3/Jul-Sept/2019
41
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019
42
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019
oleh Undang-Undang Pilpres dengan adanya atas pasangan capres-cawapres akan semakin
pembagian pemilu tersebut maka pihak terbatas.6
pemohon mengajukan judicial review pada Secara yuridis peran MK untuk
Mahkamah Konstitusi guna mengeluarkan putusan atas gugatan tersebut
mempertimbangkan penghematan biaya yang adalah benar, namun tidak bagi MK untuk
dikeluarkan oleh Negara. menangani proses legislasi atau pembentukan
Ambang batas syarat pencalonan Presiden undang-undang tersebut. Mekanisme tersebut
atau Presidential Threshold adalah pengaturan tentunya masih harus diserahkan kembali
tingkat ambang batas dukungan dari DPR, baik kepada lembaga legislatif yang berwenang,
dalam bentuk jumlah perolehan suara atau namun secara prinsipil pengambilan keputusan
jumlah perolehan kursi (seat), yang harus dalam proses legislatif tersebut harus mengacu
diperoleh partai politik peserta pemilu agar pada putusan MK, yang tujuannya adalah
dapat mencalonkan presiden dari partai politik memperkuat sistem presidensial kita serta
tersebut atau dengan gabungan partai politik mendorong terlaksananya Pemilu serentak
jika tidak mencapai presentase tertentu yang pada 2019. Jika yang menjadi keputusan akhir
diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Pilpres. adalah pemberlakuan ukuran Presidential
Ambang batas syarat pencalonan presiden Threshold sebesar 20-25%. Presidential
atau Presidential Threshold mempunyai makna Threshold adalah ukuran batas ambang yang
yang hampir serupa dengan Electoral digunakan dalam pencalonan presiden dan
Threshold, pelaksanaan pemilu dalam sistem wakil presiden.
multi partai ini dimaksudkan untuk menjamin Kali ini berdasarkan sidang paripurna DPR
semua partai politik dapat mengikuti pemilu terkait RUU Pemilu, ukuran PT ditetapkan
berikutnya dengan adanya mekanisme electoral sebesar 20-25%. Itu artinya seorang calon
threshold.4 presiden harus didukung oleh 20% partai politik
Ketentuan ambang batas pencalonan atau gabungan partai politik yang memiliki kursi
presiden atau Presidential Threshold di parlemen dan 25% suara sah nasional.
dikhawatirkan akan membuat pemilihan umum Langkah mendorong PT tersebut harus
(pemilu) di Indonesia semakin pragmatis. dimaknai bukan dalam skema kepentingan
Ambang batas tersebut tertuang dalam Pasal partai-partai besar, melainkan untuk
222 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 memperkuat sistem presidensial kita yang
tentang Pemilihan Umum. Disebutkan bahwa terkesan setengah parlementer (quase
parpol atau gabungan parpol harus parlementer) atau dalam istilah Hanta Yudha
mengantongi 20 persen kursi DPR atau 25 sebagai presidensial setengah hati.7
persen suara sah nasional untuk bisa Tak bisa dipungkiri bahwa sistem
mengusung pasangan capres-cawapres dalam presidensial yang kita anut selama ini masih
pilpres.5 bercorak parlementer. Secara konstitusional
Pemilihan presiden dan wakil presiden kita menganut sistem presidensial, namun
bukan lagi bicara apa visi-misi serta platform dalam praktiknya justru menerapkan ciri
ideologi yang menyatukan koalisi,” KPU parlementarian. Ini ditandai dengan praktik
Antisipasi jika MK Kabulkan Uji Materi sistem multipartai yang kita anut, dan
Presidential Threshold, “Tetapi, bicara soal tampilnya model presidensial minoritas.
siapa, bicara orientasi figur, karena memang Kombinasi antara sistem presindesial dan
dipaksa oleh ambang batas,” tegasnya lagi. sistem presidensial, serta terbentuknya model
Partai akan berkoalisi hanya demi memenuhi presidensial dengan dukungan minoritas,
ambang batas agar dapat mengusung calon adalah sebuah kombinasi yang sulit. Kombinasi
dalam pilpres. Selain itu, pilihan masyarakat yang demikian pada gilirannya berdampak pada
43
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019
deadlock (kebuntuan) dalam relasi eksekutif- mengajukan pasangan capres dan wapres
legislatif karena menghasilkan instabilitas sepanjang memenuhi persyaratan sebagai
demokrasi presidensial. Presiden pun sewaktu- peserta pemilu; dan (3) tidak ada penambahan
waktu dapat tersandera oleh kepentingan syarat lain berupa threshold berapa pun
partai politik baik di legislatif, pengisian jabatan besarnya. Pasal ini telah jelas maksudnya dan
kabinet, maupun saat pengambilan tidak memberi peluang bagi pembentuk
keputusannya. undang-undang untuk membuat legal policy
Berkaitan dengan ukuran Presidential dengan menentukan presidential threshold
Threshold 20%, hal itu tentunya tidak sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Undang-
bertentangan dengan konstitusi sebab tidak Undang No. 42 Tahun 2008.
disebutkan secara eksplisit terkait ukuran UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tersebut. Keberadaan presidential threshold sebagai basic law hanya memberikan ruang
20% juga tidak dibatalkan oleh MK, yang kepada pembentuk Undang-Undang untuk
terbukti dengan tidak dirubahnya Pasal 9 mengatur lebih lanjut mengenai: (1) syarat-
Undang-Undang Nomor 42 tahun 2008 syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil
tersebut. Sehingga penggunaan presidential Presiden (Pasal 6 ayat (2) UUD Negara Republik
threshold yang demikian sebenarnya turut Indonesia Tahun 1945) dan (2) tata cara
menguatkan sistem presidensial yang dianut pelaksanaan pemilu Presiden dan Wakil
oleh Indonesia agar tidak terjatuh pada Presiden Pasal 6A ayat (5) UUD Negara Republik
legislative heavy. Dengan PT yang demikian Indonesia Tahun 1945.
maka yang mungkin terjadi di parlemen adalah, Refly Harun menyebut bahwa syarat
pasca pemilihan umum, partai politik akan ambang batas pengajuan calon presiden atau
membentuk dua poros yakni poros pengusung presidential threshold yang diatur dalam
(pemerintah) dan poros oposisi. Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 tidak
didasari argumentasi yang tepat. Penerapan
B. Penerapan dan Relevansinya Presidential presidential threshold untuk mengusung
Threshold Terhadap Pemilu Serentak 2019 pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 dianggapnya sebagai permainan politik partai
Pasal 6A UUD Negara Republik Indonesia partai besar. Penerapan presidential threshold
Tahun 1945 tidak menentukan adanya ambang dalam Undang-Undang Pilpres tidak masuk
batas (presidential threshold) dalam Pemilu akal, karena UUD 1945 telah mengatur bahwa
Persiden dan Wakil Presiden, yang ada Presiden terpilih berdasarkan perolehan suara
hanyalah “Pasangan calon Presiden dan calon 50% plus satu dan tersebar di 20% provinsi.8
Wakil Presiden diajukan oleh partai politik atau Menurut Refly Harun, pernyataan yang
gabungan partai politik peserta pemilihan menyatakan bahwa penerapan presidential
umum”. Di sini Pasal 6A ayat (2) UUD Negara threshold dilakukan untuk memperkuat sistem
Republik Indonesia Tahun 1945 apabila tidak presidensial juga tidak bisa dibuktikan. Apabila
ditafsirkan lain, maka pemberlakuannya tanpa Presiden yang terpilih berasal dari partai kecil,
ada hambatan. Sesuai dengan Pasal 6A ayat (2) pembentukan kabinet juga pasti akan dilakukan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara koalisi. Contohnya adalah Partai
dengan pemilu serentak, maka setiap partai Demokrat dengan suara minoritas pada tahun
politik peserta pemilihan umum dapat 2009 akhirnya mengajak partai Golkar masuk
mengajukan pasangan calon Presiden dan dalam kabinet meski dalam pemilihan Presiden
Wakil Presiden tanpa syarat mempunyai harus berkompetisi.9 Menurut Syamsuddin
sejumlah kursi tertentu di DPR. Harris, secara teoritis basis legitimasi seorang
Pasal 6A ayat (2) UUD Negara Republik presiden dalam skema sistem presidensial tidak
Indonesia Tahun 1945 mengandung makna
bahwa persyaratan yang berlaku bagi capres
8 “Pengamat: Presidential Threshold Konspirasi Jahat
dan wapres adalah (1) capres dan wapres
Partai Besar”,
diajukan oleh partai politik baik sendiri-sendiri http://nasional.kompas.com/read/2014/01/25/1115549/
maupun bersama-sama dalam gabungan/koalisi Pengamat.Presidential.Threshold.Konspirasi.Jahat.Partai.
partai politik; (2) semua partai politik dapat Besar. diakses pada l7 Juli 2017
9 Ibid.
44
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019
ditentukan oleh formasi politik parlemen hasil Presiden.14 Konsekuensi dari adanya penetapan
pemilu legislatif. Lembaga presiden dan ambang batas perolehan kursi di DPR bagi
parlemen dalam sistem presidensial adalah dua partai politik yang hendak mengajukan
intitusi terpisah yang memiliki basis legitimasi pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden di
berbeda.10 dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 42 Tahun
Alasan ambang batas (presidential 2008 dengan sendirinya mereduksi makna
threshold) untuk menciptakan efektifnya pemilu sebagai suatu mekanisme politik yang
pemerintahan oleh Presiden terpilih, adil dan demokratis dalam menentukan
penyederhanaan kepartaian dan menyeleksi pemimpin bangsa yang dipercaya, dan
calon Presiden dan Wakil Presiden juga tidak berimplikasi terhadap kualitas partisipasi politik
sepenuhnya tepat. Hal ini karena partai politik rakyat dan upaya perlindungan bagi hak
sebagai peserta pemilu sudah diseleksi secara pemilih.15 Pembatasan calon berarti membatasi
ketat oleh KPU, sehingga partai politik yang saluran politik pemilih dan dalam derajat
lolos verifikasi yang ketat sebagai partai politik tertentu mendorong pemilih tidak ikut
peserta pemilu yang kemudian mengusulkan berpartisipasi dalam pemilu Presiden dan Wakil
calon Presiden dan Wakil Presiden. Presiden, karena calon terbaik menurut mereka
Penyeleksian partai politik peserta pemilu yang tidak dapat menjadi pasangan calon Presiden
dilakukan oleh KPU sebagai bentuk dan Wakil Presiden akibat pembatasan
11
penyederhanaan sistem kepartaian. tersebut. Sebaliknya, penghapusan presidential
Persyaratan presidential threshold dalam threshold berarti membuka saluran politik
pengajuan pasangan calon Presiden dan Wakil rakyat dan dalam derajat tertentu
Presiden, sebagaimana yang diatur dalam Pasal meningkatkan partisipasi pemilih karena daya
9 Undang-Undang No. 42 Tahun 2008, dianggap tarik calon Presiden dan Wakil Presiden yang
tidak sejalan dengan prinsip sistem lebih banyak pilihan alternatifnya.16
pemerintahan presidensial yang sesungguhnya, Apabila pemilu legislatif dan pemilu
karena seharusnya pemilihan Presiden Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan
dan/Wakil Presiden tidak memerlukan secara serentak dalam waktu yang bersamaan
prasyarat ketercapaian kuota kursi di sebagaimana secara implisit terkandung dalam
parlemen.12 Karakteristik dasar sistem Pasal 22E ayat (2) juncto Pasal 6A ayat (2) UUD
presidensial adalah keterpisahan antara Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka
eksekutif dan legislatif (executive is not depend mutatis mutandis ketentuan Presidential
on legislative).13 Praktik yang lazim di negara- Threshold dalam Pasal 9 Undang-Undang No.
negara yang menganut sistem presidensial 42 Tahun 2008 kehilangan relevansinya.
adalah pemberlakuan ambang batas minimum Dengan demikian, Pasal 3 ayat (5) dan Pasal 9
bagi keterpilihan Presiden. Undang-Undang No. 42 Tahun 2008
Dengan kata lain, presidential threshold bertentangan dengan sumber legitimasinya,
bukanlah untuk membatasi pencalonan yaitu Pasal 6A ayat (2) juncto Pasal 22E ayat (2)
Presiden, melainkan dalam rangka menentukan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
presentase suara minimum untuk keterpilihan Menurut Yusril Ihza Mahendra, adanya
pemilu serentak sebagaimana putusan
10 Syamsuddin Haris, “Salah Kaprah Presidential
Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013,
Threshold”, maka adanya Pasal 9 Undang-Undang
http://nasional.sindonews.com/read/683795/18/salah- Pilpresseal ambang batas presiden (presidential
kaprah-presidential-threshold-1351561633. diakses pada threshold) secara tidak langsung tidak berlaku.17
17 Juli 2017 Sehingga setiap partai politik peserta pemilu
11 Sodikin, Op Cit, hal. 29.
12 Widaningsih, “Implikasi Yuridis atas Putusan Mahkamah dapat mencalonkan Presiden dan Wakil
Konstitusi tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden. Dalam situasi yang demikian, sisi
Serentak Tahun 2019”, Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 19
No. 1 Juni 2014, hal. 98
13 Djayadi Hanan, “Memperkuat Presidensialisme 14 Ibid, hal. 2.
Multipartai di Indonesia: Pemilu Serentak, Sistem Pemilu, 15 I Dewa Made Putra Wijaya, Op Cit, hal. 565.
dan Sistem Kepartaian”, http://puskapol.ui.ac.id/wp- 16 Ibid, hal. 566.
45
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019
positif dari kondisi ini adalah bahwa seluruh kontra presidential threshold dalam
partai politik memiliki peluang dan kesempatan pemilu serentak melahirkan kesimpulan
yang sama untuk mengajukan calon Presiden bahwa adanya Putusan Mahkamah
dan Wakil Presiden.18 Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 yang
Sebagaimana ditegaskan dalam uraian mengamanatkan pemilu serentak
diatas, bahwa penerapan atau penghapusan sejatinya secara substansi telah
Presidential Threshold dalam pemilu serentak menghapuskan sistem Presidential
2019 tidak bertentangan dengan konstitusi, Threshold, sehingga persyaratan ambang
Maka jalan tengah yang dapat diambil adalah batas untuk mencalonkan Presiden dan
dengan mempertimbangkan kelebihan dan Wakil Presiden menjadi tidak relevan
kekurangan masing-masing dalam dalam pemilu serentak 2019. Pembentuk
hubungannya dengan penguatan sistem Undang-Undang perlu memikirkan
presidensial. kembali pengaturan presidential
threshold. Pengaturan presidential
PENUTUP threshold perlu ditinjau kembali dalam
A. Kesimpulan merumuskan Undang-Undang tentang
1. Implikasi dalam Pemilihan Umum di Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Indonesia sebagai sarana demokrasi Presiden, sehingga tidak bertentangan
sebagaimana tertuang dalam sila ke-4 dengan amanat konstitusi yaitu UUD
Pancasila Dasar Negara dan Undang- Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik terutama Pasal 6A ayat (2). Apabila
Indonesia adalah sebagai sarana pembentuk Undang-Undang
kedaulatan rakyat. Penerapan menghendaki untuk tetap menggunakan
presidential threshold pada Pemilihan Presidential Threshold dalam pemilu
Umum Presiden Wakil Presiden adalah serentak 2019, dinyatakan secara tegas
untuk menguatkan sistem pemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang-
presidensial, tujuannya adalah agar Undang Nomor 7 Tahun 2017, sehingga
dapat tercapainya fungsi pemerintahan menunjukan tidak adanya relevansi
negara yang efektif. Hal ini selaras antara Presidential Threshold sebagai
dengan Putusan Mahkamah Konstitusi syarat ambang batas dengan Pemilihan
Nomor 14/PUU-XI/2013. Namun Umum Presiden pada Pemilu serentak
berdasarkan pengalaman dalam Implikasi tahun 2019 nanti.
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden pada tahun 2014 lalu tidak B. Saran
menunjukan adanya suatu urgensi 1. Dari pengalaman penyelenggaraan
penerapan presidential threshold pada pemilu dari tahun ke tahun, selama ini
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. pemerintah bersama DPR RI hendaknya
Konsekuensi penerapan presidential terus berbenah merevisi peraturan
threshold pada Pemilu serentak Tahun perundang-undangan tentang pemilihan
2019, jika merujuk pada Putusan umum demi kesempurnaan
Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU/- penyelenggaraan pemilu dan jangan
XI/2013 maupun Putusan Mahkamah mandek sampai di sini.
Konstitusi Nomor 108/PUU/-XI/2013 2. Dalam Pemilu baik pemilihan presiden
yang menyatakan tetap memberlakukan dan wakil presiden, gubernur,
presidential threshold pada Pemilu Bupati/walikota, dan DPR RI, DPRD
serentak 2019. provinsi, DPRD Kab/Kota, hendaknya
2. Penerapan presidential threshold dalam peran partai politik bersedia menyiapkan
pemilu serentak 2019 menimbulkan pro- kader-kadernya yang tidak
kontra yang keduanya mempunyai basis bermasalah/baik berkualitas.
alasan masing-masing. Menelaah pro-
DAFTAR PUSTAKA
46
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019
Asshiddiqie Jimly, Menuju Negara Hukum Yang tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Demokratis, Bhuana Ilmu Populer Wakil Presiden terhadap UUD Negara RI
Kelompok Gramedia, Jakarta, 2009. Tahun 1945.
_______, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-
PT. Raja Grafindo Utama, Jakarta, 2010. XI/2008 dalam Perkara Pengujian
Budiarjo Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Undang-Undang terhadap Undang-
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Undang Dasar, tanggal 26 Maret 2013.
2006.
Budiyono dan Sunaryo, Sistem Demokrasi Makalah/Jurnal, Surat Kabar
Pancasila, Raja Grafika, Jakarta, 2014. Ervianto, Toni. Potensi Permasalahan Datum
Erfandi, Parliamentary Threshould dan Ham Penyelenggaraan Pemilu, detikNews,
Dalam Hukum Tata Negara Indonesia, Rabu 25 Januari 2017.
Setara Press, 2014. Fadjar A. Mukthie, “Pemilu Yang Demokratis
Ghaffar Janedri M., Politik Hukum Pemilu, dan Berkualitas: Penyelesaian Hukum
Konstitusi Press, Jakarta, 2012. Pelanggaran Pemilu dan PHPU”, Jurnal
Haris Syamsuddin, Praktik Parlementer Konstitusi, Vol. 6 No. 1, April 2009.
Demokrasi Presidensial di Indonesia, Fadjar Mukthie, “Pemilu Yang Demokratis dan
Pradnya Paramita, Jakarta, 2014. Berkualitas: Penyelesaian Hukum
Huda Ni’matul, Ilmu Negara, Cet. 6, Rajawali Pelanggaran Pemilu dan PHPU”, Jurnal
Pers, Jakarta, 2014. Konstitusi, Vol. 6 No. 1 April 2009.
Indrayana Denny, Indonesia Optimis, Rafika Nazaruddin, “Kebijakan Multipartai Sederhana
Aditama, Jakarta. Dalam Undang-Undang Pemilu”, Jurnal
Manan Bagir, Membedah Undang-Undang Konstitusi, Volume 1 Nomor 1, Juni,
Dasar 1945, Cet. 1. UB Pers. Malang, 2009.
2012. Sodikin, “Pemilu Serentak (Pemilu Legislatif
Pamungkas Sigit, Perihal Pemilu, Laboratorium dengan Pemilu Presiden dan Wakil
Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Jurusan Presiden) dan Penguatan Sistem
Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM, Presidensiil”, Jurnal Rechtsvinding, Vol.
Yogyakarta, 2009. 3 No. 1, April 2014.
Riyanto Astim, Teori Konstitusi, YAPEMDO, Wibowo Mardian, “Menakar Konstitusional
Jakarta, 2000. sebuah Kebijakan Hukum Terbuka
Sardini Hidayat, Restorasi Penyelenggaraan dalam Pengujian Undang-Undang”,
Pemilu di Indonesia, Fajar Media Press, Jurnal Konstitusi, Volume 12 Nomor 2, 2
Yogyakarta, 2011. Juni 2015.
Simamora Janpatar, Menyongsong Rezim Widaningsih, “Implikasi Yuridis atas Putusan
Pemilu Serentak, Jurnal Rechtsvinding, Mahkamah Konstitusi tentang
Vol. 3 No. 1, April 2014. Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Sitepu P. Antonius, Studi Ilmu Politik, Graha Serentak Tahun 2019”, Jurnal
Ilmu, Yogyakarta, 2012. Cakrawala Hukum, Vol. 19 No. 1 Juni
Sulaiman Abdullah, Metode Penulisan Ilmu 2014.
Hukum, YRPSDM, Jakarta, 2012. Wijaya I Dewa Made Putra, Mengukur Derajat
Syahri, Filsafah Pancasila, Rafika Aditama, Demokrasi Undang-Undang Nomor 42
Jakarta, 2011. Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Tutik Titik Triwulan, Konstruksi Hukum Tata Presiden dan Wakil Presiden, Jurnal IUS,
Negara Indonesia Pasca Amandemen Vol. II Nomor 6 Desember 2014.
UUD 1945, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2011. Website
Hanan Djayadi, “Memperkuat Presidensialisme
Peraturan Perundang-Undangan Multipartai di Indonesia: Pemilu
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 14/PUU- Serentak, Sistem Pemilu, dan Sistem
X1/2013 dalam perkara pengujian Kepartaian”,
Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 http://puskapol.ui.ac.id/wp-
47
Lex Administratum, Vol. VII/No. 3/Jul-Sept/2019
content/uploads/2015/02/makalah-
djayadi-hanan.pdf.
Kompas.com.
“Pembahasan Presidential Threshold Masih
Bantu”, http://nasional.kompas.com/
read/017/07/
04/16155851/pembahasan.presidential
.threshold.masihbuntu, diakses tanggal
18 Juli 2017.
“Pengamat: Presidential Threshold Konspirasi
Jahat Partai Besar”,
http://nasional.kompas.com/read/2014
/01/25/1115549/Pengamat.Presidential
.Threshold.Konspirasi.Jahat.Partai.
Besar. diakses pada l7 Juli 2017
Syahriani Arifin,, Makna Sila Ke-4 Pancasila,
http://syhari93.blogspot.co.id.
07/2013.
Sumber lain
Alasan Pemohon dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi No. 108/PUU-XI/2013.
48