TENTANG RATIFIKASI
DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
167010050
FAKULTAS HUKUM
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya, sehingga
makalah ini dapat tersusun. Saya selaku penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih sebesar – besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan untuk para pembaca, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan pendidikan dan menjadikan inspirasi
terhadap aspek kehidupan bernegara.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dari makalah ini.
2
Daftar Isi
DAFTAR ISI................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang................................................................................................4
Rumusan masalah.........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
B. Daftar pustsaka..............................................................................10
3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan tersebut menjadi masalah ketika ada UU atau produk hukum yang
merupakan ratifikasi perjanjian internasional di dalam sistem penegakan
konstitusi di indonesia. Indonesia terikat kepada perjanjian internasional yang
ketika parlemen dan presiden telah meratifikasi perjanjian tersebut di dalam
bentuk “undang-undang”. Indonesia baru akan mengakui hukum internasional
setelah adanya pengambilan khusus terhadap perjanjian internasional. Adopsi atau
pengambilan khusus ini dibentuk dengan mekanisme membentuk peraturan
hukum yang setingkat dengan UU. Oleh karen berbentuk UU, maka akan
menjadikan persoalan tersendiri apakah UU ratifikasi ini dapat masuk kedalam
kategori hierarkis peraturan Perundang-undangan sesuai dengan UU nomor 12
Tahun 2011, sehingga berimplikasi akan dilakukanya judicial review oleh MK.
4
B. RUMUSAN MASALAH
Sebagian undang-undang ratifikasi tidak memiliki UU peng-implementasi, namun
sebaliknya, sebagian perjanjian internasional diratifikasi dengan menggunakan
UU dan dibuatkan UU implementasi. Apakah UU Ratifikasi yang tanpa UU
implementasi sudah menjadi sumber hukum yang positif di indonesia ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini guna untuk mengetahui apa itu perjanjian ratifikasi
dan bagaimana pengimplementasian serta contoh perjanjian ratifikasi yang
pernah dilakukan oleh negara indonesia.
5
BAB II PEMBAHASAN
1
Pasal 1 angka 2 UU 24/2000
2
Pasal 9 UU 24/2000 dan Mochtar Kusumaatmadja dan etty R. Agoes, pengantar hukum
internasional, 2003 ,Bandung. PT. Alumni, hal 120
3
Pasal 10 ayat (1) huruf c UU 12/2011
4
Penjelasan pasal 10 ayat (1) huruf c UU 12/2011
5
Pasal 10 UU 24/2000 dan Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, hal. 120
6
dalam kategori ini di antaranya adalah perjanjian utama yang menyangkut kerja
sama di dalam bidang6 :
6
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, hal. 121
7
C. Contoh Perjanjian Ratifikasi yang Telah Dilakukan
Penyampaian piagam aksesi ini dimaksud dan dilakukan pada sela-sela sidang
majelis IMO yang ke 30 yang dihadiri oleh 172 negara anggota IMO.
Adapun Protokol itu ditetapkan oleh IMO di londdon, inggris Pada tanggal 11
november tahun 1988 sebagai hasil perundingan wakil delegasi negara anggota
IMO. Protokol 1988 related SOLAS mengatur tentang harmonisasi masa berlaku
sertifikat dan pelaksanaan pemeriksaan yang akan terdiri pada pemeriksaan
inisial, pemeriksaan tahunan, pemeriksaan antara dan pemeriksaan pembaharuan
sedangkan protokol 1988 LOADLINES mengatur batas garis muat kapal yang
aman bagi keselamatan kapal, pencegahan kelebihan muatan dan keselamatan
kapal, pencegahan kelabihan muatan dan keselamatanlambung timbul,
keselamatan platform serta peningkatan stabilitas kapal.
8
Menhub Budi menegaskan bahwa indonesia akan melanjutkan pembangunan
infrastruktur yang tidak saja fokus terhadap peningkatan aksebilitas tetapi juga
konektivitas keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan
terwujudnya pelayaran aman dan sejahtera, sejalan dengan konektifitas antar
wilayah yang semakin baik.
Mengingat letaknya yang strategis dan juga sebagai negara kepulauan yang
terbesar di dunia, indonesia akan berkomitmen untuk terus mewujudkan
keselamatan dan keamana pelayaran dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
global.
“Di dalam sidang Assembly ini, indonesia akan mencalonkan kembali menjadi
anggota dewan kategori C periode 2018-2019 dan akan berkomitmwn untuk
meneruskan kerjasam yang baik dengan IMO didalam mewuudkan pelayaran
yang lebih bai, aman dan ramah terhadap lingkungan. Oleh karrena itu, kami
mengharapkan dukungan semua negara anggota IMO atas pencalonan indonesia
sebagai anggota dewan IMO kategori C” kata menhub yang disambut tepuk
tangan dari para delegasi ke 172 negara anggota IMO yang hadir.
Keanggotaan dewan IMO terdiri dari 3 kategori yaitu A terdiri dari 10 negara
yang mewakili armada pelayaran niaga international terbesar dan sebagai
penyedia angkatan laut international terbesar.
9
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Ratifikasi
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c69b1cbd0492/status-
hukum-uu-ratifikasi/#_ftnref
https://indonesianembassy.org.uk/menhub-serahkan-piagam-aksesi-
ratifikasi-konvensi-imo-di-sidang-assembly-london
Huda, Ni’matul dan Nurhidayatuloh (ed). Politik Hukum HAM di Indonesia.
Yogyakarta: Pasca Sarjana UII dan FH UII Press, 2011.
Mahkamah Konstitusi RI, Mengawal Demokrasi Menegakkan Keadilan
Substantif; Refleksi Kinerja MK 2009 Proyeksi 2010, 29 Desember 2009, 2-4
Mauna, Boer.
Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global. Bandung: Penerbit Alumni, 2005.
10