Anda di halaman 1dari 15

ENTERPRISE RISK MANAGEMENT

“PAILITNYA PT BOURAQ”
KARYA I

Disusun Oleh :

Felia Angelina 11160145

(Risiko Strategik, Ekonomi, dan Hukum)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Isu Utama


Pailitnya PT Bouraq pada 26 Maret 2007 dikarenakan Krisis finansial Asia 1997. Krisis
keuangan yang melanda Asia dan berdampak pada Indonesia ini terbukti telah menghempaskan
sejumlah maskapai penerbangan. Ditambah lagi terjadinya serangan teroris pada menara kembar
WTC pada tanggal 11 September 2001. Peristiwa yang dikenal dengan nama 9/11
Tragedy tersebut telah menimbulkan dampak katastropik berupa mega loss dalam industri
penerbangan komersial (commercial airlines).

Tragedi 11 September menyebabkan penurunan agregat jumlah penumpang angkutan udara


yang sangat signifikan. Penurunan jumlah penumpang ini menyebabkan revenue industri
penerbangan komersial anjlok ke titik terendah. Hal ini terefleksi dalam kinerja industri
penerbangan yang sangat buruk, sehingga menggiring para investor secara serempak melepas
saham industri yang tercatat di indeks S&P 500 NYSE ini. Bahkan, berdasarkan laporan
dariAirlines Business tragedi 9/11 menimbulkan kerugian yang diestimasi mencapai US$
46 milyar.

1.2 Alasan Kajian


Penulisan ini kami buat agar dapat mengetahui apa yang melatarbelakangi pailitnya
PT Bouraq. Dengan mengetahui hal tersebut, kami dan perusahaan-perusahaan dapat
belajar bagaimana mengambil keputusan yang terbaik dari masalah yang dihadapi seperti
PT Bouraq, dan dengan harapan tidak terulang kembali oleh perusahaan-perusahaan
lainnya yang dapat merugikan karyawan perusahaan tersebut dan negara Indonesia juga.

1.3 Tujuan
Kami bertujuan untuk mengulas tragedi pailitnya PT Bouraq dan menganalisis resiko-
resiko apa saja yang dialami oleh PT Bouraq serta mengevaluasi permasalahan yang
dihadapi oleh perusahaan tersebut.
1.4 Manfaat Kajian
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk perusahaan-perusahaan lainnya agar terhindar
dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh PT Bouraq. Banyak
kesalahan yang dilakukan perusahaan tersebut mulai dari kurangnya komunikasi yang baik
dari perusahaan terhadap para pekerjanya, lalu karena PT Bouraq mengalami krisis
moneter, dan memiliki banyak hutang, dll.
Penulisan ini juga memberikan informasi-informasi tentang risiko yang telah dialami
PT Bouraq sehingga menyebabkan perusahaan tersebut pailit.
BAB II
KASUS

2.1 Profil Perusahaan

Bouraq Indonesia Airline atau lebih dikenal dengan sebutan Bouraq lahir pada 1970.
Maskapai dengan warna khas hijau toska ini lahir dari kegigihan seorang pengusaha yang sama
sekali tak berkecimpung di industri penerbangan. Jerri A Sumendap, putra asli Manado dan
menghabiskan waktunya dengan berbisnis kayu adalah pria di balik lahirnya Bouraq.
Bouraq lahir dari keprihatinan minimnya sarana perhubungan dan transportasi di Pulau
Kalimantan sekitar akhir 1960-an. Tak ada satupun penerbangan yang bersedia mendaratkan
armadanya di pulau yang sebetulnya kaya akan sumber daya minyak dan hasil alam.

Pada April 1969, dimulailah proyek besar untuk mendirikan maskapai dengan cita-cita
menghubungkan Kalimantan dengan pulau-pulau lain di tanah air. Bermodal tiga unit DC-3,
Sumendap akhirnya memulai meniti bisnisnya di industri penerbangan. 1 April 1970 menjadi
tonggak awal bagi Sumendap karena pertama kalinya mendaratkan pesawat di lapangan rumput
di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Nama Bouraq sendirii diambil dari `kendaraan` Nabi Muhammad SAW saat peristiwa
suci dalam Islam, Isra Mi'raj. Dengan pengambilan nama itu pula, Sumendap berharap
maskapainya bisa menjadi yang tercepat baik dari segi perkembangan usaha maupun ketepatan
waktu.

2.2 Proses Bisnis Perusahaan


Sumendap pada awalnya hanya berniat mendirikan maskapai penerbangan tak berjadwal
atau penerbangan carter untuk memudahkan arus karyawan yang juga dimilikinya lewat PT
Pordisa. Perusahaan kayu miliknya memang memiliki kebutuhan mengangkut pekerjanya ke
kawasan pedalaman Kalimantan.
Seiring berjalannya waktu, bisnis penerbangan Bouraq makin mengepakkan sayapnya.
Nasib berbeda justru dialami perusahaan yang semula dikelola Sumendap, PT Pordisa.
Perusahaan kayu ini terpaksa berhenti beroperasi dan gulung tikar.
Kepak sayap Bouraq semakin membesar ditandai dengan langkah perusahaan yang
mendirikan anak perusahaan Bali Air tahun 1972. Perusahaan barunya ini khusus dioperasikan
untuk melayani rute penerbangan berjadwal yang mulai dirambah dalam beberapa tahun ke
depan. Selain Bali Air, Bouraq juga melahirkan anak perusahaan Bouraq Natour yang bergerak
di bidang konstruksi.
Perusahaan barunya ini yang kemudian membantu pembangunan landasan Bandar Udara
(Bandara) Sam Ratulangi, Manado pada 1976. Lebih jauh, perusahaan juga ikut membangun
pelaksanaan overlaydan paving landasan Bandara Ngurah Rai, Bali untuk pesawat berbeda lebar
setahun kemudian.

2.3 Historis Risiko


 1969 : membuka jaringan udara di Kalimantan
 1970 : 1 April 1970 mulai mengudara
 1972 : mendirikan sister company Bali Air
 1976 : melahirkan anak perusahaan Bouraq Naltor dan turut serta dalam
pembangunan landasan Sam Ratulangi
 1980 : era penerbangan berjadwal bagi Bouraq dengan menggunakan base di
Jakarta dan Balikpapan serta Denpasar untuk Bali Air
 1990 : Bouraq berhasil menyabet predikat sebagai perusahaan penerbangan
swasta dengan on-time performance terbaik untuk penerbangan domestik.
 1995 : 6 Juni 1995 pendiri Bouraq wafat ( Jerry Sumendap )
 1998 : mengalami krisis moneter
 2003 : berhenti beroperasi
 2007 : dinyatakan pailit oleh majelis hakim dalam siding pengadilan

2.4 SWOT Analisis


 Strengths (Kekuatan)
o Memiliki banyak pesawat
o Jadwal penerbangan yang selalu on-time
o Memiliki pilot wanita dan pilot dari luar negeri
o Memiliki banyak anak perusahaan

 Weaknesses (Kelemahan)
o Kalah bersaing dengan kompetitor
o Kurangnya strategi perawatan yang kurang tepat
o Memiliki banyak hutang

 Opportunities (Peluang)
o Turut serta dalam membangun bandara Sam Ratulangi
o Memiliki anak Perusahaan (Bali Air)
o Semakin banyaknya pesawat dan mempermudah transportasi udara

 Threats (Ancaman)
o Munculnya kompetitor baru
o Adanya krisis moneter
o Kondisi ekonomi global yang tidak tidak stabil
BAB III
KAJIAN LITERATUR

Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yag
menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Risiko juga
merupakan peluang untuk mencapai tujuan melalui tindakan atau aktivitas dimana dapat
menimbulkan dampak yang negative mauppun positif
Selain itu terdapat juga manajemen risiko keputusan yang merupakan suatu ilmu
yang menggabungkan antara risiko dan keputusan untuk dilihat dan di manage agar
mampu memberikan hasil sesuai dengan pengharapan para pengambil keputusan, seperti:

1. Risiko Ekonomi
Risiko ekonomi (economic risk) adalah risiko yang terjadi karena pengaruh
makro ekonomi nasional terhadap kinerja bisnis individual. Makro ekonomi nasional
contohnya yaitu inflasi, pajak, suku bunga, dan kurs valuta asing.

2. Risiko Strategik
Risiko terhadap pendapatan atau modal yang timbul dari keputusan bisnis
yang merugikan atau implementasi yang tidak tepat dari keputusan tersebut. Risiko
strategik merupakan gabungan dari risiko negara dan risiko persaingan. Risiko ini
timbul antara lain karena suatu perusahaan menetapkan strategi yang kurang sejalan
dengan visi dan misi perusahaan tersebut, melakukan analisa lingkungan strategis
yang tidak komprehensif atau terdapat tidak kesesuaian rencana strategis antarlevel
strategis.

3. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek
Yuridia, seperti : adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendukung atau kelemahan perikatan (perjanjian) seperti tidak terpenuhinya syarat
keabsahan suatu kontrak atau pengikatan agunan yang tidak sempurna.
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI

4.1 Identifikasi Sumber Risiko


Risiko merupakan kerugian yang dialami setelah adanya suatu peristiwa. Semua
usaha yang dijalankan pasti mempunyai resiko, entah risiko itu kecil atau sebaliknya
sangat besar sehingga menyebabkan kebangkrutan dan kerugian bagi semua pihak.
Begitu juga dengan PT Bouraq yang mengalami banyak risiko didalamnya sehingga
harus ditutup. Berikut adalah macam-macam risiko yang dihadapi oleh PT Bouraq :

 Risiko Ekonomi
o Permasalahan makro ekonomi nasional sangat mempengaruhi kinerja bisnis suatu
perusahaan. Salah satunya yaitu terjadinya krisis moneter di Indonesia. Tingginya
kurs valuta asing membuat pajak naik dan suku bunga juga naik. Hal ini sangat
mempengaruhi keuangan perusahaan PT Bouraq dan menyebabkan harus
menghutang ke PT Sinar Jaya sebesar Rp1,04 miliar. Namun, tidak mengubah
bisnis penerbangan tersebut semakin membaik. Terjadinya krisis moneter pada
tahun 1997 membuat PT Bouraq semakin tenggelam dan akhirnya berhenti
beroperasi.

 Risiko Strategik
o Rencana biasanya tidak sesuai dengan harapan. Begitu juga yang dialami oleh PT
Bouraq. Pada 1997 Indonesia mengalami krisis moneter yang berdampak pada PT
Bouraq. Perusahaan ini mengambil bermacam langkah strategis agar mampu tetap
bertahan, seperti penciutan armada, menutup beberapa operasi jalur penerbangan
yang dinilai kurang menguntungkan. Segala upaya terus dilakukan manajemen
Bouraq di bawah kepemimpinan Danny Sumendap, putra dari J.A. Sumendap.
Namun, hal tersebut seakan sia-sia dan membuat PT Bouraq akhirnya berhenti
beroperasi.
 Risiko Hukum
o Risiko hukum menjadi salah satu penyebab besar pailitnya PT Bouraq. PT Bouraq
digugat oleh lima karyawannya dan perusahaan percetakan PT Sinar Jaya karena
gagal memenuhi kewajibannya. PT Bouraq diketahui menghutang kepada 5
karyawannya sebesar Rp548 juta, berupa gaji yang tidak dibayarkan sejak
maskapai penerbangan itu tidak beroperasi pada Maret 2003, dan pesangon yang
belum diberikan. Selain itu, PT Bouraq juga menghutang kepada PT Sinar Jaya
untuk pemesanan barang senilai Rp1,04 miliar yang seharusnya dibayarkan pada
15 Mei 2006 namun belum juga dilunasi. Majelis yang menangani masalah tersebut
menilai bahwa bukti-bukti tersebut telah memenuhi ketentuan hukum pasal 2 ayat
1 UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang dan
akhirnya PT Bouraq dinyatakan pailit.

4.2 Pengukuran Risiko


Pengukuran Risiko ini untuk mengetahui apakah besar atau kecil risiko yang dialami oleh
PT Bouraq, serta dampak yang ditimbulkan apakah parah atau tidak. Berikut adalah hasil dari
pengukuran risiko…

Risiko Frekuensi Dampak yang ditimbulkan


Risiko Strategik Sedang Sedang
Risiko Ekonomi Sedang Tinggi
Risiko Hukum Tinggi Sangat Tinggi

4.3 Pemetaan Risiko dan Konsekuensi


Skema pemetaan dari frekuensi dan dampak yang terjadi
 Warna merah, mendakan risiko yang sangat tinggi
 Warna orange, mendakan risiko tinggi
 Warna hijau, mendakan risiko rendah
Risiko Ekonomi
Dampak
Sangat
Frekuensi Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah

Risiko Strategik
Dampak
Sangat
Frekuensi Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah

Risiko Hukum
Dampak
Sangat
Frekuensi Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
4.4 Evaluasi Risiko

1. Risiko Ekonomi
Risiko ekonomi memberikan dampak lumayan tinggi kepada PT Bouraq.
Terjadinya krisis moneter membuat PT Bouraq harus menghutang dan terus mengalami
penurunan sampai akhirnya berhenti beroperasi dan dinyatakan pailit.

2. Risiko Strategik
Risiko strategik yang dialami memberikan dampak yang mungkin tidak terlalu
terasa dalam waktu jangka pendek, tetapi akan terasa efeknya pada waktu jangka panjang
dimana akhirnya PT Bouraq berhenti beroperasi.

3. Risiko Hukum
Risiko Hukum memberikan dampak yang sangat tinggi untuk perusahaan karena
hal inilah yang membuat PT Bouraq digugat oleh karyawan dan PT Sinar Jaya karena tidak
membayarkan hutangnya dan dinyatakan pailit.

4.5 Perencanaan/ Perlakuan Risiko

1. Risiko Ekonomi
Pengendalian yang harus dilakukan adalah memantau terus perkembangan ekonomi
negara dan terus menaikan pendapatan dengan memanfaatkan peluang. Selain itu membuat
perencanaan agar saat risiko terjadi bisa meminimalisirnya.

2. Risiko Strategik
Pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan membuat rencana sematang
mungkin dan memikirkan apa resikonya jika rencana ini dijalankan, dan seharusnya
memikirkan juga jika rencana ini gagal apa yang akan terjadi juga membuat rencana
cadangan.
3. Risiko Hukum
Pengendalian yang harus dilakukan adalah memikirkan dulu risiko apa yang akan
timbul jika menghutang dan juga harus mengetahui dengan pasti hukum yang ada di
Indonesia ini agar perusahaan tidak salah dalam mengambil keputusan.

4.6 Manajemen Risiko

1. Risiko Ekonomi
Risiko ini bisa ditanggulangi dengan terus memantau perkembangan ekonomi negara
tersebut, agar bisa membuat perencanaan-perencanaan agar dampak yang ditimbulkan tidak
begitu besar.

2. Risiko Strategik
Risiko Strategik seharusnya ditangani oleh manajemen pemasaran atau marketing
perusahaan. Bagian marketing harus jeli melihat peluang yang ada di lapangan, dan harus
cepat dan tepat dalam menyusun sebuah rencana penjualan. Rencana matang-matang ini
harus cerdas dengan cara melihat kondisi pasar yang ada dan kemauan para konsumen
mengenai produk elektronik, sehingga jika rencana ini dapat dijalankan maka pasar akan
dapat dikuasai sesuai keinginan perusahaan.

3. Risiko Legal
Risiko hukum ini bisa ditanggulangi dengan cara kita mengetahui hukum-hukum
yang berhubungan dengan bisnis dan dengan begitu kita bisa meminimalisir risiko-risiko
yang bisa membuat perusahaan jatuh.

4.7 Pembelajaran yang Diperoleh


Dari kasus dan penjelasan-penjelasan diatas dapat diperoleh suatu pembelajaran
untuk kedepannya yaitu agar jika kita memiliki suatu perusahaan maka kita harus
memanage dengan sebaik mungkin. Kita juga bisa belajar jika mengambil keputusan
harus dipikirkan sematang mungkin agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Selain itu, kita juga harus tahu dan terus memantau keadaan ekonomi negara agar bisa
mengatasi dampak yang akan terjadi pada perusahaan kita.
Selain itu, kita juga harus mengetahui hukum-hukum perbisnisan yang ada agar
saat kita mengambil keputusan yang berhubungan dengan ranah hukum tidak salah. Kita
juga harus mengetahui risiko-risko lain yang bisa menimpa perusahaan kita.
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan
Dilihat dari historis resiko pada kasus PT Bouraq menunjukan bahwa pailitnya PT
Bouraq disebabkan karena :
 Kurangnya kesigapan direksi menghadapi krisis moneter
 Kurang pemikiran yang matang saat pengambilan keputusan dan tidak adanya rencana
cadangan
 Hutang-hutang kepada karyawan dan PT Sinar Jaya yang tidak dibayar tepat waktu
 Stabilitas dan perekonomian Indonesia yang masih tidak stabil dan kacau membuat PT
Bouraq terkena dampaknya.

5.2 Saran & Rekomendasi


Diharapkan bagi setiap perusahaan untuk dapat lebih bijak saat mengambil keputusan
seperti contoh :
 Memikirkan matang-matang keputusan yang akan diambil dan membuat rencana cadangan
 Memantau terus keadaan ekonomi negara agar perusahaan bisa menghindari dan tidak
terkena dampaknya
 Mempelajari dengan matang manajemen risiko agar tahu hal terbaik yang bisa diambil
untuk perusahaannya
 Mengetahui hukum bisnis agar tidak salah ambil keputusan
 Jika menghutang sebisa mungkin membayarnya dengan tepat waktu
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Bouraq_Indonesia_Airlines
http://kamusbisnis.com/arti/risiko-ekonomi/
https://sharianomics.wordpress.com/2010/11/26/risiko-hukum-legal-risk/
https://www.merdeka.com/uang/pengadilan-nyatakan-bouraq-pailit-7zv2k2n.html
http://bisnis.liputan6.com/read/710126/bouraq-air-maskapai-legenda-yang-kandas-setelah-35-
tahun
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/758612/bouraq-dinyatakan-pailit
https://nasional.tempo.co/read/96324/bouraq-airlines-dinyatakan-pailit
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16411/bouraq-airlines-dipailitkan

Anda mungkin juga menyukai