Anda di halaman 1dari 4

Nama : Arif Akbar Kurnia

NIM : 20/461520/HK/22538
No. Presensi : 93
Kelas :C

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS HUKUM
UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2020/2021

MATA KULIAH : Hukum Tata Negara (A, B, C, D)


WAKTU PUBLIKASI SOAL : Selasa, 6 April 2021 (08.00 WIB)
WAKTU PENGUMPULAN JAWABAN : Selasa, 6 April 2021 (10.00 WIB)
DOSEN : Tim Pengajar Bagian HTN FH UGM
PETUNJUK KHUSUS :
a. Tulis Identitas Saudara di kanan atas.
b. Jawablah semua pertanyaan ujian ini langsung di bawah soal yang diberikan.
c. Sifat Ujian Tengah Semester ini adalah UJIAN terbuka analisis kasus.
d. Waktu pengerjaan adalah 120 menit
e. Unggah lembar ini beserta jawaban Anda melalui simaster
f. Format penamaan file jawaban dari mahasiswa yang diunggah ke melalui
simaster adalah sebagai berikut: No.Presensi (sesuai kartu ujian)_NIU (6
digit)_Nama Mahasiswa_Mata Kuliah_Kelas (Contoh:
25_456789_Superman_HTN_C)
g. Bagi kelas yang diwajibkan mengumpulkan tugas pada saat ujian, silakan
kumpulkan tugas di bagian “tugas” di simaster.

Kesepakatan politik pada saat amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia 1945 (UUD NRI 1945) pada tahun 1999-2002 adalah tidak mengubah
pembukaan UUD NRI 1945 serta tidak mengubah bentuk negara kesatuan. Namun
demikian, konstitusi hanya menyebutkan ketentuan tidak boleh diubahnya bentuk
negara di dalam Pasal 37 ayat (5) yang berbunyi, “Khusus mengenai bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”**** tanpa
menyebutkan tidak boleh diubahnya pembukaan UUD NRI 1945. Dengan kata lain,
tidak ada aturan hukum tertulis di dalam UUD NRI 1945 yang melarang perubahan
pembukaan UUD NRI 1945.

Pertanyaan:
1. Dengan tidak adanya ketentuan mengenai tidak dibolehkannya mengubah
pembukaan UUD NRI 1945 di dalam pembukaan maupun pasal UUD NRI 1945,

Page 1 of 4
apakah berarti dimungkinan melakukan perubahan mengenai pembukaan UUD NRI
secara hukum? Jelaskan! (100 kata). 10 poin

2. Jika kesepakatan politik di dalam amandemen selanjutnya (yang akan datang)


menyepakati diubahnya bentuk negara kesatuan, apakah secara hukum dimungkinan
melakukan perubahan tersebut dengan adanya ketentuan Pasal 37 ayat (5) UUD
NRI? Jelaskan! (100 kata). 10 poin

3. Dapatkah kesepakatan politik anggota dewan menjadi sumber Hukum Tata


Negara? Jelaskan! (100 kata). 10 poin

Jawab:

1. Walaupun tidak ditemukan ketentuan mengenai tidak dibolehkannya mengubah


pembukaan UUD NRI 1945 di dalam pembukaan maupun pasal UUD NRI 1945
tidak diperbolehkan melalukan perubahan mengenai pembukaan UUD NRI.
Alasannya, pembukaan UUD NRI adalah grundnorm yang mengandung dasar dan
tujuan didirikannya bangsa Indonesia secara yang memuat faktor filosofis,
sosiologis, historis, dan normatif yang mendasari isi dari UUD NRI. Selain itu, di
dalam pembukaan UUD tertuang penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar
ideologi bangsa sehingga perubahan tidak diperbolehkan karena sama saja
mengganti konstitusi (membubarkan apa sebenarnya yang dimaksud dalam UUD
1945). Oleh karena itu, walaupun tidak tertulis dalam Pasal UUD NRI 1945,
mengubah pembukaan UUD NRI 1945 tidak dapat disahkan karena alasan filosofis,
sosiologis, historis, dan normatif, sebagaimana acuan sumber hukum itu tidak
terbatas apa yang tertulis, tetapi apa meliputi faktor-faktor tersebut.
2. Ya, dimungkinkan terjadinya perubahan bentuk negara kesatuan. Hal ini
disebabkan bahwa segala hal yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara itu dinamis seperti yang digambarkan dalam siklus Polybius. Apalagi,
dalam praktiknya di Indonesia terjadi inkonsistensi sebenarnya. Seolah-olah
negara kesatuan hanya sebatas jargon saja. Contohnya, dalam pemberian
kewenangan terhadap daerah-daerah untuk mengurus wilayahnya menunjukkan
bahwa negara kesatuan bukanlah yang sebenar-benarnya ideal bagi negara
Indonesia. Banyak wilayah yang berlatarbelakang budaya, hukum, historis yang
berbeda seperti Aceh, Bali, Papua yang sebenarnya mereka tidak dapat disamakan
menjadi satu kesatuan utuh dengan daerah-daerah lainnya. Oleh karena itu,
dimungkinkan terjadi perubahan bentuk negara untuk mengatasi keabu-abuan
bentuk negara dengan praktiknya akibat traumatik sejarah untuk menjawab
perubahan dan kebutuhan.
3. Ya, kesepakatan politik dewan dapat menjadi sumber Hukum Tata Negara.
Kesepakatan itu terbentuk didasari hukum yang membentuk dalam kesepakatan
itu dan hukum apa yang dibentuk sebagai akibat dari kesepakatan politik itu

Page 2 of 4
sehingga kesepakatan politik dewan akan memengaruhi pandangan dan aktivitas
ketatanegaraan negara akibat dari tujuan apa yang telah disepakati dan ingin
dicapai dalam kepentingan tersebut. Oleh karena itu, kesepakatan menjadi sumber
yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan.

Indonesia menganut sistem presidensil dimana presiden dipilih langsung oleh rakyat,
dan bukan oleh parlemen, meskipun untuk dapat dicalonkan menjadi calon presiden,
seseorang haruslah mendapat dukungan dari partai politik. Setelah terpilih menjadi
presiden, presiden memiliki hak prerogatif untuk membentuk kabinet, termasuk
menunjuk menteri dan wakil menteri jika dibutuhkan. Namun demikian, tidak jarang
kita melihat menteri dan/ atau wakil menteri yang berasal dari partai politik pendukung
presiden (koalisi). Lebih lanjut, penunjukkan pejabat publik pun sering disertai dengan
pesertujuan DPR melalkui mekanisme fit and proper test yang dilakukan oleh DPR
(parlemen).

Pertanyaan:
4. Apakah hal ini berarti Indonesia dalam praktiknya telah menerapkan ciri-ciri
parlementer? Evaluasi lah penerapan sistem presidensil di Indonesia, bandingkan
dengan sistem parlementer. (100 kata). 10 poin

5. Jelaskan menurut Anda, apa urgensi dan/atau relevansi calon presiden harus
diajukan oleh partai politik di dalam sistem presidensil? Mengapa tidak dimungkinkan
adanya calon presiden independen seperti dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada),
selain bahwa Pasal 6 ayat (2) UUD NRI 1945? (100 kata). 10 poin

Jawab:
4. Ya. Dalam hal itu Indoensia secara tidak langsung telah menerapkan ciri-ciri
parlementer karena yang menguasai dalam parlemen adalah partai politik
koalisinya. Dalam hal ini, pengaruh partai politik sangat kuat. Selain itu adanya
hubungan eksekutif dengan legislatif menunjukkan pula sistem pemerintahan
parlementer. Seharusnya jika Indonesia menerapkan sistem presidensiil maka
terjadi pemisahan eksekutif dengan legislatif secara jelas. Dalam lingkun
pembuatan peraturan perundang-undangan sekalipun terjadi hubungan eksekutif
dengan legislatif. Bahkan, eksekutif pun dapat membuat peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, Indonesia dalam praktiknya menerapkan ciri-ciri
parlementer.
5. Urgensi dari calon presiden harus dijauhkan dari partai politik adalah untuk
mencegah oligarkis. Bahwa partai politik untuk mencapai demokrasi pun hanya
sebatas jargon. Dalam hal ini, partai politik selalu beusaha mempertahankan

Page 3 of 4
reputasinya sehingga aktor yang menjadi presiden tidak tentu aktor yang murni
igin menjadi presiden tetapi dicalonkan oleh partai politiknya karena dianggap bisa
menang segingga sekalipun ketika menang pemimmpin (presiden) akan
dipengaruhi ideologi politiknya, ada tuntutan kepentingan partai politik yang harus
dipenuhi. Sementara itu independensi memberikan kemerdekaan dalam
bertindak, mengambil keputusan (lebih polar). Oleh karena itu, presiden yang
independen justru memberikan kebebasannya, tidak ada tuntutan partai politik
dari koalisinya yang harus dipenuhi sehingga oligarkis tidak akan semengerikan
dengan adanya partai politik.

Page 4 of 4

Anda mungkin juga menyukai