan dari

wawancara maupun perilaku nyata yang dilakukan melalui pengamatan langsung.

Menurut Muhaimin :20

Metode penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum yang


menganalisis tentang penerapan hukum dalam kenyataannya terhadap
induvidu, kelompok, masyarakat, lembaga hukum dalam masyarakat
dengan menitikberatkan pada perilaku induvidu atau masyarakat,
organisasi atau lembaga hukum dalam kaitannya dengan penerapan atau
berlakunya hukum.

Maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti bagaimana pemenuhan

hak penumpang oleh pelaku usaha kapal motor makaeling rute ternate-oba dan

gane barat dan Apakah yang menjadi kendala dalam Pemenuhan hak penumpang

kapal Motor Makaeling oleh pelaku usaha.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dilakukannya penelitian, dalam

penyusunan penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di Pelabuhan

Bastiong, Bastiong Talangame, Kecamatan. Kota Ternate Selatan, Kota Ternate,

Maluku Utara, Indonesia.

C. Jenis Dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data yang mempunyai

hubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, adapun jenis dan sumber

data yang penulis gunakan dibagi kedalam dua jenis data, yaitu:

1. Data Primer

20
Muhaimin, 2020, Metode Penelitian Hukum, cet.1, (Mataram University Press,Mataram),
Hlm.80.
Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil

penelitian, dalam penggunaan data primer, pengumpulan data melalui penelitian

dilapangan dengan menggunakan metode wawancara secara langsung kepada

pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan tanggung jawab pengangkut.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang didapatlan secara tidak langsung atau

melalui studi seperti buku, Undang-Undang, skripsi, jurnal, artikel, dokumen, dan

referensi lainnya yang relevan dengan judul penelitian ini


D Teknik Pengumpulan Data

teknik pengumpulan data dalam penulisan proposal ini adalah dilakuakan dengan

menggunakan metode studi lapangan.

1. Wawancara

Studi lapangan dengan melakukan wawancara atau interview merupakan teknik

pengumpulan data primer yang bersumber langsung dari informan dilapangan. 21 Penelitian

dilakukan dengan turun langsung ke lapangan dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak

terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti guna mendapatkan yang akurat.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan data dengan cara menanyakan

langsung kepada seseorang responden secara langsung dan adapun yang diwawancara antara lain

- Pihak Pengangkut. Selaku pihak agen resmi penjualan tiket.

- Penumpang kapal

- Pihak angkutan kapal KM. Makaeling, Nahkoda kapal, ABK kapal

21
Muhaimin, OP.Cit, hlm. 95.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Konsumen Dan Pelaku Usaha ....................8
1. Pengertian Konsumen ....................................................................8
2. Pengertian Pelaku usaha ................................................................8
3. Hak Dan Kewajiban Konsumen ....................................................9
4. Hak Dan Kwajiban Pelaku Usaha ..................................................10
B. Kajian Umum Tentang Pengangkutan .................................................12
1. Pengertian Pengangkutan ...............................................................12
2. Perjanjian Pengangkutan ...............................................................13
3. Fungsi Dan Tujuan Pengangkutan .................................................14
4. Asas Hukum Pengangkutan ...........................................................15
5. Subjek dan objek pengangkutan ....................................................17
6. Hak Dan Kewajiban Pengangkutan ...............................................18
BAB III METODE PENETILIAN
A. Tipe Penelitian .....................................................................................22
B. Lokasi Penelitian .................................................................................22
C. Jenis Dan Sumber Data ........................................................................23
D Teknik Pengumpulan Data .....................................................................24
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabil’ alamin, Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah, berupa kesehatan, kesempatan, dan juga pengatahuan yang cukup, sehingga saya
bias menyelesaikan tugas ini dengan judul ““Pemenuhan Hak Penumpang Oleh Pelaku
Usaha Kapal Motor Makaeling Rute Ternate-Oba dan Gane Barat” saya
mengnanngkat judul ini karna merasa terwakilkan sebagai masyarahat Gane Barat, dan dan
juga sebagai Penumpang, yang merasa haknya belum di penuhi dengan maksimal, karya ini
di persembahkan untuk masyarakat Oba dan juga Gane Barat sebagai acuan kesadaran
akan hukum, dan juga mengingatkan pelaku usaha agar bisa memenuhi kewajiban
sebagaimana mestinya, saya juga berharap agar praktisi hukum { dosen dll } agar bisa
menjadi penengah antara masyrakat dan pemerintah agar menyelesaikan gejala social yang
suda lama terjadi.

Ternate 27 Mei 2023

ULIL AMRI S IMAM


: 0101211118
PEMENUHAN HAK PENUMPANG OLEH PELAKU USAHA

KAPAL MOTOR MAKAELING RUTE TERNATE OBA DAN GANE BARAT

OLEH

NAMA : ULIL AMRI S IMAM

NPM : 01012111184

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE 2023

Anda mungkin juga menyukai