3/Apr/2015
15
Lex et Societatis, Vol. III/No. /Apr/2015
4
Perubahan Ketiga UUD 1945.
5 7
Janedjri M. Gaffar, Hukum Pemilu Dalam Yurisprudensi Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum,
Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Konpress, 2013, Hal. 51. Bandung: Mandar Maju, 2008, Hal. 101.
6 8
Ibid, Hal. 17-18. Ibid, Hal. 87.
16
Lex et Societatis, Vol. III/No. 3/Apr/2015
17
Lex et Societatis, Vol. III/No. /Apr/2015
kesalahan hasil penghitungan suara yang sudah benar. Pihak terkait yang telah
diumumkan oleh KPU; dan (2) hasil menyampaikan permohonan akan menerima
penghitungan yang benar menurut Tanda Terima Permohonan Pihak Terkait
pemohon.17 (TTPPT). Kemudian panitera menyampaikan
c) Hal-hal yang dimintakan untuk diputus kepada pemohon atau kuasanya dan
Selain uraian yang menjadi dasar diajukan melakukan pemeriksaan kelengkapan
permohonan, Pemohon wajib menguraikan permohonan.21
dengan jelas tentang hal-hal yang diminta c. Pencabutan Permohonan
untuk diputus oleh Mahkamah Konstitusi. Pencabutan permohonan atas perselisihan
Pemohon dalam hal ini, menguraikan hasil pemilu di Mahkamah Konstitusi sangat
permintaan kepada Mahkamah Konstitusi dimungkinkan dapat terjadi dan pencabutan
sekurang-kurangnya mengenai dua hal, tersebut pada dasarnya merupakan hak mutlak
yaitu: (1) permintaan untuk membatalkan bagi Pemohon. Hak Pemohon untuk mencabut
hasil penghitungan suara yang diumumkan atau menarik kembali permohonan yang telah
oleh KPU; dan (2) permintaan untuk diajukan dapat berlangsung sebelum atau
menetapkan hasil penghitungan suara yang selama pemeriksaan Mahkamah Konstitusi dan
benar menurut Pemohon.18 penarikan kembali tersebut berakibat
Sedangkan syarat materiil mengharuskan permohonan tidak dapat dijukan kembali.
permohonan tersebut mencantumkan dua hal Praktik, penarikan kembali permohonan oleh
yaitu, mengenai pokok persoalan (posita) dan Pemohon atau melalui kuasanya yang telah
alasan-alasan keberatan terhadap penetapan mendapat jawaban termohon, biasanya
hasil Pemilu bersangkutan dan petitum dibutuhkan persetujuan dari termohon dan
(tuntutan). Posita dalam konsep gugatan pada sebaliknya tidak perlu mendapatkan
hukum acara Perdata dan hukum acara tata persetujuan dari termohon.22
usaha negara terbagi ke dalam 2 (dua) bagian, Dasar yuridis penarikan kembali atas
yaitu: permohonan yang diajukan pemohon diatur
a) Pengungkapan kejadian-kejadian empiris; dalam Pasal 35 UU No. 24 Tahun 2003, yang
b) Ketentuan-ketentuan mengenai hukum berbunyi:
dan/atau teori yang mendukung alasan.19 (1) Pemohon dapat menarik kembali
Berikutnya, setelah permohonan diajukan permohonan sebelum atau selama
ke MK, panitera menerbitkan Tanda Terima pemeriksaan Mahkamah Konstitusi
Permohonan Pemohon (TTPP), kemudian dilakukan.
menyampaikannya kepada pemohon atau (2) Penarikan kembali sebagaimana yang
kuasanya. Setelah TTPP diterbitkan, Panitera dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
melakukan pendataan permohonan.20 permohonan tidak dapat diajukan
23
b. Pihak Terkait kembali.
Pengajuan permohonan sebagai Pihak Berdasarkan ketentuan yang dirumuskan
Terkait. Permohonan disertai dengan dalam Pasal 35 UU No. 24 Tahun 2003 di atas
Keterangan Pihak Terkait paling lambat pada dapat disimpulkan dua hal. Pertama, penarikan
sidang pertama di MK. Keterangan pihak kembalian atas permohonan dapat dilakukan
terkait, sama halnya dengan permohonan sebelum atau selama pemeriksaan Mahkamah
pemohon, namun yang membedakan adalah Konstitusi dilakukan. Kedua, penarikan kembali
keterangan pihak terkait memuat uraian yang atas permohonan yang telah diajukan berakibat
jelas tentang hasil penghitungan suara yang hukum permohonan tersebut tidak dapat
diumumkan oleh termohon sudah benar; serta diajukan kembali.24
permintaan untuk menguatkan penetapan
perolehan suara hasil pemilu oleh Termohon
21
Pasal 16 jo Pasal 17 ayat (1) huruf b jo Pasal 20 PMK No.
17
Ibid, Hal. 369. 1 Tahun 2014.
18 22
Ibid. Roni Wiyanto, Op.Cit., Hal. 372.
19 23
Tim Penyusun, Op.Cit, Hal. 225 Ibid.
20 24
Pasal 14 PMK No. 1 Tahun 2014. Ibid.
18
Lex et Societatis, Vol. III/No. 3/Apr/2015
25
Pasal 23 PMK No. 1 Tahun 2014.
26 30
Pasal 24 jo Pasal 27 PMK No. 1 Tahun 2014. Pasal 38 PMK No. 1 Tahun 2014.
27 31
Pasal 25 jo Pasal 28 PMK No. 1 Tahun 2014. Roni Wiyanto, Op.Cit., Hal. 373.
28 32
Pasal 26jo Pasal 29 PMK No. 1 Tahun 2014. Ibid.
29 33
Roni Wiyanto, Op.Cit. Hal. 372. Taufik Sukasah, Op.Cit., Hal. 90-91.
19
Lex et Societatis, Vol. III/No. /Apr/2015
24 jam dan telah diterima panitera sebelum Apabila dipandang perlu, dalam
sidang panel berikutnya.34 pemeriksaan persidangan, Mahkamah dapat
b. Pemeriksaan Persidangan mengeluarkan putusan sela. Putusan sela yang
Pemeriksaan persidangan dilakukan dalam dimaksud adalah putusan yang dijatuhkan oleh
sidang panel yang terbuka untuk umum yang hakim sebelum putusan akhir untuk melakukan
dilakukan segera setelah selesainya atau tidak melakukan sesuatu yang berkaitan
pemeriksaan pendahuluan. Tahapannya ialah: dengan objek yang dipersengketakan yang
a) Jawaban termohon; hasilnya akan dipertimbangkan dalam putusan
b) Keterangan pihak terkait; akhir.38
c) Pembuktian oleh pemohon termohon, dan Masing-masing pihak di dalam persidangan
pihak terkait; diminta untuk menghadirkan bukti-bukti terkait
d) Kesimpulan oleh pemohon, termohon, dan dengan perkara. Mahkamah Konstitusi biasanya
pihak terkait.35 akan lebih mempertimbangkan pihak-pihak
Mahkamah dalam pemeriksaan yang mampu menghadirkan alat bukti yang
persidangan dapat memanggil Bawaslu untuk sahih. Alat bukti sahih tersebut dalam hal PHPU
didengar keterangannya terkait dengan adalah kertas penghitungan hasil suara, baik
permohonan yang diperiksa.36 berupa versi penyelenggara Pemilu, pengawas
Tahap pemeriksaan persidangan di Pemilu, dan saksi-saksi. Apabila masing-masing
Mahkamah Konstitusi yang perlu diperhatikan, kertas penghitungan tersebut dapat dibuktikan
diantaranya sebagai berikut:37 keasliannya oleh para pihak, maka Mahkamah
a) Persidangan dilakukan terbuka untuk Konstitusi akan mempertimbangkan fakta-fakta
umum, kecuali Rapat Permusyawaratan yang terungkap di dalam persidangan sebagai
Hakim. bahan dasar dalam merumuskan putusan.39
b) Setiap orang yang hadir wajib menaati tata Persidangan juga memberikan kesempatan
tertib persidangan dan terhadap bagi para pihak dan saksi-saksi untuk
pelanggarannya merupakan penghinaan ke menyampaikan hal-hal terkait dengan perkara.
Mahkamah Konstitusi; Misalnya, para Pemohon, Termohon, dan Pihak
c) Hakim Mahkamah Konstitusi dalam Terkait juga diperbolehkan untuk
persidangan memeriksa permohonan menghadirkan ahli yang menguatkan
beserta alat bukti yang diajukan dan wajib permohonannya. Apabila dianggap perlu oleh
mememanggil para pihak yang berperkara Mahkamah Konstitusi, maka Mahkamah dapat
untuk memberi keterangan yang pula menghadirkan ahli yang dianggap mampu
dibutuhkan dan/atau diminta keterangan memberikan keterangan terkait perkara. Proses
secara tertulis kepada lembaga negara yang persidangan tersebut dilakukan secara lisan dan
terkait dengan permohonan; dapat dilangsungkan beberapa kali sebelum di
d) Lembaga negara yang diminta keterangan putus.40
secara tertulis wajib menyampaikan Jika Mahkamah Konstitusi menganggap
penjelasannya dalam jangka waktu paling bahwa persidangan telah mencukupi untuk
lambat 7 hari kerja sejak permintaan hakim memberikan putusan, maka Mahkamah akan
konstitusi diterima; menentukan jadwal pembacaan putusan.
e) Saksi dan ahli yang dipanggil wajib hadir Setelah sidang pembacaan putusan, para pihak
untuk memberikan keterangan; akan mendapatkan copy putusan yang
f) Pemohon dan/atau termohon dalam diserahkan langsung oleh Panitera Mahkamah
persidangan dapat didampingi atau diwakili Konstitusi.41
kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus Penyelenggaraan persidangan untuk
untuk itu. pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan
persidangan dapat dilakukan melalui
34
Pasal 39 PMK No. 1 Tahun 2014.
35 38
Pasal 40 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) PMK No. 1 Tahun Pasal 41 PMK No. 1 Tahun 2014.
39
2014 Tim Penyusun, Op.Cit., Hal. 244.
36 40
Pasal 40 ayat (4) PMK No. 1 Tahun 2014. Ibid.
37 41
Roni Wiyanto, Op.Cit., Hal. 376-377. Ibid.
20
Lex et Societatis, Vol. III/No. 3/Apr/2015
46
Pasal 45 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 dan
42
Ibid, Hal. 50. penjelesannya.
43 47
Roni Wiyanto, Op.Cit., Hal. 376-377. Pasal 43 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) PMK No. 1 Tahun
44
Tim Penyusun, Loc.Cit. 2014.
45 48
Pasal 42 PMK No. 1 Tahun 2014. Pasal 43 ayat (4), dan ayat (5) PMK No. 1 Tahun 2014.
21
Lex et Societatis, Vol. III/No. /Apr/2015
22
Lex et Societatis, Vol. III/No. 3/Apr/2015
23
Lex et Societatis, Vol. III/No. /Apr/2015
24