Anda di halaman 1dari 14

MENYIAPKAN TATA KELOLA PEMILU SERENTAK 20191

PREPARING THE GOVERNABILITY OF CONCURRENT


ELECTION 2019
Sri Nuryanti

Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
E-mail: yantijkt@yahoo.com
Diterima: 23 Maret 2015; direvisi: 27 Mei 2015; disetujui: 18 Juni 2015

Abstract

The decision made by Constitutional Court on the 23rd January 2014 has resulted at the changing pattern
of implementing election into Concurrent Election that will be started to be implemented in 2019. However, the
decision itself has vague meaning as it is simply enunciated the implementation of election at once, but it is not
implicatively considering the coat tail effect as to whether this is the most aimed for strengthening the presidential
system in Indonesia. This paper will study the concurrent electoral governance that should be taken into account
prior to the implementation of the above particular Constitution Court decision in 2014.

Keywords: Concurrent Election, electoral governance.

Abstrak

Keputusan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 23 Januari 2014 telah mengakibatkan perubahan pola
penyelenggaraan pemilu menjadi Pemilu Serentak yang akan diselenggarakan mulai tahun 2019. Meskipun
demikian, keputusan tersebut sebenarnya agak janggal karena hanya mengumumkan penyelenggaraan pemilu
secara serentak, tetapi tidak mempertimbangkan penerapan coattail effect (efek ekor jas) untuk tujuan mendasar
yaitu memperkuat sistem presidensial di Indonesia. Tulisan ini akan mempelajari tata kelola Pemilu Serentak yang
harus dipertimbangkan sebelum pelaksanaan keputusan khusus Mahkamah Konstitusi di tahun 2014 tersebut.

Kata Kunci: Pemilu Serentak, tata kelola kepemiluan.

Pendahuluan
Pemilu Serentak sebagai pelaksanaan amar penafsiran akan sistem yang akan dibangun
putusan Mahkamah Konstitusi pada 23 Januari dengan keputusan MK tersebut karena dalam
2014 dimana Mahkamah Konstitusi memutuskan amar putusannya Mahkamah Konstitusi hanya
bahwa penyelenggaran pemilihan umum presiden menyebutkan soal penyelenggaraan serentak
dan wakil presiden, serta pemilihan umum antara pemilu untuk anggota DPR, DPD dan
legislatif dilaksanakan secara serentak mulai DPRD dan pemilu Presiden-Wakil Presiden.
tahun 2019. Hal ini memunculkan berbagai

1
Tulisan ini adalah untuk merespons implementasi atas Putusan MK ini merupakan putusan perkara Nomor 14/PUU-XI/2013 yaitu
putusan uji publik atas Undang-Undang Nomor 42 tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Menyiapkan Tata Kelola Pemilu Serentak 2019 | Sri Nuryanti | 1 


Putusan Mahkamah Konstitusi itu secara lengkap umum dilaksanakan secara langsung, umum,
berbunyi:2 bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima
tahun sekali”. Hal itu secara sederhana dapat
Bahwa Pasal 3 ayat (5), Pasal 12 ayat (1) dan dipahami bahwa Undang-Undang Dasar 1945
ayat (2), Pasal 14 ayat (2), dan Pasal 112 Un-
mengamanatkan bahwa hanya ada satu pemilihan
dang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Pres- umum dalam kurun waktu lima (5) tahun. Hal
iden, bertentangan dengan Undang-Undang ini sebenarnya kalau dilihat dari original intent
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; pembuatan pada saat pembahasan amandemen
2) Bahwa Pasal 3 ayat (5), Pasal 12 ayat (1 ) Undang-Undang Dasar 1945, dimana dalam
dan ayat (2), Pasal 14 ayat (2), dan Pasal 112 pembahasannya disepakati perlunya penekanan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang bahwa pemilu diselenggarakan 5 tahun sekali.5
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 3)
Dalam perkembangannya, keputusan itu bisa juga
Amar putusan tersebut di atas berlaku untuk pe- merujuk pada adanya pemikiran mengenai potensi
nyelenggaraan pemilihan umum tahun 2019 dan kejenuhan bagi pemilih, yang dihadapkan pada
pemilihan umum seterusnya; 4) Menolak per- beberapa kali pemilu. Penyelenggaraan pemilu
mohonan pemohon untuk selain dan selebihnya. yang beberapa kali ini akan mengakibatkan
kejenuhan bagi pemilih yang pada akhirnya
Dari amar putusan Mahkamah Konstitusi
dikhawatirkan akan menghasilkan partisipasi
itu, muncullah penafsiran bahwa Pemilu 2019
pemilih yang biasa saja, dan bisa juga meskipun
akan diselenggarakan dengan 5 kotak. Secara
partisipasi masih menunjukkan prosentase baik,
sederhana putusan itu banyak dimengerti sebagai
tapi rakyat malas memikirkan substansi mengapa
sekedar perbedaan dalam penyelenggaraannya
harus pemilu atau mengapa mereka harus ke
dimana Pemilu 2019 akan diselenggarakan secara
Tempat Pemungutan Suara (TPS) atau mengapa
bersamaan untuk memilih DPR, DPD, DPRD,
mereka harus berpartisipasi dalam kegiatan
Presiden dan Wakil Presiden. Namun demikian,
pemilu6. Terlebih lagi, bila pemilu yang ada
patut menjadi perhatian bersama bahwa apapun
akhir-akhir ini adalah pemilu yang melibatkan
yang diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi
kekerasan, atau pemilu yang pada akhirnya
terkait dengan Pemilu Serentak itu, sebaiknya
tidak menghasilkan wakil rakyat di legislatif
direspons secara akademik dan dilihat pengaturan
dan pemimpin rakyat di jajaran eksekutif yang
teknis implementatif yang harus ada beserta
tidak mempunyai kinerja baik. Oleh sebab
pernik-perniknya.
itu, Pemilu Serentak kemungkinan besar
Tulisan ini bermaksud membahas penyiapan diformulasikan untuk menutup celah kejenuhan
tata kelola Pemilu Serentak yang sesuai dengan itu. Kemungkinan yang lain lagi, formulasi
amar putusan MK akan dilaksanakan mulai tahun Pemilu Serentak adalah dalih untuk membuat
2019.3 Sebagaimana diketahui bahwa keputusan penyelenggaraan pemilu efisien.7 Alasan-alasan
mengenai Pemilu Serentak adalah putusan MK inilah yang harus dilihat satu persatu.
tahun 2014 tentang uji publik Undang-Undang
No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden 5
Lihat penjelasan F PDIP, I Dewa Gede Palguna yang dapat
dan Wakil Presiden.4 Mahkamah Konstitusi dilihat dari Naskah Komprehensif Perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Latar Belakang,
mempertimbangkan ketentuan Pasal 22E Ayat Proses dan Hasil Pembahasan, 1999-2002, Buku 5 Pemilihan
(1) UUD 1945 yang menyatakan: “Pemilihan Umum, Edisi Revisi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan,
Mahkamah Konstitusi 2010, hal. 581
2
Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi tentang perkara Nomor
14/PUU-XI/2013 uji materi UU No. 42 tahun 2008 tentang 6
Mengenai alasan mengapa perlu berpartisipasi dalam pemilu,
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dapat dibaca dalam misalnya tulisan Jan W.Van Deth, Studying
Political Participation: Towards a Theory of Everything,
3
Tulisan ini merupakan pengembangan dari tulisan saya dalam yang disampaikan dalam European Consortium for Political
salah satu bagian pembahasan dalam Naskah Akademik tentang Research, Grenoble, 6-11 April 2001, Perancis
Desain Pemilu Serentak yang disusun oleh Electoral Research
Institute (ERI)-LIPI, 2015. 7
Menyangkut penyelenggaraan pemilu atau kebijakan negara
yang efisien, dengan menganalisis konsekuensi ekonomu dalam
4
Putusan MK ini merupakan putusan perkara Nomor 14/PUU- perubahan konstitusi, banyak disinggung oleh Elster John
XI/2013 yaitu putusan uji publik atas Undang-Undang Nomor and Rune Slagstad (Eds), Constitutionalism and Democracy,
42 tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. (Cambridge: Cambridge University Press, 1988).

2 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 1 Juni 2015 | 1–14  


Ketika MK kemudian memutuskan untuk Dalam kacamata inilah, tulisan ini dibuat yaitu
penyelenggaraan Pemilu Serentak, putusan untuk menjawab hal-hal apa saja yang harus
MK masih belum putusan operasional yang ada dalam implementasi putusan Mahkamah
menjawab kerisauan–kerisauan atas banyaknya Konstitusi tahun 2014 tentang Pemilu Serentak
penyelenggaraan pemilu di atas. Mungkin sebagai putusan atas perkara nomor 14/PUU-
alasan agar tidak jenuh, bisa terjawab oleh XI/2013.
Pemilu Serentak ini, juga mungkin soal efisiensi
dalam penyelenggaraan. Terlepas dari itu, Kerangka Pemikiran
penyelenggaraan Pemilu Serentak tahun 2019
Dalam studi tentang pentingnya penyelenggaraan
sesuai putusan MK, masih belum mengatur
Pemilu Serentak, dimulai dari studi tentang
operasionalisasi yang bisa memperkuat sistem
sistem pemilu yang bermuara pada adanya dua
presidensial, karena Pemilu Serentak putusan MK
pilihan besar yaitu sistem distrik dan sistem
adalah pemilu yang lebih tepatnya diserentakkan,
proporsional. Untuk Indonesia, sejak lama yang
5 kotak. Ini yang kemudian tidak mengakibatkan
diterapkan adalah dengan sistem campuran
munculnya coattail effect.
yaitu dengan menggunakan sistem proporsional
Coattail effect ini secara teori sebenarnya dengan menggunakan formula suara terbanyak
mengatur hubungan sequential dimana partai untuk pemilihan anggota DPR maupun DPRD,
yang menjadi pemenang pada pemilu legislatif sementara DPD dipilih dengan memilih 4 calon
adalah partai dimana presiden dan wakil presiden yang mempunyai suara terbanyak di masing-
terpilih berasal.8 Yang dikhawatirkan adalah masing provinsi. Sementara penyelenggaraan
bahwa Pemilu Serentak ini adalah pemilu yang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden selama ini
diserentakkan penyelenggaraannya saja, tetapi diselenggarakan terpisah dari Pemilu Legislatif
tidak sampai menyentuh coattail effect itu tadi. dan dilaksanakan dengan metode dua putaran
(the two round model). Penerapan model ini
Permasalahan membawa konsekuensi adanya calon pemenang
Permasalahan yang hendak dikaji dalam tulisan ini presiden-wakil presiden yang bukan berasal dari
adalah menyangkut hal-hal yang harus disiapkan partai pemenang sewaktu pemilu anggota DPR,
dalam implementasi putusan Mahkamah DPD maupun DPRD. Dengan demikian, sistem
Konstitusi terkait dengan penyelenggaraan yang diberlakukan di Indonesia dimana Pemilu
Pemilu Serentak tahun 2014. Putusan Mahkamah Legislatif mendahului Pemilu Presiden, tidak
Konstitusi terkait dengan pengujian suatu memunculkan pola untuk memperkuat sistem
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar presidensial di Indonesia. Pemilu di Indonesia
1945 khususnya untuk pasal 3 ayat (5), pasal 12 selama ini tidak menghasilkan efek berantai atas
ayat (1) dan (2), pasal 14 ayat (2) serta pasal 112 pilihan masyarakat pada Pemilu Legislatif dan
UU 42/2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil pilihan mereka untuk calon pada Pemilu Presiden
Presiden, dimana pasal-pasal itu dinyatakan dan Wakil Presiden. Oleh karena itu, perlu
bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 dimunculkan formula yang bisa memperkuat
dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. sistem presidensial.
Meskipun sifat putusan MK ini dianggap sebagai Berbeda dengan negara yang menerapkan
negative legislator, maka dalam pelaksanaannya Dual Simultaneous Vote (DSV) seperti Uruguay
biasanya diperlukan penyesuaian undang-undang misalnya, dimana Uruguay menerapkan sistem
dan hal-hal lain sebagai konsekuensi putusan itu. yang kompleks yang menghubungkan sifat politik
di Uruguay, yang kemudian dianggap sebagai
8
Dalam salah satu tulisan dikatakan bahwa pola Coattail
effect ini akan memperkuat evaluasi terhadap kinerja partai pola untuk memperkuat pemerintahan yang
sekaligus memberi peluang kepada partai politik untuk bekerja ekesekutifnya kuat dan didukung oleh konsensus
lebih bagus lagi agar pemilih memilih calon yang berasal dari dan adanya pemerintahan yang merupakan aliansi
parti yang sama. Lihat misalnya tulisan Amuitz Garmendia
Madariaga, H. Ege Ozen, “Looking for two-sided Coattail antar partai.9 Dalam Dual Simultaneous Vote ini
Effects, Intergrated parties and multilevel elections in the
US”, Electoral studies 40 (2015): 66-75, www.elsevier.com/ 9
Lihat Charles Guy Gillespie, Negotiating Democracy:
locate/elecstud. Politicians and Generals in Uruguay, (Cambridge: Cambridge

Menyiapkan Tata Kelola Pemilu Serentak 2019 | Sri Nuryanti | 3 


mengatur sebuah kombinasi dimana presiden yang tidak seragam. Kalau mau diserentakkan,
yang terpilih harus berasal dari partai pemenang bagaimana dengan penyesuaian waktu
pemilu. penyelenggaraan Pemilu Serentak nya?. Apakah
Dalam kerangka pemikiran untuk tahun 2019 itu sudah bisa serentak semua? Masa
memperkuat sistem presidensial itulah, untuk akhir jabatan kepala daerah perlu dihitung. Dalam
konteks Indonesia perlu dipikirkan hal-hal pada itu, untuk lebih memperjelas asumsi ini,
lain yang berhubungan dengan implementasi perlu dilihat tulisan Tom Ginsburg and Albert
putusan Mahkamah Konstitusi karena putusan H.Y. Chen, banyak mengungkapkan perlunya
Mahkamah Konstitusi tidak mengatur seperti apa melihat suatu proses politik secara utuh, baik hal
model penyelenggaraannya bila Pemilu Serentak penyebab, konsekuensi dan batasannya sehingga
diterapkan di Indonesia dan hal-hal apa saja yang proses politik sesuai yang diharapkan. 11
harus disiapkan menjalang pelaksanaanya. Ketiga, terkait dengan rekrutmen
penyelenggara. Dalam undang-undang dikatakan
Peluang dan Tantangan Pemilu Serentak bahwa pergantian penyelenggara diharapkan
tidak mengganggu jalannya suatu tahapan pemilu.
Peluang dan tantangan Pemilu Serentak
Padahal, masing-masing penyelenggara pemilu
sebenarnya banyak sekali. Terdapat sejumlah hal
mempunyai masa tugas yang berbeda-beda pula.
yang memerlukan pemikiran khusus. Pertama,
Dalam hal ini perlu dipikirkan mengenai masa
terkait dengan tujuan penyelenggaraan Pemilu
rekrutmen penyelenggara pemilu yang tidak
Serentak 2019 apakah sekedar pemilu yang
mengganggu penyelenggaraan pemilu itu sendiri.
diserentakkan ataukah pemilu serentak yang
Hal ini perlu diperhitungkan khususnya ketika
diformulasikan dengan tujuan utama memperkuat
penyelenggaraan pemilu terjadi pada masyarakat
sistem presidensial?. Bila sekedar diserentakkan,
yang terbelah. Dalam masyarakat yang terbelah,
mungkin hanya soal efisiensi penyelenggaraan.
memerlukan electoral engineering (perekayasaan
Tetapi dari sisi kandidat, belum tentu Pemilu
proses kepemiluan) dalam rangka manajemen
Serentak adalah pemilu berbiaya politik lebih
konflik khususnya untuk penyelenggaraan
murah. Kajian mengenai alasan ini dapat dibaca
demokrasi di masyarakat terbelah.12
misalnya pada bukunya James L. Regens dan
Ronald Keith Gaddie, menyebutkan bahwa Lalu keempat, terkait dengan jadwal,
dalam reformasi konstitusi yang menyangkut tahapan dan program penyelenggaraan Pemilu
perubahan-perubahan kebijakan politik, biasanya Serentak, perlu dilihat juga kapan waktu yang
perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap tepat dimulainya jadwal, tahapan dan program
pola ‘rent seeking’. Dengan demikian, belum itu. Hal ini akan terkait dengan kesiapan
tentu perubahan peraturan dan kebijakan itu akan penyelenggara khususnya dalam pembuatan
berdampak pada penyelenggaraan pemilu yang kebijakan dan peraturan penyelenggaraan
lebih murah. 10 pemilu.13
Kedua, terkait dengan waktu pelaksanaan Kelima, terkait dengan pengamanan Pemilu
Pemilu Serentak. Apakah norma Pemilu Serentak Serentak. Apabila Pemilu Serentak disetujui
2019 ini mengisyaratkan adanya Pemilu Serentak pemisahan Pemilu Serentak nasional dan lokal,
dengan basis nasional, atau Pemilu Serentak maka dalam penyelenggaraannya perlu dihitung
seperti apa?, basis keserentakkannya itu seperti soal pengamanan. Khusus untuk penyelenggaraan
apa?, apakah nasional lokal?, atau Eksekutif-
Legislatif?, atau per gelombang?. Hal ini perlu Lihat Tom Ginsburg dan Albert H.Y. Chen, Administrative
11.

mengingat masa akhir jabatan kepala daerah Law and Governance in Asia, Comparative Perspective,
(London and New York: Routledge, 2009).

Latin American Studies, Cambridge University Press, 1991), 12


Lihat Benjamin Reilly, Democracy in Divided Society,
hlm. 82. Electoral Engineering for Conflict Management, (Cambridge:
Cambridge University Press, 2004).
10
Lihat James L. Regens dan Ronald Keith Gaddie, The
Economic Realities of Political Reform, Elections and the 13
Lihat International IDEA, Electoral Management Design,
US Senate, (Cambridge: Cambridge University Press, 1995), an Overview of the International IDEA Handbook, (Swedia:
hlm. 97. International IDEA, 2006).

4 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 1 Juni 2015 | 1–14  


Pemilu Serentak lokal, hal ini sangat terkait Secara teknis, hambatan penyelenggaraan
dengan eskalasi politik di masing-masing daerah. Pemilu Serentak 2019 sebenarnya harus bisa
Ada beberapa daerah yang di masa lalu ketika menghitung dan menjawab persoalan yang
penyelenggaraan pemilukadanya diwarnai penulis sebutkan sebelumnya, yang bermula
dengan kerusuhan, konflik dan kekerasan. Hal dari norma pengaturan pemilu serentak itu,
ini tentu membuat aparat keamanan untuk kemudian jadwal, tahapan dan program, termasuk
lebih waspada dan mewaspadai jangan sampai pola rekrutmen penyelenggara yang tidak
peristiwa di masa lalu terulang, atau terjadi di mengganggu berlangsungnya jadwal, tahapan
daerah lain. Penyelenggaraan pemilukada selama dan program satu siklus pemilu utuh, sampai
ini dianggap lebih krusial dari sisi pengamanan soal eksekusi di lapangan yang melibatkan
karena kadangkala ada konflik-konflik lokal atau pengamanan pemilunya (penyelenggara, logistik,
sentimen lokal yang terbawa dalam dinamika proses pemilu, pengumuman hasil, pelantikan).
pemilukada. Sepanjang semua hal teknisnya diperhitungkan
Keenam, hal-hal pendukung lain, termasuk dan pengaturan dasarnya dimuat dalam ketentuan
pembiayaan. Untuk penyelenggaraan Pemilu undang-undang, pelaksanaan teknisnya tidak
Serentak nasional, pembiayaan biasanya akan ada masalah yang berarti. Tentunya, perlu
sudah dicadangkan dalam pembiayaan yang dukungan semua pihak.
akan ditanggung negara, sementara formulasi Kalau untuk meminimalisir Pemilu Serentak
pembiayaan untuk penyelenggaraan Pemilu 2019, memang yang paling penting adalah
Serentak lokal, anggarannya bila tidak ada adanya undang-undang Pemilu Serentak yang
perubahan pengaturan, maka masih harus mengatur garis besar skenario Pemilu Serentak
disiapkan oleh daerah. Apabila formulasi anggaran itu. Tidak perlu rigid karena ini yang akan
pemilukada masih dibebankan kepada daerah, dituangkan dalam peraturan KPU. Koordinasi
maka bagaimana dengan daerah yang masih dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan
belum mampu menyelenggarakan pemilukada pemilu, tentu menjadi hal yang harus selalu
pada saat pemilukada itu dilaksanakan?. Lain dijalin bahkan sejak dini, sehingga tidak ada hal
halnya jika anggaran pemilukada dibebankan yang lepas kendali.
kepada APBN, mungkin anggaran tidak menjadi Ya n g p e r l u d i p i k i r k a n a d a l a h
soal. Cuma memang perlu perubahan undang- perlunya memilahkan antara pemilu yang
undang mengenai hal ini, dan hal-hal lain yang penyelenggaraannya sekedar diserentakkan
terkait dengan keputusan penyelenggaraan dengan pemilu serentak yang memang ditujukan
Pemilu Serentak itu. untuk memperkuat sistem presidensial.
Peluang Pemilu Serentak bagi akselerasi Electoral Research Institute (ERI) telah membuat
demokrasi memang ada. Hal itu harus dari awal pemilahan Pemilu Serentak antara Pemilu
disepakati apakah Pemilu Serentak ini juga Serentak nasional dan Pemilu Serentak lokal.
ditujukan untuk memperkuat sistem presidensial Pemilu Serentak nasional hanya akan memilih
atau sekedar diserentakkan penyelenggaraannya. DPR, DPD, Presiden-Wakil Presiden, sementara
Apabila memang Pemilu Serentak ditujukan Pemilu Serentak lokal akan memilih DPRD
untuk memperkuat sistem presidensial, maka provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan Kepala
peluang itu ada, dan harus dimulai dari sekarang. Daerah-Wakil kepala Daerah baik provinsi
Formulasinya harus benar-benar menghitung maupun kabupaten-kota. Basis penyelenggaraan
teknis penyelenggaraan, dan konsekuensi atas Pemilu Serentak lokal adalah provinsi.14
penyelenggaraan yang ‘serentak’ itu. Peluang Dalam menyiapkan tata kelola Pemilu
memperkuat sistem presidensial perlu dipikirkan Serentak baik lokal maupun nasional perlu
secara komprehensif, termasuk ketika penguatan diperhatikan tata kelola dan kebutuhan-
sistem presidensial itu juga dipakai logikanya kebutuhan penyelenggaraannya sebagaimana
untuk memperkuat tata kelola pemerintahan dalam penjelasan berikut ini.
daerah.
Lihat Electoral Research Institute, Naskah Akademik Desain
14

Pemilu Serentak, (Jakarta: ERI-LIPI, 2015), hlm. 20.

Menyiapkan Tata Kelola Pemilu Serentak 2019 | Sri Nuryanti | 5 


1. Terkait dengan tersedianya UU Pemilu pada bulan Juni 2017. Dengan demikian, apabila
Serentak undang-undang Pemilu Serentak ini sudah
Merujuk pada tata kelola kepemiluan, maka tersedia pada awal atau maksimal pertengahan
diperlukan tersedianya undang-undang tahun 2017, penyelenggara pemilu dapat
kepemiluan, penyelenggara pemilu, tahapan mempunyai cukup waktu untuk persiapan
penyelenggaraan pemilu, dan penyelesaian penyelenggaraannya. Penyelenggara pemilu
sengketa pemilu. Untuk menyelenggarakan pada masa sebelum disahkannya undang-
Pemilu Serentak, tak pelak lagi diperlukan undang pemilu yang baru yang mengatur
undang-undang yang akan menjadi dasar setiap tahapan, penyelenggara pemilu harus melakukan
pelaksanaan tahapan Pemilu Serentak ini. persiapan-persiapan mulai dari perencanaan
Undang-undang pemilu yang sudah ada, baik keuangan, perekrutan penyelenggara di daerah
pemilu untuk memilih DPR, DPD dan DPRD provinsi dan kabupaten kota, konsolidasi internal
dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan persiapan-persiapan draft peraturan dan
dapat menjadi modal dasar dibuatnya undang- draf petunjuk pelaksanaan beserta draf petunjuk
undang Pemilu Serentak. Mungkin yang perlu teknis. Dengan demikian, pada saat tahapan
penyesuaian adalah dalam hal penyelenggaraan harus dilaksanakan, penyelenggara pemilu sudah
tahapannya. mempunyai persiapan yang cukup memadai.
Kebutuhan akan adanya undang-undang
pemilu ini seharusnya sedini mungkin dapat 2. Terkait dengan Penyelenggara Pemilu
diatasi. Tidak seperti penyelenggaraan Pemilu Serentak
2009 di mana waktu disahkannya undang-undang Merujuk pada ketentuan Pasal 22E UUD 1945
dengan masa berlangsungnya tahapan sangat maka pemilu diselenggarakan oleh sebuah komisi
singkat sehingga penyelenggara tidak mempunyai yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Oleh
waktu yang cukup untuk melakukan persiapan sebab itu, masa kerja KPU adalah 5 tahun.
penyelenggaraan tahapan yaitu misalnya dalam hal Selama ini, masa kerja KPU RI, KPU provinsi
penyiapan peraturan, petunjuk pelaksanaan dan dan KPU kabupaten/kota adalah 5 tahun. Bila
petunjuk teknis. Penyelenggaraan Pemilu 2014 dihubungkan dengan penyelenggaraan Pemilu
dari segi ketersediaan waktu antara disahkannya Serentak, maka perlu dipikirkan soal pola
undang-undang dan penyelenggaraan tahapan rekrutmen anggota KPU yang ideal yaitu:
cukup panjang sehingga penyelenggara pemilu a) Diseleksi oleh tim seleksi yang
dapat melakukan persiapan-persiapan sebelum bersifat independen yang terdiri dari
pelaksanaan tahapan. UU Pemilu 2014 juga akademisi dan praktisi yang paham betul
sudah mengadopsi beberapa perubahan yang mengenai kepemiluan, bukan panitia
mendasarkan pada pengalaman pada pemilu seleksi (pansel) yang dicalonkan oleh
2009. Dengan demikian, mengacu pada UU yang kepala daerah dan DPRD sebagaimana
pernah ada, UU Pemilu Serentak harus segera dilakukan oleh pansel perekrutan KPU
disusun dan disahkan. pada Pemilu 2009, tetapi seperti pansel
Dalam naskah ini, yang akan digunakan pada perekrutan KPU pada Pemilu 2014.
untuk bahan pijakan simulasi penyelenggaraan Pemberkasan pemenuhan syarat calon
Pemilu Serentak adalah undang-undang Pemilu anggota KPU dilakukan secara online
Legislatif dan Pemilu Presiden yang terakhir dan ujian tertulis dilakukan secara online
yaitu undang-undang untuk penyelenggaraan meskipun lokasi test berada di masing-
Pemilu 2014. masing tingkatan.
Dengan mengambil asumsi bahwa b) Rekrutmen untuk KPU dilaksanakan dua
penyelenggaraan Pemilu Serentak akan tahun setengah sebelum penyelenggaraan
dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2019, pemilu nasional. Bila merujuk pada
maka disarankan agar UU Pemilu Serentak usulan awal penyelenggaraan pemilu
dapat disahkan minimal dua tahun sebelum serentak secara ideal akan dilakukan bulan
penyelenggaran Pemilu Serentak yaitu maksimal Mei atau Juni, maka rekrutmen anggota

6 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 1 Juni 2015 | 1–14  


KPU sudah harus menghasilkan anggota Penyelenggara pemilu dengan model
KPU terpilih pada bulan Januari 2017. pemisahan Pemilu Serentak di tingkat nasional
Hal ini dilakukan dengan perhitungan ini akan membawa konsekuensi pada beban
bahwa pada dua tahun setelah yang penyelenggara yang lebih ringan dan tertata.
bersangkutan menjadi anggota KPU, Untuk Pemilu Serentak di level nasional misalnya,
yang bersangkutan akan melalui seluruh beban penyelenggara untuk menyediakan
proses dari awal pratahapan, tahapan dan surat suara hanya 77 surat suara sesuai Dapil
pasca tahapan. Setelah pemilu nasional dan 34 surat suara untuk DPD. Baru nanti
selesai, yang bersangkutan masih untuk penyelenggaraan Pemilu Serentak di
mempunyai masa tugas dua setengah tingkat lokal, maka beban mereka hanya untuk
tahun. Pada masa setelah pemilu nasional menyediakan surat suara di wilayah provinsinya
ini, apabila pemilu lokal diselenggarakan saja. Oleh sebab itu, masuk akal apabila untuk
dengan jarak 2 hingga 2,5 tahun, maka penyelenggaraan Pemilu Serentak nasional,
yang bersangkutan akan melalui proses beban pengadaan logistik yang berupa surat suara
pratahapan, tahapan dan pascatahapan. dan alat perlengkapan lain menjadi tanggung
Setengah tahun setelahnya, yang jawab penyelenggara tingkat pusat, sementara
bersangkutan dapat mengakhiri masa ketika penyelenggaraan Pemilu Serentak lokal
tugasnya pada periode itu, disaat yang menjadi tanggung jawab masing-masing provinsi
bersamaan sudah berlangsung rekrutmen di wilayahnya.
baru calon pengganti atau yang terpilih
kembali. 3. Terkait dengan Waktu Penyelenggaraan
Apabila merujuk pada norma penyelenggaraan
Apabila siklus ini dapat dilalui maka Pemilu Serentak sebagaimana dimunculkan
sirkulasi keanggotaan KPU tidak mengganggu dalam putusan MK, diketahui bahwa putusan MK
tahapan atau bahkan tidak mengganggu siklus merujuk pada Pasal 22E Ayat (1) UUD 1945 yang
suatu pemilu sama sekali. Selama ini, seringkali menyatakan, “Pemilihan umum dilaksanakan
terjadi pergantian KPU di tengah tahapan, secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
sehingga menyulitkan bagi yang terpilih untuk dan adil setiap lima tahun sekali”. Pasal ini
langsung menyesuaikan dengan tahapan yang tampaknya ditafsirkan MK sedemikian rupa
sedang berjalan. Pergantian antarwaktu masih sehingga seakan-akan konstitusi mengamanatkan
dapat diakomodir kecuali untuk kasus yang hanya ada satu pemilihan umum dalam kurun
menimbulkan pemberhentian keseluruhan waktu lima tahun. Selanjutnya Pasal 22E Ayat (1)
anggota KPU, maka disarankan agar hal ini UUD 1945 langsung diikuti oleh Ayat (2) –dalam
dilakukan dengan mempertimbangkan tahapan satu tarikan nafas– yang menyatakan, “Pemilihan
yang sedang berlangsung. Untuk itu, apabila umum diselenggarakan untuk memilih anggota
Pemilu Serentak akan dilakukan pada bulan akhir Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Mei atau akhir Juni akhir, maka penggantian Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan
anggota KPU dilakukan pada bulan Januari Perwakilan Rakyat Daerah”. Hal ini dipahami
dua setengah tahun sebelum penyelenggaraan bahwa pemilihan umum yang dilaksanakan
pemilu. Apabila Pemilu Serentak nasional akan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
digelar bulan Juni 2019, maka bulan Januari adil setiap lima tahun sekali dilaksanakan secara
2017 sudah ada pergantian keanggotaan KPU. sekaligus (serentak) untuk memilih anggota
Keanggotaan KPU periode 2012-2017 yang Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
seharusnya mengakhiri masa tugas pada tanggal Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan
12 April 2017, dimajukan masa tugasnya menjadi Perwakilan Rakyat Daerah.
Januari 2017. Karena konsekuensi ini, perlu
Dari ketentuan konstitusi ini, maka
diatur mengenai penggantian kompensasi bagi
diputuskan bahwa waktu penyelenggaraan
anggota KPU yang masa jabatannya dipersingkat
Pemilu Serentak adalah sekali dalam lima tahun.
3 sampai 4 bulan tersebut.
Namun demikian, argumentasi pelaksanaan

Menyiapkan Tata Kelola Pemilu Serentak 2019 | Sri Nuryanti | 7 


Pemilu Serentak lima kotak dalam waktu yang c. Faktor pengamanan. Terkait dengan
bersamaan ini banyak menuai kritik mengingat penyelenggaraan Pemilu Serentak,
beberapa hal: seringkali yang perlu diperhitungkan
a. Coattail effect tidak tercipta. Apabila adalah soal keamanan. Menurut
penyelenggaraan pemilu dilakukan secara pengalaman selama ini, faktor
serentak lima kotak, maka keinginan pengamanan penyelenggaraan Pemilu
untuk memperkuat sistem presidensial Legislatif yang digelar secara nasional
di mana muncul pola hubungan yang bersamaan, dari sisi keamanan tidak
saling mendukung antara eksekutif dan terlalu riskan. Namun perlu dihitung
legislatif sehingga tercipta tata kelola bahwa kontestasi pada Pileg dan
pemerintahan yang kuat, tidak mudah Pilpres berbeda eskalasinya. Seperti
tercipta. Hal itu disebabkan karena format pengalaman penyelenggaraan Pemilu
surat suara yang sendiri-sendiri sehingga Presiden 2014 yang hanya diikuti
memungkinkan pemilih mempunyai oleh dua pasangan calon presiden dan
pilihan yang tidak sejalur. Pemilih bisa wakil presiden, mempunyai eskalasi
jadi memilih partai A untuk legislatif, dan dan friksi antarpendukung pasangan
calon partai B untuk kandidat presiden. calon yang lebih tinggi, yang sedikit
Oleh karena itu, apabila penyelenggaraan banyak mempengaruhi situasi keamanan
Pemilu Serentak 5 kotak seperti masyarakat. Hal ini ditengarai disebabkan
diputuskan MK, maka coattail effect oleh potensi kemunculan friksi para
tidak tercipta. pendukung pasangan calon presiden yang
bercampur dengan kepentingan para
b. Kemampuan pemilih menjadi pemilih
pendukung partai peserta pemilu.
rasional minim. Pengalaman bangsa
Indonesia menyelenggarakan pemilu d. Pengaturan logistik. Selama ini
selama ini menunjukkan bahwa perilaku pengaturan logistik dilakukan secara
pemilih masih banyak yang ditentukan terpusat dengan menggunakan aplikasi
oleh iming-iming material selama silogdis (sistem logistik dan distribusi)
kampanye atau kedekatan afiliasi dengan dengan melakukan zonasi (diberlakukan
calon, baik karena kesamaan etnis, zona-zona yang diatur sedemikian rupa
performa fisik maupun hal lain yang untuk mendekatkan pabrik pemenang
bersifat instan. Oleh karena itu, perlu tender dengan wilayah distribusi
dibuat rekayasa pengelolaan pemilu dan logistik pemilu). Dalam konteks Pemilu
pengetatan sanksi hukum bagi pelaku Serentak dengan distrik pemilu yang
dan penerima money politics. Ketentuan beragam, maka perlu dilihat kapabilitas
di dalam UU pemilu yang melarang penyelenggara pemilu (KPU), apakah
pemberian, menerima atau menjanjikan KPU akan menerapkan sistem dan
barang dan atau jasa selama pemilu, perlu mekanisme yang sama dalam pembuatan
penegasan sanksi hukumnya. dan distribusi logistik ataukah KPU
harus mencari cara baru. Kompleksitas
Di samping itu, kemampuan pemilih untuk penyelenggaraan pemilu lima kotak
menjadi pemilih yang secara rasional membawa konsekuensi pada beban
mendasarkan pilihannya pada program pekerjaan penyelenggara pemilu yang
partai, masih sangat minim. Partai gagal lebih rumit dan perlu ketelitian.
mensosialisasikan programnya kepada
para calon pemilih, para calon juga
Oleh karena itu, di dalam kertas posisi yang
tidak mempunyai performa kuat untuk
telah diformulasikan oleh Electoral Research
mendorong kesuksesan program partai.
Institute, diusulkan model Pemilu Nasional
Oleh sebab itu, perlu dicari formula
Serentak yang terpisah dari Pemilu Lokal
secara manajemen untuk menangani
Serentak sebagai pilihan yang lebih tepat bagi
permasalahan ini.

8 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 1 Juni 2015 | 1–14  


bangsa Indonesia. Untuk menyelenggarakan
keduany, maka yang perlu dipertimbangkan 2015 2016 2017 2018
Gambar 1. Grafik Perkiraan Waktu Penyelenggaraan
2019 2020

adalah: Pemilu Serentak Nasional


1. Masa akhir jabatan Presiden, DPR, DPD Perekrutan KPU Pemilu Serentak Nasional

untuk Pemilu Serentak Nasional Tahapan Penyelenggaraan


(Januari) Pemilu
(Mei )

2. Masa akhir jabatan Gubernur, Bupati/ Gambar 1. Grafik Perkiraan Waktu


walikota, DPRD Prov, DPRD Kabupaten/ Penyelenggaraan Pemilu Serentak Nasional
Kota untuk Pemilu Lokal Serentak
Tahapan Penyelenggaraan Pemilu
Selama ini, Presiden dan Wakil Presiden Serentak Serentak
terpilih dilantik tanggal 20 Oktober, sementara Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
DPR dan DPD dilantik tanggal 1 Oktober. suatu pemilu, maka perlu dikutip siklus pemilu
Sementara itu, kalau kita melihat bahwa Pemilu sebagaimana yang termuat dalam diagram di
Legislatif diselenggarakan tanggal 9 April, maka bawah ini:15
jarak antara Pemilu Legislatif sampai dengan
pelantikan calon legislatif terpilih sekitar 5-6
bulan. Jarak waktu ini yang cukup lama ini
berpotensi tidak produktif (malas-malasan) bagi
anggota legislatif yang tidak terpilih kembali.
Oleh sebab itu, apabila pemilu diselenggarakan
serentak, maka sebaiknya jarak waktu antara
penyelenggaraan pemilu dengan saat pelantikan
diperpendek. Manajemen waktu ini juga harus
mempertimbangkan tahapan rekapitulasi suara
yang memakan waktu satu bulan dan periode
tuntasnya gugatan hukum perselisihan pemilu di
MK. Dengan mempertimbangkan soal itu, maka
bulan Mei (2019) menjadi waktu yang pas untuk
menyelenggarakan Pemilu Serentak Nasional
karena itu jadwal tersebut tidak mengganggu
masa lima tahun jabatan presiden.
Dalam kaitannya dengan perencanaan
penyelenggaraan Pemilu Lokal Serentak yang
dijadwalkan 2,5 tahun (30) setelah Pemilu Sumber: Electoral Cycle pada ACE Project.org
Nasional Serentak, maka waktu yang tepat untuk Gambar 2. Siklus Pemilu
pemilu lokal serentak adalah bulan November
(2021). Siklus pemilu nasional dan lokal serentak
itu diharapkan berulang setiap 2,5 tahun, Dari diagram di atas ada beberapa catatan
sehingga para pejabat publik terpilih dievaluasi penting yaitu:
kembali oleh pemilih dalam jeda waktu yang I. Pada Masa Sebelum Penyelenggaraan
relatif pendek. Pemilu
a) Siklus 1: Ketersediaan landasan hukum
yang memayungi seluruh institusi
dan kegiatan. Dalam hal ini yang
diperlukan adalah landasan hukum untuk
penyelenggaraan pemilu, penyelenggara

15
Lihat formulasi electoral cycle pada Ace Project.org, https://
aceproject.org/electoral-advice/electoral-assistance/electoral-
cycle di akses pada 4 Januari 2015.

Menyiapkan Tata Kelola Pemilu Serentak 2019 | Sri Nuryanti | 9 


maupun code of conduct. Untuk d) Siklus 2: Perencanaan logistik dan
menyelenggarakan Pemilu Nasional pengamanan.
Serentak dan Pemilu Lokal Serentak, Pada masa ini, perencanaan logistik
pengaturan mengenai penyelenggara biasanya mempersiapkan perkiraan
Pemilu Serentak secara ideal mengatur kuantitas, jenis maupun proses pengadaan
juga pola perekrutan penyelenggara yang logistik pemilu yang akan merujuk pada
sedapat mungkin tidak mengganggu pengaturan mengenai pengadaan barang
berjalannya tahapan. Oleh karena itu, jika dan jasa pemerintah, termasuk pengaturan
Pemilu Serentak dilaksanakan pada 2019, spesifikasi teknis, material, sertifikasi
maka perekrutan para penyelenggara halal apabila diperlukan khususnya untuk
semestinya sudah mulai dilakukan sejak pembuatan tinta pemilu, pertimbangan
awal 2017. mengenai warna, metode pelipatan,
b) Siklus 2: Perencanaan anggaran dan bentuk surat suara sampai soal distribusi
pembiayaan. logistik pemilu dan pengamanan logistik
Pada masa ini, perencanaan keuangan pemilu.
untuk mata anggaran yang bersifat rutin e) Siklus 2: Perencanaan pengadaan barang
(Anggaran 76) dan tahapan (Anggaran dan jasa.
99) dilakukan setahun sebelum tahun Pada masa perencanaan barang dan
APBN berjalan. Oleh karena itu, pada jasa ini, pihak penyelenggara biasanya
masa ini, penyelenggara biasanya sudah menggandeng pihak lain untuk turut
memunculkan besaran anggaran sesuai mengawaki agar pengadaan barang dan
dengan MAK (Mata Anggaran Kegiatan). jasa sesuai dengan ketentuan perundang-
Oleh karena itu, pada saat perencanaan undangan. Sebagaimana yang dilakukan
anggaran dan pembiayaan ini, pihak selama ini, penyelenggara menggandeng
penyelenggara biasanya melakukan pihak kejaksaan, kepolisian, dan LKPP.
lobi-lobi ke DPR dan melakukan dengar Selain itu, pada masa perencanaan
pendapat dengan Panitia Anggaran untuk ini, dirancang tata caranya, dibahas
mendapatkan persetujuan penganggaran spesifikasi kebutuhan logistik pemilu
(fiatering). Untuk penyelenggaran dengan profil perusahaan yang diperlukan
pemilu serentak, penganggaran tahun untuk melaksanakan pengadaan logistik
pertama (2017) akan meliputi anggaran pemilu dan jasa distribusi, sehingga
rutin, anggaran pratahapan dan anggaran sudah tercipta peta kebutuhan, daftar
tahapan apabila ada tahapan yang sudah perusahaan yang mungkin akan ikut
akan berlangsung pada tahun 2017. pelelangan, mekanisme lelang, zonasi
c) Siklus 2: Perencanaan jadwal, tahapan (pembuatan zona) atau paket-paket
dan program. pelelangan. Apabila tidak ada perubahan
Pada perencanaan jadwal, tahapan dan signifikan, biasanya pada saat harus
program ini biasanya penyelenggara dilakukan pelelangan, penyelenggara
pemilu akan menyiapkan draf jadwal, pemilu tinggal melaksanakan pelelangan.
tahapan dan program pemilu yang f) Siklus 3: Rekrutmen penyelenggara dan
akan dilaksanakan secara detail dengan pelaksana ad hoc.
perhitungan jumlah hari atau lamanya Pada masa ini, sebagaimana yang
program dan atau kegiatan berlangsung. sudah disinggung di depan, rekrutmen
Rancangan jadwal, tahapan dan program penyelenggara pemilu nasional
akan dilampirkan dalam naskah ini. diselenggarakan sebelum tahapan
Draf jadwal, tahapan dan program ini berlangsung. Oleh karena itu, disarankan
nantinya akan disesuaikan sesuai dengan agar rekrutmen anggota KPU adalah dua
pengaturan dalam UU. setengah tahun sebelum pemungutan

10 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 1 Juni 2015 | 1–14  


suara, sedangkan KPU provinsi dan juga harus melakukan akreditasi di KPU
KPU kabupaten/kota dilakukan 3 bulan setelah terlebih dahulu mendapatkan
setelahnya. Untuk rekrutmen pelaksana surat rekomendasi dari Kementerian Luar
yang bersifar ad hoc, biasanya mengikuti Negeri RI sebagai clearance house.
ketentuan UU, termasuk masa kerja dan
tugas fungsinya. Proses Penyelenggaraan Pemilu
g) Siklus 3: Pembuatan draf peraturan, Serentak
juklak, juknis. Dalam penyelenggaraan Pemilu Serentak, ada
Pada saat pembuatan draf peraturan, tahapan pemilu yang dapat dilakukan secara
juklak dan juknis, biasanya disiapkan draf hampir bersamaan seperti misalnya pemutakhiran
peraturan dari masing-masing tahapan data pemilih, verifikasi partai politik, verifikasi
yang diikuti dengan pembuatan juklak calon, kampanye, pemungutan dan penghitungan
dan juknis. Hal ini dimaksudkan agar suara.
apabila nanti UU tentang Pemilu Serentak a) Siklus 4: Penyusunan dan pemutakhiran
sudah disahkan, peraturan-peraturan itu data pemilih.
tinggal disesuaikan beberapa hal, dan
langsung bisa disahkan dan dimasukkan
Dalam penyusunan daftar pemilih, perlu
dalam lembaran negara.
diusulkan hal-hal sebagai berikut (beberapa di
h) Siklus 3: Pelatihan (bimbingan teknis/ antaranya merupakan hal yang selama ini sudah
bimtek terhadap penyelenggara dan diatur, tetapi perlu disempurnakan).
pelaksana).
1. Data Kependudukan. Dalam hal
Bimtek atau bimbingan teknis pemerintah dan pemerintah daerah
pelaksanaan biasanya sangat erat dengan menyediakan data kependudukan yang
tugas dan fungsi. Untuk fungsi yang berupa data agregat kependudukan per
berbeda biasanya ada bimbingan teknis kecamatan dan data penduduk potensial
atau setidaknya tersedia buku panduan. pemilih pemilu (DP4), perlu kiranya ada
Bimtek dan buku panduan inilah sebagai sinkronisasi data terlebih dahulu. DP4
sarana untuk memahami tugas dan fungsi juga seharusnya disediakan dalam format
masing-masing petugas. yang sama dan berisi data yang sama,
i) Siklus 4: Penyebaran informasi kepada sesuai dengan kebutuhan KPU
pemilih dan masyarakat. 2. Data tersebut pada waktu penyerahan
Pada saat ini, biasanya dipergunakan dilakukan pengecekan atas isi data,
untuk menyampaikan informasi dengan menggunakan sistem yang
mengenai kepemiluan, dan sosialisasi dibangun bersama-sama dengan KPU,
mengenai tatacara penggunaan hak pilih, data dibandingkan, disandingkan dan
hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan dimutakhirkan oleh pemerintah dan KPU.
dalam prosesi kepemiluan, pembuatan Harus ada peluang untuk membandingkan
iklan layanan masyarakat (public service data penduduk yang dimiliki oleh BPS,
advertisement), lomba jargon, maupun 3. Data penduduk di luar negeri disiapkan
media lain seperti jalan sehat, dan oleh Kementerian Luar Negeri RI dengan
“pemilu run”. membandingkan data imigrasi dari
j) Siklus 4: Akreditasi pemantau pemilu. direktorat jenderal keimigrasian.
4. Perlu membuat pola pemutakhiran data
Pada masa ini, para organisasi pemantau
pemilih yang berkesinambungan atau
biasanya diwajibkan untuk mendaftarkan
setidaknya periodik, untuk mendapatkan
nama institusinya kepada KPU dan KPU
data pemilih yang lebih akurat.
melakukan proses akreditasi. Dalam
5. Pemutakhiran dilakukan dari rumah ke
proses akreditasi ini bagi institusi asing
rumah, dengan diberikan tanda (stiker
yang akan melakukan pemantauan pemilu
atau tanda lain) dan pemutakhiran

Menyiapkan Tata Kelola Pemilu Serentak 2019 | Sri Nuryanti | 11 


dilakukan dengan berbagai cara dan contreng misalnya, ada kemungkinan tanda
waktu yang lama/periodik. contrengnya berada di luar kotak sehingga
6. Basis pemutakhiran data pemilih adalah menyulitkan bagi KPPS untuk menentukan
de facto dengan memperhatikan unsur sah tidaknya surat suara tersebut.
domisili di wilayah rukun tetangga.
7. Masukan dan tanggapan masyarakat Masalah yang perlu diperhatikan untuk
dibuka untuk waktu lama dan sesuai penyelenggaraan Pemilu Nasional Serentak
periode. dan Pemilu Lokal Serentak adalah soal logistik.
Untuk itu ada alternatif pengaturan:
b) Siklus 4: Verifikasi Partai Politik 1. Untuk pemilu nasional, maka tanggung
jawab ada di tingkat nasional.
Verifikasi partai politik akan sangat
2. Untuk pemilu lokal, logistik diurusi
terbantu apabila menggunakan sistem
oleh provinsi, untuk logistik di wilayah
verifikasi yang andal. Sistem yang sudah
provinsi yang bersangkutan.
ada di penyelenggara pemilu sekarang
3. Untuk menghindari tertukarnya surat
ini perlu dianalisis lagi berdasarkan hasil,
suara, maka logistik dilakukan dengan
kekurangan, masukan ataupun kinerja
pengaturan zona dan pengawasan yang
yang sudah ada, termasuk menjaga atau
ketat.
mengembangkan sistem verifikasi dengan
menggunakan sistem dan dibarengi dengan
f) Siklus 7: Penghitungan Suara dan penetapan
pelaksanaan verifikasi faktual.
calon terpilih.
c) Siklus 4: Verifikasi caleg
Dalam masa ini yang perlu dicermati adalah
Pada masa verifikasi calon, perlu mekanisme yang tidak memungkinkan
dilaksanakan setelah ada pengumuman terjadinya kesalahan dan politisasi dari
resmi KPU mengenai hasil verifikasi partai partai politik. Diperkirakan politisasi partai
politik peserta pemilu. Partai politik peserta politik pada Pemilu Serentak Nasional
pemilu pada masa ini menyampaikan daftar ini akan meningkat karena pada saat itu,
nama calon anggota legislatif nasional, dan partai politik diperkirakan akan melakukan
sekaligus calon presiden dan wakil presiden. perjuangan yang total.
d) Siklus 5: Kampanye g) Siklus 8: Evaluasi
Pada saat ini sebaiknya kampanye diatur Pada masa ini, penyelenggara mempunyai
secara lebih jeli, khususnya mengenai waktu untuk melakukan evaluasi atas
hal mana saja yang akan dikenai sanksi penyelenggaraan pemilu yang berjalan dan
secara tegas. Termasuk di dalamnya yang mencari formulasi perbaikan atas hal-hal
mengatur mengenai sifat dari pelanggaran yang dirasa kurang.
pada masa kampanye, apakah dihitung
h) Siklus 8: Reformasi kebijakan dan undang-
secara kumulatif atau tidak kumulatif.
undang.
e) Siklus 6: Pemungutan dan penghitungan
Pada tahapan ini, adalah saat di mana
suara.
dimungkinkan masukan-masukan perbaikan
Pada masa pemungutan dan penghitungan atas undang-undang dan kebijakan. Dalam
suara, yang memerlukan perhatian hal ini, termasuk yang perlu diusulkan
adalah soal pelaksanaan pemungutan adalah pengaturan mengenai partai politik
dan penghitungan suaranya. Yang harus peserta pemilu:
diperhitungkan adalah tatacara yang
1) Partai politik harus mempunyai cabang
lebih mudah dan tidak menyulitkan bagi
partai di 100 persen jumlah provinsi
KPPS ketika melakukan penghitungan.
dan 100 persen kabupaten kota.
Pemungutan suara dengan melakukan

12 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 1 Juni 2015 | 1–14  


2) Partai politik mengajukan calon anggota hanya akan mengirimkan surat suara ke 77 Dapil
legislatif tingkat nasional bersamaan untuk surat suara calon anggota DPR dan ke
dengan calon presiden yang akan 34 provinsi. Sementara untuk penyelenggaraan
diusung partai. Pemilu Lokal Serentak, KPU provinsi hanya
bertanggung jawab untuk melakukan pengadaan
Alternatif pencalonan: surat suara dan distribusi logistik pemilu untuk
a. Masing-masing partai provinsinya.
diperbolehkan mengusung calon Dari sisi pengaturan waktu, persiapan
presiden. pemilu yang dimulai sejak dua tahun sebelum
b. Sejak awal partai sudah penyelenggaraan pemilu nasional serentak akan
memutuskan untuk melakukan membuat persiapan pemilu lebih leluasa dan
koalisi dengan partai lain dalam program-program sosialisasi dapat dilaksanakan
pencalonan presiden. Partai lebih baik. Untuk penyelenggaraan pemilu lokal
memutuskan sendiri mengenai hal serentak yang dilaksanakan dua setengah tahun
ini. setelah pemilu nasional serentak juga akan
c. Partai dari awal diatur untuk memberi waktu yang cukup bagi penyelenggara
berkoalisi dengan ditentukan untuk menyiapkannya.
maksimal jumlah partai koalisinya.
Pengaturan lain yang perlu Daftar Pustaka
diusulkan adalah adanya
kepentingan untuk memperoleh Buku
calon anggota legislatif dan
Benjamin Reilly. 2004. Democracy in Divided Soci-
pasangan calon presiden/wapres ety, Electoral Engineering for Conflict Manage-
yang kapabel, partai perlu ment. Cambridge: Cambrigde University Press.
diharuskan oleh ketentuan undang- Electoral Research Institute (ERI)-LIPI. 2015. Desain
undang untuk melakukan seleksi Pemilu Serentak. Jakarta: ERI-LIPI.
internal, dan prosedur serta hasil Elster J and R. Slagstad (Eds). 1988. Constitutional-
seleksi internal yang meliputi ism and Democracy. Cambridge: Cambridge
penilaian terhadap kapasitas calon University Press.
secara terbuka. International IDEA. 2006. Electoral Management
Design, an Overview of the International IDEA
Konsekuensi Perubahan Tatakelola Handbook. Swedia: International IDEA.
Pemilu Serentak James L. Regens dan Ronald Keith Gaddie. 1995.
The Economic Realities of Political Reform,
Penyelenggaraan pemilu selama ini, di mana Elections and the US Senate. Cambridge: Cam-
penyelenggaraan pemilu untuk memilih anggota bridge University Press.
DPR, DPD dan DPRD yang terpisah dengan Tom Ginsburg and Albert H.Y. Chen. 2009. Admin-
pemilu, berdampak pada besarnya beban KPU istrative Law and Governance in Asia, Com-
Pusat sementara KPU di daerah hanya menjadi parative Perspective. London and New York:
pelaksana teknis saja. Sedangkan jika pemilu Routledge.
diselenggarakan serentak, namun terpisah antara
nasional dan lokal, maka beban menjadi relatif Jurnal
lebih tertata dan merata. Untuk Pemilu Nasional Amuitz Garmendia Madariaga, H. Ege Ozen. 2015
Serentak, beban KPU Pusat hanya mengurusi “Looking for two-sided Coattail Effects, In-
surat suara pada level nasional. Sementara untuk tergrated parties and multilevel elections in the
Pemilu Lokal Serentak, KPU di tingkat provinsi US”. Electoral studies 40: 66-75.
menjadi penanggung jawab pengadaan surat
suara di wilayahnya. Dengan model seperti ini,
kemungkinan surat suara tertukar sangat minim
karena pada Pemilu Nasional Serentak, KPU RI

Menyiapkan Tata Kelola Pemilu Serentak 2019 | Sri Nuryanti | 13 


Laporan dan Makalah Surat Kabar dan Website
Mahkamah Konstitusi 2010. Naskah Komprehensif Ace Project.org, “Electoral Cycle”, https://acepro-
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Re- ject.org/electoral-advice/electoral-assistance/
publik Indonesia Tahun 1945: Latar Belakang, electoral-cycle
Proses dan Hasil Pembahasan 1999-2002”.
Buku 5 Pemilihan Umum, Edisi Revisi. Jakarta:
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan, Mahka-
mah Konstitusi.
Putusan Mahkamah Konstitusi tentang perkara No-
mor 14/PUU-XI/2013 uji materi UU No.42 ta-
hun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden.

14 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 1 Juni 2015 | 1–14  

Anda mungkin juga menyukai