Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Pemilu dan Demokrasi BAWASLU

VOL. 1, NO. 1, (2021), E-ISSN: 2797-0191, P-ISSN: 2979-2607 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
PROVINSI BANTEN
https://jurnal.banten.bawaslu.go.id/index.php/awasia

Implikasi Sanksi Pidana terhadap Calon Anggota Legislatif Ditinjau dari


Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Irfan Alfi
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cilegon
*Email: irfanalfi999@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikasi sanksi pidana terhadap calon
anggota legislatif ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum. Posisi calon anggota legislatif dalam konteks hukum Pemilu
merupakan subjek hukum yang memiliki hak dan tanggung jawab yang berakibat
pada status pencalonan dan keterpilihannya dalam proses tahapan Pemilu. Penelitian
ini menggunakan metode yang bersifat yuridis normatif, dengan studi kasus yang
berkaitan dengan materi yang dikaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketentuan
pidana berupa putusan yang telah berkekuatan hukum tetap dapat berimplikasi pada
pembatalan calon anggota legislatif, baik dalam tahapan pencalonan maupun pada
tahap calon terpilih. Terdapat kecenderungan meningkatnya pemberian sanksi
pidana dari Pemilu ke Pemilu yang diatur dalam undang-undang, namun faktanya
kasus-kasus pelanggaran pidana masih terus terjadi. Oleh karena itu, perlu ada
pengaturan terkait penekanan sanksi tambahan berupa pencabutan hak pilih dan
dipilih
Kata Kunci: sanksi pidana; calon anggota legislatif; Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017
Abstract. This study aims to determine the implications of criminal sanctions for
legislative candidates in terms of Law number 7 of 2017 concerning General Elections.
The position of a legislative candidate in the context of election law is a legal subject
who has rights and responsibilities which result in the status of his candidacy and
electability in the electoral process. This study uses a normative juridical method, with
CARA MENGUTIP
case studies relating to the material being studied. The results show that the criminal
Alfi, Irfan. 2021.
Implikasi Sanksi provisions in the form of a legally enforceable decision can have implications for the
Pidana terhadap cancellation of legislative candidates, both in the nomination stage and at the stage
Calon Anggota
Legislatif Ditinjau
of the elected candidate. There is an increasing trend in the provision of criminal
dari Undang-undang sanctions from the General Election to the Election which are regulated by law, but
Nimor 7 Tahun 2017 the fact is that cases of criminal violations continue to occur. Therefore, there needs
tentang Pemilihan
Umum. Awasia: to be a regulation regarding the emphasis on additional sanctions in the form of
Jurnal Pemilu dan revocation of voting rights and being elected.
Demokrasi, Vol 1,
No 1 (2021), 37-53 Keywords: criminal sanctions; legislative candidates; Law number 7 of 2017

37
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, Juni 2021, hal. 37-53

PENDAHULUAN Indonesia adalah rakyat. Padmo Wahyono


berpendapat bahwa:
Demokrasi telah menjadi pilihan sejak
bangsa Indonesia memproklamasikan “Politik hukum kedaulatan rakyat
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar 1945, maka kalimat “kedaulatan
1945. Sistem demokrasi Indonesia dikenal
berada ditangan rakyat” dapat diartikan
dengan sistem demokrasi Pancasila, bahwa rakyat memiliki kedaulatan,
menempatkan rakyat sebagai pemilik tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk
kedaulatan tertinggi namun dalam secara demokratis memilih pemimpin yang
pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan sang akan membentuk pemerintahan guna
mengurus dan melayani seluruh lapisan
pemilik kedaulatan mengutus perwakilan-
masyarakat, serta memilih wakil-wakil
nya untuk menduduki ruang-ruang jabatan rakyat untuk mengawasi jalannya
politik. Mekanisme untuk menempati pemerintahan.” 1

jabatan-jabatan politik tersebut dilakukan Sejalan dengan Padmo Wahyono, Moh


melalui Pemilihan Umum (selanjutnya Mahfud MD berpendapat bahwa sistem
disebut Pemilu), satu proses yang harus politik yang demokratis adalah sistem yang
dilaksanakan oleh negara yang menganut menunjukkan dimana kebijakan umum
sistem demokrasi. Dalam Pasal 22E ayat (1) ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-
UUD 1945 tercantum bahwa “Pemilihan wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
Umum dilaksanakan secara langsung dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap didasarkan oleh prinsip-prinsip kesamaan
lima tahun sekali”. Sedangkan dalam politik, dan dilaksanakan dalam suasana
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Bab I terjaminnya kebebasan politik”. 2
Ketentuan Umum Pasal (1) ayat (1) Pemilu
adalah: Kebebasan politik yang dimaksud
Mahfud dapat juga dimaknai bahwa Pemilu
“Sarana perwujudan kedaulatan rakyat
Indonesia adalah salah satu proses
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, kompetisi yang legal dan konstitusional
Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan dalam suatu rangkaian kontestasi
Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanak- kekuasaan yang bersifat berkala berdasarkan
an secara langsung umum bebas dan rahasia prinsip transparan jujur dan adil serta
jujur dan adil dalam Negara Kesatuan
inklusif. Konsepsi tentang nilai kejujuran
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik dan moralitas adalah merupakan salah satu
Indonesia Tahun 1945”. sendi utama dan merupakan salah satu
unsur dasar dalam pandangan hidup
Perkataan kedaulatan atau sovereignity
demokrasi.
mengandung makna sesuatu yang tertinggi
yang menyangkut tentang kekuasaan dalam
suatu negara. Frase “kedaulatan rakyat”
yang dirumuskan dalam pasal 1 ayat (2) 1
Dedi Mulyadi, KEBIJAKAN LEGISLASI Tentang
UUD 1945 berarti kedaulatan berada
Sanksi Pidana Pemilu Legislatif di Indonesia Dalam
ditangan rakyat, yang berarti sesuatu yang Perspektif Demokrasi, Cet ke I, Gramata Publishing,
tertinggi dalam Negara Kesatuan Republik Bekasi, 2012, hal 1
2 Ibid hal 1

38
Irfan Alfi, Implikasi Sanksi Pidana terhadap Calon Anggota Legislatif Ditinjau dari Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum

Pemilu dimaknai pula sebagai sarana para legislator yang memiliki kapasitas,
untuk mengartikulasi kepentingan dan integritas dan legitimasi hukum maupun
aspirasi rakyat yang dilakukan secara politik.
berkala dan berkesinambungan dalam
Namun dalam pelaksanaanya,
waktu yang sudah ditentukan, dengan
kontestasi politik tersebut kerap diwarnai
tujuan terwujudnya struktur dan sistem
dengan tindakan menghalalkan segala cara
pemerintahan yang mencerminkan
untuk meraih kekuasaan yang dilakukan
kedaulatan rakyat secara legitimate 3.
baik oleh peserta Pemilu ataupun pihak-
Dari aspek Good Governance, momentum pihak yang memiliki kepentingan dalam
Pemilu adalah salah satu proses ‘produksi’ perebutan kekuasaan. Sikap dan tindakan
untuk melahirkan wakil-wakil rakyat yang tersebut tentu saja mereduksi nilai-nilai
akan duduk di lembaga legislatif yang akan moralitas dan integritas dalam proses
menjalankan fungsinya dengan penuh demokrasi. Untuk itu diperlukan sebuah
tanggung jawab untuk mengawal proses kerangka hukum yang memiliki peran dan
pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang fungsi untuk mengawal agar proses
baik (Good Governance) sesuai dengan kontestasi politik (Pemilu) dapat
amanat Undang-undang Nomor 28 Tahun berlangsung dengan demokratis. Kerangka
1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang hukum tersebut selanjutnya disebut sebagai
Bersih Dan Bebas dari Korupsi, Kolusi Dan hukum Pemilu yang meliputi undang-
Nepotisme. Dalam undang-undang tersebut undang dan seperangkat peraturan lainnya
dikatakan bahwa dalam rangka yang bersifat khusus (Lex specialis).
mewujudkan penyelenggaraan negara yang
Salah satu diantara instrument hukum
mampu menjalankan tugas dan fungsinya
yang merupakan bagian dari hukum Pemilu
secara sungguh-sungguh dan bertanggung
adalah hukum pidana (Strafrecht), yakni
jawab perlu diletakkan asas-asas
hukum yang mencakup keharusan dan
penyelenggaraan negara yang mencakup
larangan serta bagi pelanggarnya akan
asas kepastian hukum, asas tertib
dikenakan sanksi hukuman (pidana)
penyelenggaraan negara, asas kepentingan
terhadapnya 4. Hukum pidana “mengawal”
umum, asas keterbukaan, asas
terwujudnya pemilihan umum yang jujur
proporsionalitas, asas profesionalitas dan
dan adil. Secara umum istilah tindak pidana
asas akuntabilitas.
Pemilu merupakan terminologi yang sama
Senafas dengan semangat itu, dalam atau menjadi bagian dari tindak pidana
konteks Pemilu, penerapan asas-asas dalam rezim hukum pidana. Istilah lain
tersebut merupakan isu strategis yang untuk “tindak pidana” adalah “perbuatan
menjadi kerangka acuan dalam pelaksanaan pidana” atau “delik” yang dalam bahasa
proses Pemilu untuk menghasilkan Belanda disebut dengan stafbaar feit sehingga
individu-individu yang akan duduk dalam apabila dikaitkan dengan Pemilu maka
lembaga legislatif. Dari proses Pemilu yang dapat diistilahkan dengan delik Pemilu atau
jujur, adil dan berintegritas diharapkan lahir tindak pidana Pemilu.

4
3 Harun Husein, Pemilu Indonesia (fakta, Angka, Marwan Dan Jimmy P, Kamus Hukum, Cetakan
Analisis Dan Study Banding) Perludem 2014, hal 14 I, Reality Publisher Surabaya, 2009, hal 269.

39
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, Juni 2021, hal. 37-53

Dari aspek fungsi, arti penting dilakukan oleh calon anggota legislatif.
pengaturan tindak pidana Pemilu terbagi Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017
menjadi dua. Pertama, norma tindak pidana tentang Pemilu mengatur tentang jenis-jenis
Pemilu ditujukan untuk melindungi peserta pelanggaran yang berakibat pada pemberian
Pemilu 5, lembaga penyelenggara dan sanksi tambahan bagi peserta Pemilu yang
pemilih dari berbagai tindakan pelanggaran secara sah dan meyakinkan dan setelah
dan kejahatan Pemilu yang merugikan. melalui keputusan pengadilan yang telah
Kedua, norma tindak pidana Pemilu berkekuatan hukum tetap terbukti
ditujukan untuk menegakkan tertib hukum melakukan pelanggaran, sebagaimana
dan masyarakat dalam penyelenggaraan tercantum dalam beberapa pasal dalam
Pemilu, disamping keadilan, kemanfaatan undang-undang tersebut.
dan kepastian yg merupakan tujuan hukum
Dalam konteks hukum pidana, calon
itu sendiri. 6
anggota legislatif adalah subjek hukum yang
Kerangka hukum pidana Pemilu secara luas dapat dikenai pertanggung
ditetapkan sebagai dasar pijakan atau jawaban pidana atas tindakan atau
landasan normatif untuk menjamin proses perbuatan melawan hukum yang
Pemilu berjalan sesuai dengan koridor dilakukanya. Di sisi yang lain, mereka
aturan yang sudah ditetapkan untuk adalah figure yang dinominasikan oleh
memastikan tidak ada tindakan atau upaya peserta Pemilu dalam hal ini partai politik
untuk melanggar prinsip-prinsip langsung, untuk mengikuti proses pemilihan umum
umum, bebas, rahasia jujur dan adil. yang mekanisme nominasinya dilakukan
Menjamin agar tidak ada warga negara yang oleh partai politik yang bersangkutan.
dibajak hak-hak politiknya, tidak ada
Calon Anggota Legislatif yang
manipulasi suara yang berujung pada tidak
dinominasikan tersebut sejatinya adalah
murninya suara sah yang akan dikonversi
figure pilihan yang telah melewati fase
menjadi kursi sebagai dasar penetapan kursi
candidacy yang cukup selektif dan terbuka di
legislatif. Dengan kata lain penerapan
internal partainya masing-masing dimana
hukum pidana Pemilu adalah untuk
mereka menjadi kader atau anggota partai
melindungi proses Pemilu agar berlangsung
tersebut, yang dimaksud dengan figure
secara free and fair. 7
pilihan disini adalah personifikasi yang
Salah satu diantara jenis norma dan memiliki kapasitas dan etika politik serta
sanksi yang semakin diperkuat adalah integritas moral yang tinggi.
sanksi terhadap pelanggaran Pemilu yang
Integritas moral sekali lagi menjadi
syarat utama yang harus dimiliki oleh para
5
Ramlan Surbakti dkk, Penanganan Calon Anggota Legislatif, karena mereka
Pelanggaran Pemilu, Cetakan ke 15 Jakarta, Int. merupakan representasi rakyat yang
Development Agency,2011, hal 16
dilahirkan melalui proses Pemilu pada saat
6 Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Edisi ke
mereka terpilih. Pada saat terpilih mereka
II, Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hal 67.
kemudian melaksanakan tugasnya untuk
7
Topo Santoso “Peranan Hukum Pidana melahirkan produk-produk legislasi,
Untuk Demokrasi” Makalah Disampaikan Pada
kebijakan budgeter dan pelaksanaan fungsi
Pengukuhan Guru Besar pada 5 November 2014.

40
Irfan Alfi, Implikasi Sanksi Pidana terhadap Calon Anggota Legislatif Ditinjau dari Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum

pengawasan terhadap kendali pelaksanaan menggunakan fasilitas negara berupa mobil


pembangunan yang dijalankan oleh dinas. 8
pemerintah atau lembaga eksekutif.
METODE PENELITIAN
Ironisnya, dalam pelaksanaan Pemilu
Metode yang akan digunakan oleh
serentak 2019 yang telah selesai
peneliti adalah metode penelitian kualitatif
dilaksanakan, ternyata masih banyak terjadi
yuridis-empiris. Pendekatan utama yang
kasus pelanggaran pidana Pemilu yang
akan peneliti jadikan objek kajian adalah
dilakukan oleh Calon Anggota Legislatif.
pendekatan perundang-undangan yang
Data Bawaslu Republik Indonesia mencatat
merupakan pusat perhatian utama dalam
bahwa dari 380 (tiga ratus delapan puluh)
penelitian ini selain melakukan observasi
kasus pidana Pemilu yang melibatkan calon
dan wawancara terbuka.
anggota legislatif tercatat dari 95 (sembilan
puluh lima) kasus yang diproses dan PEMBAHASAN
berkekuatan hukum tetap, 65 (enam puluh Dalam sebuah kontestasi politik seperti
lima) dibatalkan sebagai calon. Berikut ini Pemilu, potensi terjadinya pelanggaran
beberapa contoh kasus pelanggaran Pemilu adalah sebuah keniscayaan. Dalam beberapa
yang dilakukan oleh Caleg yang terjadi baik periode pelaksanan Pemilu di Indonesia
pada tahapan Daftar Calon Sementara, banyak tercatat kasus-kasus pelanggaran
Daftar Calon Tetap maupun pada saat yang dilakukan baik karena adanya unsur
Penetapan Calon Terpilih, antara lain: kesengajaan maupun karena kelalaian.
Pertama, di Purworejo, terdapat kasus Pelanggaran tersebut dilakukan oleh banyak
Caleg Gerindra atas nama Endang Tavip pihak bahkan dapat dikatakan semua orang
Handayani yang harus dibatalkan dapat memiliki potensi untuk menjadi
pencalonannya oleh Komisi Pemilihan pelaku pelanggaran Pemilu.
Umum Kabupaten Purworejo berdasarkan Dari aspek jenis pelanggaran, Undang-
putusan Pengadilan Tinggi yang telah undang Nomor 7 Tahun 2017 mengatur jenis
berkekuatan hukum tetap terkait pelanggaran kedalam beberapa kategori
pelanggaran pidana Pemilu. Endang antara lain pelanggaran administratif dan
dibatalkan oleh KPU berdasarkan putusan pelanggaran pidana.
Nomor: 134/Pid.Sus/ 2019/PT. Padahal Caleg
tersebut telah mengumpulkan suara Pelanggaran Administrasi Pemilu.
terbanyak di partainya dalam rekapitulasi Dalam Pasal 460 ayat (1) Undang-
suara yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten undang mengatur bahwa pelanggaran
Purworejo. Sebelumnya oleh pengadilan administratif pemilu meliputi pelanggaran
Negeri Purworejo Endang diputus bersalah terhadap tata cara, prosedur atau
dengan hukuman penjara satu bulan dengan mekanisme yang berkaitan dengan
masa percobaan tiga bulan dan denda Rp 5 administrasi pelaksanaan Pemilu dalam
juta subsider 15 (lima belas) hari kurungan
karena terhukum terbukti bersalah 8
News.Okezone.com ,Caleg terpilih Gagal Jadi
menghadiri kampanye dengan Dewan Usai divonis Penjara , Karena Kampanye
Pakai Mobil Dinas, diakses Jum’at 16 Agustus
2019 pukul 21,30 Wib.

41
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, Juni 2021, hal. 37-53

setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu. dengan ketentuan peraturan perundang-


Ratna Dewi Pettalolo menyatakan bahwa undangan, teguran tertulis, tidak diikutkan
jika dikaitkan dengan konsep hukum yang dalam tahapan tertentu dalam
berlaku universal. Pelanggaran administratif penyelenggaraan Pemilu dan sanksi
pada hakikatnya berkaitan dengan administratif lainnya sesuai dengan
pelanggaran terhadap kaidah-kaidah dan ketentuan dalam undang-undang ini.
asas-asas hukum prosedural atau dengan
Mengacu pada ketentuan Pasal 461 ayat
kata lain merupakan pelanggaran terhadap
(6) di atas terdapat satu karakter yang khas
prosedur hukum atau prosedur administrasi
dalam ketentuan sanksi administratif
pelaksanaan Pemilu. 9
Pemilu, yakni mengenai subjek hukum atau
Dari aspek penanganan pelanggaran, pihak yang dikenakan sanksi tersebut tidak
sebagaimana di atur dalam Pasal 461 ayat hanya kepada penyelenggara Pemilu namun
(1), undang-undang telah memberikan sanksi administratif dapat pula dikenakan
kewenangan kepada Bawaslu untuk pada peserta Pemilu dalam melakukan
melaksanakan fungsi yudisialnya yakni kegiatan pada tahapan tertentu seperti
pertama, kewenangan untuk menerima kegiatan pada masa kampanye. Sanksi
perkara dan memberikan penilaian serta administratif terhadap peserta Pemilu dapat
pertimbangan. Kedua, kewenangan dan berupa tidak diikutkan pada tahapan
kekuasaan untuk memeriksa termasuk di tertentu dan sanksi administratif lainnya
dalamnya memanggil paksa dan menguji sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
kesaksian para saksi dan ketiga memutus undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
perkara yang wajib diikuti dan ditindak Pemilihan Umum.
lanjuti oleh KPU, KPU Provinsi dan KPU
Menurut Topo Santoso, terkait dengan
Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam
penyelesaian sengketa administrasi ini yang
Pasal 462.
berdampak sangat serius adalah sanksi
Terkait dengan sanksi pelanggaran pembatalan sebagai calon anggota legislatif.
administrasi Pemilu, Pasal 461 ayat (6) Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 463
Undang-undang Pemilu mengatur bahwa ayat (1) yang menyatakan bahwa dalam hal
untuk penyelesaian pelanggaran terjadi pelanggaran administratif Pemilu
administratif Pemilu Bawaslu, Bawaslu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 460
Propinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota yang terjadi secara terstruktur sistematis dan
mengeluarkan putusan penyelesaian masif. Bawaslu dalam waktu 14 (empat belas
pelanggaran administratif Pemilu berupa hari) menerima, memeriksa dan
perbaikan administrasi terhadap tata cara merekomendasikan pelanggaran adminis-
atau prosedur atau mekanisme sesuai tratif kepada KPU, KPU kemudian wajib
menindaklanjuti dalam waktu 3 (tiga hari)
kerja terhitung sejak diterbitkanya putusan
9
Ratna Dewi Pettalolo, Penanganan
Penindakan Pelanggaran Pemilu Oleh Bawaslu Bawaslu. Keputusan KPU tersebut dapat
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun berupa sanksi pembatalan calon anggota
2017, diakses dari situs http//:
Bawaslu.go.id/Publikasi/Hukum. tanggal 22 Juli
2010 Pukul 15.25 Wib. Hal 13.

42
Irfan Alfi, Implikasi Sanksi Pidana terhadap Calon Anggota Legislatif Ditinjau dari Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum

DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD pelanggaran itu diatur pada UU Nomor 7
Kabupaten/Kota. 10 Tahun 1953 (12 Kejahatan dan 2
Pelanggaran). Berikutnya dalam UU Nomor
Dalam ketentuan lainnya sebagaimana
15 Tahun 1969 sebagaimana kemudian
diatur dalam Pasal 285 menyatakan bahwa
diubah dengan Undang-undang Nomor 4
putusan pengadilan yang telah berkekuatan
Tahun 1975, Undang-undang Nomor 2
hukum tetap terhadap pelanggaran
Tahun 1980 dan terakhir dirubah dengan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 dan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1985.
284 tentang larangan kampanye yang
dikenai kepada pelaksana kampanye Pemilu Pada Undang-undang Pemilu yang
anggota DPR,DPD,DPRD Provinsi dan disusun pasca reformasi pembedaan ini
DPRD Kabupaten/Kota yang berstatus tercantum dalam Undang-undang Nomor 3
sebagai Calon Anggota Legislatif tersebut Tahun 1999. Namun dalam Undang-undang
dapat dijadikan dasar bagi KPU untuk Nomor 12 Tahun 2003 dan Undang-undang
melakukan pembatalan baik sebagai calon 10 Tahun 2008 pembedaan ini tidak diatur.
tetap anggota legislatif maupun pembatalan Pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012
penetapan calon terpilih. 11 kembali terdapat pembedaan antara delik
kejahatan dan delik pelanggaran, namun
Pelanggaran Pidana Pemilu
dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun
Sebagaimana penulis uraikan pada bab 2017 aturan tentang pembedaan ini tidak
sebelumnya, dalam Undang-undang Nomor lagi dicantumkan.
7 Tahun 2017 tidak ada pasal yang
Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun
menjelaskan tentang definisi tindak pidana
2017, terdapat 77 (tujuh puluh tujuh) tindak
Pemilu. Dalam UU Nomor 8 Tahun 2012
pidana Pemilu yang diatur dalam 66 (enam
tentang Pemilu anggota DPR,DPD,DPRD
puluh enam) pasal ketentuan pidana.
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Tindak
Jumlah ini meningkat dari Pemilu
Pidana Pemilu didefinisikan sebagai
sebelumnya sebagaimana diatur dalam
pelanggaran terhadap ketentuan pidana
Undang-undang 8 Tahun 2012 dengan 56
Pemilu yang diatur dalam undang-undang
(lima puluh enam) ketentuan pidana Pemilu
yang penyelesaiannya dilaksanakan melalui
yang diatur dalam 48 (empat puluh delapan)
pengadilan dalam lingkungan peradilan
pasal.
umum.
Dari aspek Subjek Hukum (pelaku) ada
Selain itu dalam UU Nomor 7 Tahun
beberapa macam yang dapat dikenai
2017 tidak ada perbedaan antara jenis tindak
pertanggung jawaban pidana, yakni “setiap
pidana yang masuk dalam kategori delik
orang” sebanyak 22 (dua puluh dua) tindak
kejahatan maupun delik pelanggaran.
pidana dari 77 (tujuh puluh tujuh) tindak
Sedangkan sebelumnya dalam
pidana Pemilu. Menurut Ida Budiarti ini
perkembangan tindak pidana Pemilu di
masuk dalam delik komun atau tindak
Indonesia pembedaan antara kejahatan dan
pidana yang biasa dilakukan oleh setiap
orang dan sisanya sebanyak 55 (lima puluh
10 10
Topo Santoso & Ida Budhiarti, Op Cit, hal
lima) tindak pidana masuk dalam kategori
280.
11
Pasal 284 UU No 7 Tahun 2017.

43
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, Juni 2021, hal. 37-53

propria yakni tindak pidana yang subjeknya dan tidak dinyatakan secara tegas tindak
tertentu/tidak setiap orang. 12 pidana mana yang jenisnya kejahatan dan
mana yang masuk dalam ketegori
Subjek hukum yang memiliki potensi
pelanggaran.
pelaku pelanggaran Pemilu sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Topo Santoso berpendapat bahwa dari
Tahun 2017 antara lain: 13 segi unsur terjadinya kesalahan, terdapat
beberapa pembagian yang terlihat pada
1. Penyelenggara Pemilu yang meliputi
kerangka pasal-pasal tindak pidana dalam
anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
undang-undang tersebut yakni berupa
Kabupaten/Kota, anggota Bawaslu,
dengan sengaja (dolus) ada juga unsur
Bawaslu Provinsi, Bawaslu
kesalahanya berupa kealpaan atau kelalaian
Kabupaten/Kota, lingkungan
(culpa) dan sebagian ada unsur properte dolus
sekretariat, badan Ad-Hoc dan
properte culpa karena ada unsur sengaja dan
petugas lapangan lainnya.
kealpaan sekaligus dalam pasal tersebut.
2. Peserta Pemilu yaitu pengurus partai Menurut Kansil seperti dikutip oleh Roni
politik, Calon Anggota DPR, DPD, Wijayanto bahwa kesengajaan secara harfiah
DPRD serta Tim Kampanye.
dapat dipahami sebagai tindakan yang
3. Pejabat tertentu seperti PNS, anggota dikehendaki dan diketahui “willens en
TNI, anggota Polri, Pejabat wetens” oleh pelakunya bahwa tindakannya
BUMN/BUMD, Gubernur/Pimpinan sebenarnya adalah tindakan yang dilarang
Bank Indonesia, Perangkat Desa dan oleh undang-undang tetapi tetap
badan lain yang anggaranya
dilakukannya. Terdapat 42 (empat puluh
14
bersumber dari keuangan negara,
dua) pasal tindak pidana yang
4. Profesi media cetak/elektronik, menggunakan frase kata “dengan sengaja”
pelaksana pengadaan barang, namun masih menurut Topo Santodo bukan
distributor. berarti delik dolus itu hanya 42 (emapt
5. Pemantau Dalam Negeri maupun puluh dua) pasal karena ada juga delik
Asing, dolus namun tidak menggunakan kata
6. Masyarakat pemilih, pelaksana dengan sengaja. 15
survey/hitungan cepat dan umum Pemilu yang berintegritas mensyaratkan
yang disebut sebagai “setiap orang”. bahwa semua proses maupun hasil harus
Jenis-jenis sanksi pidana yang diatur sesuai dengan semangat demokrasi yang
dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun berkeadilan, serta berkepastian hukum.
2017 ini meliputi pidana penjara, pidana Melalui Undang-undang Pemilu semangat
kurungan dan denda. Sanksi pidana penjara itu diimplementasikan dalam penerapan
dan denda diancamkan secara kumulatif pasal-pasal yang mengatur tentang norma
dan sanksi pidana. Pemilu legislatif tidak
12
Topo Santoso & Ida Budhiarti, Op Cit, hal 285
13
Abdul Fikir Hajar, Tinjauan Yuridis Roni Wiyanto, “Penegakan Hukum DPR,
14

Terhadap Tindak Pidana Pemilu Di Indonesia, DPD Dan DPRD”,Mandar Maju, Bandung,2014
diakses dari situs Http://Repository.Usu.ac.id, hal 173
tanggal 15 Juli 2020, hal.1. 15
Topo Santoso & Ida Budhiarti, Op Cit, hal 284

44
Irfan Alfi, Implikasi Sanksi Pidana terhadap Calon Anggota Legislatif Ditinjau dari Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum

lagi hanya melahirkan anggota legislatif untuk melakukan perbuatan yang


yang berkualitas namun menjunjung tinggi mencederai tata kehidupan bermasyarakat.
aspek moral.
Dari aspek kesadaran etis atau moral
Penerapan Aspek Moral dalam Pencalonan pada diri individu Lawrence Kohlberg
Anggota Legislatif. membagi tingkat kesadaran etis manusia
kedalam tiga tahapan besar yakni kesadaran
W. Poespoprojo berpendapat bahwa
Pra-Konvesional, Kesadaran Konvensional
Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan
serta kesadaran Pasca-Konvesional. 18 Tahap
manusia yang menunjukkan bahwa
pertama adalah Kesadaran Pra-
perbuatan itu benar atau salah, baik atau
Konvensional menurut Kohler disebut juga
buruk. Moralitas mencakup tentang baik
tahap kesadaran moral kekanak-kanakan
buruknya perbuatan manusia. Sedangkan
yang berorientasi tidak melakukan suatu
menurut Amin Abdullah moral adalah suatu
larangan karena takut akan adanya
aturan atau tatacara hidup yang bersifat
hukuman. Tahap kedua Kesadaran
normatif (mengatur/mengikat) yang sudah
Konvensional, ditandai dengan cakrawala
ikut serta seiring dengan umur yang kita
kesadaran yang lebih luas untuk taat pada
jalani. Sehingga titik tekan moral adalah
aturan dan berorientasi pada kesadaran
aturan-aturan normatif yang perlu
untuk menjadi anggota kelompok
ditanamkan dan dilestarikan secara
masyarakat yang baik. Tahap Ketiga
sengaja. 16

moralitas Pasca-Konvensional adalah


Secara naluriah memang menurut kesadaran yang bersifat universal dengan
Sigment Freud diantara dorongan-dorongan menekankan akal budi sebagai patokan
pada diri manusia adalah nafsu ingin menentukan satu perbuatan yang bermoral
memiliki dan menikmati serta nafsu ingin atau tidak. Kerangka hukum dibuat sebagai
menghancurkan dan menguasai. Moralitas bentuk kesepakatan bersama atas satu
dalam posisi ini memiliki memiliki peran penilaian moral yang sama. Kesadaran
yang sangat penting bagi individu untuk moral pada tahap ini memiliki dimensi tulus
membantu menjinakkan naluri-nalurinya dan kritis untuk meraih keadaan yang lebih
sedemikian rupa sehingga menjadi warga baik. Bernard L Tanya mengilustrasikan
yang berguna dalam menunjang dalam konteks demokrasi, jika Otonomi
terwujudnya suatu kehidupan yang damai. 17 Daerah itu untuk meningkatkan
Pandangan Freud di atas tentunya kesejahteraan masyarakat daerah melalui
menekankan betapa pentingnya moralitas kepemimpinan pemimpin yang bermutu
individu termasuk kesadaran moralitas maka harus bisa dijamin sistem, prosedur
individu dalam menekan naluri setiap orang serta pelaksanaan Pemilu yang baik. 19
Penerapan aspek moralitas dalam
16
Joy Dani, Arti (Definisi) Moralitas Dan penyelenggaraan Pemilu dapat terlihat
Moral, http//:www.Joy–Dedicated Law antara lain dalam penyusunan kerangka
Firm.com, diakses 30 Juli 2020 Pukul 23.19 Wib. hukum Pemilu. Aspek moral termasuk
17
Bernard L Tanya, “Penegakkan Hukum
Dalam Terang Etika” Genta Publishing, Cetakan
18
Ibid,hal 35
ke 1, 2011 hal 32. 19
Ibid, hal 54

45
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, Juni 2021, hal. 37-53

dalam salah satu aspek utama kajian atau dimanifestasikan kedalam rumusan norma
pokok pikiran pada konsideran, asas sebuah yang proporsional yaitu seimbang antara
undang-undang atau peraturan. Ia masuk hak dan kewajiban serta penghargaan dan
dalam kajian filosofis, sosiologis maupun sanksi harus bernuansa edukatif yang secara
yuridis dalam penyusunan peraturan protektif mampu menekan kejahatan dan
perundang-undangan tersebut. atau pelanggaran sampai sekecil-kecilnya.
Aspek filosofis diartikan sebagai Ketentuan yang dibuat dalam Undang-
pertimbangan atau alasan yang undang Nomor 7 Tahun 2017 maupun
menggambarkan bahwa peraturan yang Peraturan KPU mengenai pencalonan
dibentuk mempertimbangkan pandangan anggota legislatif, bukanlah membatasi hak
hidup, kesadaran dan cita hukum yang setiap warga negara untuk ikut dalam
meliputi suasana kebatinan serta falsafah pemilihan umum akan tetapi untuk
bangsa Indonesia yang bersumber dari memberikan jaminan bahwa calon anggota
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang legislatif yang lolos proses pencalonan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun adalah yang memenuhi syarat sebagaimana
1945. yang telah diatur dalam norma pencalonan.
Hal ini dimaksudkan pula bahwa peraturan
Aspek sosiologis menggambarkan
yang telah dibuat adalah merupakan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk
rangkaian proses untuk mewujudkan
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
penerapan pemerintahan yang bersih dan
berbagai aspek. Landasan sosiologis
berwibawa dimulai dari proses seleksi dan
sesungguhnya menyangkut fakta empiris
rekrutmen bagi calon anggota legislatif.
mengenai perkembangan masalah dan
kebutuhan masyarakat dan negara. Dalam pelaksanaan Pemilu, salah satu
diantara tahapan penting dalam Pemilu
Aspek yuridis menggambarkan bahwa
legislatif adalah tahapan pencalonan.
peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
Tahapan ini merupakan satu tahapan yang
permasalahan hukum dengan
berfungsi untuk memastikan bahwa calon
mempertimbangkan aturan yang telah ada
anggota legislatif yang diusung oleh partai
sesuai dengan hirarki perundang-undangan
politik peserta Pemilu memenuhi
guna menjamin kepastian hukum dan rasa
persyaratan yang ditentukan oleh undang-
keadilan dalam masyarakat.
undang.
Suatu peraturan perundang-undangan
Dalam sistim proporsional terbuka,
yang baik adalah peraturan yang normanya
seperti yang tercantum dalam Pasal 241 ayat
mengandung hukum dan nilai moral.
(2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017,
Mengandung hukum karena di dalam
sejatinya mekanisme penentuan kandidat
peraturan itu berisi perintah, larangan,
bagi Caleg yang akan mengikuti Pemilu
kebolehan, penghargaan dan sanksi yang
dilakukan dengan prinsip terbuka dan
tegas sebagai unsurnya. Mengandung nilai
demokratis dilakukan sesuai dengan
moral karena dalam setiap klausulnya
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
terkandung nilai kebenaran sejati, nilai
Tangga masing-masing partai politik peserta
keadilan hakiki dan nilai kesusilaan. Maka
Pemilu. Dalam konteks ini, partai politik
dengan demikian nilai moral perlu

46
Irfan Alfi, Implikasi Sanksi Pidana terhadap Calon Anggota Legislatif Ditinjau dari Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum

peserta Pemilu memiliki peran yang sangat dikecualikan bagi bakal calon yang dengan
strategis untuk melaksanakan mekanisme jujur mengumumkan statusnya sebagai
penentuan kandidat Caleg yang adil dan mantan terpidana, namun secara substantif
berkualitas dalam merekrut calon anggota sebenarnya undang-undang mengharapkan
legislatif yang betul-betul memenuhi syarat bahwa figure yang maju dalam proses
untuk mengikuti proses tahapan Pemilu penentuan kandidat adalah figure yang
hingga kemudian menduduki jabatan publik bersih.
sebagai anggota legislatif.
Persyaratan bebas dari penyalahgunaan
Secara normatif, dalam Undang-undang narkotika sebagaimana diatur pada huruf
Nomor 7 Tahun 2017, pengaturan tentang (h) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017
syarat-syarat calon anggota legislatif diatur diperluas pengaturanya oleh KPU melalui
dalam Pasal 240 ayat (1). Syarat-syarat Peraturan KPU Nomor 20 Tahun 2019
tersebut diatur lebih lanjut dalam Peraturan tentang pencalonan dengan mencantumkan
Komisi Pemilihan Umum Republik persyaratan bukan mantan terpidana bandar
Indonesia Nomor 20 Tahun 2019 Pasal 7 narkoba, kejahatan seksual terhadap anak
tentang Pencalonan Anggota Dewan atau korupsi huruf (h) serta sehat jasmani,
Pewakilan Rakyat, Dewan Perwakilan rohani dan bebas penyalahgunaan
Rakyat Daerah Propinsi dan Dewan narkotika, psikotropika dan zat adiktif.
Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota.
Kerangka hukum Pemilu telah
Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun menginisiasi sedemikian rupa semangat
2017 Pasal 240 ayat (1) huruf b, f, g dan h untuk mewujudkan sosok calon anggota
mencantumkan persyaratan yang secara legislatif yang notabene sebagai subjek
filosofis berhubungan erat dengan aspek hukum yang berintegritas dan menjunjung
moral. Beberapa syarat yang tercantum tinggi moral dan etika dalam proses
antara lain bertakwa kepada Tuhan Yang pencalonanya sebagai calon anggota
Maha Esa, menggambarkan bahwa warga parlemen yang akan mewakili suara dan
negara yang akan mencalonkan diri atau kepentingan rakyat untuk memperjuangkan
dicalonkan adalah individu yang bertakwa terewujudnya kesejahteraan rakyat pada
kepada Tuhan. Nilai-nilai kesetiaan sebagai saat terpilih.
patriot untuk menjunjung tinggi
Proses Pemilu yang berintegritas
nasionalisme dipersyaratkan dalam huruf (f)
tentunya mensyaratkan bahwa seluruh
yakni setia kepada Pancasila, Undang-
tahapan penyelenggaraan memenuhi
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
prinsip-prinsip dan asas-asas Pemilu yang
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
adil dan berkepastian hukum yakni melalui
Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.
proses dan hasil yang berintegritas.
Persyaratan lain yang menggambarkan
Implikasi Sanksi Pidana Terhadap Calon
semangat dan harapan bahwa figur yang
Anggota Legislatif
dicalonkan adalah figur yang bersih dan
berintegritas adalah syarat tidak pernah Pada bagian awal tulisan ini peneliti
dipidana yang tercantum dalam huruf (g) telah menguraikan tentang jenis-jenis
meskipun frase kata berikutnya pelanggaran dan sanksi serta posisi calon
anggota legislatif sebagai subjek hukum

47
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, Juni 2021, hal. 37-53

yang dapat dikenai pertanggung jawaban sebagai pengganti calon yang dinyatakan
atau dapat dipersalahkan secara hukum Tidak Memenuhi Syarat (TMS) oleh KPU.
yang berimplikasi pada dijatuhkannya KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.
sanksi baik administratif maupun pidana. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 250
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 dan
Kerangka hukum Pemilu 2019 telah
PKPU Nomor 20 Tahun 2018 Pasal 31 ayat
mengatur tentang ketentuan mengenai jenis-
(1). Dalam kasus ini Caleg yang
jenis perbuatan pidana yang dilakukan oleh
bersangkutan melanggar ketentuan pidana
Caleg dan implikasinya terhadap Caleg yang
sebagaimana diatur dalam Pasal 520
bersangkutan. Ketentuan ini diatur dalam
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 yang
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017
berbunyi:
tentang Pemilihan Umum dan beberapa
Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) “Setiap orang yang dengan sengaja
baik dalam PKPU Nomor 20 Tahun 2019 membuat surat atau dokumen palsu dengan
maksud untuk memakai atau menyuruh
tentang Pencalonan Anggota Dewan
orang untuk memakai, atau setiap orang
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan yang dengan sengaja memakai surat atau
Rakyat Daerah Propinsi Dan Dewan dokumen palsu untuk menjadi bakal calon
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota, anggota DPR,DPD, DPRD Provinsi, DPRD
maupun dalam PKPU Nomor 5 Tahun 2019 Kabupaten/Kota, untuk menjadi Pasangan
Calon Presiden Dan Wakil Presiden
tentang Penetapan Calon Terpilih Anggota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 254
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan dan Pasal 250 dipidana dengan pidana
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Dan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah denda paling banyak Rp. 72,000,000,00
Kabupaten/ Kota. (tujuh puluh dua juta rupiah)” 21

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, Pengaturan tentang mekanisme


mengatur proses pencalonan sampai pembatalan terkait tindak pidana pemalsuan
penetapan Caleg kedalam beberapa fase. dokumen ini lebih lanjut diatur dalam PKPU
Tahap pertama Penyusunan Daftar Calon Nomor 20 Tahun 2019 tentang Pencalonan.
Sementara (DCS). Tahap kedua Penyusunan Mekanisme pembatalan dan proses
Daftar Calon Tetap (DCT), dan tahap ketiga penggantian calon dilakukan setelah
adalah Penetapan Calon Terpilih. 20 diterimanya putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap. Namun proses
Dalam masa setelah ditetapkannya
penggantian calon tidak dapat dilakukan
Daftar Calon Sementara, Calon Anggota
setelah ditetapkannya Calon Tetap (DCT).
Legislatif dapat dikenai sanksi administratif
Dalam hal terjadi putusan pengadilan yang
pembatalan terhadap Caleg yang terbukti
telah berkekuatan hukum tetap terjadi
melakukan pelanggaran pidana
setelah ditetapkannya Daftar Calon tetap,
memalsukan dan menggunakan dokumen
maka KPU, KPU Provinsi dan KPU
palsu. Dalam status Calon Sementara ini
Kabupaten/Kota mencoret yang bersangkut-
partai politik dapat mengajukan calon baru

20
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
21

Pasal 252 dan 256 Tentang Pemilihan Umum.

48
Irfan Alfi, Implikasi Sanksi Pidana terhadap Calon Anggota Legislatif Ditinjau dari Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum

an dari Daftar Calon Tetap tanpa mengubah yang telah melakukan perbuatan pidana
nomor urut Calon. 22 sebagaimana ketentuan yang berlaku pada
status sebagai Calon Sementara tidak dapat
Selain tindak pidana pemalsuan surat
dilakukan. 23 Dalam kasus pidana pemalsuan
atau dokumen, jenis pelanggaran pidana
misalnya, calon yang terbukti melakukan
yang diatur dalam Undang-undang Nomor
tindak pidana pemalsuan dokumen atau
7 Tahun 2017 adalah pelanggaran terhadap
penggunaan dokumen palsu setelah
larangan kampanye, politik uang dan
ditetapkannya DCT dinyatakan tidak
pelanggaran yang dilakukan secara
memenuhi syarat dan KPU di semua
Terstruktur Sistematis dan Masif (TSM).
tingkatan melakukan pencoretan nama calon
Sedangkan kejahatan Pemilu yang yang bersangkutan tanpa mengubah nomor
dilaksanakan secara terstruktur, sistematis urut calon. 24 Hal ini berlaku juga pada
dan masif dalam bentuk pemberian uang tahapan calon terpilih. Ketentuan mengenai
atau ataupun materi lainnya untuk pemberian status Tidak Memenuhi Syarat
mempengaruhi penyelenggara Pemilu (TMS) adalah merupakan sanksi pembatalan
dan/atau pemilih maka caleg tersebut dapat bagi calon terpilih yang terbukti menjadi
dibatalkan pencalonannya berdasarkan terpidana. PKPU Nomor 5 Tahun 2019
rekomendasi Bawaslu. Hal ini sebagaimana Tentang Penetapan Calon Terpilih. Pasal 32
diatur dalam Pasal 286 Undang-undang ayat (1) poin a sampai e mengatur bahwa
Nomor 7 Tahun 2017, sebagai berikut: penggantian calon terpilih diakukan apabila
Pertama, dari aspek tahapan atau waktu calon yang bersangkutan meninggal dunia,
terjadinya peristiwa hukum, yakni mengundurkan diri, tidak lagi memenuhi
dikeluarkannya putusan pengadilan yang syarat, terbukti melakukan tindak pidana
telah berkekuatan hukum tetap yang Pemilu berupa politik uang dan pemalsuan
kemudian berimplikasi pada pemberian dokumen atau terbukti melakukan
sanksi pembatalan terhadap calon. Dalam pelanggaran larangan kampanye. Pada ayat
ketentuan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2 (dua) masih dalam pasal yang sama,
2017 sanksi pembatalan calon dapat memperjelas lagi tentang yang dimaksud
dijatuhkan baik pada masa penyusunan dengan frase tidak lagi memenuhi syarat
Daftar Calon Sementara (DPS) , Daftar Calon menjadi anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
Tetap (DCT) maupun Calon Terpilih. atau DPRD Kabupaten/Kota pada Pasal 32
Penjatuhan sanksi administratif pembatalan ayat 1 (satu) huruf (c) antara lain meliputi
pada saat penyusunan Daftar Calon
Sementara masih dapat dilakukan
penggantian oleh Partai Politik yang
mencalonkan Caleg tersebut. Namun pada 23
PKPU Nomor 20 Tahun 2018 Pasal 32 ayat
saat KPU, KPU Provinsi atau KPU 2 dan 3 (Tiga) Tentang Pencalonan Anggota DPR,
Kabupaten/Kota menetapkan Daftar Calon DPD, DPRD Provinsi Dan DPRD
Tetap (DCT) maka penggantian bagi Caleg Kabupaten/kota.
PKPU Nomor 20 Tahun 2018 Pasal 35 ayat
24

1 (Satu) dan 2 (Dua) Tentang Pencalonan


22
PKPU 20/2019 Pasal 31 ayat 1 (satu), 2 Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi Dan DPRD
(dua) dan 3 (tiga). Kabupaten/kota

49
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, Juni 2021, hal. 37-53

calon yang berstatus sebagai terpidana. 25 keputusan penetapan untuk yang


Tidak ditemukan penjelasan dalam bersangkutan batal demi hukum. 26
Peraturan KPU tersebut terkait dengan
Dengan demikian maka dapat dikatakan
status terpidana, apakah atas status
bahwa pelanggaran pidana yang dilakukan
terpidana dalam kasus yang berkaitan
oleh calon anggota legislatif yang telah
dengan tindak pidana Pemilu yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut
berkekuatan hukum tetap yang diatur dalam
berimplikasi terhadap pemberian sanksi
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017
administratif berupa pembatalan sebagai
maupun tindak pidana umum lainnya.
calon baik pada saat yang bersangkutan
Kedua dari aspek jenis tindak pidana berstatus sebagai calon sementara, calon
yang dilakukan. Terbagi kedalam dua jenis tetap maupun calon terpilih.
yakni tindak pidana Pemilu maupun tindak
Analisis Penerapan Sanksi
pidana umum. Dalam Undang-undang
Nomor 7 Tahun 2017 sanksi administratif Pada pelaksanaan Pemilu serentak 2019
pembatalan diatur dalam beberapa pasal terdapat beberapa kasus pelanggaran pidana
pelanggaran ketentuan pidana Pemilu yang dilakukan oleh Calon Anggota
antara lain pemalsuan dokumen, Legislatif. Menurut data Bawaslu Republik
pelanggaran larangan kampanye, politik Indonesia terjadi lebih dari dua ribu kasus
uang baik yang dilakukan secara individu pelanggaran pidana yang terjadi pada
maupun yang bersifat terstrukstur, tahapan Pemilu 2019. Dari data tersebut
sistematis, dan masif. Tidak diatur secara sebanyak terdapat 380 (tiga ratus delapan
spesifik tentang sanksi pembatalan terhadap puluh) kasus yang telah diberikan putusan
calon yang melakukan delik pidana umum. tetap baik di tingkat Pengadilan Negeri
Namun dalam Undang-undang Nomor 7 maupun Pengadilan Tinggi. Rieke Diah
Tahun 2017 Pasal 426 ayat (1) dan (2) Pitalolo menyatakan dari jumlah 380 (tiga
mengatur bahwa penggantian calon terpilih ratus delapan puluh) kasus tersebut terdapat
dilakukan apabila calon tidak lagi 95 (Sembilan puluh lima) merupakan Calon
memenuhi syarat menjadi anggota DPR, Anggota Legislatif yang terbukti melakukan
DPD, DPRD Provinsi atau DPRD melakukan tindak pidana Pemilihan.
Kabupaten/Kota. Kemudian dalam PKPU Sebanyak 65 (enam puluh lima) orang
Pasal 32 ayat (2) dijelaskan bahwa yang diantaranya diberikan sanksi administratif
dimaksud dengan tidak lagi memenuhi berupa pembatalan calon. 27
syarat tersebut termasuk di dalamnya calon Pemilu sebagai suatu proses untuk
yang berstatus sebagai terpidana. Dalam hal mengisi jabatan-jabatan publik semangatnya
peristiwa hukum terjadi setelah KPU, KPU adalah untuk melahirkan pejabat terpilih
Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
26
mengeluarkan keputusan penetapan, maka PKPU 5 Pasal 32 ayat 3.
27
Rieke Diah Pitalolo “Membedah Pemikiran
PKPU Nomor 05 Tahun 2019 Pasal 32 ayat 2
25 Topo Santoso Tentang Penataan Tindak Pidana
(Dua) Tentang Penetapan calon Terpilih Anggota Pemilu di Indonesia” Materi Webinar Perludem. 8
DPR, DPD, DPRD Provinsi Dan DPRD Juli 2020. Diakses kembali melalui
Kabupaten/kota https://www.youtube.com/watch?v=pBJo7maasZ0&t=
7221s pada hari Kamis 30 Juli 2020.

50
Irfan Alfi, Implikasi Sanksi Pidana terhadap Calon Anggota Legislatif Ditinjau dari Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum

yang akan menempati posisi strategis yang berdasarkan atas hukum, yang
sebagai anggota legislatif yang menjadikan hukum sebagai panglima dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan berbagai permasalahan,
dinamika ketatanegaraan. Oleh karena itu khususnya mengenai penanganan dan
proses Pemilu yang berjalan dengan penuh penegakkan pelanggaran tindak pidana
integritas menjadi syarat mutlak yang harus Pemilu legislatif di Indonesia.
direalisasikan. Pemilu yang dilaksanakan
Kerangka hukum Pemilu sampai saat ini
secara berintegritas baik dalam proses
telah mencapai beberapa kemajuan terutama
maupun hasilnya akan bermuara pada
dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan
terpilihnya anggota DPR, DPD, DPRD
tindak pidana Pemilu. Namun sebagai
Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang
sebuah negara yang sedang berada dalam
berkualitas dan memiliki moral yang baik.
fase konsolidasi demokrasi tentunya
Pada giliranya nanti anggota legislatif yang
memang masih terdapat beberapa hal yang
dilahirkan dari sebuah proses Pemilu yang
perlu disempurnakan. Topo Santoso
berintegritas diharapkan akan melahirkan
berpendapat bahwa masih terdapat
kebijakan-kebijakan yang menjunjung tinggi
kelemahan dalam bentuk inkonsistensi,
rasa keadilan dan berorientasi pada
ambiguitas dan multitafsir dalam norma-
kesejahteraan rakyat. Dalam konteks ini
norma yang berlaku dalam Undang-undang
untuk melindungi proses Pemilu agar
Pemilu. Misalnya tentang kelembagaan,
berlangsung secara free and fair, maka salah
mekanisme penanganan pelanggaran hal ini
satu yang diperlukan adalah adanya aturan
dikontribusikan antara lain oleh pengaturan
pidana yang mengancam sejumlah
yang masih berserakan antara undang-
perbuatan yang membahayakan proses
undang Pemilu dan Pilkada. Oleh karena itu
Pemilu.
dialektika untuk merumuskan suatu hukum
Dari aspek Good Governance, supremasi Pemilu yang betul-betul menimbulkan rasa
hukum menjadi salah satu syarat utama keadilan bagi semua pihak harus terus
terwujudnya tata kelola pemerintahan yang dilakukan.
baik, artinya semua aspek dan tata kelola
Pentingnya pengaturan hukum pidana
kehidupan berbangsa dan bernegara tunduk
Pemilu tentunya ditujukan agar hukum
dan patuh pada aturan hukum yang menjadi
dijadikan sebagai alat untuk menciptakan
“guidance” dimana rakyat memenuhi
tertib sosial, untuk mewujudkan keadilan,
ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
mencegah terjadinya kejahatan, dan sebagai
pemerintah yang bertindak atas nama
pengobatan. Sanksi yang tegas perlu diatur
rakyat, yang melanggar ketentuan itu dapat
untuk menimbulkan efek jera bagi pelaku
dijatuhi sanksi atau hukuman. Tanpa ada
dan efek rasa takut bagi anggota masyarakat
kekuasaan yang memaksa pemerintah tentu
lainya untuk tidak melaksanakan perbuatan
tidak akan mampu melaksanakan tugasnya
yang sama.
dan ketenangan dan ketertiban masyarakat
akan sulit diciptakan. Prinsip negara yang Peneliti berpendapat bahwa ancaman
menjunjung tinggi supremasi hukum sanksi pidana yang diancamkan bukan
mensyaratkan bahwa demokrasi harus dimaksudkan untuk membalas akan tetapi
dilaksanakan melalui konstruksi negara untuk mencapai tujuan tertentu seperti

51
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, Juni 2021, hal. 37-53

penangkalan (detterence) agar pelanggaran 2017 adalah pemberian sanksi administratif


itu tidak terjadi. Sebagai contoh misalnya, berupa pembatalan baik pada tahapan
ide tentang pemberian sanksi tambahan pencalonan maupun tahapan penetapan
berupa pencabutan hak pilih dan dipilih calon terpilih karena telah mencederai
diharapkan memiliki dampak deterrence integritas semangat demokrasi dalam
yang lebih kuat untuk menimbulkan suatu mewujudkan good governance. Sanksi
kesadaran bagi pelaku pelanggaran tentang administratif yang dijatuhkan bersifat tidak
beratnya pertanggungjawaban atas menggugurkan sanksi pidana kepada yang
kesalahan yang telah dilakukan. Di negara bersangkutan.
kita saat ini sanksi pencabutan hak pilih
DAFTAR PUSTAKA
dijatuhkan pada terpidana kasus korupsi
sedangkan kasus tindak pidana Pemilu Ali, Ahmad. 2008. Menguak Tabir Hukum,
tidak. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hukum pidana memiliki peran dalam Corong Rakyat.com, Gagalkan Caleg Peraih
melindungi proses demokrasi, dan Suara Terbanyak, KPU Wajo Digugat Di
implementasinya sangat tergantung antara PTUN, DKPP Dan Bawaslu.
lain pada kerangka hukum yang kuat, faktor Dani, Joy. Arti (Definisi) Moralitas Dan
penegak hukum yang professional dan Moral, http//:www. Joy –Dedicated Law
berintegritas bila semuanya terwujud maka Firm.com,
kualitas demokrasi Indonesia melalui
Detik News , Terbukti Bagi Kupon Umroh, MS
pelaksanaan Pemilu yang berintegritas akan
divonis 3 Bulan Penjara.
sangat memberi kontribusi positif pada
terwujudnya tata kelola pemerintahan yang Hajar, Abdul Fikir, Tinjauan Yuridis Terhadap
baik (Good Governance). Tindak Pidana Pemilu Di Indonesia,
diakses dari situs
KESIMPULAN
http://repository.usu.ac.id
Hukum pidana memiliki peran dalam
Husein, Harun. 2014, Pemilu Indonesia (fakta,
melindungi proses demokrasi, dan
Angka, Analisis Dan Study Banding)
implementasinya sangat tergantung antara
Perludem.
lain pada kerangka hukum yang kuat, faktor
penegak hukum yang professional dan Marwan Dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum,
berintegritas bila semuanya terwujud maka Surabaya: Reality Publisher.
kualitas demokrasi Indonesia melalui Mulyadi, Dedi. 2012. Kebijakan Legislasi
pelaksanaan pemilu yang berintegritas akan Tentang Sanksi Pidana Pemilu Legislatif di
sangat memberi kontribusi positif pada Indonesia Dalam Perspektif Demokrasi,
terwujudnya tata kelola pemerintahan yang Bekasi: Gramata Publishing.
baik (Good Governance).
News.detik.com, KPU Serang Batalkan Caleg
Kedua, implikasi sanksi pidana baik PKB Terpilih yang terjerat Pidana Pemilu.
sanksi pidana kurungan maupun hukuman
News.Okezone.com, 2019, Caleg terpilih
percobaan yang telah berkekuatan hukum
Gagal Jadi Dewan Usai divonis Penjara,
tetap terhadap calon anggota legislatif
Karena Kampanye Pakai Mobil Dinas.
menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun

52
Irfan Alfi, Implikasi Sanksi Pidana terhadap Calon Anggota Legislatif Ditinjau dari Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum

Pitalolo, Rieke Diah “Membedah Pemikiran Tanya, Bernard L. 2011. Penegakkan Hukum
Topo Santoso Tentang Penataan Tindak Dalam Terang Etika, Genta Publishing.
Pidana Pemilu di Indonesia” Materi
Peraturan Perundang-undangan
Webinar Perludem. 8 Juli 2020
https://www.youtube.com/watch?v=pBJ Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
o7maasZ0&t=7221s Tentang Pemilihan Umum. PKPU
Nomor 05 Tahun 2019 Tentang
Ratna Dewi Pettalolo, Penanganan Penindakan
Penetapan calon Terpilih Anggota DPR,
Pelanggaran Pemilu Oleh Bawaslu
DPD, DPRD Provinsi Dan DPRD
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7
Kabupaten/Kota
Tahun 2017, Bawaslu.go.id
PKPU Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
RRI.co.id, 2019, Sidang Pembacaan Ajudikasi
Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD
Oleh Bawaslu Cianjur.
Provinsi Dan DPRD Kabupaten/kota.
Santoso, Topo. 2014, Peranan Hukum Pidana
Untuk Demokrasi, Makalah Disampaikan
Pada Pengukuhan Guru Besar pada 5
November.
Surbakti, Ramlan dkk, 2011, Penanganan
Pelanggaran Pemilu, Jakarta: Int.
Development Agency,

53

Anda mungkin juga menyukai