Anda di halaman 1dari 37

SUMBER-SUMBER HUKUM

INTERNASIONAL
By. Dayu Medina, SH., MH

Dayu Medina, SH., MH


Sumber Hukum
Materiil: bahan-bahan/materi yang membentuk atau
melahirkan kaidah atau norma yang mempunyai
kekuatan mengikat; dan menjadi acuan bagi
terjadinya sebuah perbuatan hukum.

Formal: menentukan prosedur pembuatan hukum


(siapa, bagaimana), dan bagaimana hukum materiil
ditegakkan.

Dayu Medina, SH., MH


Pasal 38 Paragraf 1 Statuta Mahkamah
Internasional
1. Perjanjian Internasional (international Conventions)
2. Kebiasaan Internasional (International Custom),
sebagai bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum.
3. Prinsip-Prinsip Umum Hukum yang diakui oleh
negara bangsa yang beradab (general principles of
law recognized by civilized nations)
4. Putusan Pengadilan dan Doktrin atau karya hukum
sebagai sumber tambahan (subsidiary)

Dayu Medina, SH., MH


Catt:
Pasal 38 Paragraf 1 tidak bermaksud memberikan daftar lengkap
macam-macam sumber hukum. Misalnya saja pasal tersebut tidak
memuat Resolusi Majelis Umum atau putusan organisasi
internasional juga korespondensi diplomatik. Namun bukan
berarti bahwa keduanya tidak dapat digunakan oleh hakim dalam
memutus perkara. (menurut Dixon keduanya tidak dimasukkan
karena sudah tercakup dalam kebiasaan internasiona).
Tidak dimasukkannya keputusan badan arbitrase sebagai sumber
hukum internasional karena dalam prakteknya penyelesaian
sengketa melalui badan arbitrase hanya merupakan pilihan hukum
dan kesepakatan para pihak pada perjanjian.
Dimasukkannya prinsip-prinsip hukum umum sebagai sumber
hukum internasional sebagai upaya memberikan kewenangan
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-
kaidah hukum baru .
Dayu Medina, SH., MH
Catt:

Bahwa Pasal 38 Statuta tersebut


tidaklah menunjukkan hierarki.

Dayu Medina, SH., MH


Perjanjian Internasional
(International Convention)
Traktar (Treaty), Konvensi
(Convention), Final Act, Piagam
(Statute/Charter), Pakta (Pact),
Deklarasi, Protokol, Agreement,
Arrangement, Accord & Modus Vivendi,
dll

Dayu Medina, SH., MH


Pasal 2 (1a) Konvensi Wina 1969
Perjanjian adalah suatu persetujuan yang dibuat antar
negara dalam bentuk tertulis dan diatur oleh Hukum
Internasional, apakah terdiri atas satu atau lebih
instrumen yang berkaitan dan apapun nama yang
diberikan kepadanya.
Sengketa yang pihaknya bukan negara, misalnya
organisasi internasional terdapat dalam Konvensi Wina
1986 tentang perjanjian internasional untuk sesama
organisasi internasional atau organisasi dengan negara.

Dayu Medina, SH., MH


Sifat Perjanjian Internasional
1. Law Making Treaty (Perjanjian yang menciptakan kaidah
atau prinsip-prinsip hukum yang tidak hanya dapat
mengikat peserta perjanjian saja tapi dapat mengikat
pihak ketiga). Ditemukan pada perjanjian multilateral
yang sifatnya terbuka
Cth: Konvensi Laut thn 1982, Konvensi Wina th 1963
tentang Hubungan Konsuler, Konvensi Jenewa 1949
tentang Perlindungan Terhadap Korban Perang, dll

2. Treaty Contract (bersifat perdata) dan hanya mengikat


para pihak yg mengadakan perjanjian saja.
Cth : perjanjian perdagangan, perjanjian perbatasan, dll
Dayu Medina, SH., MH
Perjanjian Berdasarkan Jumlah Pesertanya
 Bilateral
 Trilateral
 Multilateral
 Regional
 Universal

Dayu Medina, SH., MH


Dlm UU No. 24 th 2000 ttg Perjanjian Internasional
Indonesia menganut pengertian yang sama dengan
Konvensi Wina tahun 1969

Kesimpulan:
Perjanjian Internasional adalah semua perjanjian yang
dibuat oleh negara sebagai salah satu subjek hukum
internasional yang diatur oleh hukum internasional dan
beirisikan ikatan-ikatan yang mempunyai akibat-akibat
hukum.

Dayu Medina, SH., MH


Tahap Pembuatan PI
Perundingan →Pengadopsian
Naskah Perjanjian → Pemungutan
Suara→
Pengesahan/Pengotentikan Naskah
Perjanjian
→ Pengikatan diri pada perjanjian

Dayu Medina, SH., MH


Cara-Cara Menyatakan Persetujuan
Terikat Pada Perjanjian Internasional
a. Penandatangan (signature)
b. Pertukaran instrumen yg melahirkan perjanjian
c. Ratifikasi (ratification)
d. Penerimaan (Acceptance)
e. Persetujuan (Approval)
f. Penambahan/perlekatan (Accesion)
g. Cara-cara lain yg telah disetujui oleh para pihak

Dayu Medina, SH., MH


Mulainya berlaku Perjanjian Internasional
(Entry Into Force)
a. Ada yg ditentukan secara tegas dalam Perjanjian
Internasional tanggal mulai berlakunya
b. Pada saat pertukaran piagam ratifikasi (ratification) atau
saat penandatanganan
c. Ditentukan dengan rumusan tertentu
Cth : Konvensi Hukum Laut 1982 = “mulai berlaku sejak
dua belas bulan setelah tanggal penyimpanan piagam
ratifikasi yg ke-60”
d. Psl 24 (3) Konvensi Wina 1969, yaitu pada saat atau
tanggal negara itu menyatakan persetujuan untuk
terikat

Dayu Medina, SH., MH


PENSYARATAN (Reservation)
Negara tersebut setuju untuk terikat dalam Perjanjian
Internasional

Tetapi tidak mau terikat pada pasal-pasal tertentu dalam
Perjanjian/negara tersebut memberikan pengertian lain
atas isi pasal atau pasal tertentu dalam Perjanjian

Alasan bertentangan dengan undang-undang negara


tersebut, haluan politk, dll

Dayu Medina, SH., MH


Aspek yang terkandung dalam pensyaratan
(Reservation)
Reservation harus diajukan pada saat
menyatakan persetujuan untuk terikat
perjanjian
 Mengadung 2 makna : berupa penolakan
sepenuhnya dan berupa pemberian
arti/penafsiran tersendiri
 Resevation ada yang berbentuk suara bulat
dan sistem Pan Amerika
 Tunduk pada beberapa larangan/pembatasan

Dayu Medina, SH., MH


Reservation tdk diberikan
a. Perjanjian melarang reservation atas pasal tertentu
dari perjanjian

b. Perjanjian melarang reservation terhadap seluruh


isi/pasal perjanjian

c. Reservation bertentangan dengan maksud dan tujuan


perjanjian itu sendiri

Dayu Medina, SH., MH


BERAKHIRNYA PERJANJIAN
INTERNASIONAL
1. Batas waktunya berakhir
2. Tujuan perjanjian sudah tercapai
3. Perjanjian baru mengantikan yang lama
4. Persetujuan para pihak untuk mengakhiri
5. Salah satu pihak menarik diri
6. Musnah objek yg diperjanjikan
7. Musnahnya/hapusnya eksistensi salah satu
pihak/peserta perjanjian

Dayu Medina, SH., MH


Hukum Kebiasaan Internasional

Dayu Medina, SH., MH


Arti penting Custom:
Customary Internasional Law adalah fundamental dari
sumber hukum internasional lainnya

Cth: Customary law principle “pacta sunt servanda” yang


memberikan efek mengikat dari sebuah Treaty.

Sumber hukum tertua, dan HI berkembang melalui


kebiasaan negara-negara

Dayu Medina, SH., MH


State Practice
1. Usage: praktek umum negara yang tidak
menimbulkan kewajiban hukum;

2. Comity: sopan santun dalam hubungan


internasional;

3. Custom: praktek umum yang dilakukan


berulang-ulang dan diterima sebagai hukum;

Dayu Medina, SH., MH


Hukum Kebiasaan Internasional
≠ adat istiadat ≠ kesopanan
internasional

Dayu Medina, SH., MH


CUSTOM
Art. 38(1)(b) Statuta ICJ: “International
Custom, as evidence of a general practice
accepted as law”

Dayu Medina, SH., MH


Unsur Custom
a. Perilaku haruslah merupakan praktek/perilaku
yg telah dipraktekan oleh negara-negara
secara berulang-ulang
b. Telah diterima atau ditaati sbg perilaku yg
memiliki nilai hukum (diterima sbg hukum)

 Jika tdk memenuhi salah satu unsur tsb dia atas


“Bukan Hukum Kebiasaan Internasional”
Dayu Medina, SH., MH
Kapan Dikatakan Sebagai Custom
International Law?
1. Unsur Faktual:
- praktek negara-negara
- general/ praktek umum
- berulang-ulang
2. Unsur Psikologis:
- uniform
- consistent
Cth: Parking Priveleges for Diplomats

Dayu Medina, SH., MH


Duration
1. Long duration;

Mis : dlm. Hk. Diplomatik

2. Short Duration cukup bila state practice telah secara


nyata dan meluas menjadi uniform;
Mis : dlm bidang hk. Angkasa (outer space law)

Dayu Medina, SH., MH


Uniformity and Consistency
1. Uniformity: tindakan oleh negara-negara pada
praktiknya tidak jauh berbeda antara satu negara
dengan lainnya.

2. Consistency: terhadap kasus yang sama, praktik


oleh negara-negara tidak terdapat kontradiksi dan
perbedaan.

Dayu Medina, SH., MH


Generality
1. Dijalankan secara meluas dan umum di antara
mayoritas negara-negara;

2. Kebiasaan yang dijalankan oleh sebagian area


atau dijalankan oleh beberapa negara tertentu
tidak dapat dikatakan sebagai kebiasaan
internasional bagi seluruh negara di dunia;

Dayu Medina, SH., MH


Proses Transisi Custom ke Treaties:
Kebiasaan internasional
(1) ↓
Hukum Kebiasaan Internasional (2)
(2) ↓
Perjanjian Internasional (1)
(3) ↓
Hukum Internasional

Dayu Medina, SH., MH


Alasan transisi
 Aspek historis;

 Aspek fungsional;

 Aspek kepastian hukum;

Dayu Medina, SH., MH


Prinsip-Prinsip Hukum Umum

Dayu Medina, SH., MH


PRINSIP-PRINSIP HUKUM UMUM
Merupakan sisa dari pengaruh ajaran hk
alam
 Berkaitan dgn nilai etika dan moral
universal (nilai fundamental)
Nilai-nilai luhur dan agung dan menjiwai
norma hukum
 Selengkap-lengkapnya PI dan
KBI/Yurisprudensi masih saja ada hal yg
belum diatur /berada di luar jangkauannya
Hukum terus berkembang == Prinsip hk.
Umum jg terus berkembang
Dayu Medina, SH., MH
Tujuan

Menghindari masalah yang


belum ada aturan hukumnya.
Bukti penolakan terhadap
doktrin positivism.

Dayu Medina, SH., MH


Contoh:
- Prinsip penentuan nasib sendiri dari setiap negara
(termuat dlm Resolusi MU)
 Prinsip non intervensi (termuat dlm Piagam PBB)
 prinsip keadilan
 Prinsip kesamaan derajat antar sesama manusia
 Prinsip itikad baik
 Good Government, dll

Dayu Medina, SH., MH


Keputusan Badan Peradilan dan
Pendapat Para sarjana
Keputusan badan peradilan =
“Yurisprudensi”

Pendapat para sarjana hukum =


“Doktrin”

 Yurisprudensi & Doktrin =


“subsidiary” /sumber hk. tambahan

Dayu Medina, SH., MH


Keputusan Badan Peradilan (Yurisprudensi)
Cth:
Keputusan MI th 1951 == “Anglo Norwegian
Fisheries Case”

Mengukuhkan eksistensi penarikan grs pangkal


lurus dari ujung ke ujung (from point to point) thd
Inggris

Termuat dlm Kv. Hk. Laut PBB (UNCLOS) 1982


Dayu Medina, SH., MH
Pendapat para sarjana (Doktrin)
 Walaupun bkn hk. Positif sering dikutip utk
memperkuat argumnetasi ttg adanya atau kebenaran
dari suatu norma hkm
 Pendapat para sarjana karena wibawanya &
pengaruhnya sgt luas

Norma hk. Positif


Sep : pandangan seorang sarjana dlam karya tulisnya
ttg masalah tertentu dikutip/disetujui oleh penulis
lain yg berkembang menjadi kesamaan pandangan
para sarjana/ masyakarakat == “Norma hkm”
- Common Haritage of Mankind di zona laut lepas
dan dasar laut ( Alfred Pedro)

Dayu Medina, SH., MH


Pendapat para sarjana akan lebih
cpt berpengaruh “norma hk.positif”
jika :

Badan-badan ahli/perkumpulan profesional


dimana para sarjana berdasarkan keahlian
yg sama
sep : Komisi Hk. Int (Int Law Comission)

Dayu Medina, SH., MH

Anda mungkin juga menyukai