Anda di halaman 1dari 2

Tinjauan terhadap urgensi jabatan wakil presiden

Jabatan seorang wakil presiden tidak didukung oleh ketentuan konstitusional. Terdapat
beberapa “ kekosongan hukum “ ( rechts – vaccum ) terkait jabatan wakil presiden, antara lain
tugas dan kewenangannya, hubungan kekuasaan antara wakil presiden dengan presiden dan
dengan lembaga negara lainnya, serta cara pertanggung jawaban wakil presiden. Salah satu hal
yang menarik untuk dikaji secara yuridis ilmiah terdapat perbedaan yang mendasar tentang
praktik tugas dan kewenangan, serta hubungan kerja antara presiden dengan wakil presiden pada
masing – masing periode. 1

Saat Mohammad Hatta menjabat sebagai wakil presiden tidak terdapat perbedaan
mencolok tugas dan kewenangannya dengan presiden Sukarno, keduanya sering disebut “ dwi
tunggal “. Bahkan periode 29 Januari 1948 sampai dengan 4 Agustus 1949, serta periode 4
Agustus 1949 sampai dengan 20 Desember 1949 telah disusun kabinet Presidensial di bawah
kepemimpinan Wakil Presiden Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri. Kesederajatan antara
presiden dan wakil presiden pada periode setelah Mohammad Hatta mengundurkan diri
2
kemudian tidak terdapat pada wakil presiden selanjutnya.

Berbeda dengan pertanggungjawaban pembantu presiden yang lain, seperti menteri


negara yang harus mempertanggungjawabkan tugasnya kepada presiden sesuai dengan substansi
Pasal 17 Ayat 3 UUD 1945. Wakil presiden tidak bertanggung jawab kepada Presiden karena
Wakil Presiden tidak dipilih dan diangkat oleh Presiden melainkan oleh rakyat. Tidak ada pasal
dalam UUD 1945 dan perubahannya yang mengatur pertanggungjawaban Wakil Presiden, baik
sebagai Wakil Kepala Pemerintahan maupun sebagai Wakil Kepala Negara. 3

Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 mengenal jabatan


Wakil Presiden sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 2, Pasal 6 ayat 2, pasal 7, pasal 8, dan
Pasal 9 UUD 19454. Pertanggungjawaban wakil presiden juga dipengaruhi oleh factor
pencalonan dan pemilihan presiden dan wakil presiden yang dilakukan dengan sistem paket, baik

1
Isnaeni Mochamad, Ramdhan, S.H., M.H. Jabatan Wakil Presiden Menurut Hukum Tata Negara Indonesia, ( Jakarta, Sinar
Grafika, 2015 ), hlm 5
2
Isnaeni Mochamad, Ramdhan, S.H., M.H. Jabatan Wakil Presiden Menurut Hukum Tata Negara Indonesia, ( Jakarta, Sinar
Grafika, 2015 ), hlm 5 - 6
3
Isnaeni Mochamad, Ramdhan, S.H., M.H. Jabatan Wakil Presiden Menurut Hukum Tata Negara Indonesia, ( Jakarta, Sinar
Grafika, 2015 ), hlm 11
4
Manan, Bagir. Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, ( Bandung, Alumni, 1997 ), hlm 21
keduanya berasal dari partai politik yang sama, maupun keduanya berasal dari partai politik yang
berbeda.5

Dapat dipahami jika hukum tata negara merupakan salah satu bagian dari sistem hukum
yang mengatur tentang cara pengisian jabatan kenegaraan dengan pejabat, cara pembagian
kekuasaan antarpejabat, serta cara pembatasan kekuasaaan antarpejabat maupun antara pejabat-
pejabat tersebut dengan rakyat. Dalam sejarah ketatanegaraan di Indonesia ketentuan tentang
pengisian jabatan Wakil Presiden pernah diatur berdasarkan pemilihan dalam Pasal 6 ayat 2
UUD 1945 dan Ketetapan MPR – RI Nomor VI/MPR/1999 tentang Tata Cara Pencalonan dan
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Berdasarkan pasal 25 ketetapan
tersebut memang ditegaskan, bahwa “ Presiden dan Wakil Presiden harus dapat bekerja sama “.6

5
Isnaeni Mochamad, Ramdhan, S.H., M.H. Jabatan Wakil Presiden Menurut Hukum Tata Negara Indonesia, ( Jakarta, Sinar
Grafika, 2015 ), hlm 11
6
Isnaeni Mochamad, Ramdhan, S.H., M.H. Jabatan Wakil Presiden Menurut Hukum Tata Negara Indonesia, ( Jakarta, Sinar
Grafika, 2015 ), hlm 87

Anda mungkin juga menyukai