Anda di halaman 1dari 22

POLEMIK PRESIDENTIAL

THRESHOLD PADA PEMILU


TAHUN 2024

MATERI KULIAH
HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGENALAN SISTEM
PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL
 Sistem pemerintahan (sispem) presidensial semula diterapkan oleh
negara Amerika Serikat, sehingga sering disebut sebagai asal mula
lahirnya sistem pemerintahan ini .
 Menurut Konstitusi Amerika Serikat, Presiden memiliki kekuasaan
yang cukup besar dalam bidang pemerintahan (kepala pemerintahan/
head of government), Presiden bukan merupakan bagian dari lembaga
parlemen, dan ia dipilih secara langsung oleh rakyat selama 4 tahun
sekali.
 Sistem pemerintahan Amerika Serikat ini dikembangkan dari ajaran
Trias Politika dengan model pemisahan kekuasaan (separation of power)
 Menurut Bagir Manan (2003 : 48 – 49) sistem pemerintahan
presidensial Amerika Serikat tersebut bercirikan :
1. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan yang ber-
tanggung jawab, selain sebagai wewenang konstitusional yang
bersifat prerogatif dan biasanya melekat pada jabatan kepala
negara
2. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan
rakyat (conggres), karenanya tidak dapat dikenakan mosi tidak
percaya oleh conggres
3. Presiden tidak dipilih dan diangkat oleh conggres. Dalam
prakteknya langsung dipilih oleh rakyat, walaupun secara formal
dipilih oleh badan pemilih (electoral college)
4. Presiden memangku jabatan empat tahun (fixed) dan hanya
dapat dipilih untuk dua kali masa jabatan berturut-turut
5. Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatan melalui
impeachment, karena melakukan pengkhianatan, menerima
suap, melakukan kejahatan berat, dan pelanggaran lainnya
 Menurut Mahfud MD (2000 : 74) :
1. Kepala negara menjadi kepala pemerintahan
2. Pemerintah tidak bertanggung jawab kepada
parlemen (DPR)
3. Menteri-menteri diangkat dan bertanggung
jawab kepada Presiden
4. Eksekutif dan legislatif sama-sama kuat
 Menurut Jimly Asshiddiqie (2007 : 316 ) :
1. Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara
cabang kekuasaan eksekutif dan legislatif
2. Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan
eksekutif presiden tidak dapat dibagi dan yang ada
hanya presiden dan wakil presiden saja
3. Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala
negara atau sebaliknya kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan
4. Presiden mengangkat para menteri sebagai
pembantu presiden atau sebagai bawahan yang
bertanggung jawab kepadanya
5. Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan
eksekutif dan demikian pula sebaliknya
6. Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa
parlemen
7. Jika dalam sistem parlemen berlaku supremasi
parlemen, maka dalam sistem presidensial berlaku
supremasi konstitusi. Karena itu pemerintahan
eksekutif bertanggung jawab kepada konstitusi
8. Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada
rakyat yang berdaulat
9. Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat seperti
dalam sistem parlementer yang terpusat pada
parlemen.
Ciri-ciri umum sispem presidensial :
 Presiden adalah sbg kepala pemerintahan sekaligus
merangkap sbg kepala negara,
Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
jangka waktu tertentu,
Presiden mengangkat para Menteri, dan Menteri itu
bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kpd
Presiden,
 Presiden mempunyai kedudukan yang sama kuat dng
DPR, sehingga keduanya tdk bisa saling menjatuhkan.
Ketentuan-ketentuan UUD NRI Thn 1945
(Perubahan) yang mengatur tentang
sistem pemerintahan presidensial :
o Pasal 4 (1) : Presiden RI memegang kekuasaan
pemerintahan menurut UUD
o Pasal 6A (1) : Presiden dan Wakil Presiden dipilih dlm
satu pasangan secara langsung oleh rakyat
o Pasal 7 : Presiden dan Wakil Presiden memegang
jabatan selama 5 tahun, dan sesudahnya dpt dipilih
kembali dlm jabatan yang sama, hanya utk 1 kali masa
jabatan
o Pasal 7A : Presiden dan/atau Wakil Presiden dpt
diberhentikan dlm masa jabatannya oleh MPR atas
usul DPR, baik apabila terbukti tlh melakukan
pelanggaran hukum berupa
a. Pengkhianatan thd negara,
b. Korupsi,
c. Penyuapan,
d. Tindak pidana berat lainnya,
e. Perbuatan tercela, dan
f. Apabila terbukti tdk lagi memenuhi syarat sbg
Presiden dan/atau Wakil Presiden
oPasal 7C : Presiden tdk dpt membekukan
dan/atau membubarkan DPR
o Pasal 17 (1) : Presiden dibantu oleh
Menteri-menteri negara
o Pasal 17 (2) : Menteri-menteri itu
diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden.
PEMILIHAN UMUM PRESIDEN RI
o Pasal 6A ayat (1) UUD NRI Thn 1945 : Presiden dan Wakil Presiden dipilih
dlm satu pasangan secara langsung oleh rakyat
o Pasal 6A ayat (3) UUD NRI Thn 1945 : Pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari
jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen
di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di
Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
o Pasal 6A ayat (4) UUD NRI Thn 1945 : Dalam hal tidak ada pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang
memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara
rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
o Ketentuan Pasal 416 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum : Pasangan calon terpilih adalah Pasangan Calon
yang memperoleh suara lebih dari 50 % (lima puluh persen) dari
jumlah suara dalam pemiliham umum Presiden dan Wakil Presiden
dengan sedikitnya 20 % (dua puluh persen) suara di setiap provinsi
yang tersebar di lebih dari ½ (setengah) jumlah provinsi di Indonesia.
o Pasal 7 UUD NRI Thn 1945 : Presiden dan Wakil Presiden memegang
jabatan selama 5 tahun, dan sesudahnya dpt dipilih kembali dlm
jabatan yang sama, hanya utk 1 kali masa jabatan
PRESIDENSIAL THRESHOLD
Ketentuan Pasal 6A (2) UUD NRI Thn 1945 : Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh
parpol atau gabungan parpol peserta pemilu sebelum pelaksanaan pemilu.
Ketentuan pasal inilah yang merupakan cikal bakal diterapkannya ambang batas bagi persyaratan
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden (presidensial threshold) , yang selanjutnya diatur dalam
Undang-undang.
Pasal 5 ayat (4) UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden :
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang memperoleh sekurang-kurangnya 15 % (lima belas persen) dari jumlah kursi
DPR atau 20 % (dua puluh persen) dari perolehan suara sah secara nasional dalam Pemilu anggota DPR.
Ketentuan Pasal 101 UU Nomor 23 Tahun 2003 : Khusus untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun
2004 partai politik atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan perolehan suara pada Pemilu
anggoat DPR sekurang-kurangnya 3 % (tiga persen) dari jumlah kursi DPR atau 5 % (lima persen) dari
perolehan suara sah secara nasional hasil Pemilu anggota DPR tahun 2004 dapat mengusulkan Pasangan
Calon.
Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004 yang diikuti 5 calon pasangan Presiden dan Wakil
Presiden, dan dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla dalam
putaran kedua
Ketentuan Pasal 9 UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden : Pasangan Calon diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan
kursi paling sedikit 20 % (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau
memperoleh 25 % (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam
Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden.
Ketentuan Pasal 9 UU Nomor 42 Tahun 2008 ini digunakan untuk Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 yang diikuti 3 pasangan calon yang
dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyoyno dan Budiono
dalam sekali putaran.
Ketentuan Pasal 9 UU Nomor 42 Tahun 2008 ini juga digunakan dalam
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2014 yang diikuti oleh 2
pasangan calon dan dimenangkan oleh Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf
Kalla
Ketentuan Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum : Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan
Partai Politik peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan kursi paling
sedikit 20 % (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau
memperoleh 25 % (dua puluh lima persen) dari suara sah secara
nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya.
Ketentuan Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 ini digunakan untuk
pemilihan umum anggota-anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
Kabupaten/Kota serta pemilihan umum Calon Presiden dan Wakil
Presiden secara serentak pada tahun 2019. untuk Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden diikuti oleh 2 pasangan calon yang kemudian
terpilih adalah pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin.
Ketentuan yang sama, kemungkinan besar akan
digunakan kembali pada Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2024 jika tidak ada perubahan terhadap
UU Nomor 7 tahun 2017 baik melalui legislative review
maupun judicial review atau juga melalui political
review yakni melalui gerakan seluruh kekuatan politik
baik yang ada di partai politik, organisasi kemasyarakatan
(ORMAS), lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai
bagian dari infra struktur politik, dan seluruh komponen
masyarakat sebagai bagian dari sub struktur politik
dalam sistem politik yang dianut Indonesia

Keberadaan Pasal 6A ayat (2) UUD NRI Thn 1945 ini secara
teoritis dan praktis dapat mengaburkan sistem pemerintahan
presidensial murni. Hal inilah yang dapat menyebabkan
hubungan antara Presiden dengan DPR yang dikuasai partai-
partai politik senantiasa akan diwarnai dengan interaksi
bagaimana Presiden berhubungan dengan DPR dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya yang dapat mempengaruhi
kestabilan dan efektivitas jalannya pemerintahan terutama dalam
negara-negara yang menganut sistem multi partai. Sehingga
nuansa sistem pemerintahan parlementer juga akan mewarnai
berjalannya sistem pemerintahan presidensial ini, meskipun tidak
sampai saling menjatuhkan antar kedua lembaga negara ini.
Demikian pula halnya dengan proses pencalonan pasangan
Calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan menjadi tarik
menarik atau tawar menawar antar partai politik bila tidak
memenuhi syarat minimal 20 % dari seluruh anggota DPR
atau 25 % dari suara partai-partai politik tersebut yang
diraihnya dalam Pemilu anggota DPR.
Di samping itu dapat menimbulkan kekuatan politik oligarkhi
yang akan mempengaruhi pencalonan pasangan Presiden
dan Wakil Presiden, terlebih-lebih terlibatnya kekuatan
ekonomi yang mempunyai kepentingan politik ekonomi
dalam pusaran proses pencalonan Presiden dan pasangannya
ini.
Di lain pihak ketentuan Pasal 6A ayat (2) UUD NRI Thn 1945 ini,
dapat pula dianggap merupakan penyimpangan (deviasi)
ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Thn 1945 yang menegaskan
bahwa “Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”. Sehingga ketentuan Pasal 6A
ayat (2) ini bisa ditafsirkan menjadi nilai semantik dari konstitusi,
yakni konstitusi itu dijadikan alat bagi rezim penguasa untuk
melayani dan melindungi kepentingan rezim penguasa tersebut.
Seyogianya prinsip kedaulatan rakyat ini murni dilaksanakan
oleh rakyat itu sendiri terlebih-lebih dalam memilih calon-calon
pemimpin bangsa seperti Presiden dan Wakil Presiden tanpa
dimonopoli atau disekat hanya melalui wadah partai politik saja.
Bila dimaksudkan partai politik adalah sebagai wadah
rekruitmen calon pemimpin bangsa. Namun seharusnya
diberikan pula kesempatan yang sama pada wadah-wadah
organisasi sosial lainnya yang juga kompeten sebagai wadah
pelatihan dan rekruitmen calon pemimpin bangsa seperti
Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) untuk bisa mencalonkan kader-kader
bangsa terbaik untuk menjadi pemimpin bangsa seperti
dalam jabatan Presiden dan Wakil Presiden melalui jalur
independen atau perseorangan, sebagai implementasi
ketentuan lebih lanjut Pasal 28, Pasal 28C ayat (3), Pasal 28D
ayat (3), dan Pasal 28E ayat (2) UUD NRI Thn 1945.
Keinginan di atas sudah tentu harus melalui jalan
Perubahan UUD NRI Thn 1945 khususnya terkait
dengan ketentuan Pasal 6A ayat (2) UUD NRI Thn 1945
ini. Sehingga rakyat akan mempunyai banyak pilihan
untuk menentukan hak pilihnya, sekaligus berperan
sebagai penyeimbang kekuatan dan pengaruh politik
terhadap partai-partai politik.
SEMOGA PERUBAHAN UUD NRI THN 1945 SEPERTI
DIINGINKAN DI ATAS DAPAT TERWUJUD.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai