OLEH :
DIAN RHAMADHAN
02012682024061
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................10
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................10
.............................................................................................................................12
Peraturan Perundang-undangan...........................................................................17
BAB IV PENUTUP........................................................................................................29
A. Kesimpulan..........................................................................................................29
B. Saran....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dipisahkan. Menurut Sri Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak
Negara.
negara kesatuan yang berbentuk republik. Pernyataan ini sangat terkait erat
jauh lagi pasca perubahan UUD 1945 perubahan ke-4, Pasal 37 ayat (5)
1
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi dan Ni’matul Huda, Teori dan Hukum Konstitusi, (Jakarta:
Rajawali pers, 1999), hlm. 53
2
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan Jilid I, (Yogyakarta: Kanisius, 2007),
hlm.125
3
4
hal yang paling esensial dalam republik adalah pemerintah yang berasal
dari rakyat banyak, bukan dari suatu jumlah (kecil) yang tidak berarti atau
artinya ‘memimpin’.3
sebelum perubahan.
salah satu isu krusial dalam agenda amandemen konstitusi Indonesia pasca
kekuasaan atau trias politica ada pergeseran dan konsepsi check and
146
5
Ibid. hlm 132
6
Daniel Susilo, Muhammad Roesli, “Konsepsi Kekuasaan Legislasi Presiden Dalam
Undang-Undang Dasar 1945”, Jurnal MIMBAR YUSTITIA, Vol. II, No. II, 2018, hlm. 160
6
model yang lebih fleksibel, dengan adanya check and balances ini.
konsepsi trias politica dengan adanya check and balances ini lebih dikenal
perubahan). Suatu Hal yang sangat ironis pada masa itu bahwa Dewan
7
Cipto Prayitno, “Analisis Konstitusionalitas Batasan Kewenangan Presiden dalam
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang”, Jurnal Konstitusi, Vol. 17, No.2,
2020, hlm. 463.
7
kepentingan pemerintah.
Dari ketentuan bunyi pasal 4 ayat (1) UUD 1945 bahwa kekuasaan
8
Marojahan Js Panjaitan, Pembentukan dan perubahan Undang –undang berdasarkan
undang –undang dasar 1945, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2017), hlm. 149
9
Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Yogyakarta: Gama Media,
1999), hlm. 223
10
11
Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD
1945 Dengan Delapan Negara Maju, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 99
8
ketentuan pasal 22 UUD Tahun 1945 bahwa Perpu adalah suatu peraturan
pengawasan DPR.12
peraturan yang dibentuk oleh Presiden dalam ‘hal ihwal kegentingan yang
undang dalam keadaan yang genting dan tidak terlepas dari pengawasan
undangan tersendiri.13
12
Maria Farida Indrati,Ilmu Perundang-Undangan Jilid I, Op. Cit., hlm. 191.
13
Achmad Fauzi, Hukum Lembaga Kepresidenan, (Semarang: Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945, 2007), hlm. 76
9
undang. Hal ini dapat diketahui dari norma konstitusi yang memberikan
yang telah dibahas bersama DPR (Pasal 20 ayat 3); dan, mengesahkan
membuat undang-undang.
tertarik ingin membahas mengenai problematika ini dan akan ditulis dalam
suatu karya ilmiah yang berkaitan dengan kewenangan Presiden dalam hal
PEMBENTUKAN HUKUM”
14
Daniel Susilo, Muhammad Roesli, Op.Cit., hlm. 161
10
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Undangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
rakyat untuk suatu masa jabatan tertentu sesuai dengan konstitusi. Dalam
sebagai pembantu Presiden, hal tersebut tertuang dalam batang tubuh dan
Sementara tahun 1950, kembali ke UUD 1945 melalui dekrit Presiden tanggal
5 Juli 1959 sampai perubahan UUD 1945 sebanyak 4 kali sejak tahun 1999-
2002.17
Presiden yang luas tersebut tercakup dalam fungsi sebagai kepala negara dan
17
Abdul Goffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia,(Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009) hlm 28.
18
Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, (Jakarta: Aksara Baru, 1986), hlm. 43.
19
Sulardi, Menuju Sistem Pemerintahan Presidensiil Murni, (Semarang: Setara Press,
2012), hlm. 132
13
(MPR).
20
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010),
hlm. 82
14
undang-undang.
dan rehabilitasi.
dan konsul.21
kelemahan UUD Tahun 1945 memberikan dasar pola relasi antara negara
21
Muhammad Zamroni, “Kekuasaan Presiden Dalam Mengeluarkan Perppu”, Jurnal
legislasi Indonesia, Vol. 12, No. 3, 2015, hlm.4
16
heavy).
BAB III
PEMBAHASAN
17
Peraturan Perundang-Undangan
bersumber pada suatu kewenangan, baik yang bersifat atribusi maupun yang
lembaga Negara dalam hal ini Presiden akan melekat secara terus-menerus.
Dapat kita lihat dari ketentuan pasal 5 ayat (1) UUD 1945, disitu
22
Jimly Asshidiqie (dalam Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang Baik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) hlm.43
18
normal atau biasa dan ada pula yang bersifat tidak normal atau luar biasa.
tertanggal 11 Juli 1997. Padahal RUU tersebut telah dibahas dan disetujui
oleh DPR pada akhir tahun 1996,sehingga menimbulkan reaksi keras dari
ini semua akibat dari dominannya kekuasaan Presiden dalam bidang legislasi.
(pouvoirreglementair);
pribadi tanpa memikirkan dampak dari sistem kekuasaan yang otoritarian dan
heavy)23.
23
Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia Kajian Terhadap Dinamika
Perubahan UUD 1945, (Jakarta: FH UII Press, 2003), hlm. 86
24
Soentanto Soepiadhy, “Kekuasaan Eksekutif Setelah Perubahan UUD Tahun 1945
Dalam Prospek Pemerintahan Demokratis”, Jurnal Yustika, Vol. 12 No. 1, 2009, hlm. 30.
20
Undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden
dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut sah
sebagaimana yang dimaksud oleh pasal 20 ayat (4) UUD 1945 tersebut
sebagaimana dimaksud oleh pasal 20 ayat (4) UUD 1945 tersebut adalah
Ayat (5) yang menentukan jika dalam waktu 30 hari sejak mendapat
25
Rahayu Prasetyaningsih, Menakar Kekuasaan Presiden dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan Menurut Undang-Undang Dasar 1945”, Jurnal PJIH, Vol. 4, No. 2, 2017,
hlm.270
21
menegaskan:27
undang.
26
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang –Undang, (Jakarta: Konstitusi Press, 2006),
hlm.297
27
28
Putera Medea, “Kekuasaan Presiden RI dalam Bidang Legislatif Setelah Amandemen
UUD 1945”, Jurnal Lex Administratum, Vol. 1, No.2, 2013, hlm. 151
22
Pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Ayat (2) UUD 1945 yang tidak
Bagir Manan, dalam hal tidak ada perintah tegas dari undang-undang,
Presiden bebas memilih bentuk peraturan lain, kecuali apabila hal tersebut
Akan tetapi, dalam Pasal 20 ayat (2) yang berbunyi, setiap rancangan
penafsiran a contrario, Presiden diberi hak pula untuk menolak atau tidak
Dalam hal RUU yang berasal dari Presiden, RUU yang telah
Tersebut, DPR RI mulai membahas RUU yang diajukan oleh Pesiden dalam
paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.31 RUU
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak RUU teresebut
legislatif selain karena ketentuan UUD 1945, juga oleh karena penguasaan
Legislatif dalam hal membentuk UU telah diatur dalam Pasal 20 Ayat (2), (3),
(4) dan (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
30
Aziz Syamsuddin, Proses dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), hlm. 56
31
Pasal 73 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
32
Aziz Syamsuddin, Op. Cit., hlm. 63
24
legislatif. Hal ini bertujuan agar prinsip check and balances antara lembaga
negara dapat tercapai dengan baik. Hubungan antara Presiden dengan DPR ini
sesuai dengan ketentuan Pasal 20 Ayat (1) UUD 1945 hasil perubahan
Menurut John Pieries (dalam Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, 2010 ;
kepentingannya.
33
Nirwan Moh. Nur, “Hubungan Kewenangan Antara Presiden Dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Menurut Sistem Ketatanegaraan Indonesia” Jurnal Yustisiabel, Vol. 1, No. 1,
2017, hlm. 26
25
oleh DPR. Karena itu, tugas utama DPR menurut UUD 1945, terletak di
dengan adanya perubahan radikal Pasal 5 Ayat (1) UUD 1945 dari Presiden
DPR. Akibat dari pergeseran itu, hilangnya dominasi Presiden dalam proses
34
Perubahan Tahap Pertama UUD 1945 yang ditetapkan dalam Sidang Umum (SU)
MPR-RI pada bulan oktober 1999
26
dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh MPR atas usul DPR, baik
perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai
35
Putera Medea, Op.Cit., hlm. 153
27
enactment approval)
binding documents).36
a) hak inisiatif,
b) hak amandemen.
yang dibahas oleh kamar yang berbeda. Hak veto berfungsi sebagai sarana
bersifat presidensial hak veto dimiliki oleh tiga pihak sekaligus, yaitu
presiden, majelis tinggi dan majelis rendah. Dalam sistem bikameral yang
Daerah. Melalui mekanisme hak veto itu proses checks and balance tidak
36
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang –Undang, (Jakarta: Konstitusi Press, 2006),
hlm.180
28
BAB IV
PENUTUP
37
Ibid. hlm. 181
29
A. Kesimpulan
fungsi legislatif dari DPR menjadi lebih kuat dari pada yang biasanya
B. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
A. BUKU-BUKU:
B.N. Marbun, 1996, Kamus Politik, Cetakan I, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi dan Ni’matul Huda, 1999, Teori dan Hukum
Konstitusi, Jakarta: Rajawali pers.
Moh. Mahfud MD, 1999, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama
Media.
B. JURNAL
C. PERUNDANG-UNDANGAN