Anda di halaman 1dari 21

JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Khoirunnisa Nur Agustyati


PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU


DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN
PEMILU

Oleh

Khoirunnisa Nur Agustyati

Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi

Abstrak

Pemilu 2019 menjadi pengalaman pertama Indonesia menyelenggarakan


pemilu serentak. Pemilu serentak dimaknai sebagai menggabungkan dua
jenis pemilu yang berbeda, yaitu pemilu eksekutif dan pemilu legislatif.
Pemilu 2019 diselenggarakan secara serentak berdasarkan Putusan
Mahkamah Konstitusi (MK) No 14/PUU-XI/2013. Salah satu
pertimbangan MK dalam memutuskan penyelenggaraan pemilu secara
serentak adalah untuk efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemilu.
Pilihan variabel sistem pemilu akan berimplikasi pada hal-hal
administrasi yang akan ditanggung oleh penyelenggara pemilu. Salah satu
hal yang dilakukan dalam mengevaluasi Pemilu 2019 adalah dengan
melakukan uji materi ke MK, khususnya terkait dengan desain
keserentakan pemilu. Dalam putusannya, MK memberikan enam pilihan
pemilu serentak yang dianggap konstitusional. Dari pilihan-pilihan
terebut, pilihan yang paling ideal adalah memilih pemilu serentak
nasional dan pemilu serentak daerah. Hal ini akan berimplikasi pada tata
kelola penyelenggaraan pemilu yang lebih sederhana dan efisien.
Penyelenggaraan pemilu yang rasional dan terukur adalah perwujudan
dari pemenuhan asas pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.
Kata kunci: pemilu serentak, manajemen pemilu, efektivitas
penyelenggaraan pemilu

Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 61


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

Pendahuluan hasil pemilu presiden dan wakil


presiden putaran pertama, ketika
Pemilu 2019 merupakan
pembentukan kabinet, dan pada
pemilu serentak yang pertama kali
saat pembentukan kolaisi DPR
diterapkan di Indonesia.71 Hal yang
yang menjadi prototipe koalisi di
mendasari penyelenggaraan
DPRD. (2) biaya politik menjadi
Pemilu 2019 secara serentak
tinggi, marak politik uang dan
adalah Putusan Mahkamah
korupsi politik dari anggaran
Konstitusi (MK) No 14/PUU-
proyek kementerian sebagai sarana
XI/2013 yang merupakan putusan
pembiayaan politik. (3) tidak
atas uji materi yang dilakukan oleh
diperkuatnya sistem preisdensial
Effendi Ghazali. Hal yang
yang diakibatkan adanya
mendasari uji materi tersebut
ketergantungan antara presiden
adalah bahwa selama ini terdapat
dan parlemen. (4) tidak
permasalahan dengan memisahkan
dilaksanakana pemilu kepala
antara pemilu esekutif (dalam hal
daerah dalam bingkai pemilu
ini pemilu presiden) dan pemilu
serentak yakni midterm election
legislatif. Masalah yang diangkat
yang berdampak pada tingginya
dalam permohon uji materi ini
biaya penyelenggaraan pemilu. 72
antara lain; (1) menghadirkan
politik transaksional antara papol Dari uji materi tersebut,
dengan individu yang berniat MK memutuskan untuk menerima
menjadi pejabat publik atau permohonan Effendi Ghazali.
antarpartai politik untuk pengisian Terdapat tiga hal yang menjadi
pejabat publik. Transaksi politik argumentasi MK. Pertama,
ini terjadi ketika pengajuan calon melihat bahwa sistem pemilu harus
anggota legislatif, ketika mendorong efektivitas sistem
pencalonan preisden dan wakil presidensial. Memperkuat sistem
presiden karena ada syarat minimal presidensial adalah salah satu
pencalonan sebesar 20% kursi kesepakatan dalam Badan Pekerja
DPR atau 25% akumulasi MPR saat melakukan pembahasan
perolehan suara, setelah diketahui Perubahan UUD 1945 (1999-
2002). Bahwa posisi antara
71 Presiden dan DPR adalah sejajar
Pemilu serentak dimaknai sebagai
penggabungan antara dua jenis pemilu
yang berbeda, dalam hal ini adalah pemilu 72
Salinan Putusan Mahkamah Konstitusi
eksekutif dan pemilu legislatif. No 14/PUU-XI/2013

62 |Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

dengan prinsip hubungan saling demikian sejalan dengan Pasal 22E


mengawasi dan mengimbangi ayat (2) UUD 1945 yang
(checks and balances). Tetapi yang menentukan bahwa yang dimaksud
saat ini terjadi adalah hasil dari dengan pemilihan umum untuk
pilpres setelah pileg tidak juga memilih anggota DPR, DPD,
memperkuat sistem presidensial Preisden dan Wakil Presiden, dan
yang hendal dibangun berdasarkan DPRD. Berdasarkan pemahaman
konstitusi. yang demikian, UUD 1945
memang tida memisahkan
Kedua, dari sisi original
penyelenggaraan pemilu anggota
intent dan penafsiran sistematik.
lembaga perwakilan dan pilpres.
Apabila diteliti lebih lanjut makna
asli yang dikehendaki oleh para Ketiga, argumentasi terkait
perumus perubahan UUD 1945, efektivitas dan efisiensi
dapat disimpilkan bahwa penyelenggaraan pemilu. Bahwa
penyelenggara Pilpres dilakukan penyelenggaraan pilpres dan pileg
serentak dengan Pemilu Anggota secara serentak akan lebih efisien
Lembaga Parlemen. Hal ini sehingga pembiayaan
dikemukakan oleh salah satu penyelenggaraan lebih menghemat
anggota Panitia Ad Hoc 1 Badan uang negara yang berasal dari
Pekerja MPR RI, Slamet Effendy pembayar pajak dan hasil
Yusuf yang menyatakan bahwa eksploitasi SDA dan sumber daya
“yang dimaksud dengan pemilu itu ekonomi lainnya. Selain itu juga
adalah pemilu untuk DPR, pemilu untuk mendorong pemilih dapat
untuk DPDm pemilu untuk memilih secara cerdas (political
presiden dan wakil presiden, dan efficacy) dengan pemilu serentak
DPRD. Jadi diletakkan dalam satu terkait dengan hak warga negara
rezim.” Dengan demikian dari untuk membangun peta checks and
sudut pandangan original intent balances dari pemrintahan
dari penyusunan perubahan UUD presidensila dengan keyakinan
1945 telah mendapat gambara sendiri. Ketiga hal inilah yang
visioner mengenai mekanisme menjadi dasar MK dalam memutus
penyelenggaraan pilres. Bahwa perkara ini. Sehingga dalam
Pilpres diselenggarakan secara putusannya MK berpendapat
bersamaan dengan Pemilu Anggoa bahwa untuk Pemilu 2019 dan
Lembaga Perwakilan. Hal seterusnya penyelenggaraan

Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 63


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

pemilu dilakukan secara merupakan penyelenggaraan


serentak.73 pemilu yang sangat kompleks.
Bahkan efisiensi penyelenggaraan
Lalu bagaimana dengan
pemilu yang menjadi salah satu
penyelenggaraan Pemilu 2019?
tujuan pemilu tidak tercapat.
Seperti yang sudah disebutkan
Pemilu 2019 yang menyerentakkan
bahwa salah satu argumentasi MK
pemilu presiden dan pemilu
dalam memutuskan
legislatif justrru mengeluarkan
penyelenggaraan Pemilu 2019
biaya yang lebih besar
secara serentak adalah efektivitas
dibandingkan dengan Pemilu 2014
dan efisiensi penyelenggaraan
yang tidak diserentakkan. Alokasi
pemilu. Hal ini kemudian
anggaran Pemilu 2014 adalah Rp
ditegaskan dalam Undang-Undang
24.8 triliun, dengan rincian Rp. 8,1
No. 7 Tahun 2017 (UU No.
triliun yang dikeluarkan pada
7/2017) tentang pemilu yang
tahun 2013 dan Rp. 16,7 triliun
menyebutkan bahwa salah satu
yang dikeluarkan pada tahun
tujuan pemilu adalah mewujudkan
2014.75 Sementara total anggaran
pemilu yang efektif dan efisien. 74
untuk Pemilu 2019 adalah Rp.
Sejauh mana desain pemilu
25,12 triliun dengan rincian Rp.
serentak mampu menjawab tujuan
9,33 triliun untuk anggaran 2018
ini?
dan Rp. 15,79 triliun untuk
Berdasarkan sejumlah anggaran tahun 2019. Hal ini
evaluasi yang dilakukan terhadap belum termasuk persiapan pada
penyelenggaraan Pemilu 2019, tahun 2017 sebesar Rp. 465,71
terdapat sejumlah catatan baik dari milyar.76
sisi proses dan hasil pemilunya.
Selain dari sisi anggaran
Penyelenggaraan Pemilu 2019
yang ternyata tidak efisien,
73
penyelenggaraan Pemilu 2019 juga
Ibid
74Pasal 2 UU No 7/2017 menyebutkan
tujuan pemilu adalah; memperkuat sistem 75Data Kemeenterian Keuangan dalam
ketatanegaraan yang demokratis; Fadli Ramadhanil dkk, Evaluasi Pemilu
mewujudkan pemilu yang adil dan Serentak 2019: Dari Sistem Pemilu ke
berintegritas; menjamin konsistensi Manajemen Penyelenggaraan Pemilu,
pengaturan sistem pemilu; memberikan (Jakarta: Perkumpulan untuk Pemilu dan
kepastian hukum dan mencegah duplikasi Demokrasi, 2019)
dalam pengaturan pemilu; dan 76

mewujudkan pemilu yang efektif dan https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/ber


efisien ita/ini-peruntukan-anggaran-pemilu-2019/

64 |Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

mengalami kompleksitas dalam tidak mempertimbangkan


tata kelola penyelenggaraannya. implikasinya pada tata kelola
Hal ini terjadi karena beberapa pemilu atau manajemen pemilu.
hal. Pertama, penyelenggaraan Padahal setiap variable dari sistem
Pemilu 2019 berhimpitan dengan pemilu akan berkorelasi dengan
penyelenggaraan Pilkada 2018. tata kelola penyelenggaraan
Kedua, pilihan keserentakn pemilu pemilu. Hal inilah yang
lima kotak memiliki implikasi menjadikan tata kelola
teknis terhadap manajemen penyelenggaraan pemilu 2019
penyelenggaraan pemilu. mengalami kompleksitasnya.77
Untuk itu tujuan dari tulisan ini
Tujuan dari
adalah untuk melihat pengalaman
penyelenggaraan Pemilu 2019
kompleksitas penyelenggaraan
belum tercapai secara maksimal
Pemilu 2019 dan bagaimana
karena menghadapi tiga tantangan
implikasi terhadap proses
besar, yaitu tantangan dalam
penyelenggaraan pemilu jika
merumuskan peraturan perundang-
dilakukan penataan jadwal
undangan, rekayasa sistem pemilu,
keserentakan pemilu di masa yang
dan manajemen penyelenggaraan
akan datang. Tulisan ini disajikan
pemilu. Hal ini terjadi karena
secara deskriptif analitis, dengan
peraturan yang menjadi paying
menggunakan data sekunder, mulai
hukum penyelenggaraan Pemilu
dari buku dan jurnal yang terkait
2019, yaitu UU No/ 7/2017 hanya
dengan penyelenggaraan pemilu
bersifat menggugurkan kewajiban
serentak, daerah pemilihan, dan
menindaklanjuti Putusan MK
implikasinya kepada politik biaya
tentang pemilu serentak. Rekayasa
tinggi di dalam sebuah kontestasi
sistem pemilu dilakukan hanya
pemilu.
sebatas kepentingan partai poitik
untuk mempertahankan kekuasaan,
sehingga rekayasa sistem pemilu
yang sesuai dengan pemilu
serentak tidak terbentuk.

Di sisi yang lain, 77Fadli Ramadhanil, dkk, Evaluasi Pemilu


rekayasan sistem pemilu, Serentak 2019: Dari Sistem Pemilu ke
Manajemen Penyelenggaraan Pemilu,
khususnya keserentakan pemilu (Jakarta: Perkumpulan untuk Pemilu dan
Demokrasi, 2019),

Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 65


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

Pembahasan pemilih dan peserta pemilu,


Tata Kelola Manajemen pendaftaran pemantau pemilu,
Penyelenggaraan Pemilu pendidikan pemilih,
pengorganisasian pemilu,
Tata kelola pemilu dapat
pemungutan suara, penghitungan
didefinisikan sebagai sebuah
dan pelaporan. Keitga, ajudikasi
kumpulan aktivitas yang saling
aturan yang artinya adalah tata
terkait satu sama lain yang
melibatkan pembuatan aturam, kelola pemilu sangat terkait
pelaksanaan aturan, dan ajudikasi dengan penetapan hasil pemilu dan
aturan. Terdapat tingkatan dalam perselisihan hasil pemilu.78
tata kelola pemilu. Pertama, Dari sini dapat terlihat
pembuatan aturan yang merupakan bahwa sistem pemilu memerlukan
fokus pada pemilihan dan manajemen pemilu yang akan
pendefinisian aturan-aturan dasar
mengintegrasikan hak dan
dari permainan kepemiluan.
kewajiban pemilih, partai politik,
Terkait hal ini terdapat dua varian,
serta calon anggota legislatif dan
yaitu aturan mengenai kompetisi
pejabat eksekutif dalam kompetisi
pemilu yang mengatur mulai dari
yang jujur dan adil.79 Rekayasa
formula, besaran daerah pemilihan,
pemilu harus memperhatikan
Batasan-batasan daerah pemilihan,
elemen-elemen manajemen supaya
ukuran lembaga perwakilan, waktu
sistem pemilu dapat mencapai
atau jadwal, dan juga jaminan
tujuannya. Hal ini karena pilihan
politik. Varian kedua terkait
aturan-aturan mengenai tata kelola akan variable-variabel sistem
kepemiluan yang meliputi pemilu akan memiliki konsekuensi
pendaftaran pemilih, pendaftaran pada administrasi yang harus
peserta pemilu, desain surat suara, ditanggung penyelenggara pemilu.
pemungutan, penghitungan dan Implikasi ini tidak hanya untuk
tabulasi suara, lembaga
penyelenggara pemilu, dan
78 Mozaffar dan Schedler (2005) dalam
regulasi tentang perselisihan hasil
Ferry Kurna Rizkiyansyah dkk, Tata
pemilu. Kedua, pelaksanaan aturan Kelola Pemilu di Indonesia, (Jakarta:
mengenai tata kelola pemilu fokus Komisi Pemilihan Umum, 2019)
79 Didik Supriyanto, dkk, Menata Ulang
pada pengorganisasian Jadwal Pilkada, Menuju Pemilu Nasional
kepemiluan, yang termasuk di dan Pemilu Daerah, (Jakarta:
dalamnya adalah pendaftaran Perkumpulan untuk Pemilu dan
Demokrasi, 2013)

66 |Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

pemilu legislatif tetapi juga dalam Wakil Presiden Jusuf Kalla yang
pemilu eksekutif. 80 menyatakan bahwa perlu meninjau
ulang sistem keserentakan pemilu
Melihat pengalaman
di Indonesia. Hal ini diungkapkan
penyelenggaraan Pemilu 2019
setelah banyaknya petugas KPPS
menjunjukkan demikian, bahwa
yang meninggal dunia karena
pemilihan variabel sistem pemilu
kelelahan setelah
akan berdampak langsung pada 81
menyelenggarakan pemilu.
manajemen penyelenggaraan
pemilunya. Menambah satu jenis Salah satu upaya dalam
pemilihan saja bisa berdampak melakukan evaluasi ini adalah
pada manajemen penyelenggaraan dengan dilakukan uji materi ke
pemilu. Sehingga bisa MK yang dilakukan oleh
dibayangkan jika seluruh jenis Perkumpulan untuk Pemilu dan
pemilihan diselenggarakan pada Demokrasi (Perludem). Hal yang
satu hari yang sama tentu akan menjadi pokok permohonan
menjadi sangat kompleks bagi Perludem adalah meminta kepada
penyelenggaraan pemilu. MK bahwa pemilu serentak yang
konstitusional adalah pemilu
serentak nasional untuk memilih
Uji Materi Desain Keserentakan presiden, DPR, dan DPD lalu
Pemilu setelahnya dilaksanakan pemilu
serentak lokal, untuk memilih
Setelah penyelenggaraan
DPRD Provinsi, DPRD
Pemilu 2019, banyak dilakukan
Kabupaten/Kota, serentak dengan
evaluasi baik dari sisi hasil
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
maupun proses pemilunya. Bahkan
Walikota. Pada intinya MK
dorongan untuk melakukan
menolak uji materi tersebut. Hal
evaluasi penyelenggaraan pemilu
ini karena apa yang dimintakan
ini disuarakan beberapa saat
Perludem spesifik meminta
setelah penyelenggaraan Pemilu
pemisahan pemilu nasional dan
2019. Salah satunya adalah yang
pemilu daerah.
pada waktu itu disampaikan oleh

80
Rafael Lopez-Pintor, Electoral 81

Management Bodies as Institutions of https://nasional.tempo.co/read/1198237/ev


Government, (New York: Bureau of aluasi-pemilu-2019-jk-nilai-pilpres-dan-
Development Policy, UNDP, 2000) pileg-dipisahkan

Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 67


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

Walaupun MK menolak keserentakan pemilu yang


permintaan tersebut tetapi dalam konstitusional. Bahkan berdsarkan
pertimbangan hukumnya MK penelusuran dari original intent,
memberikan pilihan-pilihan desain ditemukan tujuh varian pemilu
keserentakan pemilu. Hal yang dalam original intent, yaitu:
mendasari Putusan MK No.
1. Pemilihan umum, baik
55/PUU-XVII/2-10 adalah: (1)
pemilihan anggota legislatif
Perdebatan para pengubah UUD
maupun pemilihan presiden
1945 atau original intent ketika
dan wakil presiden, dilakukan
amandemen UUD 1945; (2)
secara bersamaan atau
Penguatan sistem presidensial di
serentak di seluruh Indonesia;
Indonesia; (3) Menelusuri kembali
2. Pemilihan umum serentak
makna pemilihan umum serentak
hanya untuk memilih anggota
dalam Putusan MK No. 14/PUU-
DPR, DPRD, dan DPD
XI/2013.
dilaksanakan di seluruh
Dalam perdebatan para wilayah Republik Indonesia;
pengubang UUD 1945, MK 3. Pemilihan umum serentak
berpendapat bahwa setelah secara nasional maupun
melacak perdebatan selama serentak yang bersifat lokal;
perbahan UUD 1945, terdapat 4. Pemilihan umum serentak
banyak pandangan dan perdebatan sesuai dengan berakhirnya
perihal keserentakan pemilihan masa jabatan yang akan
umum. Dalam hal ini, adalah benar dipilih, sehingga serentak
penyelenggaraan Pemilu Serentak dapat dilakukan beberapa kali
Lima Kotak menjadi salah satu dalam lima tahun itu,
gagasan yang muncul dari termasuk memilih langsung
pengubah UUD 1945. Namun gubernur dan bupati/walikota;
gagasan tersebut bukanlah satu- 5. Pemilihan umum serentak,
satunya yang berkembang ketika namun penyelenggaraan
perubahan UUD 1945.82 Artinya keserentakannya diatur
pemilu lima kotak seperti yang dengan undang-undang;
diselenggarakan pada tahun 2019 6. Penyelenggaraan pemilihan
bukanlah satu-satunya desain Presiden dan Pemilihan
Umum dipisahkan. Kemudian
82Pertimbanan MK, Putusan MK No. pemilihan Presiden dapat
55/PUU-XVII/2019, hal 316

68 |Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

diikuti juga dengan pemilihan Berdasarkan pertimbangan-


Gubernur, Bupati, dan pertimbangan tersebut, MK
Walikota; menyebutkan bahwa pemilu
7. Pemilihan Presiden dan Wakil serentak lima kotak seperti yang
Presiden waktunya berbeda diselenggarakan pada 2019
dengan pemilihan umum bukanlah satu-satunya pilihan
untuk memilih DPR, DPD, keserentakan pemilu. MK
dan DPRD. Sementara itu, memberikan enam pilihan model
pemilihan rumpun eksekutif: pemilu serentak, yaitu;
Presiden dan Wakil Presiden,
1. Pemilihan umum serentak
Gubernur, Bupati, Walikota,
untuk memilih anggota DPR,
dan sebagainya dipilih
DPD, Presiden/Wakil
langsung oleh rakyat.
Presiden, dan anggota DPRD;
2. Pemilihan umum serentak
Berdasarkan hasil untuk memilih anggota DPR,
penelusuran MK terhadap original DPD, Presiden/Wakil
intent pembahasan UUD 1945 juga Presiden, Gubernur, dan
membuktikan terdapat banyak Bupati/Walikota;
varian pemikiran perihal 3. Pemilihan umum serentak
keserentakan penyelenggaraan untuk memilih anggota DPR,
pemilihan umum. Bahkan para DPD, Presiden/Wakil
pengubah UUD 1945 sama sekali Presiden, anggota DPRD,
tidak membedakan rezim Gubernur, dan
pemilihan. Pemilihan umum Bupati/Walikota;
serentak sesuai dengan 4. Pemilihan umum serentak
berakhirnya masa jabatan yang nasional untuk memilih
akan dipilih, sehingga serentak anggota DPR, DPD,
dapat dilakukan beberapa kali Presiden/Wakil Presiden; dan
dalam lima tahun itu termasuk beberapa waktu setelahnya
memilih langsung gubernur dan dilaksanakan Pemilihan
83
bupati/walikota. umum serentak lokal untuk
memilih anggota DPRD
Provinsi, anggota DPRD
Kabupaten/Kota, pemilihan
83
Pertimbahan MK dalam Putusan
MK No 55/PUU-XVII/2019, hal 316

Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 69


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

Gubernur, dan juga pilihan desain keserentakan


Bupati/Walikota; pemilu. Untuk itu pemilihan desain
5. Pemilihan umum serentak keserentakan pemilu harus juga
nasional untuk memilih mempertimbangkan sisi teknis
anggota DPR, DPD, manajemen penyelenggaraan
Presiden/Wakil Presiden; dan pemilunya. Putusan MK No
beberapa waktu setelahnya 55/PUU-XVII/2019 memberikan
dilaksanakan Pemilihan pilihan-pilihan terkait desain
umum serentak provinsi untuk keserentakan. Dalam pemilihan
memilih anggota DPRD desain itu, MK memberikan
Provinsi dan memilih sejumlah panduan, yaitu:
gubernur; dan kemudian
1. Pemilihan model yang
beberapa waktu setelahnya
berimplikasi terhadap
dilaksanakan pemilihan
perubahan undang-undang
umum serentak
dilakukan dengan partisipasi
kabupaten/kota untuk memilih
semua kalangan yang
anggota DPRD
memiliki perhatian atas
Kabupaten/Kota dan memilih
penyelenggaraan pemilihan
Bupati dan Walikota;
umum;
6. Pilihan-pilihan lainnya
2. Kemungkinan perubahan
sepanjang tetap menjaga sifat
undang-undang terhadap
keserentakan pemilihan
pilihan model-model tersebut
umum untuk memilih anggota
dilakukan lebih awal sehingga
DPR, DPD, dan
tersedia waktu untuk
Presiden/Wakil Presiden.
dilakukan simulasi sebelum
perubahan tersebut benar-
Implikasi Desain Keserentakan benar efektif dilaksanakan;
Pemilu Serentak dengan Tata 3. Pembentuk undang-undang
Kelola Manajemen memperhitungkan dengan
Penyelenggaraan Pemilu cermat semua implikasi teknis
atas pilihan model yang
Setiap pilihan dari sistem
tersedia sehingga
pemilu akan berimplikasi pada
pelaksanaannya tetap berada
teknis manajemen
dalam batas penalaran yang
penyelenggaraan pemilu, termasuk
wajar terutama untuk

70 |Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

mewujudkan pemilihan umum presidensial yang efektif,


yang berkualitas; menyederhanakan sistem
4. Pilihan model selalu kepartaian, dan memperkuat dan
memperhitungkan kemudahan mendemokratiskan partai politik. 84
dan kesederhanaan bagi
Terkait tujuan pemilu
pemilih dalam melaksanakan
tersebut, maka desain keserentakan
hak untuk memilih sebagai
yang dinilai bisa mengkamodir
wujud pelaksanaan kedaulatan
tujuan tersebut adalah pada pilihan
rakyat; dan
pemilu serentak nasional dan
5. Tidak acap-kali mengubah
pemilu serentak daerah. Pemilu
model pemilihan langsung
serentak nasional memilih
yang diselenggarakan secara
Presiden, DPR, dan DPD pada satu
serentak sehingga terbangun
hari pemilihan. Kemudian selang
kepastian dan kemapanan
dua tahun kemudian
pelaksanaan pemilihan umum
menyelenggarakan pemilu daerah
yang terdiri dari pemilu kepala
Untuk memilih desain daerah (gubernur dan
keserentakan jadwal pemilu, tentu bupati/walikota) dan legislative
perlu diketahui apa yang menjadi daerah (DPRD provinsi dan DPRD
tujuan dari pemilu itu. Tujuan kabupaten/kota). Desain
pemilu dapat dibagi menjadi dua, keserentakan pemilu model ini
yaitu tujuan pemilu dari sisi proses terakomodir dalam draft RUU
dan dari sisi hasilnya. Dari sisi Pemilu yang sedang dibahas oleh
proses, pemilu bertujuan untuk Komisi II DPR.85
mempermudah pemilih dalam
Lalu bagaimana
memberikan suaranya,
implikasinya terhadap manajemen
menyederhanakan jadwal
teknis penyelenggaraan pemilu ika
penyelenggaraan,
desain keserentakan yang dipilih
mengefesiensikan biaya
penyelenggaraan, dan
84
menyimbangkan beban Op cit, Didik Supriyanto dkk, 47-
100
penyelenggaran pemilu. Sementara 85
Sampai tulisan ini dibuat, draft
tujuan dari sisi hasilnya adalh RUU Pemilu yang sedang dibahas di
untuk meningkatkan partisipasi Komisi II masih mengakomodir
desain keserentakan pemilu nasional
politik rakyat, menciptakan sistem
dan pemilu daerah.

Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 71


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

adalah pemilu serentak nasional lebih sedikit dan kertas suara yang
dan pemilu serentak daerah? Jika juga relatif lebih kecil
melihat desain pemilu di dibandingkan dengan pemilu
Indonesia, sebelum mulai ditatanya legislatif.
jadwal pemilu, waktu pemilu kita
Untuk itu ketimpangan
adalah pemilu legislatif, lalu
beban penyelenggaraan pemilu ini
selang dua bulan kemudian
perlu diseimbangkan. Langkah
dilanjutkan dengan pemilu
yang dapat dilakukan adalah
presiden. Sementara jadwal
mengurangi beban pekerjaan
pilkada berserakan waktnya
pemilu legislatif, lalu hasil
sepanjang empat tahun. Dengan
pengurangan itu digabungjan
jadwal pemilu yang semacam ini,
dengan pekerjaan pemilu presiden
menyebabkan ketidakseimbangan
dan pilkada. Dari sisi manajemen
bebang penyelenggaraan pemilu.
penyelenggaraan pemilu,
Beban penyelenggara pemisahan antara pemilu nasional
pemilu sangat besar saat dan pemilu daerah dapat
menyelenggarakan pemilu menyeimbangkan beban
legislatif. Hal ini karena jumlah penyelenggara pemilu.86
peserta pemilu yang banyak,
Dengan pemisahan jadwal
jumlah calon yang banyak, dan
keserentakan menjadi pemilu
jenis pemilihan anggota legislatif
serentak nasional dan pemilu
yang terdiri dari empat pemilihan,
serentak daerah ini, tahapan
yaitu DPR, DPD, DPRD Provinsi,
penyelenggaraan pemilu pun bisa
dan DPRD Kabupaten/Kota.
lebih disederhanakan. Pasal 167
Beban ini mulai dari penyediaan
ayat (6) UU No 7/2017
logistic sampai dengan beban
menyebutkan bahwa tahapan
menyelenggarakan pemilu di
penyelenggaraan pemilu dimulai
tingkat KPPS. Petugas harus
paling lambat 20 bulan sebelum
mencatat penghitungan hasil
hari pemungutan suara. Waktu
pemilu secara manual dan
tahapan penyelenggaraan ini
berjenjang. Sementara beban
dinilai cukup panjang dan
penyelenggara pemilu lebih ringan
menghabiskan biaya yang besar.
saat menyelenggarakan pemilihan
Penyederhanaan ini bisa
presiden atau pilkada. Hal ini
karena dari jumlah calon yang 86
Op cit, Didik Supriyanto, dkk

72 |Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

mengurangi anggaran negara yang menghemat sumber daya.


dikeluarkan dan juga bisa

Tabel 1

Rancangan Jadwal Pemilu Nasional dan Pemilu Daerah87

Aktor Tahun 1 Tahun Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


2
Pemilu Pemilu
Nasional Daerah
KPU Pelaksan Evalua Pelaksan Evaluasi Persiapan
aan si aan Rekrutm
Tahapan Persiap Tahapan en
an
Partai Pencalon Evalua Pencalon Evaluasi Pembentu
/ an si an Konsoli kan
Peser Kampan Persiap Kampan dasi Koalisi
ta ye an ye
Pemil
u
Pemil Pemberi Evalua Pemberi Evaluasi Evaluasi
ih an Suara si an Suara Pejabat- Pejabat-
Pejabat Partai Partai
-Partai

87
Didik Supriyanto, Imajinasi Hakim Konstitusi, Materi Paparan
dalam Kelas Khusus Perludem, 31 Agustus 2020 (tidak
dipublikasikan)

Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 73


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

Tahapan penyelenggaraan saat tahapan pemilu berjalan daftar


pemilu bisa dibuat lebih efektif pemilih tinggal ditetapkan.
karena ada beberapa aktivitas yang
Aktivitas berikutnya yang
bisa dikeluarkan dari tahapan
dikeluarkan dari tahapan pemilu
pemilu. Untuk itu tahapan pemilu
adalah pembentukan daerah
bisa dibagi menjadi tiga, yaitu
pemilihan. Pembentukan daerah
pratahapan pemilu, tahapan
pemilihan dilakukan mengikuti
pemilu, dan pascatahapan pemilu.
siklus sensus penduduk yang
Aktivitas yang dikeluarkan dari
dilakukan oleh Badan Pusat
tahapan pemilu antara lain
Statistik (BPS). Hal ini karena
pembentukan daerah pemilihan,
dasar yang digunakan untuk
pendaftaran partai politik peserta
melakukan pembentukan daearh
pemilu, dan juga pendaftaran
pemilihan adalah berdasarkan
pemilih. Dengan mengeluarkan
jumlah penduduk. Dengan
aktivitas-aktivitas tersebut dari
demikian dalam satu kali sensus
tahapan pemilu maka tahapan
data penduduk dapat digunakan
pemilu bisa dipersingkat menjadi
untuk dua kali pemilu. Hal ini juga
kurang lebih menjadi delapan
menjadi momentum untuk bisa
bulan saja.
mengevaluasi daerah pemilihan.
Sejumlah aktivitas Artinya peta daerah pemilihan
dikeluarkan menjadi pratahapan akan mengikuti proporsi jumlah
pemilu karena untuk penduduk. Sehingga peta daerah
mengefektifkan tahapan pemilu. pemilihan tidak lagi menjadi
Tahapan pendaftaran pemilih lampiran undang-undang pemilu.
diubah metodenya menjadi
Pendaftaran partai politik
menjadi pemutakhiran daftar
peserta pemilu pun juga
pemilih berkelanjutan. Dengan
dikeluarkan dari tahapan pemilu.
demikian pemutakhiran daftar
Hal ini dilakukan di tahun ke-5
pemilih tidak hanya dilakukan
untuk pendaftaran partai politik
ketika menjelang adanya peristiwa
pemilu nasional dan di tahun ke-2
pemilu, melainkan selalu
untuk pendaftaran partai politik
termutakhirkan setiap saat. Selain
pemilu daerah. Untuk itu
itu daftar pemilih dapat
persyaratan pendaftaran partai
dipersiapkan dengan lebih cepat
politik pemilu tidak lagi
sebelum tahapan pemilu sehingga

74 |Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

berdasarkan kelengkapan baik itu di DPR, DPRD Provinsi,


administrasi yang diserahkan ke dan DPRD Kabupaten/Kota.
penyelenggara pemilu. Persyaratan Dengan demikian syarat partai
bagi partai politik untuk menjadi politik untuk menjadi peserta
peserta pemilu difokuskan pada pemilu menjadi lebih sederhana.
partai politik yang memiliki kursi

Tabel 2

Pendaftaran Partai Politik Peserta Pemilu

Partai Politik untuk Pemilu Partai Politik untuk Pemilu


Nasional Daerah
Partai politik yang memiliki kursi Partai politik yang memiliki kursi
DPR DPR
Partai politik yang memiliki kursi Partai politik yang memiliki kursi
DPRD Provinsi di 50% provinsi DPRD Provinsi di 50% atau lebih
di Indonesia provinsi di Indonesia
Partai politik yang memiliki kursi Partai politik yang memiliki kursi
DPRD Kabupaten/Kota di 50% DPRD Kabupaten/Kota di 50%
atau lebih kabupaten/kota atau lebih kabupaten/kota
Partai politik yang memenuhi Partai politik yang memenuhi
ambang batas perolehan suara ambang batas perolehan saura
dari jumlah suara sah pemilu dari jumlah suara sah pemilu
DPR pada pemilu terakhir DPR pada pemilu terakhir
Partai politik yang memiliki
dukungan warga negara yang
memiliki hak pilih sekurang-
kurangnya sama dengan jumlah
suara dari kursi terakhir yang
diperolah partai politik peserta
pemilu di satu daerah pemilihan
Pemilu DPRD Provinsi pada
pemilu terakhir (partai baru)

Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 75


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

Untuk tahapan pemilu pun walikota, DPRD Provinsi, dan


waktunya dipersingkat, kurang DPRD Kabupaten/Kota. Setelah
lebih waktunya hanya delapan itu dilanjutkan dengan penetapan
bulan. Aktivitas pertama yang hasil dan pelatikan. Untuk tahapan
masuk dalam tahapan pemilu pemilu ini dilakukan di tahun ke-1
adalah pendaftaran calon dan untuk pemilu nasional dan tahun
pasangan calon. Pendaftaran calon ke-3 untuk pemilu daerah.
untuk calon anggota legislatif, dan
pendaftaran pasangan calon untuk
pemilu presiden dan wakil
presiden. Untuk tahapan
kampanye, bisa dimulai sejak
ditetapkan sebagai peserta pemilu.
Tahapan kampanye difokuskan
untuk pendidikan politik dengan
prinsip kampanye yang jujur,
terbuka, dan dialogis yang
bertujuan untuk partisipasi
masyarakat. Untuk itu metode
kampanye yang sifatnya rapat
umum sebaiknya jumlahnya
dibatasi sehingga lebih
mengedepankan kampanye yang
bersifat dialogis dengan
masyarakat. Setelah tahapan
kampanye, aktivitas tahapan
pemilu selanjutnya adalah
pemungutan dan penghitungan
suara. Untuk pemilu nasional
terdiri dari Pemilu Presiden dan
wakil presiden, DPR, dan DPD.
Sementara untuk pemilu daerah
terdiri dari pemilihan gubernur dan
wakil gubernur, bupati dan wakil
bupati/ walikota dan wakil

76 |Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

Tabel 3

Agenda Pemilu Nasional88

Tahun 5 Tahun 1 Tahun 2


Pembentukan Pendaftaran Calon Evaluasi Pemilu
Daerah Pemilihan dan Pasangan Nasional
Calon
Pendaftaran Partai Pendaftaran Persiapan Pemilu
Politik Peserta Kampanye Daerah
Pemilu
Pemungutan dan Pendaftaran Partai
Penghitungan Politik Peserta
Suara Pemilu Daerah
Penetapan Hasil
Pelantikan

Tabel 4

Agenda Pemilu Daerah89

Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4


Pendaftaran Partai Pendaftaran Calon Evaluasi Pemilu
Politik Peserta dan Pasangan Daerah
Pemilu Daerah Calon
Kampanye Rekrutmen
Penyelenggara
Pemungutan dan
Penghitungan Suara
Penetapan Hasil
Pelantikan

88
Ibid
89
Ibid
Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 77
JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

Setelah menyelenggarakan dilakukan dengan lebih ideal


pemilu nasional di tahun ke-1, waktunya.
dilanjutkan dengan evaluasi
Penataan ulang
pemilu nasional, persiapan pemilu
manajemen pemilu ini tentu perlu
daerah, dan pendaftaran partai
dibarengi dengan optimalisasi
politik peserta pemilu untuk
penguatan kapasitas
pemilu daerah yang dilakukan di
penyelenggara pemilu hingga di
tahun ke-2. Lalu di tahun ke-3
tingkat ad-hoc. Pemilu yang
diselenggarakan pemilu daerah.
diselenggarakan dengan baik
Selanjutnya di tahun ke-4
adalah hal yang esensial untuk
dilakukan evaluasi pemilu daerah
penerapan demokrasi. Banyak
dan rekrutmen penyelenggara
hal yang bisa mempengaruhinya,
pemilu. Rekrtumen penyelenggara
salah satunya adalah bagaimanya
pemilu juga perlu ditata ulang
penyelenggara pemilu dapat
jadwalnya, karena rekrutmen
menyelenggarakan pemilu sesuai
penyelenggara pemilu, khususnya
dengan prinsip pemilu
untuk penyelenggara pemilu di
demokratis. Untuk itu dibutuhkan
daerah jadwalnya tidak serentak,
managemen dan implementasi
dan bahkan jadwalnya ada yang
pemilu yang baik. Karena pemilu
berhimpitan dengan tahapan
yang demokratis tidak hanya
pemilu yang sedang berjalan.
ditentukan dari undang-undang
Proses rekrutmen penyelenggara
pemilu yang mengaturnya.
pemilu yang dilakukan
Tahapan-tahapan pemilu harus
berhimpitan dengan tahapan
diselenggarakan sesuai dengan
pemilu yang sedang berjalan
prinsip demokrasi, termasuk di
menjadi tidak ideal apalagi jika
dalamnya adalah proses
penyelenggara pemilu yang
pemungutan dan penghitungan
terpilih adalah orang baru yang
suara yang harus dilakukan tanpa
perlu waktu untuk beradaptasi
adanya kesalahan. Kualitas
dengan manajemen
penyelenggaraan pemilu menjadi
penyelenggaraan pemilu. Untuk
penting karena penyelenggaraan
itu dengan desain pemilu serentak
pemilu dapat berdampak pada
nasional dan pemilu daerah bisa
kepercayaan pemilih kepada
ini, desain rekrutmen
proses pemilu dalam negara
penyelenggara pemilu bisa
demokrasi (Claassen,dkk, 2012),

78 |Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

bisa juga mengancam konsolidasi pemilu, termasuk pada pilihan


demokrasi (Elklit dan Reynolds, desain keserentakan pemilu.
2002), dan juga bisa Dalam memilih desain
mempengaruhi hasil pemilu keserentakan pemilu perlu
(Wand, dkk, 2001). 90 mempertimbangkan apa yang
Penyelenggaraan pemilu akan menjadi tujuan pemilu baik
yang rasional dan terukur adalah dari sisi proses maupun dari sisi
perwujudan dari pemenuhan asas hasil pemilunya. Keputusan
pemilu yang langsung, umum, menyelenggarakan pemilu
bebas, rahasia, jujur, dan adil. serentak lima kotak ternyata
Oleh sebab itu, jika di dalam sangat berdampak pada tata
proses pelaksanaan tahapan kelola manajemen
pemilu di tingkat TPS adalah penyelenggaraan pemilu.
sesuatu yang tidak terukur dan Penyelenggara pemilu tentu juga
rasional, hal ini tentu menjadi perlu beradaptasi dengan pilihan
salah satu hal yang bertentangan sistem ataupun jadwal yang
dengan asas penyelenggaraan sudah ditetapkan oleh undang-
pemilu yang langsung, umum, undang, tetapi manajemen pemilu
bebas, rahasia, jujur, dan adil. 91 harus dilakukan secara rasional
dan juga terukur agar tidak
menciderai nilai pemilu
Penutup demokratis. Penyelenggaraan
pemilu demokratis tidak hanya
Setiap pilihan dari
ditentukan oleh undang-undang
variabel sistem pemilu akan
yang mengatur pemilu tersebut.
berdampak dengan tata kelola
Penyelenggaraan pemilu pada
manajemen penyelenggaraan
tahapan pemungutan dan
penghitungan suar juga
90
Toby S James, Better Workers, berkontribusi dalam
Better Elections? Electoral mempengaruhi proses pemilu
Managament Body Workforces and
Electoral Integrity Worldwide,
yang demokratis. 92
International Political Science Review Desain pilihan
2019, Vol 40(3) 370 -390, 2019 keserentakan pemilu nasional dan
91
Perkumpulan untuk Pemilu dan pemilu daerah ini akan berdampak
Demokrasi, Permohonan Pengujian
Undang-Undang No.55/PUU-
92
XVII/2019 Op. cit, Toby S James, 2019

Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 79


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

pada penyederhanaan desain dan pelantikan. Kemudian untuk


penyelenggara pemilu. Desain ini pascatahapan pemilu adalah
akan lebih mempermudah pemilih evaluasi pemilu dan juga
dalam memberikan suaranya, rekrutmen penyelenggara pemilu.
menyederhakanan jadwal Rekrutmen penyelenggara pemilu
penyelenggaraan pemilu, juga perlu ditata ulang waktunya
mengefesiensikan biaya agar waktu rekrutmen tidak
penyelenggaraan pemilu, dan berhimpitan dengan tahapan
menyeimbangkan beban pemilu yang sedang berjalan.
penyelenggara pemilu. Dalam lima
tahun siklus pemilu, tahapan
pemilu akan terbagi menjadi
pratahapan pemilu, tahapan
pemilu, dan pascatahapan pemilu.
Hal ini akan menyederhanakan
waktu tahapan penyelenggaraan
pemilu. Sejumlah aktivitas yang
sebelumnya masuk ke dalam
tahapan pemilu dapat dikeluarkan
dalam tahapan pemilu. Aktivitas
yang masuk dalam tahapan
prapemilu antara lain adalah
pemutakhiran daftar pemilih yang
diubah menjadi metode
berkelanjutan, pembentukan
daerah pemilihan yang dilakukan
mengikuti jadwal sensus penduduk
oleh BPS, dan pendaftaran partai
politik peserta pemilu. Sehingga
aktivitas yang masuk dalam
tahapan pemilu menjadi lebih
sederhana yaitu pendaftaran calon
dan pasangan calon, kampanye,
pemungutan dan penghitungan
suara, penetapan calon terpilih,

80 |Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM


JURNAL BAWASLU PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Khoirunnisa Nur Agustyati
PENATAAN JADWAL KESERENTAKAN PEMILU
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN PEMILU

Daftar Pustaka Supriyanto, Didik, dkk, Menata


Ulang Jadwal Pilkada,
James, Toby S, Better Workers, Menuju Pemilu Nasional dan
Better Elections? Electoral Pemilu Daerah, (Jakarta:
Management Body Perkumpulan untuk Pemilu
Workforces and Electoral dan Demokrasi, 2013)
Integrity Worldwide,
International Political Science
Review 2019, Vol 40(3) 370- Supriyanto, Didik, Imajinasi
390, 2019 Hakim Konstitusi, Materi
Paparan dalam Kelas Khusus
Perludem, 31 Agustus 2020
Pintor, Rafael Lopez, Electoral (tidak dipublikasikan)
Management Bodies as
Institutions of Government, Salinan Putusan Mahkamah
(New York: Bureau of Konstitusi No. 14/PUU-
Development Policy, UNDP, XI/2013
2000)
Salinan Putusan Mahkamah
Konstitusi No. 55/PUU-
Ramadhanil, Fadli, dkk,
XVII/2019
Evaluasi Pemilu Serentak
2019: Dari Sistem Pemilu ke
UU No 7/2017
Manajemen Penyelenggaraan
Pemilu, (Jakarta:
https://www.kemenkeu.go.id/pub
Perkumpulan untuk Pemilu
likasi/berita/ini-peruntukan-
dan Demokrasi, 2019)
anggaran-pemilu-2019/

Rizkiyansyah, Ferry Kurna dkk, https://nasional.tempo.co/read/11


Tata Kelola Pemilu di 98237/evaluasi-pemilu-2019-
Indonesia, (Jakarta: Komisi jk-nilai-pilpres-dan-pileg-
Pemilihan Umum, 2019) dipisahkan

Edisi III Volume 2 Nomor 2 – November 2020 | Jurnal IUS CONSTITUENDUM | 81

Anda mungkin juga menyukai