ANDY ZULKARNAIN
1
PENANGANAN KASUS PELANGGARAN TINDAK PIDANA PEMILU
SERENTAK 2019 DI KABUPATEN BANGGAI
Oleh :
ANDY ZULKARNAIN
Nomor Stambuk : D 102 19 093
ARTIKEL
2
PENANGANAN KASUS PELANGGARAN TINDAK PIDANA PEMILU
SERENTAK 2019 DI KABUPATEN BANGGAI
Abstrak
Penulisan artikel ini lebih ditujukan pada penanganan kasus pelanggaran tindak pidana Pemilu
serentak 2019 Di Kabupaten Banggai, terjadi beberapa kasus pelanggaran tindak pidana Pemilu. Oleh
karena itu artikel ini bertumpu pada permasalahan yang diangkat yaitu: 1. Bagaimanakah penanganan
pelanggaran tindak pidana Pemilu oleh Bawaslu Kabupaten Banggai, 2. faktor-faktor apa yang
menyebabkan kasus-kasus tindak pidana Pemilu yang terjadi Kabupaten Banggai hanya ditingkat
Bawaslu (Pembahasan Kedua) tidak sampai di tingkat Pengadilan. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini metode pendekatan normatif yang digunakan dalam penelitian ini teori hukum
positivisme ius Constitutum, data yang digunakan dalam penelitian bahan primer, bahan hukum yang
mengikat yang terdiri dari norma dan bahan sekunder bahan pustaka yang berisikan pengetahuan baru
tentang fakta yang diketahui maupun suatu gagasan yang diperoleh dari Undang-Undang, Peraturan
Bawaslu, Peraturan KPU dan sumber bahan bacaan yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.
Langkah terakhir dalam penelitian ini penarikan kesimpulan menggunakan metode logika deduktif
atau cara berpikir analitik, alat yang digunakan silogisme dari suatu hal yang bersifat umum ke khusus
dan konkret sehingga diharapkan dalam memberikan solusi baru dalam memecahkan permasalahan
hukum yang akan terjadi di sistem tindak pidana Pemilu.
3
Abstract
The writing of this article is more aimed at Handling Cases of Violation of Criminal Acts in the
2019 Concurrent Election in Banggai Regency, there have been several cases of Election Crime
Violations. Therefore this article relies on the issues raised, namely: 1. How is the handling of election
crimes by Bawaslu of Banggai Regency, 2. what factors cause election criminal cases that occur in
Banggai Regency only at the Bawaslu level (Second Discussion) are not arrived at the court level. The
method used in this research is the normative approach method used in this research is the legal
theory of positivism ius Constitutum, the data used in primary material research, binding legal
materials consisting of norms and secondary materials, library materials containing new knowledge
about the facts known or an idea. Obtained from the Law, Bawaslu Regulations, KPU Regulations and
other sources of reading material that are relevant to this research. The final step in this research is to
draw conclusions using the deductive logic method or analytical way of thinking, the tools used are
syllogisms from something general to specific and concrete so that it is expected to provide new
solutions in solving legal problems that will occur in the Election Criminal Action system.
4
minus legitimasi atau rezim pemerintah yang stabil, maka diperlukan partai-partai politik
otoriter3. Sedangkan menurut Titik Triwulan yang kemudian menghasilkan para wakil rakyat
Tutik4 menyatakan Pemilu sebagai alat dalam dan/atau peguasa melalui proses pemilihan
menjalankan pelaksanaan asas kedaulatan yang langsung, umum, bebas, rahasia, terbebas
rakyat yang pada prinsipnya merupakan dari kekuatan lain khususnya penguasa-
pengakuan dan perwujudan daripada hak penguasa pribadi, birokrat atau militer,
politik rakyat dan sekaligus merupakan mempunyai dukungan yang luas dari
pendelegasian hak-hak tersebut oleh rakyat masyarakat dan mengandalkan pada pemimpin
kepada wakil-wakilnya untuk menjalankan yang dipercaya oleh anggotanya6.
pemerintahan. Senada dengan pendapat
Pemilihan Umum merupakan suatu
tersebut Kusnardi dan Harmaily Ibrahim5, juga
lembaga yang berfungsi sebagai sarana
mengatakan Pemilu salah satu hak asasi warga
penyampaian hak-hak demokrasi rakyat.7
negara yang sangat prinsipil, karena dalam
Sedangkan fungsi Pemilu menurut Jacques
pelaksanaan hak asasi suatu keharusan
Thomassen yaitu “function of elections is to
pemerintah untuk melaksanakan Pemilu. Sesuai
elect the members of parliament who together
asas bahwa rakyatlah yang berdaulat maka
should be as representative as possible of the
semua itu dikembalikan kepada rakyat untuk
electorate as a whole”.8
menentukannya. Oleh karena itu, untuk
Pelanggaran dapat terjadi karena adanya
mewujudkan suatu pemerintahan yang
unsur kesengajaan maupun karena kelalaian.
demokratis dibutuhkan partai politik untuk
Pelanggaran Pemilu dapat dilakukan oleh
yang menghasilkan wakil rakyat yang
banyak pihak, bahkan dapat dikatakan semua
berkualitas sebagaimana diungkapkan Liddle
orang memiliki potensi untuk menjadi pelaku
dalam narasinya yang menyatakan suatu
pelanggaran Pemilu. Dalam sebuah persaingan
pemerintahan yang demokratis, efektif, dan
politik yang terbuka, para kontestan
3
Simak, Aminuddin Kasim, Relevansi dan
6
Implementasi Gagasan Social Contact dari Rousseau Feri Amsari, Prosiding Konferensi Nasional
dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia, Hukum Tata Negara Ke 5 Tantangan menjaga Daulat
Dalam Paradigma Hukum Ketatanegaraan Indonesia, rakyat Dalam Pemilihan Umum, Cetakan ke 1, Pusat
Dalam Rangka Hari Ulang Tahun ke 90 Prof Dr M Sally Studi Konstitusi ( PUSaKO) Fakultas Hukum Unversitas
Lubis, SH, 2020, Penerbit Enam Media, Medan,. Andalas, Desember 2018, hlm. 666.
hlm.164 7
Didik Sukriono, 2019 Menggas Sistem
4
Titik Triwulan Tutik, 2015, Konstruksi Hukum Pemilihan Umum Di Indonesia, Jurnal Konstitusi Pusat
Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Kajian Konstitusi universitas Kanjuruhan Malang, Vol.II
Prenadamedia Group, Jakarta, hal 331-332 No 1, Jakarta, hlm 12.
5
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1988, 8
Jacques Thomassen, Representation and
Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Sinar Accountability from Elections and Democracy, Oxford
Bakti Fakultas Hukum UI. hal 329 University Press, United Kingdom, 2014.p.3.
5
menggunakan kekuatan masing-masing untuk pelanggaran Pemilu, bukan sengketa Pemilu
memenangkan Pemilu dan sangat mungkin dan bukan tindak pidana Pemilu.
kekuatan-kekuatan itu digunakan secara tidak Keempat jenis pelanggaran tersebut
sah. Selain itu, dalam upaya memenangkan diproses dan diselesaikan oleh lembaga
pertarungan, kontestan bisa mengabaikan etika pengawas Pemilu. Secara kelembagaan,
dan peraturan sehingga terjebak berlaku berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang
curang. Pemilu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
Banyaknya jenis masalah serta diposisikan sebagai salah satu lembaga
banyaknya pihak yang terlibat menunjukkan penyelenggara Pemilu disamping Komisi
begitu kompleknya masalah hukum Pemilu, Pemilihan Umum (KPU) dan Dewan
atau setidak-tidaknya masalah hukum Pemilu Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP),
didesain dengan demikian kompleks. dan menurut ketentuan Pasal 1 angka 17 UU
Jangankan untuk melaksanakan, memahaminya Pemilu, Bawaslu merupakan lembaga
pun butuh energi ekstra agar tidak salah paham penyelenggara Pemilu yang mengawasi
yang berakibat fatal dalam pelaksanaannya. Penyelenggaraan Pemilu diseluruh wilayah
Pada gilirannnya, pelaksanaan penegakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
hukum pidana Pemilu pun menghadapi Esensi Pemilu merupakan proses
berbagai persoalan, baik karena konten kompetisi politik untuk memperebutkan
aturannya yang tidak terlalu mendukung dukungan para pemilik kedaulatan (rakyat) agar
maupun karena faktor penegak dan budaya mereka mau mewakilkan mandat
hukum.9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun kedaulatannya, sehingga dapat menjadi
2017 tentang Pemilu merupakan dasar hukum legitimasi kepada pemenang Pemilu untuk
utama untuk menangani secara represif menjalankan kekuasaan politik kenegaraan.
pelanggaran Pemilu. Ketentuan Pasal 455 ayat Sebagai sebuah kompetisi (apalagi kompetisi
(1) dan Pasal 476, mengatur bahwa politik), proses ini sangat rawan dan rentan
pelanggaran Pemilu meliputi: pelanggaran kode terhadap praktek pelanggaran, baik dalam
etik, pelanggaran administrasi, tindak pidana bentuk kesengajaan maupun ketidaksengajaan.
Pemilu, serta pelanggaran terhadap peraturan Kerawanan praktek pelanggaran ini tidak
perundang-undangan lainnya yang bukan hanya berpotensi terjadi pada saat pelaksanaan
Pemilu, bahkan dalam proses mendesain sistem
9
Khairul Fahmi, 2015, Sistem Penanganan Pemilu pun terdapat peluang terjadinya
Tindak Pidana Pemilu, Jurnal Konstitusi, Volume 12,
Nomor 2, Juni, hal. 2 pelanggaran, dalam bentuk misalnya
6
merancang sebuah sistem Pemilu yang penyelenggaraan Pemilu, sehingga dapat
cenderung menguntungkan pihak tertentu. dilakukan koreksi (pemulihan) serta pemberian
Kerentanan dan kerawanan pelanggaran dalam sanksi kepada pelaku pelanggaran. Hal ini
Pemilu inilah yang selanjutnya memerlukan diperlukan untuk menjaga kepercayaan publik
antisipasi yang sistematis, bersifat regulatif, terhadap proses dan hasil Pemilu, sehingga
serta pengembangan budaya demokratis dan legitimasi pejabat terpilih dapat dipertahankan.
kepatuhan hukum. Frank McLoughlin Banyaknya jenis masalah hukum Pemilu
menekankan pentingnya pembuatan kerangka juga linear dengan banyaknya institusi yang
hukum yang menjamin terbentuknya Electoral terlibat dalam penanganannya. Setidaknya ada
Justice System (EJS) sebelum Pemilu sembilan institusi yang terlibat, yaitu : (1)
dilaksanakan. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
Electoral Justice System didefinisikan (DKPP), (2) Badan Pengawas Pemilu
sebagai sistem yang melibatkan perangkat dan (Bawaslu); (3) Komisi Pemilihan Umum
mekanisme untuk memastikan bahwa: setiap (KPU); (4) Kepolisian Negara; (5) Kejaksaan;
tindakan, prosedur dan keputusan terkait (6) Pengadilan Tata Usaha Negara dan
dengan Pemilu sesuai dengan ketentuan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara; (7)
perundang- undangan, melindungi atau Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi; (8)
memulihkan hak-hak elektoral, dan Mahkamah Agung; dan (9) Mahkamah
memberikan hak bagi semua pihak yang Konstitusi. Belum lagi keterlibatan Komisi
merasa dirugikan untuk mengajukan keluhan Penyiaran atau Dewan Pers untuk mengawasi
dan gugatan untuk mendapatkan keadilan.10 pemberitaan dan iklan kampanye. Sehingga,
EJS diperlukan untuk menyediakan ruang bagi setidaknya akan ada 10 institusi yang terkait
semua pihak yang menganggap adanya dengan penyelesaian masalah hukum Pemilu.
kesalahan atau pelanggaran dalam proses Secara fungsional, Bawaslu mempunyai
10
kedudukan dominan dalam penanganan
Selengkapnya McLoughlin mengungkapkan the
set of means or mechanisms available in a specific penindakan pelanggaran Pemilu sebagaimana
country (sometimes in a specific local community or even
in a regional or international context) to ensure and diatur dalam ketentuan Pasal 95 huruf a, b, dan
verify that electoral actions, procedures and decisions
comply with the legal framework, and to protect and huruf c UU Pemilu. Bawaslu berwenang
restore the enjoyment of electoral rights. An electoral menerima dan menindaklanjuti laporan yang
justice system is a key instrument of the rule of law and
the ultimate guarantee of compliance with the berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran
democratic principle of holding free, fair and genuine
elections. Lihat Oliver Joseph & Frank McLoughlin, terhadap pelaksanaan peraturan perundang-
2019, Electoral Justice System: Assessment Guide,
Stockholm, p. 9 undangan yang mengatur mengenai Pemilu,
7
memeriksa, mengkaji dan memutus pengawas menemukan dugaan pelanggaran
pelanggaran administrasi Pemilu, memeriksa, tidak melebihi 7 (tujuh) hari kerja atau apabila
mengkaji, dan memutus pelanggaran politik pelapor mengetahui dugaan pelanggaran tidak
uang. melebihi 7 (tujuh) hari kerja. Apabila temuan
Sedangkan secara kelembagaan Bawaslu dugaan pelanggaran oleh jajaran pengawas
terdiri dari Bawaslu RI, Bawaslu Provinsi dan Pemilu atau laporan yang disampaikan pelapor
Bawaslu Kabupaten/Kota yang dalam telah melebihi waktu 7 (tujuh) hari kerja, suatu
penanganan penindakan pelanggaran Pemilu temuan atau laporan dugaan pelanggaran
mengacu pada konsep teknis wewenang Pemilu telah lewat waktu atau menjadi
sebagaimana diatur dalam Undang-undang daluarsa, sehingga Bawaslu tidak berwenang
tentang Administrasi Pemerintahan, UU No. 30 untuk memeriksa dan memutusnya.11
Tahun 2014 (UU.AP) Pasal 15 ayat (1) UU.AP, Konstruksi desain sistem penegakan
yang mengatur bahwa wewenang Badan hukum pidana Pemilu hingga saat ini masih
dan/atau Pejabat Pemerintahan dibatasi oleh: sangat rumit, berlapis-lapis dan terkesan saling
masa atau tenggang waktu wewenang, wilayah mengunci sehingga sering macet/mandek.
atau daerah berlakunya wewenang, dan Desain yang saat diterapkan masih
cakupan bidang atau materi wewenang. menggambarkan sangat banyaknya pintu
Masa atau tenggang waktu wewenang birokrasi penegakan hukum Pemilu, terutama
Bawaslu untuk melakukan penanganan dalam penegakan pidana Pemilu. Hal ini
penindakan pelanggaran Pemilu terdiri dalam kurang sesuai dengan prinsip penegakan hukum
arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas Pemilu yang sederhana, cepat, dan bersifat
penanganan penindakan pelanggaran Pemilu binding. Meskipun berbagai upaya perbaikan
sejak tahapan Pemilu dimulai sampai telah dicoba, misalnya dengan memasukkan
berakhirnya tahapan Pemilu. Sedangkan Dalam unsur kepolisian dan kejaksaan dalam lembaga
arti sempit, masa atau tenggang waktu pengawas Pemilu pada tahun 2004, hingga
penanganan penindakan pelanggaran membentuk sentra-gakkumdu pada tahun 2009-
tergantung waktu ditemukannya 2019, namun tidak ada jaminan hingga mampu
perbuatan/peristiwa oleh jajaran pengawas memuluskan proses penanganan pidana Pemilu
Pemilu atau waktu diketahui terjadinya 11
Ratna Dewi Petalolo (dalam Serial Evaluasi
perbuatan/ peristiwa oleh pelapor. Bawaslu Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 : Perihal
Penegakkan Hukum Pemilu), Penanganan Penindakan
berwenang menerima, memeriksa dan memutus Pelanggaran Pemilu Oleh Bawaslu Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan
pelanggaran administrasi apabila jajaran Umum, Bawaslu, hal. 31-34
8
yang diberi jangka waktu penyelesaian yang diri sebagai pihak yang menerima bersih
sangat pendek. Dalam konteks penegakan laporan tanpa melakukan penyidikan lagi.
hukum pidana Pemilu, acapkali terjadi Padahal, sesuai Undang-Undang Pemilu,
ketidaksepahaman antar lembaga yang penyidik kepolisian yang semestinya
berwenang mengkaji dan membawa dugaan melakukan penyidikan atas telah terjadinya
pelanggaran pidana Pemilu ke pengadilan yang dugaan tindak pidana Pemilu.
mencakup Bawaslu, Penyidik, dan Penuntut. Berdasarkan dari konteks diatas,
Keberadaan Sentra-Gakkumdu12 yang bagaimanakah penanganan tindak pidana
diharapkan menjadi forum koordinasi antar Pemilu oleh Bawaslu Kabupaten Banggai dan
ketiga representasi lembaga Bawaslu, Faktor-faktor apasaja yang mendasari
Kepolisan, dan Kejaksaan sering gagal pelanggaran tindak pidana Pemilu berlanjut dan
berperan dengan baik, keputusan yang telah tidak berlanjut sampai ke Pengadilan.
diambil di forum Sentra- Gakkumdu tak jarang B. METODE PENELITIAN
kandas di proses penyidikan atau pada saat Penulis menggunakan 2 (dua) jenis bahan
proses penuntutan. hukum14 terdiri bahan hukum primer pencarian
Hanya saja, dalam pengaturan teknis dan bahan hukum menggunakan teknik penelusuran
praktiknya, Gakkumdu justru ditempatkan pustaka (library research), yakni penelusuran
sebagai institusi yang bertugas dokumen peraturan perundang-undangan.
menyelenggarakan penanganan tindak pidana Bahan Hukum sekunder yaitu buku/tekstual,
Pemilu secara terpadu.13 Pada saat yang sama, artikelxilmiah internet, jurnal-jurnal, doktrin,
juga memberi penilaian apakah bukti-bukti atau sumber-sumber lain baikxcetak maupun
dugaan tindak Pidana yang diserahkan Bawaslu online yangvberhubungan dengan penulisan
beserta jajaran telah terpenuhi atau setidak. artikel ini seperti. Bahan-bahan bacaan yang
Dalam konteks itu, dalam keadaan tertentu, ada hubungannya dengan dengan masalah
penyidik kepolisian justru hanya memosisikan hukum tindak pidana Pemilu menyangkut objek
yang diteliti yang memuat literatur dan karya
12
Institusi ini berkedudukan sebagai tempat untuk
menyamakan pandangan antar institusi yang terlibat ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang
dalam menangani tindak pidana pemilu.
13
Pasal 9 Keputusan Bersama Antara Jaksa
14
Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Dalam penelitianvini tidak digunakanaistilah
Republik Indonesia, dan Ketua Badan Pengawas “data”, tapivistilah “bahan hukum”, karena
Pemilihan Umum Nomor : 055/A/JA/VI/2008, No. Pol. : dalamspenelitian normatif tidakcmemerlukan data, yang
B/06/VI/2008, Nomor : 01/BAWASLU/KB/VI/2008 diperlukanvadalah analisis ilmiahbterhadap bahan
tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu dan Pola hukum. DalamvJhony Ibrahim, 2006, Teori dan
Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu Legislatif Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Tahun 2009. Bayumedia, hal. 268-269.
9
diteliti. Tesis, jurnal hukum, dan buku-buku 1. “Efektifitas Sentra Penegakkan Hukum
tentang tindak pidana Pemilu. Terpadu Dalam Penanganan Tindak Pidana
Penulis menggunakan penelitian hukum Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014 Di
bersifat Preskriptif, artinya penelitian yang Provinsi Riau” oleh Perancis Sihite Tesis
dimaksudkan untuk memberikan argumentasi Tahun 2015.
atas hasil penelitian. Sehingga peneliti dapat
1) Bagaimanakah efektifitas Sentra
memperoleh penilaian apakah sudah benar
Penegakan Hukum Terpadu dalam
atau salah terhadap fakta atau peristiwa hukum
penanganan tindak pidana pemilihan
mengenai Penanganan Kasus Pelanggaran
umum legislatif tahun 2014 di Provinsi
Tindak Pidana Pemilu Serentak 2019 Di
Riau?
Kabupaten Banggai.
C. TINJAUAN PUSTAKA 2) Apa saja hambatan Sentra Penegakan
Hukum Terpadu dalam penanganan
1. Orisinalitas Penelitian
tindak pidana pemilihan umum tahun
Indonesia sebagai negara hukum yang 2014 di Provinsi Riau?
demokratis Pembahasan terkait Pemilihan
Umum (PEMILU) bukan merupakan hal yang 3) Apa saja upaya yang dilakukan oleh
baru. Bangsa Indonesia sejauh ini sudah cukup Sentra Penegakan Hukum Terpadu
memilih Pemimpin Negara dan Wakil Rakyat pemilihan umum legislatif tahun 2014 di
menarik untuk dikaji, sehingga untuk menjamin Kasus Penanganan Pelanggaran Pemilu
orisinalitas atau keaslian dan juga untuk DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 di
penelitian terdahulu terkait dengan Penanganan Aji Firmantoro, SH, Tesis Tahun 2016.
10
Pemilu DPR, DPD dan DPRD di DIY 2) Bagaimana strategi yang dilakukan
tahun 2014? Bawaslu Provinsi Lampung untuk
mengoptimalkan perannya dalam
2) Apa implikasi praktek penanganan
penegakan hukum Pemilu Pada Pemilu
pelanggaran Pemilu di DIY terhadap
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
penegakan hukum Pemilu pada Pemilu
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
2014?
Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014?
3. Problematika Penegakan Hukum Tindak
Dalam penelitian diatas tidak sama
Pidana Pemilu Di Indonesia oleh Heri Joko
dengan Judul penelitian serta metode yang
Setyo, Tesis Tahun 2016.
dilakukan penulis, karena selain topiknya yang
1) Apa problematika penegakan hukum berbeda penulis juga lebih menekankan pada
tindak pidana Pemilu legislatif di Penanganan Kasus Pelanggaran Tindak
Indonesia? Pidana Pemilu Serentak 2019 Di Kabupaten
Banggai.
2) Bagaimanakah mengatasi problematika
penegakan hukum tindak pidana Pemilu 2. Teori Kepastian Hukum
legislatif di Indonesia? Kepastian Perihal (keadaan) yang pasti,
4. “Peran Badan Pengawas Pemilihan Umum ketentuan atau ketepatan. Hukum secara hakiki
Dalam Penegakan Hukum Pemilihan harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman
Umum (Studi tentang Interaksi kelakuan dan adil karena pedoman kelakuan itu
Pelanggaran Pada Pemilu Anggota DPR, wajar. Hanya karena bersifat adil dan
DPD, dan DPRD Tahun 2014 Provinsi dilaksanakan dengan Pasti hukum dapat
Lampung)” oleh Ali Sidik Tesis Tahun menjalankan fungsinya. Kepastian hukum
11
norma produk dan aksi manusia yang atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa
deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan- keamanan hukum bagi individu dari
aturan yang bersifat umum menjadi pedoman kesewenangan pemerintah karena dengan
bagi individu bertingkah laku dalam adanya aturan yang bersifat umum itu individu
bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan dapat mengetahui apa saja yang boleh
sesama individu maupun dalam hubungannya dibebankan atau dilakukan oleh Negara
dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi terhadap individu.
batasan bagi masyarakat dalam membebani Ajaran kepastian hukum ini berasal dari
atau melakukan tindakan terhadap individu. ajaran Yurisdis-Dogmatik yang didasarkan
Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan pada aliran pemikiran positivistis di dunia
tersebut menimbulkan kepastian hukum. hukum, yang cenderung melihat hukum sebagai
Kepastian Hukum secara normatif ketika sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena
suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara penganut pemikiran ini, tujuan hukum tidak
pasti karena mengatur secara jelas dan logis. lain dari sekedar terwujudnya kapastian hukum.
Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu- Kapastian hukum itu diwujudkan oleh hukum
raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalam dengan sifatnya yang hanya membuat suatu
artian ia menjadi suatu sistem norma dengan aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum
norma lain sehingga tidak berbenturan atau dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa
menimbulkan konflik norma. Kepastian Hukum hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan
menunjuk kepada peberlakuan hukum yang keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-
jelas, tetapi konsisten dan konsekuan yang mata untuk kepastian. Kepastian hukum
pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh merupakan jaminan mengenai hukum yang
keadaan-keadaanya yang sifatnya subjektif. berisi keadilan. Norma-norma yang
Kepastian dan keadilan bukanlah sekedar memajukan keadilan harus sungguh-sungguh
tuntutan moral, melainkan secara factual berfungsi sebagai peraturan yang ditaati.
mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak Menurut Gustav Radbruch keadilan dan
pasti dan tidak mau adil bukan sekedar hukum kepastian hukum merupakan bagian-bagian
yang buruk. yang tetap dari hukum. Berpendapat bahwa
Menurut Utrecht, Kepastian hukum keadilan dan kepastian hukum harus
mengandung dua pengertian, yaitu Pertama, diperhatikan, kepastian hukum harus dijaga
adanya aturan yang bersifat umum membuat demi keamanan dan ketertiban suatu Negara.
individu mengetahui perbuatan apa yang boleh Akhirnya hukum positif harus selalu ditaati.
12
Berdasarkan teori kepastian hukum dan nilai yang harus ada apabila keadilan dan
yang akan dicapai yaitu nilai keadilan dan ketentraman hendak diciptakan. Teori
kebahagiaan.15 kepastian hukum mengandung 2 (dua)
Kepastian hukum keadaan dimana suatu pengertian yaitu pertama adanya aturan yang
peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti bersifat umum membuat individu mengetahui
karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh
dalam artian tidak terdapat kekaburan norma dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum
atau keraguan (Multi tafsir) dan logis dalam bagi individu dari kesewenangan pemerintah
artian menjadi suatu sistem norma dengan karena dengan adanya aturan hukum yang
norma lain sehingga tidak berbenturan atau bersifat umum itu individu dapat mengetahui
menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan
menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang oleh negara atau individu.16
jelas, tetap, konsisten dan kosekuen, yang Kepastian hukum keadaan dimana suatu
pelaksanaanya tidak dapat dipengaruhi oleh peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti
keadaan-keadaan yang sifatnya subjectif. karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas
Kepastian hukum juga merupakan tujuan dari dalam artian tidak terdapat kekaburan norma
setiap undang-undang tersusun sedemikian atau keraguan (multi tafsir) dan logis dalam
jelasnya sehingga tidak menimbulkan artian menjadi suatu sistem norma dengan
penafsiran yang berbeda-beda. Kepastian norma lain sehingga tidak berbenturan atau
hukum memiliki kaitan erat dengan penegakan menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum
hukum. Penegakan hukum itu sendiri menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang
merupakan suatu proses untuk mewujudkan jelas, tetap, konsisten dan konsekuen, yang
keinginan-keiginan hukum menjadi kenyataan. pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh
Menurut Theo Huijebers, tujuan politik hukum keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif.
bukan hanya menjamin keadilan, melainkan Kepastian hukum juga merupakan tujuan dari
juga menciptakan ketentraman hidup dengan setiap undang-undang. Kepastian hukum
memelihara kepastian hukum. Artinya akan tercapai apabila kata dan kalimat
kepastian hukum bukan merupakan tujuan undang-undang tersusun sedemikian jelasnya
(politik) hukum, melainkan merupakan suatu sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang
15
berbeda-beda. Kepastian hukum memiliki
Universitas Medan Area
URL:http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/14 kaitan erat dengan penegakan hukum.
35/5/138400056_File5.pdf, diakses 24 Februari 2020,
16
(14.20). Ibid,. hlm. 10.
13
Penegakan hukum itu sendiri merupakan suatu Undang-Undang yang mana dalam hal ini di
proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan berikan identitas KTP (Kartu Tanda Penduduk)
hukum menjadi kenyataan.17 yang telah berusia 17 (tujuh belas) Tahun, dan
D. HASIL DAN PEMBAHASAN mempuyai hak untuk memilih, sedangkan yang
dimaksud dengan peserta Pemilu yaitu Partai
1. Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana
Politik dan perseorangan calon Anggota
Pemilu 2019 Di Kabupaten Banggai
legislatif, pasangan calon Presiden dan wakil
a. Syarat Penanganan Pelanggaran Tindak presden dan partai yang telah memenuhi
14
dimana dalam uraian tersebut terdapat waktu, Temuan/Laporan untuk ditindak lanjuti oleh
tempat, dan saksi, ataupun terlapor, tempat instansi yang berwenang, proses penanganan
kejadian lokasi dimana terjadinya suatu pelanggaran yang dilakukan adanya temuan
perbuatan/tindakan yang melanggar norma atau laporan, pengumpulan alat bukti,
ataupun aturan dalam Pemilihan Umum, bukti klarifikasi, serta penerusan hasil kajian atas
sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu temuan dan laporan kepada instansi yang
peristiwa keterangan nyata, contoh uang ini berwenang, pengkajian dan/atau pemberian
sebagai bukti dalam hal politik uang. rekomendasi19
15
menghadiri undangan seharusnya sentra keberadaan saksi maupun pelaku atau terlapor
Gakkumdu mendatangi tempat pelaku. hal ini terlihat dari kasus H Muhtar Dari, SH.
Bawaslu dalam mengetahui keberadaan saksi Pengadilan studi kasus Palu Kota yaitu:
pelaku tidak koorporatifnya dan pihak 1. Adanya kesepahaman antara Bawaslu Palu
keluarga yang tidak memberikan informasi Kota, Kepolisian, Kejaksaan yang tergabung
16
dalam Sentra GAKKUMDU dalam hal yakni: kasus pelanggaran tindak pidana
Penanganan Pelanggaran tindak Pidana kampanye diluar jadwal, kasus
Pemilu. pelanggaran masa kampanye, kasus
2. Hadirnya saksi, pelaku, terlapor, dalam hal pelanggaran masa tenang, dan kasus
undangan Klarifikasi pelanggaran pungut hitung.
3. Lanjutnya Penanganan pelanggaran Tindak 2. Kasus tindak pidana Pemilu 2019 di
Pidana Pemilu dari Pembahasan Pertama Kabupaten Banggai ditangani oleh
(persamaan pendapat syarat formil dan Bawaslu sesuai dengan ketentuan
materil) , Pembahasan Kedua (menentukan Peraturan Bawaslu Republik Indonesia
dugaan tindak pidana Pemilu), Pembahasan Nomor 7 tahun 2018 tentang penanganan
Ketiga (menyampaikan hasil Penyidikan), temuan dan laporan pelanggaran
sampai pada pembahasan keempat (upaya Pemilihan Umum dan Perbawaslu
hukum terhadap putusan) dalam sentra Republik Indonesia Nomor 31 tentang
Gakkumdu Palu Kota. Sentra GAKKUMDU, yakni mulai
4. Proaktifnya kepolisian dan kejaksaan dalam penerimaan laporan dan temuan, terkait
menangani kasus Tindak Pidana Pemilu. penelitian dengan keterpenuhan syarat
formil dan syarat materil kasus tindak
Jika kita akan menerapkan prinsip-prinsip
pidana Pemilu, menghadirkan pelapor,
keadilan dalam menangani kasus tindak pidana
saksi, pelaku untuk dimintai
pemilu kita harus mampu melakukan tindakan
klarifikasi/keterangan, pengkajian kasus
atas dasar keadilan demi terwujudnya kepastian
hingga penetapan status laporan dan
hukum.
temuan dari setiap kasus tindak pidana
PENUTUP Pemilu.
Bertolak dari hasil pembahasan, penulis 3. Dari 8 (delapan) kasus yang ditangani
menyimpulkan sebagai berikut: oleh Bawaslu Kabupaten Banggai, hasil
kesimpulan kajian menyatakan bahwa 3
1. Selama proses penyelenggaraan Pemilu
(tiga) kasus, (Hasbiallah Latuba, Ibrahim
2019 di Kabupaten Banggai, ada
Darise, SH, lima komisioner KPU
sebanyak 8 (delapan) kasus dugaan
Kabupaten Banggai) memiliki
pelanggaran tindak pidana Pemilu yang
pemahaman yang sama tidak
ditangani Bawaslu Banggai yang
terpenuhinya unsur materil, sedangkan
tergabung dalam Sentra Gakkumdu,
untuk 5 (lima) kasus hasil kajian
17
kesimpulan Bawaslu Kabupaten Banggai DAFTAR RUJUKAN
maenyatakan sudah terpenuhinya unsur Buku
tindak pidana Pemilu yang dilakukan Amsari Feri, Prosiding Konferensi Nasional
oleh pelaku/terlapor. Namun demikian, Hukum Tata Negara Ke 5 Tantangan
dari 5 (kasus) tersebut tidak satupun menjaga Daulat rakyat Dalam Pemilihan
kasus yang diteruskan ketahap Umum, Cetakan ke 1, Pusat Studi
penyidikan hingga sampai pada tahap Konstitusi ( PUSaKO) Fakultas Hukum
penuntutan. Hal ini disebabkan oleh Unversitas Andalas, Desember 2018
adanya perbedaan persepsi atau penilaian Ibrahim Harmaily dan Moh. Kusnardi, 1988,
antara pihak Bawaslu di satu sisi dan Pengantar Hukum Tata Negara
pihak jaksa dan polisi dipihak lain yang Indonesia, Jakarta: Sinar Bakti Fakultas
tergabung dalam Sentra Gakkumdu. Bagi Hukum UI.
pihak jaksa dan polisi, 5 (lima) kasus Ibrahim Jhony, 2006, Teori dan Metodologi
tersebut belum memenuhi unsur tindak Penelitian Hukum Normatif, Malang:
pidana pemilu, karena, alat bukti bukti Bayumedia.
berupa saksi dan bukti dokumen memiliki Kasim Aminuddin,2020 Relevansi dan
kualitas hukum sebagai alat bukti. Implementasi Gagasan Social Contact
4. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dari Rousseau dalam Penyelenggaraan
atau mengkondisikan 5 (lima) kasus Pemilihan Umum di Indonesia, Dalam
tindak pidana Pemilu tidak berlanjut Paradigma Hukum Ketatanegaraan
sampai ke tahap penyidikan dan Indonesia, Dalam Rangka Hari Ulang
penuntutan : Tahun ke 90 Prof Dr M Sally Lubis, SH,
a) Peraturan Bawaslu Penerbit Enam Media, Medan.
b) Perbedaan persepsi terkait alat bukti McLoughlin Oliver Joseph & Frank
c) Forum Gakkumdu bukan tugas McLoughlin, 2019, Electoral Justice
pokok polisi dan jaksa. System: Assessment Guide, Stockholm.
Petalolo Ratna Dewi (dalam Serial Evaluasi
Penulis menyimpulkan bubarkan Gakkumdu,
Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 :
senada dengan yang disampaikan oleh Titik
Perihal Penegakkan Hukum Pemilu),
Anggaraeni.20
20
Titik Anggraeni, Perludem Usul Sentra usul-sentra-gakkumdu-dibubarkan-1qyAdTgkgqr,dan
Gakkumdu Di Bubarkan Dan Setuju Usulan Perludem, http://perludem.org/2019/04/28/setuju-usulan-perludem-
Gerindra: Sentra Gakkumdu Harus Dibubarkan!Diakses gerindra-sentra-gakkumdu-harus-dibubarkan/,diakses
dariURLhttps://kumparan.com/kumparannews/perludem- tanggal 19 Februari 2021.
18
Penanganan Penindakan Pelanggaran Keputusan Bersama Antara Jaksa Agung
Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara
Pemilu Oleh Bawaslu Berdasarkan
Republik Indonesia, dan Ketua Badan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Pengawas Pemilihan Umum Nomor :
055/A/JA/VI/2008, No. Pol. : B/06/VI/2008,
Tentang Pemilihan Umum, Bawaslu.
Nomor : 01/BAWASLU/KB/VI/2008 tentang
Thomassen Jacques, 2014, Representation and Sentra Penegakan Hukum Terpadu dan Pola
Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
Accountability from Elections and
Legislatif Tahun 2009
Democracy, Oxford University Press,
Lain-Lain
United Kingdom.
Tutik Titik Triwulan, 2015, Konstruksi Hukum Titik Anggraeni, Perludem Usul Sentra
Tata Negara Indonesia Pasca Gakkumdu Di Bubarkan Dan Setuju
Amandemen UUD 1945, Prenadamedia Usulan Perludem, Gerindra: Sentra
Group, Jakarta. Gakkumdu Harus Dibubarkan!Diakses
dariURLhttps://kumparan.com/kumpara
nnews/perludem-usul-sentra-gakkumdu
Jurnal dibubarkan1qyAdTgkgqr,danhttp://perl
Didik Sukriono, 2019 Mengagas Sistem udem.org/2019/04/28/setuju-usulan-
perludem-gerindra-sentra-gakkumdu-
Pemilihan Umum Di Indonesia, Jurnal harus-dibubarkan/,diaksestanggal19
Konstitusi Pusat Kajian Konstitusi Februari 2021.
universitas Kanjuruhan Malang, Vol.II UniversitasMedanArea,URL:http://
repository.uma.ac.id/bitstream/
No 1, Jakarta. 123456789/1435/5/138400056_File5.pdf,
Khairul Fahmi, 2015, Sistem Penanganan diakses 24 Februari 2020, (14.20).
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum.
19