Anda di halaman 1dari 8

Lex Administratum, Vol. VII/No.

3/Jul-Sept/2019

IMPLIKASI PRESIDENTIAL THRESHOLD dapat mewujudkan suatu kepastian didalam


TERHADAP PEMILU MENURUT UNDANG pemilihan Presiden karena apabila itu tidak
UNDANG NOMOR 7 TAHUN 20171 diatur lebih lanjut oleh hukum maka sewaktu-
Oleh : Indah Virginia Antameng2 waktu hal ini dapat membuat calon Presiden
Indonesia sangat banyak sedangkan kesadaran
ABSTRAK hukum serta politik warga negara Indonesia
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk masih sangat lemah, masyarakat cenderung
mengetahui bagaimana implikasi presidential siap untuk menang namun tidak siap untuk
threshold dengan sistem pemerintahan menerima kekalahan kedewasaan berpolitik di
presidensial dan demokrasi pada pemilu sini yang masih sangat minim dan hal itu tidak
serentak 2019 dan bagaimana penerapan dari jarang membuat kerusuhan setelah terjadinya
relevansinya presidential threshold terhadap pemilihan umum baik itu di daerah maupun di
pemilu serentak 2019 menurut Undang-Undang kota-kota besar, namun di sisi lain pembatasan
Nomor 7 Tahun 2017. Dengan menggunakan terhadap pencalonan Presiden bisa
metode peneltian yuridis normatif, dikategorikan sebagai pelanggaran hak
disimpulkan: 1. Implikasi dalam Pemilihan konstitusional warga negara Indonesia yang
Umum di Indonesia sebagai sarana demokrasi diatur oleh UUD 1945 bahwa warga negara
sebagaimana tertuang dalam sila ke-4 Pancasila mempunyai hak untuk memperoleh
Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Adapun kelemahan daripada Presidential
sebagai sarana kedaulatan rakyat. Penerapan Threshold dalam pemilu serentak 2019.
presidential threshold pada Pemilihan Umum Pandangan beberapa ahli hukum mengatakan:
Presiden Wakil Presiden adalah untuk “Keberadaan Presidential Threshold apabila
menguatkan sistem pemerintahan presidensial, masih terus saja dipertahankan oleh
tujuannya adalah agar dapat tercapainya fungsi pemerintah maka sesungguhnya hal ini
pemerintahan negara yang efektif. Hal ini bertentangan dengan cita hukum (rechsidee)
selaras dengan Putusan Mahkamah Konstitusi dari negara Indonesia yang termaktub di dalam
Nomor 14/PUU-XI/2013. 2. Penerapan Pembukaan UUD 1945 yang merupakan
presidential threshold dalam pemilu serentak landasan filosofis negara Indonesia yaitu tidak
2019 menimbulkan pro-kontra yang keduanya adanya keadilan sosial, karena ketika hal ini
mempunyai basis alasan masing-masing. diterapkan maka akan mengakibatkan
Menelaah pro-kontra presidential threshold tertutupnya ruang hak-hak dari warga negara
dalam pemilu serentak melahirkan kesimpulan lainnya yang ingin mencalonkan diri sebagai
bahwa adanya Putusan Mahkamah Konstitusi presiden sedangkan ia tidak masuk ke dalam
Nomor 14/PUU-XI/2013 yang mengamanatkan salah satu partai politik mayoritas ataupun
pemilu serentak sejatinya secara substansi kader-kader partai politik yang tidak mencapai
telah menghapuskan sistem Presidential batasan persentase suara tertentu sehingga ia
Threshold, sehingga persyaratan ambang batas tidak dapat untuk mencalonkan diri sebagai
untuk mencalonkan Presiden dan Wakil Presiden padahal secara konstitusional haknya
Presiden menjadi tidak relevan dalam pemilu itu dilindungi oleh UUD dalam ketentuan Pasal
serentak 2019. 28D ayat (3) “setiap orang mempunyai hak
Kata kunci: implikasi, presidential threshold, yang sama dalam pemerintahan”. Perlakuan
Pemilu yang tidak sama ini mencerminkan
ketidakadilan ada di tengah masyarakat dan
PENDAHULUAN bertentangan juga dalam aspek teoritik yaitu
A. Latar Belakang yang dikenal dengan Justitia Distributiva.
Pemberlakuan pembatasan pencalonan Keberadaan Presidential Threshold
Presiden (Presidential Threshold) ini di satu sisi bertentangan dengan UUD 1945 yang
merupakan landasan konstitusional negara
1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Tommy F.
Indonesia bahwa di dalam ketentuan Pasal 1
Sumakul, SH, MH; Maarthen Y. Tampanguma, SH, MH ayat (3) yang menyatakan: “Negara Indonesia
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. adalah negara hukum”
16071101020

41
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019

Memperhatikan paparan di atas, maka yang lebih rendah. Untuk mencalonkan


penulis terdorong untuk mempelajari dan Presiden dan Wakil Presiden telah diatur dalam
meneliti lebih mendalam yang hasilnya UUD NKRI 1945 dalam bab 3 tentang kekuasaan
dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul pemerintahan negara pasal 6 A ayat (2)
“Implikasi Presidential Threshold Terhadap berbunyi: “Pasangan calon Presiden dan Wakil
Pemilu Menurut Undang-Undang Nomor 7 Presiden diusulkan oleh partai politik atau
Tahun 2017”. gabungan partai politik peserta pemilihan
umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum”.
B. Perumusan Masalah Kedua norma tersebut mengandung
1. Bagaimana implikasi presidential pengertian bahwa calon Presiden dan Wakil
threshold dengan sistem pemerintahan Presiden harus diusulkan oleh partai politik
presidensial dan demokrasi pada pemilu atau gabungan partai politik dan diusulkan
serentak 2019? sebelum pemilu. Pengertian tentang pemilu
2. Bagaimana penerapan dari relevansinya terdapat dalam Pasal 22E ayat (2) UUD NRI
presidential threshold terhadap pemilu 1945 berbunyi: “Pemilihan umum
serentak 2019 menurut Undang-Undang diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Nomor 7 Tahun 2017? Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, Dewan
C. Metode Penelitian Perwakilan Rakyat Daerah”.
Objek dalam penelitian skripsi ini adalah Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil
berkaitan dengan implikasi presidential Presiden dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun
threshold terhadap Pemilu menurut UU No. 7 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Tahun 2017, maka peneliti menggunakan Wakil Presiden berubah menjadi Undang-
pendekatan penelitian yuridis normatif atau Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
penelitian hukum normatif, dan sifat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
penelitiannya bersifat kualitatif. Penelitian selanjutnya disebut Undang-Undang Pilpres
hukum normatif adalah suatu penelitian yang maka dengan demikian undang-undang pilpres
berpedoman pada peraturan perundang- yang lama sudah tidak diberlakukan. Dalam
undangan dan norma-norma yang hidup Undang-Undang pilpres yang baru telah
berkembang pada masyarakat. Adapun sifat mengatur bahwa ambang batas syarat untuk
kualitatif adalah suatu penelitian yang dapat mencalonkan Presiden dan Wakil
menganalisis secara mendalam dan dari Presiden harus memenuhi Pasal 9 Undang-
berbagai sudut pandang (komprehensif).3 Undang pilpres yang berbunyi: “Pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN partai politik atau gabungan partai politik
A. Implikasi Presidential Threshold Dengan peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan
Sistem Pemerintahan Presidensial dan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh
Demokrasi Pada Pemilu Serentak 2019 persen) dari jumlah kursi DPR atau
Penyelenggaraan pemilu untuk memilih memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari
Presiden dan Wakil Presiden telah diatur suara sah secara nasional dalam pemilu
dengan Undang-Undang 42 tahun 2008 tentang anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Presiden dan Wakil Presiden”.
yang merupakan delegasi untuk tata cara Persentase ambang batas tersebut menjadi
pelaksanaannya dari pasal 6A ayat (5) UUD syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan
NKRI 1945 berbunyi: “Tata cara pelaksanaan representasi perwakilan pada suatu
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih penyelenggaraan pemilu di era reformasi.
lanjut diatur dalam Undang-Undang”. Faktanya yang terjadi dalam pemilu pada
Indonesia mengenal asas “Lex Superior tahun-tahun belakangan ini pemilu dijadikan 2
Derogat Legi Inferior” yakni peraturan undang- (dua) bagian yakni pemilu yang diselenggarakan
undang yang lebih tinggi mengesampingkan untuk anggota DPR lalu 3 (tiga) bulan kemudian
diselenggarakan pemilu Presiden guna memilih
3 Abdullah Sulaiman, Metode Penulisan Ilmu Hukum, Presiden dengan syarat yang telah ditentukan
YRPSDM, Jakarta, 2012, hal. 26.

42
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019

oleh Undang-Undang Pilpres dengan adanya atas pasangan capres-cawapres akan semakin
pembagian pemilu tersebut maka pihak terbatas.6
pemohon mengajukan judicial review pada Secara yuridis peran MK untuk
Mahkamah Konstitusi guna mengeluarkan putusan atas gugatan tersebut
mempertimbangkan penghematan biaya yang adalah benar, namun tidak bagi MK untuk
dikeluarkan oleh Negara. menangani proses legislasi atau pembentukan
Ambang batas syarat pencalonan Presiden undang-undang tersebut. Mekanisme tersebut
atau Presidential Threshold adalah pengaturan tentunya masih harus diserahkan kembali
tingkat ambang batas dukungan dari DPR, baik kepada lembaga legislatif yang berwenang,
dalam bentuk jumlah perolehan suara atau namun secara prinsipil pengambilan keputusan
jumlah perolehan kursi (seat), yang harus dalam proses legislatif tersebut harus mengacu
diperoleh partai politik peserta pemilu agar pada putusan MK, yang tujuannya adalah
dapat mencalonkan presiden dari partai politik memperkuat sistem presidensial kita serta
tersebut atau dengan gabungan partai politik mendorong terlaksananya Pemilu serentak
jika tidak mencapai presentase tertentu yang pada 2019. Jika yang menjadi keputusan akhir
diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Pilpres. adalah pemberlakuan ukuran Presidential
Ambang batas syarat pencalonan presiden Threshold sebesar 20-25%. Presidential
atau Presidential Threshold mempunyai makna Threshold adalah ukuran batas ambang yang
yang hampir serupa dengan Electoral digunakan dalam pencalonan presiden dan
Threshold, pelaksanaan pemilu dalam sistem wakil presiden.
multi partai ini dimaksudkan untuk menjamin Kali ini berdasarkan sidang paripurna DPR
semua partai politik dapat mengikuti pemilu terkait RUU Pemilu, ukuran PT ditetapkan
berikutnya dengan adanya mekanisme electoral sebesar 20-25%. Itu artinya seorang calon
threshold.4 presiden harus didukung oleh 20% partai politik
Ketentuan ambang batas pencalonan atau gabungan partai politik yang memiliki kursi
presiden atau Presidential Threshold di parlemen dan 25% suara sah nasional.
dikhawatirkan akan membuat pemilihan umum Langkah mendorong PT tersebut harus
(pemilu) di Indonesia semakin pragmatis. dimaknai bukan dalam skema kepentingan
Ambang batas tersebut tertuang dalam Pasal partai-partai besar, melainkan untuk
222 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 memperkuat sistem presidensial kita yang
tentang Pemilihan Umum. Disebutkan bahwa terkesan setengah parlementer (quase
parpol atau gabungan parpol harus parlementer) atau dalam istilah Hanta Yudha
mengantongi 20 persen kursi DPR atau 25 sebagai presidensial setengah hati.7
persen suara sah nasional untuk bisa Tak bisa dipungkiri bahwa sistem
mengusung pasangan capres-cawapres dalam presidensial yang kita anut selama ini masih
pilpres.5 bercorak parlementer. Secara konstitusional
Pemilihan presiden dan wakil presiden kita menganut sistem presidensial, namun
bukan lagi bicara apa visi-misi serta platform dalam praktiknya justru menerapkan ciri
ideologi yang menyatukan koalisi,” KPU parlementarian. Ini ditandai dengan praktik
Antisipasi jika MK Kabulkan Uji Materi sistem multipartai yang kita anut, dan
Presidential Threshold, “Tetapi, bicara soal tampilnya model presidensial minoritas.
siapa, bicara orientasi figur, karena memang Kombinasi antara sistem presindesial dan
dipaksa oleh ambang batas,” tegasnya lagi. sistem presidensial, serta terbentuknya model
Partai akan berkoalisi hanya demi memenuhi presidensial dengan dukungan minoritas,
ambang batas agar dapat mengusung calon adalah sebuah kombinasi yang sulit. Kombinasi
dalam pilpres. Selain itu, pilihan masyarakat yang demikian pada gilirannya berdampak pada

6 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2008


dalam Perkara Pengujian Undang-Undang terhadap
4 Erfandi, Parliamentary Threshould dan Ham Dalam Undang-Undang Dasar, tanggal 26 Maret 2013, hal. 2.
Hukum Tata Negara Indonesia, Setara Press, 2014, hal. 7 Syamsuddin Haris, Praktik Parlementer Demokrasi

132. Presidensial di Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 2014,


5 Kompas.com. hal. 138.

43
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019

deadlock (kebuntuan) dalam relasi eksekutif- mengajukan pasangan capres dan wapres
legislatif karena menghasilkan instabilitas sepanjang memenuhi persyaratan sebagai
demokrasi presidensial. Presiden pun sewaktu- peserta pemilu; dan (3) tidak ada penambahan
waktu dapat tersandera oleh kepentingan syarat lain berupa threshold berapa pun
partai politik baik di legislatif, pengisian jabatan besarnya. Pasal ini telah jelas maksudnya dan
kabinet, maupun saat pengambilan tidak memberi peluang bagi pembentuk
keputusannya. undang-undang untuk membuat legal policy
Berkaitan dengan ukuran Presidential dengan menentukan presidential threshold
Threshold 20%, hal itu tentunya tidak sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Undang-
bertentangan dengan konstitusi sebab tidak Undang No. 42 Tahun 2008.
disebutkan secara eksplisit terkait ukuran UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tersebut. Keberadaan presidential threshold sebagai basic law hanya memberikan ruang
20% juga tidak dibatalkan oleh MK, yang kepada pembentuk Undang-Undang untuk
terbukti dengan tidak dirubahnya Pasal 9 mengatur lebih lanjut mengenai: (1) syarat-
Undang-Undang Nomor 42 tahun 2008 syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil
tersebut. Sehingga penggunaan presidential Presiden (Pasal 6 ayat (2) UUD Negara Republik
threshold yang demikian sebenarnya turut Indonesia Tahun 1945) dan (2) tata cara
menguatkan sistem presidensial yang dianut pelaksanaan pemilu Presiden dan Wakil
oleh Indonesia agar tidak terjatuh pada Presiden Pasal 6A ayat (5) UUD Negara Republik
legislative heavy. Dengan PT yang demikian Indonesia Tahun 1945.
maka yang mungkin terjadi di parlemen adalah, Refly Harun menyebut bahwa syarat
pasca pemilihan umum, partai politik akan ambang batas pengajuan calon presiden atau
membentuk dua poros yakni poros pengusung presidential threshold yang diatur dalam
(pemerintah) dan poros oposisi. Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 tidak
didasari argumentasi yang tepat. Penerapan
B. Penerapan dan Relevansinya Presidential presidential threshold untuk mengusung
Threshold Terhadap Pemilu Serentak 2019 pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 dianggapnya sebagai permainan politik partai
Pasal 6A UUD Negara Republik Indonesia partai besar. Penerapan presidential threshold
Tahun 1945 tidak menentukan adanya ambang dalam Undang-Undang Pilpres tidak masuk
batas (presidential threshold) dalam Pemilu akal, karena UUD 1945 telah mengatur bahwa
Persiden dan Wakil Presiden, yang ada Presiden terpilih berdasarkan perolehan suara
hanyalah “Pasangan calon Presiden dan calon 50% plus satu dan tersebar di 20% provinsi.8
Wakil Presiden diajukan oleh partai politik atau Menurut Refly Harun, pernyataan yang
gabungan partai politik peserta pemilihan menyatakan bahwa penerapan presidential
umum”. Di sini Pasal 6A ayat (2) UUD Negara threshold dilakukan untuk memperkuat sistem
Republik Indonesia Tahun 1945 apabila tidak presidensial juga tidak bisa dibuktikan. Apabila
ditafsirkan lain, maka pemberlakuannya tanpa Presiden yang terpilih berasal dari partai kecil,
ada hambatan. Sesuai dengan Pasal 6A ayat (2) pembentukan kabinet juga pasti akan dilakukan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara koalisi. Contohnya adalah Partai
dengan pemilu serentak, maka setiap partai Demokrat dengan suara minoritas pada tahun
politik peserta pemilihan umum dapat 2009 akhirnya mengajak partai Golkar masuk
mengajukan pasangan calon Presiden dan dalam kabinet meski dalam pemilihan Presiden
Wakil Presiden tanpa syarat mempunyai harus berkompetisi.9 Menurut Syamsuddin
sejumlah kursi tertentu di DPR. Harris, secara teoritis basis legitimasi seorang
Pasal 6A ayat (2) UUD Negara Republik presiden dalam skema sistem presidensial tidak
Indonesia Tahun 1945 mengandung makna
bahwa persyaratan yang berlaku bagi capres
8 “Pengamat: Presidential Threshold Konspirasi Jahat
dan wapres adalah (1) capres dan wapres
Partai Besar”,
diajukan oleh partai politik baik sendiri-sendiri http://nasional.kompas.com/read/2014/01/25/1115549/
maupun bersama-sama dalam gabungan/koalisi Pengamat.Presidential.Threshold.Konspirasi.Jahat.Partai.
partai politik; (2) semua partai politik dapat Besar. diakses pada l7 Juli 2017
9 Ibid.

44
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019

ditentukan oleh formasi politik parlemen hasil Presiden.14 Konsekuensi dari adanya penetapan
pemilu legislatif. Lembaga presiden dan ambang batas perolehan kursi di DPR bagi
parlemen dalam sistem presidensial adalah dua partai politik yang hendak mengajukan
intitusi terpisah yang memiliki basis legitimasi pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden di
berbeda.10 dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 42 Tahun
Alasan ambang batas (presidential 2008 dengan sendirinya mereduksi makna
threshold) untuk menciptakan efektifnya pemilu sebagai suatu mekanisme politik yang
pemerintahan oleh Presiden terpilih, adil dan demokratis dalam menentukan
penyederhanaan kepartaian dan menyeleksi pemimpin bangsa yang dipercaya, dan
calon Presiden dan Wakil Presiden juga tidak berimplikasi terhadap kualitas partisipasi politik
sepenuhnya tepat. Hal ini karena partai politik rakyat dan upaya perlindungan bagi hak
sebagai peserta pemilu sudah diseleksi secara pemilih.15 Pembatasan calon berarti membatasi
ketat oleh KPU, sehingga partai politik yang saluran politik pemilih dan dalam derajat
lolos verifikasi yang ketat sebagai partai politik tertentu mendorong pemilih tidak ikut
peserta pemilu yang kemudian mengusulkan berpartisipasi dalam pemilu Presiden dan Wakil
calon Presiden dan Wakil Presiden. Presiden, karena calon terbaik menurut mereka
Penyeleksian partai politik peserta pemilu yang tidak dapat menjadi pasangan calon Presiden
dilakukan oleh KPU sebagai bentuk dan Wakil Presiden akibat pembatasan
11
penyederhanaan sistem kepartaian. tersebut. Sebaliknya, penghapusan presidential
Persyaratan presidential threshold dalam threshold berarti membuka saluran politik
pengajuan pasangan calon Presiden dan Wakil rakyat dan dalam derajat tertentu
Presiden, sebagaimana yang diatur dalam Pasal meningkatkan partisipasi pemilih karena daya
9 Undang-Undang No. 42 Tahun 2008, dianggap tarik calon Presiden dan Wakil Presiden yang
tidak sejalan dengan prinsip sistem lebih banyak pilihan alternatifnya.16
pemerintahan presidensial yang sesungguhnya, Apabila pemilu legislatif dan pemilu
karena seharusnya pemilihan Presiden Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan
dan/Wakil Presiden tidak memerlukan secara serentak dalam waktu yang bersamaan
prasyarat ketercapaian kuota kursi di sebagaimana secara implisit terkandung dalam
parlemen.12 Karakteristik dasar sistem Pasal 22E ayat (2) juncto Pasal 6A ayat (2) UUD
presidensial adalah keterpisahan antara Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka
eksekutif dan legislatif (executive is not depend mutatis mutandis ketentuan Presidential
on legislative).13 Praktik yang lazim di negara- Threshold dalam Pasal 9 Undang-Undang No.
negara yang menganut sistem presidensial 42 Tahun 2008 kehilangan relevansinya.
adalah pemberlakuan ambang batas minimum Dengan demikian, Pasal 3 ayat (5) dan Pasal 9
bagi keterpilihan Presiden. Undang-Undang No. 42 Tahun 2008
Dengan kata lain, presidential threshold bertentangan dengan sumber legitimasinya,
bukanlah untuk membatasi pencalonan yaitu Pasal 6A ayat (2) juncto Pasal 22E ayat (2)
Presiden, melainkan dalam rangka menentukan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
presentase suara minimum untuk keterpilihan Menurut Yusril Ihza Mahendra, adanya
pemilu serentak sebagaimana putusan
10 Syamsuddin Haris, “Salah Kaprah Presidential
Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013,
Threshold”, maka adanya Pasal 9 Undang-Undang
http://nasional.sindonews.com/read/683795/18/salah- Pilpresseal ambang batas presiden (presidential
kaprah-presidential-threshold-1351561633. diakses pada threshold) secara tidak langsung tidak berlaku.17
17 Juli 2017 Sehingga setiap partai politik peserta pemilu
11 Sodikin, Op Cit, hal. 29.
12 Widaningsih, “Implikasi Yuridis atas Putusan Mahkamah dapat mencalonkan Presiden dan Wakil
Konstitusi tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden. Dalam situasi yang demikian, sisi
Serentak Tahun 2019”, Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 19
No. 1 Juni 2014, hal. 98
13 Djayadi Hanan, “Memperkuat Presidensialisme 14 Ibid, hal. 2.
Multipartai di Indonesia: Pemilu Serentak, Sistem Pemilu, 15 I Dewa Made Putra Wijaya, Op Cit, hal. 565.
dan Sistem Kepartaian”, http://puskapol.ui.ac.id/wp- 16 Ibid, hal. 566.

content/uploads/2015/02/makalah-djayadi-hanan.pdf. 17 Alasan Pemohon dalam Putusan Mahkamah Konstitusi

hal. 2. No. 108/PUU-XI/2013.

45
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019

positif dari kondisi ini adalah bahwa seluruh kontra presidential threshold dalam
partai politik memiliki peluang dan kesempatan pemilu serentak melahirkan kesimpulan
yang sama untuk mengajukan calon Presiden bahwa adanya Putusan Mahkamah
dan Wakil Presiden.18 Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 yang
Sebagaimana ditegaskan dalam uraian mengamanatkan pemilu serentak
diatas, bahwa penerapan atau penghapusan sejatinya secara substansi telah
Presidential Threshold dalam pemilu serentak menghapuskan sistem Presidential
2019 tidak bertentangan dengan konstitusi, Threshold, sehingga persyaratan ambang
Maka jalan tengah yang dapat diambil adalah batas untuk mencalonkan Presiden dan
dengan mempertimbangkan kelebihan dan Wakil Presiden menjadi tidak relevan
kekurangan masing-masing dalam dalam pemilu serentak 2019. Pembentuk
hubungannya dengan penguatan sistem Undang-Undang perlu memikirkan
presidensial. kembali pengaturan presidential
threshold. Pengaturan presidential
PENUTUP threshold perlu ditinjau kembali dalam
A. Kesimpulan merumuskan Undang-Undang tentang
1. Implikasi dalam Pemilihan Umum di Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Indonesia sebagai sarana demokrasi Presiden, sehingga tidak bertentangan
sebagaimana tertuang dalam sila ke-4 dengan amanat konstitusi yaitu UUD
Pancasila Dasar Negara dan Undang- Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik terutama Pasal 6A ayat (2). Apabila
Indonesia adalah sebagai sarana pembentuk Undang-Undang
kedaulatan rakyat. Penerapan menghendaki untuk tetap menggunakan
presidential threshold pada Pemilihan Presidential Threshold dalam pemilu
Umum Presiden Wakil Presiden adalah serentak 2019, dinyatakan secara tegas
untuk menguatkan sistem pemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang-
presidensial, tujuannya adalah agar Undang Nomor 7 Tahun 2017, sehingga
dapat tercapainya fungsi pemerintahan menunjukan tidak adanya relevansi
negara yang efektif. Hal ini selaras antara Presidential Threshold sebagai
dengan Putusan Mahkamah Konstitusi syarat ambang batas dengan Pemilihan
Nomor 14/PUU-XI/2013. Namun Umum Presiden pada Pemilu serentak
berdasarkan pengalaman dalam Implikasi tahun 2019 nanti.
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden pada tahun 2014 lalu tidak B. Saran
menunjukan adanya suatu urgensi 1. Dari pengalaman penyelenggaraan
penerapan presidential threshold pada pemilu dari tahun ke tahun, selama ini
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. pemerintah bersama DPR RI hendaknya
Konsekuensi penerapan presidential terus berbenah merevisi peraturan
threshold pada Pemilu serentak Tahun perundang-undangan tentang pemilihan
2019, jika merujuk pada Putusan umum demi kesempurnaan
Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU/- penyelenggaraan pemilu dan jangan
XI/2013 maupun Putusan Mahkamah mandek sampai di sini.
Konstitusi Nomor 108/PUU/-XI/2013 2. Dalam Pemilu baik pemilihan presiden
yang menyatakan tetap memberlakukan dan wakil presiden, gubernur,
presidential threshold pada Pemilu Bupati/walikota, dan DPR RI, DPRD
serentak 2019. provinsi, DPRD Kab/Kota, hendaknya
2. Penerapan presidential threshold dalam peran partai politik bersedia menyiapkan
pemilu serentak 2019 menimbulkan pro- kader-kadernya yang tidak
kontra yang keduanya mempunyai basis bermasalah/baik berkualitas.
alasan masing-masing. Menelaah pro-
DAFTAR PUSTAKA

18 Janpatar Simamora, Op.Cit, hal. 15

46
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019

Asshiddiqie Jimly, Menuju Negara Hukum Yang tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Demokratis, Bhuana Ilmu Populer Wakil Presiden terhadap UUD Negara RI
Kelompok Gramedia, Jakarta, 2009. Tahun 1945.
_______, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-
PT. Raja Grafindo Utama, Jakarta, 2010. XI/2008 dalam Perkara Pengujian
Budiarjo Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Undang-Undang terhadap Undang-
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Undang Dasar, tanggal 26 Maret 2013.
2006.
Budiyono dan Sunaryo, Sistem Demokrasi Makalah/Jurnal, Surat Kabar
Pancasila, Raja Grafika, Jakarta, 2014. Ervianto, Toni. Potensi Permasalahan Datum
Erfandi, Parliamentary Threshould dan Ham Penyelenggaraan Pemilu, detikNews,
Dalam Hukum Tata Negara Indonesia, Rabu 25 Januari 2017.
Setara Press, 2014. Fadjar A. Mukthie, “Pemilu Yang Demokratis
Ghaffar Janedri M., Politik Hukum Pemilu, dan Berkualitas: Penyelesaian Hukum
Konstitusi Press, Jakarta, 2012. Pelanggaran Pemilu dan PHPU”, Jurnal
Haris Syamsuddin, Praktik Parlementer Konstitusi, Vol. 6 No. 1, April 2009.
Demokrasi Presidensial di Indonesia, Fadjar Mukthie, “Pemilu Yang Demokratis dan
Pradnya Paramita, Jakarta, 2014. Berkualitas: Penyelesaian Hukum
Huda Ni’matul, Ilmu Negara, Cet. 6, Rajawali Pelanggaran Pemilu dan PHPU”, Jurnal
Pers, Jakarta, 2014. Konstitusi, Vol. 6 No. 1 April 2009.
Indrayana Denny, Indonesia Optimis, Rafika Nazaruddin, “Kebijakan Multipartai Sederhana
Aditama, Jakarta. Dalam Undang-Undang Pemilu”, Jurnal
Manan Bagir, Membedah Undang-Undang Konstitusi, Volume 1 Nomor 1, Juni,
Dasar 1945, Cet. 1. UB Pers. Malang, 2009.
2012. Sodikin, “Pemilu Serentak (Pemilu Legislatif
Pamungkas Sigit, Perihal Pemilu, Laboratorium dengan Pemilu Presiden dan Wakil
Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Jurusan Presiden) dan Penguatan Sistem
Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM, Presidensiil”, Jurnal Rechtsvinding, Vol.
Yogyakarta, 2009. 3 No. 1, April 2014.
Riyanto Astim, Teori Konstitusi, YAPEMDO, Wibowo Mardian, “Menakar Konstitusional
Jakarta, 2000. sebuah Kebijakan Hukum Terbuka
Sardini Hidayat, Restorasi Penyelenggaraan dalam Pengujian Undang-Undang”,
Pemilu di Indonesia, Fajar Media Press, Jurnal Konstitusi, Volume 12 Nomor 2, 2
Yogyakarta, 2011. Juni 2015.
Simamora Janpatar, Menyongsong Rezim Widaningsih, “Implikasi Yuridis atas Putusan
Pemilu Serentak, Jurnal Rechtsvinding, Mahkamah Konstitusi tentang
Vol. 3 No. 1, April 2014. Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Sitepu P. Antonius, Studi Ilmu Politik, Graha Serentak Tahun 2019”, Jurnal
Ilmu, Yogyakarta, 2012. Cakrawala Hukum, Vol. 19 No. 1 Juni
Sulaiman Abdullah, Metode Penulisan Ilmu 2014.
Hukum, YRPSDM, Jakarta, 2012. Wijaya I Dewa Made Putra, Mengukur Derajat
Syahri, Filsafah Pancasila, Rafika Aditama, Demokrasi Undang-Undang Nomor 42
Jakarta, 2011. Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Tutik Titik Triwulan, Konstruksi Hukum Tata Presiden dan Wakil Presiden, Jurnal IUS,
Negara Indonesia Pasca Amandemen Vol. II Nomor 6 Desember 2014.
UUD 1945, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2011. Website
Hanan Djayadi, “Memperkuat Presidensialisme
Peraturan Perundang-Undangan Multipartai di Indonesia: Pemilu
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 14/PUU- Serentak, Sistem Pemilu, dan Sistem
X1/2013 dalam perkara pengujian Kepartaian”,
Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 http://puskapol.ui.ac.id/wp-

47
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019

content/uploads/2015/02/makalah-
djayadi-hanan.pdf.
Kompas.com.
“Pembahasan Presidential Threshold Masih
Bantu”, http://nasional.kompas.com/
read/017/07/
04/16155851/pembahasan.presidential
.threshold.masihbuntu, diakses tanggal
18 Juli 2017.
“Pengamat: Presidential Threshold Konspirasi
Jahat Partai Besar”,
http://nasional.kompas.com/read/2014
/01/25/1115549/Pengamat.Presidential
.Threshold.Konspirasi.Jahat.Partai.
Besar. diakses pada l7 Juli 2017
Syahriani Arifin,, Makna Sila Ke-4 Pancasila,
http://syhari93.blogspot.co.id.
07/2013.

Syamsuddin Haris, “Salah Kaprah Presidential


Threshold”,
http://nasional.sindonews.com/read/6
83795/18/salah-kaprah-presidential-
threshold-1351561633. diakses pada 17
Juli 2017.

Sumber lain
Alasan Pemohon dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi No. 108/PUU-XI/2013.

48

Anda mungkin juga menyukai