UAS HI B Nabila Rizkita Putri Sutrisno
UAS HI B Nabila Rizkita Putri Sutrisno
Lembar Jawaban Ujian ini dikirim melalui SIMASTER atau Email (sesuai instruksi) dengan for
mat Word doc.
JAWABAN:
1. -
2. Di antara perjanjian internasional multilateral yang mengikat bagi Indonesia adalah “The
Geneva Convention for the amelioration of the condition of the wounded, sick and shipwr
ecked members of the armed forces at sea, 1949”, “the United Nations Convention on the
Law of the Sea 1982”, dan “the Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961”. Sala
h satu cara negara untuk mengikatkan diri pada perjanjian internasional adalah ratifikasi,
yang sudah sering didengar. Akan tetapi, dikenal cara-cara lain untuk negara mengikatka
n diri pada perjanjian internasional, di antaranya dengan aksesi.
Pertanyaan:
a. Apakah yang dimaksud dengan aksesi? Jelaskan perbedaan (jika ada) kekuatan m
engikat antara perjanjian yang diratifikasi dan perjanjian yang diaksesi!
Berdasarkan pasal 2 ayat (1)b Vienna Convention on the Law of Treaties dinyatak
an bahwa "ratification, acceptance, approval, and accession mean in each case the in
ternational act so named whereby a State establishes on the international plane its co
nsent to be bound by a treaty". Sehingga dapat disimpulkan bahwa aksesi adalah suat
u tindakan dari suatu negara untuk mengikatkan diri pada suatu Perjaniian Internasion
al. Yang membedakan aksesi dengan ratifikasi adalah bahwa aksesi diberikan oleh su
atu negara yang tidak ikut serta dalam perundingan untuk membentuk perjaniian terse
but.1 Secara politis aksesi ini lebih diartikan sebagai pihak yang ikut serta tetapi
1
Anthony Aust, 210, Handbook of International Law second edition, Cambridge University Press, Cambridge.
bukan pihak yang membuat perjanjian.2 Selain itu, keistimewaan dari aksesi adalah ha
l itu hanya bisa dilakukan pada perianjian-perianjian multilateral. Dari segi prosedur,
memang terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara ratifikasi dengan aksesi. M
eski begitu tidak ada perbedaan mengenai kekuatan mengikat Ratifikasi dengan Akse
si. Keduanya setara, kecuali jika perjanjian menyatakan sebaliknya.3
b. Apakah semua perjanjian internasional dapat diaksesi oleh negara manapun? Jelas
kan jawaban anda!
Pada dasarnya negara manapun bisa melakukan aksesi terhadap perjanjian interna
sional, kecuali apabila negara lain dalam perjaniian internasional tersebut tidak meny
etujuinya, atau perjaniian internasional tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan
nya aksesi.4 Apabila dalam suatu perjanjian internasional terdapat klausula yang mela
rang adanya aksesi, maka negara manapun juga tidak dapat melakukan aksesi terhada
p perjaniian tersebut. Ataupun jika perjanjian tersebut bersifat bilateral, maka aksesi b
isa dilakukan. Meski begitu, perjanjian bilateral dapat berubah menjadi perjanjian mul
tilateral sehingga negara lain dapat mengaksesi perjanjian tersebut, dengan catatan, te
rdapat klausula yang mengatur diperbolehkannya negara lain untuk mengaksesi peria
njian tersebut. Oleh karena itu, perjanjian internasional dapat diaksesi oleh negara ma
napun, selama tidak ada ketentuan yang menyatakan sebaliknya.
2
Setyowati, D., Hudi, N., & Yustitianingtyas, L. (2017). Tinjauan Yuridis Peraturan Perundang-Undangan Sebagai
Ratifikasi Perjanjian Internasional. Perspektif Hukum. 16(2), 202-220
3
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1518 B/PK/PJK/2017 Tanggal 15 Agustus 2017.
4
Aust, A. (2013). Modern treaty law and practice. Cambridge University Press.
Indonesia melakukan aksesi terhadap "the Vienna Convention on Diplomatic Relations,
1961" pada tanggal 4 Juni tahun 1982, sehingga mengikat bagi rakyat Indonesia.5
Dan terhadap “United Nations Convention on the Law of the Sea 1982” atau
Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982, Indonesia melakukan ratifikasi pada tahun
1985.6 Sebelum meratifikasi Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982, Indonesia telah
memiliki aturan yang mengatur sebagian kecil Hukum Laut di Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.7
3. Jamal Khashoggi, seorang jurnalis ternama Arab Saudi yang bertempat tinggal di AS, ber
niat mengurus persyaratan perkawinannya dengan tunangannya, seorang warga negara Tu
rki, di Istanbul, Turki. Jamal Khashoggi pun masuk ke kantor konsulat Arab Saudi di Ista
nbul Turki, di mana kemudian ia dibunuh secara kejam. Curiga akan keselamatan Khasho
ggi, polisi Turki berniat menyelidiki kantor konsulat Arab Saudi, namun sempat tertunda
beberapa saat karena Arab Saudi tidak memberikan izin polisi Turki memasuki kantor ko
nsulat tersebut. Pihak Turki kemudian menyatakan bahwa Khashoggi dibunuh secara keja
m di dalam kantor konsulat oleh pihak Arab Saudi.
Pertanyaan:
a. Apakah Jamal Khashoggi memperoleh perlindungan hukum internasional di saat
berada di kantor konsulat negaranya sendiri? Jelaskan beserta dasar hukumnya!
Pada dasarnya, Jamal Khashoggi memiliki hak atas perlindungan hukum internasi
onal dengan adanya Pasal 6 ayat (1) ICCPR yang menyatakan bahwa, “Setiap manusia be
rhak atas hak untuk hidup yang melekat pada dirinya. Hak ini wajib dilindungi oleh huku
m. Tidak seorangpun dapat dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang.”8Digunaka
nnya ICCPR juga saya nilai tepat karena baik Turki telah meratifikasinya.9 Meski begitu,
5
“United Nations Treaty Collection: Treaty Reference Guide”, http://untreaty.un.org/English/guide.asp - ratificatio
n
6
Ida Kurnia, “Penerapan UNCLOS 1982 dalam Ketentuan Perundang-Udangan Nasional, Khususnya Zona Ekonom
i Eksklusif Indonesia”, Jurnal Hukum Prioris, Vol. 2 No.1, September 2008, hlm. 42,
https://media.neliti.com/media/publications/82083-ID-penerapan-unclos-1982-dalam-ketentuan-pe.pdf
7
Ibid.
8
UN General Assembly, International Covenant on Civil and Political Rights, Art 6 (1), 16 December 1966, United
Nations.
9
Greenleaf, G. (2017). Global data privacy laws 2017: 120 national data privacy laws, including Indonesia and Turk
ey. Including Indonesia and Turkey (January 30, 2017), 145, 10-13.
perlu diingat bahwa yurisdiksi ekstraterritorial diakui dalam dunia internasional dan kare
na kasus tersebut terjadi di kantor konsulat pihak Arab Saudi, maka Jamal Khashoggi tida
k dapat memperoleh perlindungan hukum internasional. 10 Oleh karena itu, yang berhak
menerapkan yurisdiksi adalah Arab Saudi.
10
Ian Brownlie, 1990, Principles of Public International Law, Cetakan ke-4, Clarendon Press; Oxford University Pr
ess, Oxford England; New York
11
Goel, M., Subramanian, S., Bhatia, U., & Mishra, U. (2020). Murder of Jamal Khashoggi: An International Law
Perspective.
12
Riau, J. I. H. Penerapan Hukum Hak Asasi Manusia Pada Situasi Konflik Bersenjata. Jurnal Ilmu Hukum Riau, 4
(1), 9088.
ni, konflik bersenjata terjadi di wilayah Indonesia antara aparat keamanan dengan KKB.
Hal ini juga sesuai dengan Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan II tahu
n 197713 yang dapat diberlakukan apabila rumusan-rumusan yang terdapat dalam Pasal 1
ayat (1) tersebut terpenuhi, yaitu:
a. Konflik tersebut terjadi dalam wilayah Pihak Peserta Agung;
b. Telah terjadi pertempuran antara Angkatan Perang negara itu dengan kekuatan ber
senjata pemberontak/pembangkang;
c. Kekuatan bersenjata pemberontak berada di bawah komandan yang bertanggung j
awab;14
d. Telah menguasai sebagian wilayah negara tersebut, sehingga memungkinkan mer
eka melaksanakan operasi militer secara berlanjut;
e. Mereka mampu melaksanakan Protokol ini.
Dapat kita ketahui bahwa kasus ini memenuhi poin a hingga e Pasal 1 ayat (1),
. Lebih lanjut meski pasal 3 Konvensi Jenewa tidak memberikan definisi yang pas
ti, namun yurisprudensi ICTY15 telah menginterpretasikan konflik bersenjata non internas
ional sebagai peristiwa intensitas permusuhan bersenjata yang cukup tinggi dan kelompo
k bersenjata memiliki struktur serta organisasi yang baik sehingga dapat dikatakan sebaga
i konflik bersenjata non-internasional. Oleh karena itu kasus KKB Papua dapat dikategori
kan sebagai konflik bersenjata non-internasional.
b. Sejauh mana hukum humaniter internasional dan hukum Hak Asasi Manusia Inter
nasional bersinggungan atau bahkan berbenturan dalam kasus ini?
Dalam hukum humaniter internasional, korban konflik bersenjata non-internasion
al terutama warga sipil juga memiliki hak yang sama untuk dilindungi dan mendapatkan
bantuan kemanusiaan seperti halnya konflik bersenjata internasional.16 Persinggungan ant
ara hukum humaniter dan hak asasi manusia berada dalam kasus ini karena hak asasi man
usia juga memberikan setiap manusia hak hidup yang harus dihormati oleh semua pihak d
13
ICot, R. C. (2008). How is the Term" Armed Conflict" Defined in International Humanitarian Law?.
14
Honandar, Y.M. (2017). Perlindungan Hukum Terhadap Orang Sipil Dalam Konflik Bersenjata Non-Internasional
(Non- International Armed Conflict). Lex Privatum, 5.
15
Banjarani, D. R., Tahar, A. M., & Aini, D. C. (2017). Studi Perbandingan Kelembagaan dan Yurisdiksi Internation
al Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia (ICTY) dan the International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR)
dengan International Criminal Court (ICC). Cepalo, 1(1), 41-56
16
Ibid.
alam konflik.17 Baik dari kacamata hukum humaniter internasional maupun hak asasi man
usia, kita bisa melihat adanya pelanggaran, seperti yang tercermin pada catatan Amnesty
Indonesia.18
5. -
6. Awal tahun 2021, junta militer di Myanmar melakukan kudeta terhadap pemerintah yang
sebelumnya terpilih secara demokratis. Kekuasaan saat ini berada di bawah militer Tatma
daw, dan keadaan di Myamar kacau karena mayoritas rakyat menolak kekuasaan Tatmad
aw. Korban rakyat berjatuhan karena kekerasan bersenjata oleh junta militer tersebut. AS
EAN, sebagai organisasi internasional di wilayah Asia Tenggara, berusaha menjadi penen
gah konflik ini (Tempo, 6/3/2021).
Pertanyaan:
a. Jelaskan mengapa ASEAN harus ikut turun tangan dalam konflik ini!
Karena dalam Pasal 1 ASEAN Charter dinyatakan bahwa tujuan dari ASEAN
adalah “to maintain and enhance peace, security and stability in the region” serta “to
ensure that the peoples and Member States of ASEAN live in peace with the world at
large in a just, democratic and harmonious environment” yang mencerminkan komitmen
17
Fleck, D. (Ed.). (2021). The handbook of international humanitarian law. Oxford University Press.
18
Amnesty Indonesia. (2018). “Sudah, Kasi Dia Tinggal Mati” Pembunuhan dan Impunitas Di Papua. Jakarta.
19
Purwanti, M. (2016). Kewajiban dan tanggung jawab negara dalam pemenuhan Hak Asasi Manusia. Kementerian
Hukum dan HAM, 2011-2015.
20
Wallace, R. (2002). International law: Rebecca Wallace. (4th ed.). Sweet & Maxwell.
ASEAN untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional di regional Asia Tengga
ra, termasuk di Myanmar. Maka ASEAN harus turun tangan agar konflik ini segera tunta
s dan ASEAN dapat melanjutkan penegakkan nilai-nilai perdamaian.21
b. Apa saja yang mungkin dapat dilakukan oleh ASEAN untuk memfasilitasi penyel
esaian konflik ini?
Memang dalam pasal 1 ASEAN dijelaskan bahwa telah menjadi tanggung jawab
ASEAN untuk menjaga keamanan dan stabilitas di wilayah Asia Tenggara. Meski begitu,
tanggung jawab sekaligus kewenangan ini bukannya tanpa limitasi. Limitasi ini ada di Pi
agam ASEAN Pasal 2 ayat (e) menyebutkan bahwa “Negara ASEAN tidak akan melakuk
an intervensi terhadap masalah domestik suatu negara”. Hal ini dikarenakan, Piagam AS
EAN selain memproyeksikan keamanan dan stabilitas di Asia Tenggara, namun ASEAN
juga mengatur mengenai prinsip kesetaraan, dimana semua negara berada dalam posisi ya
ng setara, sehingga tidak ada negara yang berhak menentukan secara sepihak mengenai k
ehidupan demokrasi di suatu negara telah terlaksana dengan baik atau tidak. Sehingga
jalan intervensi adalah pilihan terakhir yang bisa dilakukan ASEAN untuk memfasilitasi
penyelesaian konflik di Myanmar. Instead, ASEAN dapat menfasilitasi konflik ini
melalui dialog-dialog internasional dengan negara-negara ASSEAN sebagai upaya
pemulihan kembali pemerintahan Myanmar.22
sional.kontan.co.id/news/dewan-keamanan-pbb-meminta-militer-myanmar-setop-lakukan-kekerasan, (accessed 30 J
uli 2021)