DAN CAWAPRES
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Publik
Dosen pengampu :
YUSRAN FAHMI, S.IP,M.AP
Oleh:
Nama: Shalihah
Npm: 212308106
Lokal: 5 C reguler
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah kebijakan
Publik yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat Makalah ini
sebagai salah satu acuan serta menjadi sumber belajar.
Akhir kata, kami menyadari bahwa dalam Makalah yang telah penulis
selesaikan masih terdapat kesalahan baik dari segi Bahasa, tulisan, maupun
kalimat yang kurang tepat dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari Dosen serta semua kalangan pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah yang akan kami tulis
selanjutnya.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Perhelatan politik lima tahunan merupakan simplikasi demokratisasi
dalam sebuah negara, atau lebih dikenal sebagai instrumen formil demokrasi.
Di dalam arena tersebut mengisyaratkan rotasi kekuasaan yang diyakini
sebagai bagian dari representasi kepentingan rakyat. Kontestasi politik yang
tinggal beberapa bulan lagi, tepatnya 14 Februari 2024, telah memacu
atmosfer politik semakin terasa bergelombang di antara para kontestan
ataupun konfigurasi partai politik (parpol). Parpol diberikan legitimasi
konstitusional untuk menjadi institusi rekrutmen jabatan-jabatan kenegaraan
termasuk Presiden dan Wakil Presiden.
Orkestrasi pencalonan Presiden dan Wakil Presiden menjadi potret
elektoral bagi parpol pengusung ataupun pendukung dalam rangka
meyakinkan rakyat untuk menentukan pilihannya. Parpol dan/atau gabungan
parpol dituntut mereka-reka strategi jitu dalam rangka menemukan formulasi
pasangan capres-cawapres. Saling-silang di antara parpol dalam menentukan
koalisi untuk memenuhi presidential threshold sebagai tiket menuju
perhelatan 2024 semakin dinamis. Bahkan, terkesan telah terjadi turbulensi
politik hingga dramatisasi penegakan hukum yang terjerembap dalam skema
aura pemilihan presiden dan wakil presiden. Di tengah tarik ulur pendaftaran
pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada
Oktober ini terdapat atmosfer politik yang menakjubkan, yaitu proses
pengujian batas minimal usia capres dan cawapres di Mahkamah Konstusi
(MK). Menjelang batas akhir pendaftaran capres-cawapres, publik
dikejutkan oleh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dinilai
kontroversial.
Dalam putusan tersebut, MK memutuskan bahwa kepala daerah di
bawah usia 40 tahun dapat mengajukan diri sebagai calon presiden atau calon
wakil presiden, asalkan mereka pernah atau sedang menjabat sebagai kepala
daerah. Putusan ini buntut dari JR UU No.7/2017 mengenai pemilu
4
5
terkait batas usia capres cawapres dan diajukan oleh seorang mahasiswa
Universitas Sebelas Maret (UNS) bernama Almas Tsaqibbirru.
B. Rumusan Masalah
1. Apa perubahan pada Undang-Undang nomor 7 tahun 2017?
2. Apa alasan dari perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya pro dan Kontra terhadap perubahan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017?
C. Tujuan makalah
1. Untuk mengetahui perubahan pada Undang-Undang nomor 7 tahun 2017.
2. Untuk memahami alasan dari perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun
2017.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pro dan Kontra terhadap perubahan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017.
BAB II
PEMBAHASAN
6
7
Jika ditelusuri dari original intent dalam risalah perubahan UUD 1945,
mayoritas pengubah UUD 1945 atau fraksi di MPR berpendapat usia minimal
presiden adalah 40 tahun. Namun, dengan alasan persoalan usia di kemudian
hari dimungkinkan adanya dinamika dan tidak ada patokan yang ideal,
pengubah UUD sepakat untuk menentukan persoalan usia diatur dengan
undang-undang. Artinya, penentuan usia minimal presiden dan wakil presiden
menjadi ranah pembentuk undang-undang. Berkaitan dengan persyaratan batas
minimal usia capres dan cawapres, penting untuk memperhatikan berbagai
putusan MK mengenai batas usia bagi pejabat publik seperti calon kepala
daerah, pimpinan KPK, hakim konstitusi, usia pensiun hakim ad hoc yang
sepenuhnya merupakan kewenangan pembentuk undang-undang (open legal
policy), Suatu norma yang merupakan open legal policy atau kewenangan
pembentuk undang-undang bisa menjadi persoalan konstitusionalitas dengan
pertimbangan hukum sebagai berikut:
1. jika tidak merupakan hal yang melampaui kewenangan pembuat undang-
undang dan tidak merupakan penyalahgunaan kewenangan, serta nyata-nyata
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UUD 1945, maka pilihan
kebijakan demikian tidak dapat dilakukan pengujian oleh MK;
2. produk legal policy pembentuk undang-undang tidak dapat dibatalkan kecuali
jelas-jelas melanggar moralitas, rasionalitas, dan ketidakadilan yang
intolerable;
3.Jika pada pokoknya tidak menimbulkan problematika kelembagaan yaitu
tidak dapat dilaksanakan, menyebabkan kebuntuan hukum, dan menghambat
pelaksanaan kinerja lembaga negara yang bersangkutan yang pada akhirnya
menimbulkan kerugian konstitusionalitas bagi warga negara, maka tidak
dilarang dan tidak bertentangan dengan UUD 1945;
4. berkaitan dengan usia minimal dan maksimal pengisian jabatan publik tidak
secara eksplisit bertentangan dengan konstitusi, namun bila secara implisit
normanya menimbulkan persoalan ketidakadilan dan bersifat diskriminatif
dikaitkan dengan persyaratan yang bersifat substantif, misalnya terkait dengan
yang pernah atau sedang menjabat dan mempunyai rekam jejak yang baik
berkaitan dengan integritas.
10
putusan hukum MK kali ini berdampak besar pada nama baik MK dan hukum
Indonesia.
Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) memandang pro
dan kontra atas putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal capres-cawapres
yang belum berusia 40 tahun bisa maju asal kepala daerah berpengalaman,
adalah hal yang sah-sah saja. LMND menyebutkan fokus pihaknya di masa
pemerintahan periode mendatang adalah mendorong masalah-masalah
pendidikan di Tanah Air teratasi dengan baik. "(Pro-kontra) sah-sah saja
sesuai dengan kepentingan politik mereka pada pemilu 2024. Saya hanya
menekankan siapapun pasangan capres dan cawapres yang dinyatakan lolos
oleh KPU, harus berkompetisi secara manipolis dan mengedepankan politik
gagasan," ucap Ketua Umum LMND, Muhammad Asrul, kepada wartawan,
Rabu (18/10/2023).
Masalah global dan nasional yang dimaksudnya adalah geopolitik
global yang memanas, krisis pangan dan energi di depan mata, bonus
demografi, persoalan pendidikan, pengangguran, disrupsi teknologi, krisis air
bersih di beberapa daerah, ketimpangan sosial, kenaikan harga kebutuhan
pokok, krisis lingkungan, masalah stunting. "Di atas segalanya, kehidupan
demokrasi politik hari ini tidak bisa dijauhkan dari urat nadi penderitaan
rakyat," imbuh Asrul. Oleh sebab itu dia menekankan kepentingan organisasi
yang dipiminya adalah memastikan pemimpin ke depan memiliki program
terkait masalah pendidikan nasional. "Kepentingan LMND dalam politik 2024
adalah mendorong manifesto pendidikan nasional sebagai jalan keluar atas
persoalan pendidikan nasional, dan akan ditawarkan kepada para calon
presiden dan wakil presiden termasuk para calon legislatif dan kepala daerah,"
ungkap dia.
Asrul menyebut kelompok yang kontra dengan putusan MK, akan
mengaitkan putusan dengan sosok anak sulung Presiden Joko Widodo
(Jokowi) yang juga Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka. Namun Asrul
menyebut dirinya belum mendengar dan membaca Gibran menyatakan
kesediaan sebagai cawapres sejauh ini. "Perspektif pertama menanggapi
putusan MK ini dianggap syarat atas kepentingan politik kekuasaan, lantaran
13
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15