Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yunus Fatulloh

NPM : 170810200029
Matkul : Perubahan Politik

Perbandingan Kekuasaan Legislasi Indonesia dengan Amerika

Berbicara mengenai sebuah Negara, tentunya tidak terlepas dengan sebuah


permasalahan oleh problematika Politik yang sejatinya akan terus berkembang dari masa ke
masa. Karena pada dasarnya, Politik merupakan suatu alat yang selama ini ada dalam
kehidupan sehari hari serta sering kali menjadi kendaraan untuk kepentingan kelompok
maupun individu yang mempunyai ambisi untuk mencapai kesuksesan apa yang di cita citakan
pada sebagian orang diluar sana. Disisi lain, dapat dikatakan bahwa Politik adalah salah satu
cara untuk mengambil sebuah proses untuk mengambil keputusan dalam menanggapi
persoalan persoalan yang akan diambil, serta bagaimana permasalahan politik dalam suatu
negara pun dapat dipecahkan karena pada dasarnya Politik itu akan terus berkembang serta
berubah ubah dalam sebuah prosesnya. Nah terkait adanya perubahan, sejatinya politik itu
mempunyai makna dalam segi Perubahan Politik nya menurut para ahli.

Perubahan Politk adalah suatu kewajiban atau keharusan, mengapa demikian? Karena
disetiap perubahan tentunya selalu ada problem yang menciptakan sebuah masalah, oleh karena
itu Perubahan Politik ini lah yang akan menkoreksi dimana letak permasalahan dan
menciptakan pola pola perbaikan untuk kedepannya. Para ahli telah mendefiniskan terkait
Perubahan Politik, Perubahan Politik dapat ditimbulkan oleh konflik kepentingan dan gagasan
atau nilai-nilai baru (Surbakti,1992:246). Ada pula definisi secara rinci menurut seorang ahli,
yaitu (Tom Bottomore 1992:82), Pengenalan teknologi baru, perdagangan atau perang, kudeta
pengadilan, dinasti, kekuatan raja yang cukup atau tidak kompeten, atau munculnya pemimpin
politik yang sangat berbakat, gerakan budaya dan intelektual yaitu dapat menyebabkan
perubahan besar. Pasang surut kelompok sosial tertentu, termasuk elit yang menunjukkan
kepentingan sosial yang berbeda contohnya, salah satu bentuk utama konflik adalah perang.
Kelahiran banyak negara baru disebabkan oleh perang, termasuk perang anti-kolonial negara-
negara jajahan dan perang saudara. Tidak terlepas dari beberapa faktor tentunya dalam masa
Perubahan Politik ini, salah satu contohnya yaitu konflik kepentingan yang bersifat moderat
sehingga berdampak adanya perubahan dalam sistem ataupun kebijakan yang mendasar.
Sebenanrnya yang perlu kita ketahui adalah Negara Indonesia dengan Amerika Serikat
memiliki persamaan dalam sistem pemerintahannya, persamaan yang dapat dilihat adalah
dengan sistem pemerintahannya Presidensial yang mempunyai cabang otoritas sehingga
menjadi pemisah kekuasaan yang sudah umum di dalam sistem Presidensialnya, adalah suatu
persamaan yang digunakan dalam sistem pemerintahan baik Indonesia maupun Amerika
Serikat. Di sisi lain, Indonesia dengan Amerika Serikat juga merupakan negara yang
mempunyai bentuk kesamaan dalam parlemennya yaitu sistem perwakilan yang terdiri dari dua
kamar (cembers), karna Indonesia dan Amerika merupakan negara yang berbasis hukum dan
demokrasi, tentu saja tidak terlepas dari permasaan antara Indonesia dengan Amerika, dan yang
tidak bisa dilupakan juga tentunya pasti ada sisi dalam setiap perbedaannya.

A. Kekuasaan Legislasi di Indonesia


Menyoal permasalahan terkait Legislasi, harus kita ketahui dulu tentunya dalam masa Legislasi
di negara Indonesia memiliki tiga tahapan dalam kekuasaannya, yaitu yang pertama pada saat
sebelum Amandemen UUD 1945, yang kedua pada saat pasca Amandemen UUD 1945, dan
yang ketida pada era Post Truth. Dan disini saya akan menulis tiga kekuasaan legislasi tersebut
secara ringkas dalam hasil bacaan dan sumber yang saya dapat.

1. Legislasi Sebelum Amandemen UUD 1945


Perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa, Undang Undang Dasar 1945 merupakan sebuah
konstitusi Indonesia yang tercipta atas hasil capaian kesepakatan secara bersama oleh seluruh
rakyat Indonesia. Undang Undang Dasar 1945 ini diterapkan atas dasar pengesahan atau
sebuah legitimasi kedaulatan warga negara Indonesia yang membuat Undang Undang 1945 ini
menjadi sebuah hukum tertinggi dalam kehidupan masyarakat untuk berbangsa dan bernegara.
Hal tersebut diatas juga tidak terlepas dari kekuasaan legitimasi amandemen Undang Undang
Dasar 1945 yang di prakarsai oleh Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tentunya.
Jadi secara singkatnya ialah Undang Undang di wewenangi juga oleh institusi Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), tetapi kewenangan DPR ini masih belum cukup kuat dan masih
terbatas dalam pembentukan perundang undangan jika di bandingkan dengan seorang Presiden.
Karena hakikatnya, sebuah Lembaga yang mampu dan berwenang dalam pembentukan
Undang Undang berdasarkan UUD 1945 ialah seorang Presiden, sedangkan dari pihak Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) hanya untuk memberikan persetujuan saja, oleh sebab itu bisa
dikatakan kedudukan DPR pada saat Kekuasaan Legislasi sebelum Amandemen Undang
Undang Dasar 1945 sangatlah lemah, yang menjadi penyimpangan dalam ketatanegaraan.
Kelemahan kelemahan pun tercipta dari Undang Undang Dasar 1945 pada saat sebelum
terjadinya amandemen. Pertama, kekuasaan yang dipegang oleh presiden sangat besar
(Executive Power) sehingga dapat dikatakan Presiden tidak hanya memegang kekuasaan
pemerintah seperti pada (Pasal 4 UUD 1945), tetapi juga dapat menjalankan pembentukan
perundang undangan pada (Pasal 5, 21, 22, UUD 1945). Kedua, Struktur rangkaian Undang
Undang Dasar tidak dapat memuat sistem Check and Balances antar Lembaga negara dalam
upaya menghindari penyalahgunaan kekuasaan secara sepihak atau dalam bentuk kepentingan
individu maupun kelompok. Ketiga, Ketentuan UUD 1945 banyak yang tidak jelas arahnya
serta Multi Interperestasi yang sulit di mengerti karna terlalu banyak penafsiran yang dapat
kesegalah arah tanpa satu tujuan yang tidak bisa dicapai on target oleh pihak pihak masyarakat.

2. Legislasi Pasca Amandemen UUD 1945


Sesudah amandemen Undang Undang Dasar 1945, perubahan signifikan pun mulai
berubah terkait kewenangan legitimasi. Perubahan yang terjadi tentu saja dialami oleh pihak
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yaitu terjadi nya kombinasi sebuah Lembaga yang bisa
dikatakan baru ikut turut serta dalam kewenangan legislasi nya yaitu anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Di samping itu, kehadiran Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
seharusnya dapat menjadi pemecah dan membatu permasalahan yang dialami oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), tetapi hanya menjadi pajangan dalam sebuah legitimasi pasca
amandemen menyoal DPD ini tidak seperti yang diharapkan karena tidak memiliki fungsi, dan
tidak lebih dari sebuah pajangan dalam label negara demokrasi di sistem perwakilan poltik.

3. Legislasi Pada Era Post Truth


Seperti yang dapat kita ketahui bahwa, banyak peraturan dari presidential threshold dan
parliamentary threshold yang lahir dari pembentukan proses politik yang berkaitan dengan
kepentingan kepentingan orang belakang dari partai partai politik tertentu. Rancangan Undang
Undang ini di bahas dan diperlihatkan kepada publik bahwa, Rancangan Undang Undang yang
sedang dibahas hanyak untuk sebuah proses jangka pendek demi kepentingan terselubung yang
berpihak untuk para partai partai politik peserta pemilihan umum di Dewan Perwakilan Rakyat
yang dimaksudkan untuk menghadapi serta mengikuti nya di tahun 2019. Kondisi ini pada
akhirnya akan menggoyahkan prinsip negara hukum, seperti hukum dan peraturan yang
berlaku terutama masih di ambang batas regulasi, pengaturan dan implementasi hanya untuk
kepentingan golongan tertentu, sehingga bisa dikatakan kontradiktif dan keluar dari prinsip
demokrasi. Untuk menghindari situasi ini dalam masa yang akan datang, kita perlu mendorong
parlemen untuk lebih transparan dan akuntabel, Meskipun ini secara formal mencerminkan
transparansi dan akuntabilitas akan tunduk pada berbagai undang-undang dan peraturan.
Namun, dalam proses implementasinya, masih terdapat kesenjangan dalam mencapai
kesepakatan pragmatis dan transaksional.

B. Kekuasaan Legislasi di Amerika Serikat


Mengingat tadi sudah membahas persoalan pada kekuasaan legislasi yang terjadi di Indonesia,
kini saya akan menulis kekuasaan legislasi yang terjadi di Amerika Serikat, dan yang perlu kita
ketahui, dalam bab ini saya akan menulis dua point dalam pembahasan dengan legislasi yang
dialami oleh Amerika. Pertama, Kedudukan Lembaga Legislatif di Amerika Serikat. Kedua,
Prosedur Legislasi di Amerika Serikat.

1. Kedudukan Lembaga Legislatif di Amerika Serikat


Kongres Amerika Serikat adalah cabang legislatif dari pemerintah federal Amerika Serikat.
Legislatif Amerika Serikat memiliki dua badan, House of Representative dan Senate. House of
Representative terdiri dari 435 anggota, yang masing-masing mewakili suatu daerah untuk
masa jabatan dua tahun. Dan jumlah kursi dibagi sesuai dengan populasi masing-masing negara
pada bagiannya. Sedangkan Senate setiap negara pada bagiannya memiliki dua senator yang
terlepas dari populasinya. Sekitar 100 senator menjabat selama enam tahun masa jabatan
mereka. Anggota dari House of Representative dan Senate dipilih langsung oleh rakyat
Amerika Serikat nya, tetapi di setiap negara bagiannya, jika terdapat ada kursi di Senat,
Gubernur dapat memilih pengganti sementara pada 59 Struktur Kongres Amerika Serikat
adalah bikameral, di antaranya bikameral kekuatan-kekuatan ini memiliki kekuatan yang
sangat seimbang satu sama lain.
Kekuasaan Kekuasaan yang dimiliki dari berbagai Kongres Amerika Serikat dapat
mengenakan dan memungut pajak, bea, dan cukai, untuk membayar utang piutang demi sebuah
pertahanan bersama dalam upaya menyejahterakan kepentingan warga negara nya di Amerika
Serikat. Beberapa contoh kekuasaan yang dapat saya tulis disini ialah sebagai berikut :
Meminjam uang atas kredit Amerika Serikat, mengatur perdagangan dengan bangsa-bangsa
asing dan antara Negara bagian, dan dengan suku-suku Indian, membuat peraturan yang
seragam mengenai Naturalisasi, dan UndangUndang yang seragam mengenai kebangkrutan di
seluruh Amerika Serikat, mencetak uang, menentukan nilainya, dan nilai mata uang asing, dan
menentukan standar berat serta ukuran, menetapkan hukuman bagi pemalsuan Surat berharga
dan mata uang Amerika Serikat yang sedang berlaku, mendirikan Kantor Pos dan Jaringan Pos.
2. Proses Legislasi di Amerika Serikat
Legislasi di Amerika serikat tentunya mempunyai peraturan peraturan terkait prosedur
yang harus dijalani sebelum di implementasikan untuk digunakan dalam negara untuk
hidup bermasyarakat demi menciptakan dan menghasilkan sebuah Undang Undang yang
dapat menjadi nilai tinggi dalam hukum atauapun aturan di negara tersebut.Terdapat dua
jenis rancangan perundang undangan di negara Amerika Serikat, yaitu bersumber dari
House Of Representative yang disebut HR (House Resolution) serta rancangan perundang
undangan di negara Amerika Serikat yang bersumber dari Senate yang disebut SR (Senat
Resolution). Dapat kita lihat bahwa sebuah rancangan yang disusun oleh dua institusi itu
sejatinya mempunyai kewenangan yang sama, karena bersumber pula dalam merancang
undang undang tersebut. Setelah melalui proses perencanaan, setelah itu undang undang
yang sudah di rancang tadi dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu dalam tahap pembahasan
yang menentukan diterima atau di tolak nya sebuah rancangan undang undangn tersebut
untuk divalidasi lebih lanjut menjadi Undang Undang yang diisi oleh tiga pihak pembicara,
yaitu House of Representative dan Senate yang saling bekerja sama untuk berkomunikasi
dengan pengacara nonpartisipan (nonparticipant attorneys)

Perbandingannya :

Konstitusi Amerika Serikat mengusungkan tiga Lembaga yang memegang kekuasaan negara
dari Legislatif yang biasa disebut Kongres, Eksekutif, dan Yudikatif yang menegaskan
kekuasaan dalam membentuk undang undang berada pada pimpinan Kongres Amerika Serikat
yang terdiri dari dua badan yaitu Senate dan House of Representative. Sedangkan di Indonesia
hanya memiliki dua bagian legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) yang bergabung dan saling berkontribusi untuk membentuk suatu
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Daftar Pustaka

SUTANSYAH, M. D. (2021). PERBANDINGAN KEKUASAAN LEGISLASI ANTARA


NEGARA INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT. 70.

Herman, K. (2021). Perbandingan Pemilu di Indonesia dengan Amerika.

Anda mungkin juga menyukai