Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRATEK KERJA LAPANGAN (P.K.L)


PT. PELABUHAN INDONESIA IV MAKASSAR TERMINAL PETIKEMAS

PESAWAT ANGKAT ANGKUT,


PESAWAT TENAGA PRODUKSI SERTA
PESAWAT UAP & BEJANA TEKAN

PEMBINAAN AHLI K3 UMUM BATCH 39


KELOMPOK 1 :

PUTRI YUSRIL
MUHAMMAD TASLIM
MUTIARA
MARSELINUS WAWAN PADUDUNG
MUH. YAN ASLAN
MUH. ZUL BASHAR
AHMAD AMIRULLAH

PENYELENGGARA
PT. KASIROMUA JASA UTAMA
MAKASSAR, 30 OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selau

menyertai dan atas perkenanan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik

Kerja Lapangan (PKL) tentang Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi

Serta Pesawat Uap & Bejana Tekan yang selanjutnya kami susun dalam laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyusunnya berdasarkan kondisi yang

telah kami temui di lapangan dalam hal ini PT. Pelindo IV Makassar, Terminal Peti

Kemas. Penyusunan laporan ini kami laksanakan dengan penuh semangat dan kerja

sama antar kelompok dan juga dengan bantuan berbagai pihak yang mendukung

kami dalam melaksanakan PKL.

Penyusunan laporan ini juga tidak terlepas dari kekurangan baik secara konsep,

susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan

kritik dan saran dalam bentuk apapun yang membangun kami dalam memperbaiki

laporan ini.

Akhir kata, kami berharap semoga laporan PKL tentang Pesawat Angkat

Angkut, Pesawat Tenaga Produksi Serta Pesawat Uap & Bejana Tekan yang kami

susun ini, dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan untuk para

pembaca.

Penyusun

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI
Halaman

Sampul i
Kata Pengantar Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan iii

A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 3
D. Dasar Hukum 3

BAB II Kondisi Fakta Tempat Kerja 4

A. Gambaran Umum Tempat Kerja 4


B. Metode 7
i. Temuan Positif 7
ii. Temuan Negatif 8

BAB III Analisa dan Rekomendasi 11

A. Analisis Temuan Positif 11


B. Analisa Temuan Negatif 12

BAB IV Penutup 15

A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
Daftar Pustaka 16
Kelompok I Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi
serta Pesawat Uap & Bejana Tekan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di

Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya

angka kecelakaan kerja. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah, padahal

tenaga kerja adalah faktor penting bagi kegiatan perusahaan, karena

perusahaan tidak mungkin bisa lepas dari yang namanya tenaga kerja. Menurut

data indonesia dalam Ramli (2010:28) pada tahun 2007 terjadi 89000

kecelakaan kerja diseluruh perusahaan yang menjadi anggota jamsostek yang

meliputi 7 juta pekerja. Jika jumlah pekerja di indonesia mencapai 90 juta orang

maka jumlah kecelakaan diperkirakan lebih 700.000 kejadian setiap tahun.

Karena itu, ILO memperkirakan kerugian akibat kecelakaan mencapai 2-4% dari

GNP suatu negara. Kerugian akibat kecelakaan dan kejadian lainnya ini

merupakan risiko yang harus dihadapi oleh setiap organisasi atau perusahaan.

Menurut Siregar (2005:1) faktor manusia sebagai unsur penyebab utama

kecelakaan kerja menurut catatan adalah 85% (ILO, pencegahan kecelakaan

kerja) dan 15% merupakan faktor kondisi yang berbahaya. Oleh karena itu

kecelakaan kerja lebih banyak disebabkan faktor manusia.

Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan

Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit

menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan

tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan

sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping

perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan

4
Kelompok I Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi
serta Pesawat Uap & Bejana Tekan

atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Salah satu perusahaan yang memiliki risiko yang tinggi adalah Terminal

Petikemas PT. Pelindo IV Makassar di mana perlu pengawasan dalam

Penegakan K3 untuk menjamin keselamatan pekerja maupun orang lain yang

masuk dalam area tersebut.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Menjalankan K3 secara umum pada PT. Pelabuhan Indonesia IV

(Persero) Terminal Petikemas Makassar dan melakukan observas pada

petugas/karyawan mengenai keamanan pada saat melakukan pekerjaan

para PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal Peti Kemas Makassar

secara khusus dalam mengoperasikan Pesawat Angkat Angkut, Pesawat

Tenaga Produksi Serta Pesawat Uap & Bejana Tekan.

Penerapan Sistem Manajeman K3 (SMK3) pada PT. Pelabuhan

Indonesia IV (Persero) Terminal Petikemas Makassar secara khusus dalam

mengoperasikan Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi Serta

Pesawat Uap & Bejana Tekan selanjutnya menjadi bahan seminar dalam

pelaksaaan pendidikan dan pelatihan dasar calon ahli K3 Umum untuk

meningkatkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman pada calon ahli K3

Umum.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

1) Mengidentifikasi jenis-jenis pesawat angkat dan angkut, pesawat


produksi dan bejana tekan serta pesawat uap pada PT. Pelabuhan
Indonesia IV (Persero) Terminal Peti Kemas Makassar.

5
Kelompok I Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi
serta Pesawat Uap & Bejana Tekan

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui potensi-potensi bahaya pesawat angkat dan


angkut, pesawat tenaga produksi, bejana tekan dan pesawat uap.
2) Untuk mengetahui jenis-jenis SIO yang ada di PT. Pelabuhan
Indonesia IV (Persero) Terminal Peti Kemas Makassar.
3) Untuk mengetahui hasil riksa uji pada semua pesawat angkat angkut
di PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal Petikemas
Makassar.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah sebagai


berikut:
1. K3 Pesawat Angkat Angkut
 Suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan,
mengangkat muatan baik bahan atau orang secara vertikal dan/atau
horizontal dalam jarak yang ditentukan

2. K3 Pesawat Tenaga Dan Produksi


 Alat yang tetap atau berpindah-pindah yang dipakai atau dipasang
untuk membangkitkan atau memindahkan daya atau  tenaga,
mengolah, membuat bahan, barang, produk teknis, dan komponen
alat produksi yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan

3. K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan


 Pesawat Uap atau juga disebut Ketel Uap adalah suatu pesawat yang

dibuat untuk mengubah air didalamnya, sebagian menjadi uap dengan

jalan pemanasan menggunakan pembakaran dari bahan bakar. Ketel

uap dalam keadaan bekerja, adalah sebagai bejana yang tertutup dan

tidak berhubungan dengan udara luar karena selama pemanasan,

maka air akan mendidih selanjutnya berubah menjadi uap panas dan

bertekanan, sehingga berpotensi terjadinya ledakan jika terjadi

kelebihan tekanan (over pressure).

6
Kelompok I Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi
serta Pesawat Uap & Bejana Tekan

 Bejana tekan adalah suatu wadah untuk menampung energi baik

berupa cair atau gas yang bertekanan atau bejana tekan adalah selain

pesawat uap yang mempunyai tekanan melebihi tekanan udara luar

(atmosfer) dan mempunyai sumber bahaya antara lain; kebakaran,

keracunan, gangguan pernafasan, peledakan, suhu ekstrem.

Meliputi Perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan,

penggunaan atau pengoperasian, pemeliharaan dan tekhnisi serta Operator

yang mengoperasikan peralatan tersebut

D. Dasar Hukum

Adapun dasar hukum yang berkaitan dengan Pesawat Angkat Angkut,


Pesawat Tenaga Produksi Serta Pesawat Uap & Bejana Tekan antara lain:

1. Undang - Undang No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja (Lembar Negara


Republik Indonesia Nomor 1, Tambahan Lembar Negara Tahun1981).
2. Peraturan Uap Tahun1930
3. Permenaker No. PER.01/MEN/1988 Tentang Operator Pesawat Uap
4. Permenaker No. 8 Tahun 2020 Tentang Keselamtan dan Kesehatan Kerja
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
5. Permenakertrans No. PER.37/MEN/2016 Tentang K3 Bejana Tekanan dan
Tangki Timbun
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per. 01/MEN/1982
Tentang Bejana Tekan.

7. Permenaker No. 38 Tahun 2016 Tentang K3 Pesawat Tenaga danProduksi


Keputusan Bersama Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Direktur
Jenderal Pembinaan Hubungan Industrian Dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No. PP.72/3/9-99, Kep.507/NW/1999 Tentang
Pemeriksaan dan Pengujian Terhadap Pesawat Angkat dan Angkut,
Pesawat Uap dan Bejana Tekan yang berada di kapal dan dipelabuhan.

7
Kelompok I Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi
serta Pesawat Uap & Bejana Tekan

8. Permenakertrans No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung diri

8
BAB II KONDISI PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Tempat Kerja

Secara efektif keberadaan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) mulai


sejak penandatanganan Anggaran Dasar Perusahaan oleh Sekjen Dephub
berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH No 7 tanggal 1 Desember 1992.
Menilik perkembangan kebelakang di masa awal pengelolaannya, PT Pelabuhan
Indonesia IV (Persero) telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang semakin
maju.

 Tahun 1957-1960

Pada masa awal kemerdekaan, pengelolaan pelabuhan berada


dibawah koordinasi Djawatan Pelabuhan. seiring dengan adanya
nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan milik Belanda dan
dengan dikeluarkannya PP No. 19/1960, maka status pengelolaan
pelabuhan dialihkan dari Djawatan Pelabuhan berbentuk badan hukum
yang disebut Perusahaan Negara (PN).

 Tahun 1960-1963

Berdasarkan PP No. 19 tahun 1960 tersebut pengelolaan pelabuhan


umum diselenggarakan oleh PN pelabuhan I-VIII. Di kawasan Timur
Indonesia sendiri terdapat 4 (empat)PN Pelabuhan yaitu : PN Pelabuhan
Banjarmasin, PN Pelabuhan Makassar, PN Pelabuhan Bitung dan PN
Pelabuhan Ambon.

 Tahun 1964-1969

Pada masa order baru, pemerintah mengeluarkan PP 1/1969 dan


PP 19/1969 yang melikuidasi PN Pelabuhan menjadi Badan
Pengusahaan Pelabuhan (BPP) yang di pimpin oleh Administrator
Pelabuhan sebagai penanggung jawab tunggal dan umum di pelabuhan.
Dengan kata lain aspek komersial tetap dilakukan oleh PN Pelabuhan,
tetapi kegiatan operasional pelabuhan dikoordinasikan oleh Lemabaga
Pemerintah yang disebut Port Authority.

 Tahun 1969- 1983


Pengelolaan Pelabuhan dalam likuiditas dilakukan oleh Badan
Pengusahaan Pelabuhan (BPP) berdasarkan PP 1/1969 dan PP 18/1969.
Dengan adanya penetapan itu, pelabuhan dibubarkan dan Port Authority
digantikan oleh BPP.

 Tahun 1983-1992
Status pelabuhan dalam likuidasi yang di kenal dengan BPP
berakhir dengan keluarnya PP 11/1983 dan PP 17/1983 yang menetapka
bahwa pengelolaan pelabuhan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara
yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum).

 Tahun 1992 – sekarang


Dilandasi oleh pertimbangan peningkatan efisiensi dan efektifitas
perusahaan serta dengan melihat perkembangan yang dicapai oleh
perum pelabuhan IV, pemerintah menetapkan melalui PP 59/1991 bahwa
pengelolaan pelabuhan di wilayah Perum Pelabuhan IV dialihkan
bentuknya dari Perum menjadi (Persero). selanjutnya Perum Pelabuhan
Indonesia Iv beralih menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia IV.
Sebagai Persero, pemilikan saham PT Pelabuhan Indonesia IV yang
berkantor pusat di jalan Soekarno No. 1 Makassar sepenuhnya dikuasai
oleh Pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan Republik Indonesia dan
pada saat ini telah di alihkan ke Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).
 Visi, Misi, dan Nilai

1. Visi

 “Menjadi perusahaan pengelola pelabuhan yang terintegrasi,


berdaya saing tinggi, dan bertaraf internasional”.
2. Misi

• Menjadi penggerak dan pendorong pertumbuhan ekonomi


Indonesia Timur.

• Menyediakan Jasa kepelabuhan dan non-kepelabuhan


(penunjang) yang terintegrasi dengan berorientasi pada
kepuasan dan loyalitas pelanggan.

• Menciptakan transformasi untuk mendorong pengembangan


professional dan personal bagi kesejahteraan karyawan.

• Meningkatkan nilai tambah bagi Stakeholder internal dan


eksternal secara berkelanjutan.

• Memaksimalkan nilai pemegang saham secara berkelanjutan


(Shareholder).

 Terminal Petikemas
Terminal Petikemas Makassar adalah salah satu segmen usaha
yang ditawarkan oleh PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) kepada
pengguna jasa kepelabuhanan khususnya jasa pelayanan petikemas.
Terminal Petikemas Makassar dideklarasikan didalam upaya menangani
kegiatan pelayanan petikemas seiring dengan meningkatnya
perkembangan kontainerisasi melalui Pelabuhan Makassar saat ini
maupun yang akan datang.
Pelayanan yang diberikan oleh Terminal Petikemas berorientasi
kepada efisiensi biaya dan efektif waktu serta kepuasan pelanggan yang
terjabarkan dalam Visi dan Misi Perusahaan didalam menghadapi
persaingan global. Upaya dalam memuaskan pelanggan, Terminal
Petikemas Makassar selalu meningkatkan mutu pelayanan melalui
kebijakan mutu yang diterapkan yaitu “Pelayanan yang cepat waktu ,
Aman dan Dapat dipercaya”, serta menerapkan system pelayanan
berstandard Internasional. Upaya peningkatan pelayanan tersebut
diimbangi pula dengan ketersedian fasilitas dan peralatan modern, serta
Sumber Daya Manusia yang mampu menangani kegiatan secara cepat,
tepat dan aman.
Pesawat Angkat Angkut yang ada di PT. Pelabuhan Indonesia IV
(Persero) Terminal Petikemas Makassar yaitu 7 buah container crane
dengan kapasitas masing-masing 40 ton, 7 buah rubber tyred gantry
crane masing- masing kapasitas 40 ton, 12 unit head truck yang
digunakan untuk memindahkan muatan hanya di dalam, tidak ditemukan
pesawat tenaga produksi serta pesawat uap dan bejana tekan.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan informasi atau temuan
mengenai, Pesawat Angkat Angkut dan Pesawat Tenaga Produksi di PT.
Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal Petikemas adalah dengan melihat
video yang telah di siapkan PT. Kasiromua dan sesih narasumber .

C. Temuan
1. Temuan Positif
1.1. Pesawat Angkat dan Angkut
a. Izin operator ada dan sesuai dengan kelas yang ditentukan
Bedasarkan hasil tinjauan lokasi dalam video dan inforasi
dari narasumber, Surat Izin Operator (SIO) pesawat angkat dan
angkut sudah sesuai denag spesifikasi peralatan yang ada.
Adapun spesikasi pesawat angkat dan angkut yang ada di PT.
Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal Petikemas
Makassar untuk container crane yang berjumlah 6 unit dengan
tinggi 30 meter dengan beban maksimal 40 ton dan Rubber
Tyred Gantry (RTG) berjumlah 12 unit dengan beban maksimal
40 ton
Berdasarkan Permenakertrans RI No. Per.
09/Men/VII/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat
Angkat dan Angkut pasal 28 ayat (2): “Operator perlatan angkat
Kelas II sebagagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf
b berwenang engoperasikan perangkat sesuai dengan jenisnya
dengan kapasitas lebih dari 25 ton sampai kurang dari 100 ton
atau tinggi lebih dari 40 meter sampai dengan 60 meter.”
SIO yang ditunjukkan oleh pengawas Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) adalah SIO kelas II untuk operator
crane. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa operator untuk
pesawat angkat dan angkut yang ada di PT. Pelindo IV
Terminal Petikemas sudah memenuhi syarat K3. Demkian juga
operator head truck sudah ada hanya saja bukti SIO belum
ditunjukkan sehingga sulit untuk mengidentifikasi.

b. Spesifikasi Peralatan Angkat Angkut jelas


Spesifikasi peralatan seperti crane yang tertulis dengan
jelas beban maksimumnya. Hal ini sesuai dengan Permenaker
N0. Per 05/Men/1985 tentang Pesawawt Angkat dan Angkut
pasal 3 ayat (1): “Beban Maksimum yang diijinkan dari pesawat
angkat dan angkut harus ditulis pada bagian yang mudah dilihat
dan dibaca dengan jelas.”

` c. Adanya elevator untuk menigkatkan efisiensi kerja


Tujuan utama penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No
1 Tahun 1970 antara lain
 Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga
kerja dan orang lain di tempat kerja.
 Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien.

d. Adanya Jalur Khusus untuk kendaraan


Tujuan utama penerapan K3 berdasarkan Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 antara lain
 Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga

kerja dan orang lain di tempat kerja.

 Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan

secara aman dan efisien.
1.2. Pesawat Tenaga Produksi (Tidak ditemukan)
1.3. Pesawat Uap dan Bejana Tekan
a. Dilakukan pemeriksan APAR secara rutin dibuktikan
dengan adanya kartu inspeksi APAR
Ketentuan Permenaker RI No. Per-01/MEN/1982 Pasal 1 huruf

K dan L Tentang Pemeriksaan dan Pengujian Bejana Tekan

2. Temuan Negatif
2.1 Pesawat Angkat dan Angkut

a. Operator Forklift tidak menggunakan APD


Berdasarkan Video yang kami perhatikan. kami

menemukan sopir (operator) forclip tidak menggunakan APD

di atas kendaraan saat menjalakan tugasnya mungkin di

karenakan faktor ketidak nyamanan.

Tapi berdasarkan Permenaker 8/men/2020 tentang

keselamatan kerja pesawat angkat dan angkut pasal 3 :

Pelaksanaan syarat K3 Pesawat Angkat, Pesawat Angkut,

dan Alat Bantu Angkat dan Angkut sebagai mana dimaksud

dalam Pasal 2 bertujuan

a. Melindungi K3 Tenaga Kerja dan orang lain yang

berada di Tempat Kerja dari potensi bahaya Pesawat

Angkat, Pesawat Angkut, dan Alat Bantu Angkat dan

Angkut

b. Menjamin dan memastikan keamanan dan

keselamatan Pesawat Angkat, Pesawat Angkut ,dan

Alat Bantu Angkat dan Angkut


c. Menciptakan Tempat Kerja yang aman dan sehat

untuk meningkatkan produktivitas

Dengan demikian, dapat disimpulkan penyelenggaraan

K3 di PT. Pelabuhan Indonesia Terminal Petikemas Makassar

belum maksimal karena tidak tegas mengimplementasikan

peraturan yang dimaksud. dengan tidak memakai APD

merupakan pelanggaran terhadap implementasi terhadap

penerapa K3 ditempat kerja.

b. Adanya Kendaraan Lain yang Melintas di Belakang


Pesawat Angkat Angkut (forklift) yang sedang Beroprasi
Berdasarkan hasil tinjauan yang kami tonton di Video

menit 27.25 terlihat kendara lain sedang melintas di belakang

pesawat angkat angkut (forklift) yang sedang beroprasi yang

dapat menimbulkan potensi kecelakaan kerja.

Menurut peraturan undang-undang Ketenagakerjaan,

setiap pekerja/buruh berhak atas perlindungan keselamatan

dan kesehatan kerja.UU No. 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (hukum keselamatan

kerja) meletakkan prinsip dasar pelaksanaan keselamatan

kerja. 

Dan Permenaker 8/men/2020 tentang keselamatan

kerja pesawat angkat dan angkut pasal 73 ayat 2 : “Lokasi

pengoperasian Pesawat Angkut yang membahayakan harus

dilengkapi dengan tanda peringatan larangan masuk bagi

orang yang tidak berkepentingan”


Dengan demikian, dapat disimpulkan penyelenggaraan

K3 di PT. Pelabuhan Indonesia Terminal Petikemas Makassar

belum maksimal karena tidak tegas mengimplementasikan

peraturan yang dimaksud. dengan tidak implementasi

penerapan K3 ditempat kerja.


Kelompok I Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi
serta Pesawat Uap & Bejana Tekan

BAB III
ANALISIS DAN REKOMENDASI

A. Analisa Temuan Positif


Kesesuaian
dengan
No. Temuan Dokumentasi Peraturan Perundangan Regulasi Rekomendasi
Ya Tidak

1 Pesawat Angkat dan Angkut


 Permenakertrans RI No. Per.  Melakukan pengarsipan
09/Men/VII/2010 tentang Operator dan secara online / ke
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut
website resmi PT.
pasal 28 ayat (2): “Operator perlatan
angkat Kelas II sebagagaimana Pelindo IV untuk
Adanya Izin operator dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b mempemurdah akses
berwenang engoperasikan perangkat
a dan sesuai dengan √ pengecekan berkas.
sesuai dengan jenisnya dengan
kelas yang ditentukan kapasitas lebih dari 25 ton sampai
kurang dari 100 ton atau tinggi lebih dari
40 meter sampai dengan 60 meter”
 Permenaker 8/men/2020 pasal 1 No. 15,
No. 16, No. 17, No. 18 dan No. 19
tentang Tekhnisi dan Operator Alat Berat
Permenaker N0. Per. 05/Men/1985 -
tentang Pesawawt Angkat dan Angkut
Spesifikasi peralatan
pasal 3 ayat (1): “Beban Maksimum yang
b Angkat dan Angkut √
diijinkan dari pesawat angkat dan angkut
jelas
harus ditulis pada bagian yang mudah
dilihat dan dibaca dengan jelas”

11
Kelompok I Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi
serta Pesawat Uap & Bejana Tekan

-
Tujuan utama penerapan K3 berdasarkan
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 antara
lain
 Melindungi dan menjamin
Adanya elevator untuk
keselamatan setiap tenaga
c meningkatkan √
kerja dan orang lain di tempat kerja.
efisiensi kerja
 Menjamin setiap sumber produksi
dapat digunakan secara
aman dan efisien.

Tujuan utama penerapan K3 berdasarkan


Undang-Undang No 1 Tahun 1970 antara
lain
 Melindungi dan menjamin
Adanya Jalur Khusus
d keselamatan setiap tenaga √
untuk Kendaraan.
kerja dan orang lain di tempat kerja.
 Menjamin setiap sumber produksi
dapat digunakan secara
aman dan efisien.

12
Kelompok I Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi
serta Pesawat Uap & Bejana Tekan

2 Bejana Tekan

Dilakukan

pemeriksan APAR Ketentuan Permenaker RI No. Per-

secara rutin 01/MEN/1982 Pasal 1 huruf K dan L


a √ -
dibuktikan dengan Tentang Pemeriksaan dan Pengujian

adanya checklist Bejana Tekan

Pemeriksaan APAR

13
B. Analisa Temuan Negatif

Kesesuaian
Dengan
No Temuan Dokumentasi Peraturan perudangan Rekomendasi
Regulasi
Ya Tidak
1 Pesawat Angkat Dan Angkut

LEBIH AKTIF DALAM


Petugas MELAKUKAN
lapangan tidak Permenaker 8/men/2020 pasal 2 tentang INSPEKSI KE AREA
A menggunakan keselamatan kerja pesawat angkat dan angkut √ KERJA GUNA
APD pasal 2. MEMINIMALISIR
ANGKA
INSIDEN/KEJADIAN

Menurut peraturan undang-undang LEBIH AKTIF DALAM


Ketenagakerjaan, setiap pekerja/buruh berhak MELAKUKAN
atas perlindungan keselamatan dan kesehatan INSPEKSI KE AREA
Adanya kerja.UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan KERJA GUNA
Kendaraan Lain dan Kesehatan Kerja (hukum keselamatan kerja) MEMINIMALISIR
yang Melintas di meletakkan prinsip dasar pelaksanaan ANGKA
Belakang keselamatan kerja. INSIDEN/KEJADIAN
B Pesawat Angkat Permenaker 8/men/2020 tentang keselamatan √
Angkut (forklift) kerja pesawat angkat dan angkut pasal 73 ayat
yang sedang 2 : “Lokasi pengoperasian Pesawat Angkut yang
Beroprasi membahayakan harus dilengkapi dengan tanda
peringatan larangan masuk bagi orang yang tidak
berkepentingan”
Permenaker nomor 12 tahun 2015 pasal 3 :
Kabel distribusi Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud
yang terlentang dalam Pasal 2 bertujuan:
di atas tanah a. Melindungi keselamatan dan kesehatan
sehingga tenaga kerja dan orang lain yang berada di MELAKUKAN
memungkinkan dalam lingkungan tempat kerja dari potensi INSTALASI BAWAH
C √
terjadi bahaya listrik; TANAH
kecelakaan b. Menciptakan instalasi listrik yang aman,
seperti handal dan memberikan keselamatan
tersadung atau bangunan beserta isinya; dan
terlilit c. menciptakan tempat kerja yang selamat dan
sehat untuk mendorong produktivitas.
Kelompok I Pesawat Angkat Angkut, Pesawat Tenaga Produksi
serta Pesawat Uap & Bejana Tekan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pesawat Angkat Angkut yang ada di PT. Pelabuhan Indonesia IV
(Persero) Terminal Petikemas Makassar yaitu 7 buah container crane
dengan kapasitas masing-masing 40 ton, 7 buah rubber tyred gantry
crane masing-masing kapasitas 40 ton, 12 unit head truck yang digunakan
untuk memindahkan muatan hanya di dalam, tidak ditemukan pesawat
tenaga produksi serta pesawat uap dan bejana tekan.
2. Pesawat Angkat Angkut yang ada di PT. Pelabuhan Indonesia IV
(Persero) Terminal Petikemas Makassar memiliki operator yang kompeten
dan memiliki SIO sesuai dengan kelas dan spesifikasi alat yang
digunakan.
3. Tingkat penerepan K3 Mekanik sudah dijalankan walau pun masih ada
beberapa hal kecil yang terlupakan
4. Pemantauan secara langsung di lapangan masih perlu dikembangkan
oleh pihak K3

B. Saran

1. Pemantaun secara langsung oleh pihak K3 perlu dilakukan sesering


mungkin untuk menghindari adanya pelanggaran kecil yang bisa memiliki
resiko besar di palangan.
2. Pelaksanaan PKL harus dilaksanakan dengan seksama bertahap untuk
mendapatkan informasi yang mendetail terkait pesawat angkat angkut
yang ada di perusahaan tempat PKL.
3. Diharapkan untuk melakukan istalasi bawah tanah agar kabel distribusi
yang terlentang di atas tanah tidak menimbulkan kecelakaan kerja

16
DAFTAR PUSTAKA

- Permenakertrans No. Per.08/Men/VII/2010 tentang alat pelindung diri (APD).


- Permenaker No. 5/MEN/1985 Tentang Pesawat Angkat Angkut.
- Permenakertrans RI No. Per. 09/Men/VII/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat
Angkat dan Angkut.

- UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (hukum keselamatan
kerja).

Anda mungkin juga menyukai