Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

Kapita Selekta Hukum Tata Negara


(Problematika Hukum Penerapan Presidential Threshold Dalam Pemilihan
Umum di Indonesia)

Disusun Oleh :
SUPARMAN (NIM: I2B021063)
NAJIB (NIM: I2B021056)
01 PENDAHULUAN

02 METODE
TIMELINE
03 PEMBAHASAN

04 KESIMPULAN
01 PENDAHULUAN

Pasal 9 : Pasangan capres dan


Latar Belakang cawapres diusulkan 20% DPR
atau 25% total suara nasional.

REFORMASI HUKUM Putusan MK No 14/PUUXI/2013


Pemilu Presiden dan
(perubahan UUD 1945) mengabulkan semua
cawapres dilaksanakan
TUJUAN : mendorong terbangunnya permohonan “UU No 42 Tahun
bersamaan dengan
struktur ketatanegaraan yang lebih 2008” kecuali Pasal 9 mengenai
pemilu DPR “Pemilu
demokratis “Presidential Threshold”
Serentak”
contohnya

UU No 7 Tahun 2017 Walopun terdapat UU baru,


ttg Pemilu. namun aturan terkait dengan
Menyederhanakan pemilu Pemilu juga masih mengadopsi
presiden dan wapres aturan sebelumnya
“UU No 42 Tahun 2008” terkait
“Presidential Threshold”
01 PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

1) Apakah urgensi dari pengaturan Presidensial Threshold sebagai


syarat pengajuan calon Presiden dan Wakil Presiden di
Indonesia?

2) Bagaimana Implikasi Pemilihan Umum secara serentak terhadap


konsep Presidential Threshold?.
01 PENDAHULUAN

02 METODE
TIMELINE
03 PEMBAHASAN

04 KESIMPULAN
02 METODE

Jenis Penelitian

Penelitian Hukum Doktrinal


“penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau
implementasi ketentuan hukum normatif (Undang-Undang)
dan pendekatan konsep teori-teori”

Variabel Penelitian

Kelengkapan Bahan
Normatif Data-data empirik Pemahaman konsep hukum
01 PENDAHULUAN

02 METODE
TIMELINE
03 PEMBAHASAN

04 KESIMPULAN
03 PEMBAHASAN

Urgensi dari Pengaturan Presidensial Threshold Sebagai


Syarat Pengajuan Calon Presiden Dan Wakil Presiden

secara yuridis, Pemilu di Indonesia memang dimaksudkan Tahun 2004,2009, 2014


sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat : Pilpres dilaksanakan dengan
1. Pasal 7 UUD 1945
Presiden Threshold.
2. Pasal 1 TAP MPR Nomor VIII/MPR/1973
20% Presidential
3. Pasal 1 ayat (1) TAP MPR Nomor VII/MPR/1978 Setuju Threshold itu
4. Pasal 1 ayat (1) TAP MPR Nomor IV/MPR/1983 Pemilu
rasional, sebab
maupun Pasal 1 ayat(2) TAP MPR Nomor III/MPR/1988 Serentak
yang mencalonkan
Tahun 2019 dilaksanakan presiden dan
Pemilu Serentak. wapres itu parpol
atau gabungan
Problematika parpol.
Akan terjadi Pemilu Serentak
permasalahan jika Ketentuan Presidential
Pemilu dilaksanakan Threshold yang angka 20% merujuk pada hasil
Serentak dengan menutup hak-hak pemilu DPR dan DPD tahun
mempertahankan partai politik kecil 2014 yang sudah dipergunakan
Presidential Threshold. tidak sesuai dengan pada pemilihan Presiden 2014.
Itulah yang terjadi esensi demokrasi
pada Pemilu 2024. bangsa Indonesia.
PEMBAHASAN

Analisis konsep Presidential Threshold Sebagai Syarat


Pengajuan calon Presiden dan Wakil Presiden

Pemberlakuan Presidential Threshold pada Pemilu di Tahun


2024, tidak memberikan rasa keadilan bagi para pemilih
pemula. Pemilih pemula adalah, warga negara yang baru
memiliki hak untuk memilihnya di Tahun 2024, artinya
pemilih pemula, adalah mereka yang baru beranjak dewasa,
dan di pemilu Tahun 2019, pemilih pemula belum memiliki
haknya, dan tidak memberikan suara pada prosentase
Presidential Threshold di Tahun 2024.
03 PEMBAHASAN

Implikasi Konsep Presidential Threshold dalam


Pemilu 2024

1. Menyalahi UUD 1945 tentang Sistem Presidensil

Aturan ambang batas Sistem Presidensiil :


(Presidential Threshold) Lembaga Presiden dan DPR merupakan dua institusi
dalam pemilu serentak tahun terpisah yang memiliki basis legitimasi politik yang
2019, sebagaimana diatur berbeda pula, serta antara lembaga eksekutif dan
dalam UU Nomor 7 tahun legislatif tidak saling bergantung satu sama lain,
2017 tentang Pemilu, justru sehingga tidak seharusnya pencalonan Presiden
melemahkan sistem ditentukan oleh formasi politik parlemen nasional
presidensiil di Indonesia. hasil Pemilu Legislatif. Apalagi secara mandat, dari
Presiden dan DPR tidaklah sama sehingga tidak
mungkin digabungkan.
03 PEMBAHASAN

Implikasi Konsep Presidential Threshold dalam


Pemilu 2024

2. Bertentangan Dengan Pasal 6A ayat (2) UUD 1945


Ketentuan ambang batas pencalonan Dengan adanya ketentuan Presidential
Presiden (Presidential Threshold) dalam UU Threshold, tentu membatasi hak masing-
Nomor 7 Tahun 2017, bertentangan masing partai untuk mengusulkan calon
dengan Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 Presiden, atau terpaksa partai politik
“Pasangan Capres dan Wapres diusulkan baru ikut mendukung pasangan capres
oleh Parpol atau gabungan Parpol peserta dan cawapres yang tersedia tanpa
Pemilu sebelum pelaksanaan Pemilu”. memiliki kekuatan politik untuk
menyampaikan kehendak atau aspirasi
Artinya setiap partai politik harusnya akibat posisi mereka yang tidak
dapat mengusulkan pasangan calon mengganjilkan dan tidak menggenapkan.
Presiden dan Wakil Presiden, termasuk
partai politik yang baru mengikuti
Pemilu.
03 PEMBAHASAN

Implikasi Konsep Presidential Threshold dalam


Pemilu 2024

3. Inkonsistensi MK dalam Putusan Nomor 14/PUU-XI/2013

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Putusan MK No 14/PUU-XI/2013 menimbulkan


14/PUU-XI/2013 yang mengamanatkan multi tafsir, ada yang menafsirkan Presidential
Pileg dan Pilpres diselenggarakan Threshold tidak relevan lagi, namun ada pula
serentak, namun penyelenggaraannya menyatakan Presidential Threshold sebagai open
baru dapat dilakukan di Pemilu 2019 dan legal policy pembentuk UU sebagaimana
putusan No 51- 5259/PUU-VI/2008 yang menolak
bukan di 2014, maka ini menunjukkan
pengujian Pasal 9 UU No 42 Tahun 2008
inkosisten MK.
mengenai Presidential Threshold.

Ketentuan hukum yang dapat ditangguhkan Penegasan MK : apakah masih relevan


: ketentuan hukum dalam Undang-Undang, Presidensial Threshold dilaksanakan dalam
sementara putusan pengadilan, termasuk Pemilu serentak tahun 2024 atau tidak, agar
putusan MK, tidak dapat ditangguhkan, tidak ada kebingungan hukum dalam Pemilu
harus dilaksanakan seketika itu juga. serentak tahun 2024.
03 PEMBAHASAN

Implikasi Konsep Presidential Threshold dalam


Pemilu 2024

4. Ketidakutuhan Memahami Putusan MK Nomor 14/PUU-XI/2013

Putusan MK Nomor 14/PUU-XI/2013 dari Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 menegaskan
Pengujian konstitusionalitas Pasal 9 UU bahwa seharusnya tidak ada aturan
Nomor 42 Tahun 2008, Presidential Threshold yang membatasi
”Ketentuan syarat perolehan suara parpol parpol mengajukan pasangan capres dan
untuk mengajukan pasangan capres dan cawapres
cawapres dalam pemilu serentak merupakan
kewenangan pembentuk UU dengan tetap
mendasar pada UUD 1945” dalam hal ini
DPR bersama Pemerintah (Presiden) .

Pembentuk UU Nomor 7 Tahun 2017


tidak melaksanakan ketentuan sesuai
dengan UUD 1945.
03 PEMBAHASAN

Implikasi Konsep Presidential Threshold dalam


Pemilu 2024

5. Menyalahi Hak Warga Negara dalam UUD 1945

Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1) dan Partisipasi politik warga negara
Pasal 28D ayat (3) tentang HAM adalah merupakan wujud pelaksanaan Pasal 28
wujud dari pelaksanaan kedaulatan E ayat (3) UUD 1945
rakyat.

Kewenangan setiap Parpol peserta Presiden Threshold bukan merupakan


Pemilu untuk mengusulkan pasangan kebijakan yang logis dan benar untuk
capres dan cawapres merupakan wujud melakukan pembatasan hak asasi warga
implementasi Hak Asasi Warga Negara. negara meskipun terdapat aturan
konstitusional pada Pasal 28 J ayat (2)
01 PENDAHULUAN

02 METODE
TIMELINE
03 PEMBAHASAN

04 KESIMPULAN
04 KESIMPULAN

1. Urgensi Presidential Threshold termasuk dalam open legal policy karena dalam Pasal
6A ayat (2) dan Pasal 22E ayat (6) UUD 1945 tidak mengatur dan memberikan batasan
bagi siapapun yang ingin mencalonkan diri sebagai capres dan cawapres.

2. Implikasi Pemilu Serentak terhadap konsep presidential threshold merupakan suatu hal
yang tidak mungkin atau diluar rasional. Adanya Presidential Threshold menimbulkan
implikasi yuridis yakni:
a. Menyalahi UUD 1945 tentang Sistem Presidensil,
b. Bertentangan dengan Pasal 6A ayat (2) UUD 1945
c. Inkonsistensi dan ketidakutuhan pemahaman Putusan MK No 14/PUU-XI 2013
d. Menyalahi Hak Warga Negara dalam UUD 1945

Anda mungkin juga menyukai