Anda di halaman 1dari 96

Panduan Teknis Beracara

dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Panduan Teknis Beracara
dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Penerbit
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi
2009
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi
Panduan Teknis Beracara
dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi
xix + 78 hal; 10,5 x 15 cm
Cetakan pertama, Maret 2009

Hak cipta dilindungi undang-undang


All rights reserved

Penerbit
Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat
Telp. (021) 2352-9000, Faks. (021) 3520-177
PO. Box. 999 Jakarta 10000
Laman: www.mahkamahkonstitusi.go.id
Dari Penerbit

Puji sukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang


Maha Esa, naskah ini dapat terbit pada saat yang
tepat menjelang Pemilihan Umum 2009 yang
akan dilanjutkan dengan persidangan perselisih-
an hasil Pemilu 2009 di Mahkamah Konstitusi
apabila terjadi sengketa hasil perolehan suara
peserta pemilu. Dengan terbitnya buku ini di-
harapkan dapat memudahkan dan mempercepat
berbagai pihak yang terkait dalam persidangan
perselisihan hasil pemilu tersebut di Mahkamah
Konstitusi. Salah satu ikhtiar yang dilakukan
untuk itu adalah bahwa buku ini memuat narasi
secara singkat, padat, dan dilengkapi dengan
berbagai alur gambar sehingga diharapkan lebih
mudah dan lebih cepat dipahami.
Hal ini dipandang penting mengingat
persidangan perselisihan hasil Pemilu Legislatif
di Mahkamah Konstitusi paling lambat sudah
harus diputus dalam 30 hari kerja sehingga ke-
siapan semua pihak, baik Pemohon, Termohon,
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Turut Termohon, dan Mahkamah Konstitusi


sendiri dalam penyelenggaraan persidangan
perselisihan hasil pemilu merupakan kebutuhan
bersama. Seiring dengan itu, kelancaran dan ke-
tertiban persidangan itu juga terkait erat dengan
kelancaran pelaksanaan kalender ketata-
negaraan yang telah menjadi konvensi negara
kita, terutama terkait pengucapan sumpah
anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Penerbitan buku ini mendapat dukungan
sepenuhnya dari berbagai pihak. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada Ketua
Mahkamah Konstitusi, Bapak Prof. Dr. Moh.
Mahfud MD., S.H. yang telah berkenan mem-
berikan pengantar dan memberikan arahan dan
bimbingan. Demikian pula kami menyampaikan
terima kasih kepada Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi, Bapak Prof. Abdul Mukthie Fadjar,
S.H., M.S. dan Hakim Konstitusi Bapak Maruarar
Siahaan, S.H. serta Bapak/Ibu Hakim Konstitusi
lainnya yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan buku ini. Kami juga
menyampaikan terima kasih kepada Tim
Penyusun Buku Panduan ini yang telah bekerja

vi
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

dengan cermat sehingga buku ini dapat terbit


tepat waktu.
Akhirnya semoga buku ini bermanfaat.

Jakarta, 20 Maret 2009


Sekretaris Jenderal
Mahkamah Konstitusi,

Janedjri M.Gaffar

vii
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

viii
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA

Pengantar
Ketua Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi dibentuk berdasarkan


Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yang
merupakan hasil Sidang Tahunan Majelis Per-
musyawaratan Rakyat, 9 November 2001.
Mahkamah Konstitusi, sebagaimana diatur dalam
Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24C UUD 1945,
merupakan salah satu lembaga negara pelaku
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Agung.
Kedudukan Mahkamah Konstitusi sederajat
dengan lembaga-lembaga negara lain, seperti
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
ix
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan,


dan Mahkamah Agung. Terbentuknya Mahkamah
Konstitusi merupakan salah satu wujud penguat-
an prinsip checks and balances antarlembaga
negara serta perlindungan hak konstitusional
warga negara yang dijamin oleh konstitusi.
UUD 1945 telah mengatur secara limitatif
wewenang dan kewajiban Mahkamah Konstitusi.
Wewenang yang diberikan oleh UUD 1945 kepada
Mahkamah Konstitusi adalah mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap UUD 1945; memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangan-
nya diberikan oleh UUD 1945; memutus pem-
bubaran partai politik; dan memutus perselisih-
an tentang hasil pemilihan umum. Adapun
kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberi
putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945,
atau biasa dikenal dengan istilah impeachment.
Sejak awal keberadaannya pada 2003,
Mahkamah Konstitusi telah melaksanakan tiga

x
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

dari empat wewenangnya, yaitu menguji


undang-undang terhadap UUD 1945; memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
umum. Dalam konteks penanganan perkara
perselisihan pemilihan umum (PHPU), terhitung
sejak November 2008, Mahkamah Konstitusi
telah pula memiliki wewenang untuk mengadili
perkara perselisihan pemilihan umum kepala
daerah (Pemilukada).
Adapun satu wewenang belum dijalankan
karena tidak ada permohonan yang masuk, yakni
memutus pembubaran partai politik. Dengan
alasan sama, satu-satunya kewajiban juga belum
dijalankan, yakni memberikan putusan atas
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Ruang lingkup wewenang dan kewajiban
Mahkamah Konstitusi terkait erat dengan
masalah ketatanegaraan dan politik. Dengan
demikian, penyelesaian sengketa masalah-
masalah ketatanegaraan dan politik diharapkan
xi
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

tidak lagi diselesaikan dengan menggunakan


kekuatan dan kekuasaan, melainkan diselesaikan
secara konstitusional, institusional, dan demo-
kratis dengan menggunakan mekanisme hukum
melalui peradilan di Mahkamah Konstitusi.
Mengingat keberadaannya yang dekat dengan
masalah-masalah konstitusi serta peranannya
menjaga dan mengawal konstitusi, maka
Mahkamah Konstitusi disebut sebagai Lembaga
Negara Pengawal Konstitusi.
Pelaksanaan tugas konstitusional Mahkamah
Konstitusi yang dilakukan oleh sembilan Hakim
Konstitusi, memerlukan dukungan secara formal
baik berkaitan dengan ketentuan beracara
maupun secara materiil mengenai subtansi
kewenangan dan tugas Mahkamah Konstitusi.
Saat ini pelaksanaan kewenangan dimaksud
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang
selanjutnya telah pula dijabarkan dalam
beberapa Peraturan Mahkamah Konstitusi.
Dalam hal penyelesaian perselisihan hasil
pemilihan umum, Hukum Acara Mahkamah

xii
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Konstitusi menegaskan bahwa proses penangan-


an perkara ini harus diselesaikan dalam waktu
cepat (speedy trial). Dalam penyelesaian
perselisihan pemilu legislatif (DPR, DPRD, dan
DPD), Mahkamah Konstitusi memiliki waktu
penyelesaian 30 (tiga puluh) hari kerja.
Sedangkan untuk pemilihan umum Presiden dan/
Wakil Presiden harus diselesaikan dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari kerja. Oleh karena
itu, untuk menyelesaikan perkara ini diperlukan
dukungan serta persiapan yang memadai.
Penanganan perkara perselisihan umum
merupakan kesempatan kedua kalinya bagi
Mahkamah Konstitusi, setelah berhasil me-
laksanakan perintah undang-undang untuk
menangani peselisihan terkait Pemilu Legislatif
dan Presiden pada 2004. Namun penyelesaian
tersebut bukan tanpa kendala.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Mah-
kamah Konstitusi memandang perlu melakukan
berbagai langkah antisipasi agar penanganan
perselisihan hasil Pemilu Legislatif dan Presiden
pada 2009 berhasil dengan baik. Salah satu

xiii
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

bentuk antisipasi dimaksud adalah penyebar-


luasan informasi tentang prosedur beracara di
Mahkamah Konstitusi melalui penerbitan buku
panduan beracara ini. Mahkamah Konstitusi
berharap penerbitan buku panduan ini bisa
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
hukum acara perselisihan hasil pemilihan umum,
sehingga secara tidak langsung akan mendukung
terwujudnya mekanisme peradilan cepat,
transparan, dan akuntabel.

Jakarta, 25 Maret 2009

Moh. Mahfud MD

xiv
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Daftar Isi

Dari Penerbit .................................. .v


Pengantar Ketua Mahkamah Konstitusi ...... ix
Daftar Isi .................................. xv
Daftar Singkatan ......................... ..... xvii
Daftar Lampiran ............................. ...xix
I. Pendahuluan .................................. 1
II. Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum, Pemohon, dan Termohon ......... 8
II.1. Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum Anggota DPR, DPD,
dan DPRD .............................. 8
II.2. Permohonan PHPU Anggota DPR,
DPD, dan DPRD ................... ... 10
II.2.1. Materi Permohonan ......... 10
II.2.2. Dalil Permohonan ............ 12
II.2.3. Sistematika Permohonan ... 13
II.2.4. Bukti Pendukung
Permohonan .................. 16
II.2.5. Saksi ........................... 20
III. Tata Cara Pengajuan Permohonan ........ 21

xv
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

III.1. Persyaratan Umum .................. 21


III.2. Tata Cara Mengajukan Permohon-
an dan Registrasi Perkara .......... 25
III.3. Tata Cara Mengajukan Per-
mohonan secara online ............. 29
IV. Persidangan dan Rapat
Permusyawaratan Hakim ................... 32
IV.1. Penjadwalan Sidang .................. 32
IV.2. Jenis dan Tahap Persidangan ........ 33
IV.3. Rapat Permusyawaratan Hakim .... 37
IV.4. Persidangan Jarak Jauh .............. 38
IV.5. Pemeriksaan Setempat ............... 40
IV.6. Sidang Pengucapan Putusan ......... 41
V. Putusan MK .................................. 42
V.1. Umum .................................. 42
V.2. Sidang Pembacaan Putusan .......... 43
V.3. Amar Putusan ........................... 43
V.4. Sifat Putusan ........................... 44
V.5. Pelaksanaan Putusan .................. 45
V.6. Akses Terhadap Putusan .............. 45
Lampiran .................................. 47

xvi
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Daftar Singkatan
dan Akronim

Bawaslu : Badan Pengawas Pemilihan


Umum
BRPK : Buku Registrasi Perkara
Konstitusi
DPD : Dewan Perwakilan Daerah
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRA : Dewan Perwakilan Rakyat Aceh
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah
DPRK : Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten/Kota di Aceh
e-mail : electronic mail
FH : Fakultas Hukum
KIP : Komisi Independen Pemilihan
(sebagai penyelenggara Pemilu
DPRA dan DPRK di Aceh)
KPU : Komisi Pemilihan Umum
KPPS : Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara
KTP : Kartu Tanda Penduduk
xvii
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Panwaslu : Panitia Pengawas Pemilihan


Umum
Parpol : Partai Politik
Pemilu : Pemilihan Umum (Anggota
DPR, DPD, dan DPRD)
PHPU : Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum
PPK : Panitia Pemilihan Kecamatan
RPH : Rapat Permusyawaratan
Hakim
SIMPEL : Sistem Informasi Manajemen
Permohonan Elektronik
TPS : Tempat Pemungutan Suara
vicon : video conference

xviii
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Daftar Lampiran

1. Model Permohonan PHPU Anggota DPR dan


DPRD
2. Model Permohonan PHPU Anggota DPD
3. Model Permohonan PHPU Anggota DPRA dan
DPRK
4. Akta Penerimaan Berkas Permohonan
5. Check list Pemeriksaan Berkas
6. Daftar Bukti Perkara
7. Tanda Terima
8. Tanda Terima Permohonan Baru (online)
9. Akta Pemberitahuan Kekuranglengkapan
Berkas Permohonan
10. Akta Registrasi Perkara
11. Surat Panggilan Sidang
12. Surat Kuasa
13. Daftar Fakultas Hukum tempat Fasilitas
Video Conference
14. Alamat Mahkamah Konstitusi dan Nomor
Telepon Layanan

xix
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Bab I
Pendahuluan

Pasal 24C UUD Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan empat
kewenangan dan satu kewajiban kepada
Mahkamah Konstitusi. Salah satu kewenangan
yang diamanatkan kepada Mahkamah Konstitusi
adalah mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
umum.
Amanat yang disebut dalam Pasal 24C UUD
1945 ditegaskan kembali dalam Pasal 10 Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (UU MK). Selanjutnya teknis
pelaksanaan kewenangan tersebut diatur dalam
Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK).
Tata cara pengajuan permohonan yang di-
sajikan dalam buku Panduan Ringkas Beracara
dalam Perkara PHPU Anggota DPR, DPD, dan
DPRD ini merujuk pada UUD 1945, UU MK,

1
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang


Penyelenggara Pemilihan Umum (UU Penye-
lenggara Pemilu), Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU
Pemilu Legislatif), dan PMK Nomor 16 Tahun 2009
tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan
Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Perselisihan hasil Pemilu pada hakikatnya
harus dibedakan dari pelanggaran pidana
Pemilu. Pelanggaran administratif Pemilu harus
diselesaikan oleh KPU berdasarkan laporan
Bawaslu/Panwaslu, sedangkan pelanggaran
pidana Pemilu harus ditangani dan diselesaikan
oleh aparat penegak hukum, yaitu kepolisian,
kejaksaan, dan pengadilan umum (pengadilan
negeri atau pengadilan tinggi). Menurut Pasal
257 Ayat (1) UU No. 10 Tahun 2008, pelanggaran
pidana Pemilu yang memengaruhi perolehan
suara Pemilu harus selesai sebelum KPU
menetapkan hasil Pemilu secara nasional.

2
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Oleh karena itu, seharusnya perkara


peselisihan hasil Pemilu yang diajukan ke
Mahkamah Konstitusi bersih dari urusan-urusan
pelanggaran pidana Pemilu. Apabila pelanggaran
pidana Pemilu yang memengaruhi perolehan
suara hasil Pemilu belum/tidak diselesaikan
sebelum penetapan KPU, maka Mahkamah
Konstitusi akan berpegang pada khittah-nya
sebagai Pengawal Konstitusi, yaitu mengawal
asas-asas Pemilu yang luber dan jurdil yang
tercantum dalam Pasal 22E Ayat (1) UUD 1945.
Perselisihan hasil Pemilu yang ditangani
Mahkamah Konstitusi adalah perselisihan yang
timbul karena adanya perbedaan hasil
penghitungan suara dalam Pemilu. Perselisihan
hasil penghitungan suara tersebut adalah antara
hasil yang ditetapkan penyelenggara Pemilu
dengan penghitungan oleh Pemohon.
Peradilan perselisihan hasil Pemilu merupa-
kan speedy trial. Artinya “Perselisihan Hasil
Pemilu diperiksa dan diputus secara cepat dan
sederhana”. Speedy trial dilakukan karena
perkara perselisihan hasil Pemilu menyangkut
suksesi lembaga-lembaga politik. Jika lembaga-

3
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

lembaga politik (hasil Pemilu) tidak segera


terbangun dengan stabil, akan mengakibatkan
terganggunya proses-proses kenegaraan.
Berdampingan dengan sifat speedy trial,
putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final and
binding ‘final dan mengikat’. Putusan Mahkamah
Konstitusi langsung memperoleh kekuatan
hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada
upaya hukum yang dapat ditempuh.

4
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

5
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Belum Perbaikan
Lengkap
Lengkap oleh Pemohon

Pengumuman Permohonan
KPU ke MK

Pelayanan Lengkap Dicatat


Konsultasi dalam BRP

Sidang
Pemeriksa

Putusan/
Ketetapa

 Minutasi
Berkas
Pencatatan
Alur Perkara PHPU 

 Pengolahan
Data
 Penyusunan
Laporan
Catatan: Gambar menunjukkan adanya
3 desk/meja/panel.

6
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Belum Perbaikan
Lengkap
Lengkap oleh Pemohon

rmohonan
ke MK

Dicatat Pemberitahuan
Lengkap
dalam BRPK kepada KPU

Ket. dan Bukti


dari KPU

Sidang
Pemeriksaan
RPH

Putusan/
Ketetapan

 Minutasi Penyampaian
Berkas Putusan
 Pencatatan kepada:
 Pengolahan  Presiden

Data  KPU

 Penyusunan  Pemohon

Laporan  Pihak terkait

7
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Bab II
Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum, Pemohon, dan Termohon
II.1.
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum
(PHPU) Perselisihan yang dimaksud
adalah perselisihan antara
peserta Pemilu dan KPU
sebagai penyelenggara Pemilu
mengenai penetapan secara
nasional perolehan suara hasil
Pemilu oleh KPU; dan per-
selisihan antara peserta Pemilu
DPRA dan DPRK di Aceh dan KIP.

8
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Para Pihak dalam Perkara:

a.Perseorangan calon Anggota DPD peserta


Pemilu;
b.Partai politik peserta Pemilu; atau
c. Partai Politik dan Partai Politik Lokal Peser-
ta Pemilu Anggota DPRA dan DPRK di Aceh
Pemohon
Komisi Pemilihan
Termohon Umum (KPU)

Pihak lain selain Pe-


Pihak mohon yang memi-
Terkait liki kepentingan ter-
Turut kait permohonan.
Termohon
a.KPU provinsi dan/atau KIP Aceh, dalam
perselisihan hasil penghitungan suara calon
Anggota DPRD provinsi dan/atau DPRA; atau
b.KPU kabupaten/kota dan/atau KIP kabupa-
ten/kota di Aceh, dalam perselisihan hasil
penghitungan suara calon Anggota DPRD
kabupaten/kota dan/atau DPRK di Aceh.

9
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Peserta lain dalam Pemilu yang terpengaruh


Putusan Mahkamah Konstitusi dapat ikut menjadi
memberikan keterangan di Mahkamah Konstitusi
sebagai Pihak Terkait.
II.2.
Permohonan PHPU
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

II.2.1.
Materi Permohonan

Materi atau pokok permasalahan dalam


permohonan adalah penetapan perolehan
suara hasil Pemilu yang telah diumumkan
secara nasional oleh KPU yang memengaruhi:
a. terpenuhinya ambang batas perolehan
suara 2,5% (dua koma lima persen) untuk
partai politik;
b. perolehan kursi Partai Politik peserta
Pemilu di suatu daerah pemilihan;
c. perolehan kursi Partai Politik lokal
peserta Pemilu di Aceh;

10
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

d. terpilihnya calon Anggota DPD.

11
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

II.2.2.
Dalil Permohonan
Dalam permohonannya, Pemohon harus me-
nyampaikan dalil yang menjelaskan kebenaran
permohonan, yang antara lain berisi hal berikut.

Putusan
Pengadilan Negeri
setempat tentang telah
a. terjadinya perbuatan/tindak
pidana (jika telah terjadi tindak
pidana) Pemilu;

Adanya kesalahan penghitungan


b. suara yang tidak diikuti koreksi/
pembetulan oleh KPU, KPU pro-
vinsi, KIP Aceh, KPU kabupaten/
kota, atau KIP kabupaten/kota;
c. Tempat terjadinya kesalahan
penghitungan suara.

12
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

II.2.3.
Sistematika Permohonan
Permohonan disusun dengan sistematika
meliputi:
a. identitas pemohon;
b. kesalahan hasil penghitungan suara yang
diumumkan oleh KPU dan hasil penghitungan
suara yang benar menurut pemohon.
Pemohon juga wajib menjelaskan siapa pihak
yang terpengaruh oleh kesalahan penghitung-
an suara tersebut;
c. permintaan untuk membatalkan hasil peng-
hitungan suara yang diumumkan oleh KPU dan
permintaan menetapkan hasil penghitungan
suara yang benar menurut pemohon.
d. daftar calon ahli dan/atau saksi disertai
pernyataan singkat tentang hal-hal yang akan
diterangkan terkait dengan alasan permohon-
an, serta pernyataan bersedia menghadiri
persidangan.

13
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Identitas pemohon dalam permohonan


setidaknya terdiri dari:

a.1. bagi calon Ang-


n Nama gota DPD:
n Tempat Tanggal Lahir/Umur
n Agama
n Alamat lengkap
n Nomor telpon/faksimili/e-mail
n Pekerjaan

a.2. bagi Parpol pe-


serta Pemilu calon
n Nama Parpol Anggota DPR:
n Nama Ketua Umum, atau nama
jabatan sejenisnya dari Parpol
n Nama Sekretaris Jenderal, atau
nama jabatan sejenisnya dari
Parpol
n Alamat lengkap kantor Parpol
n Nomor telpon/faksimili/e-mail

14
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

a.3. bagi Parpol lokal:


n Nama Parpol
n Nama Ketua Umum, atau nama
sejenisnya dari Parpol lokal
n Nama Sekretaris Jenderal, atau
nama sejenisnya dari Parpol lokal
n Alamat lengkap kantor Parpol
lokal
n Nomor telpon/faksimili/e-mail

Penyebutan identitas dilampiri dengan alat


bukti yang sah, antara lain foto kopi KTP, kartu
pemilih, tanda bukti peserta Pemilu, serta
identitas lain yang sah sesuai kedudukan
Pemohon.

15
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

II.2.4.
Bukti Pendukung Permohonan

Alat bukti pendukung harus disertakan dalam


pengajuan permohonan bersangkutan. Alat bukti
dalam PHPU terdiri atas:
a. surat atau tulisan;
b. keterangan saksi;
c. keterangan ahli;
d. keterangan para pihak;
e. petunjuk; dan
f. informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik.
Alat bukti tertulis, antara lain terdiri dari:
a. Ketetapan KPU tentang Parpol peserta
Pemilu;
b. berita acara dan salinan pengumuman hasil
pemungutan suara Parpol peserta Pemilu dan
calon Anggota DPR, DPD, DPRD, DPRA, dan
DPRK di TPS;
c. berita acara dan salinan rekapitulasi jumlah
suara Parpol peserta Pemilu dan calon
Anggota DPR, DPD, DPRD, DPRA, dan DPRK
dari PPK;
16
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

d. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil


penghitungan suara Parpol peserta Pemilu
dan calon Anggota DPR, DPD, DPRD, DPRA,
dan DPRK dari KPU kabupaten/kota;
e. berita acara dan salinan penetapan hasil
penghitungan suara Anggota DPRD kabu-
paten/kota;
f. berita acara dan salinan penetapan hasil
penghitungan suara Anggota DPRK;
g. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil
penghitungan suara dari KPU provinsi;
h. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil
penghitungan suara dari KIP Aceh;
i. berita acara dan salinan penetapan hasil
penghitungan suara Anggota DPRD provinsi;
j. berita acara dan salinan penetapan hasil
penghitungan suara Anggota DPRA;
k. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil
penghitungan suara dari KPU atau dari KIP;
l. berita acara dan salinan penetapan hasil
penghitungan suara secara nasional Anggota
DPR, DPD, dan DPRD dari KPU;

17
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

m. salinan putusan pengadilan yang telah


memeroleh kekuatan hukum tetap yang
memengaruhi perolehan suara partai politik
peserta Pemilu dan calon Anggota DPR, DPD,
DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, DPRA,
dan DPRK; dan
n. dokumen tertulis lainnya.
Alat bukti surat atau tulisan yang disebut di
atas adalah alat bukti yang memiliki keterkaitan
langsung dengan objek perselisihan hasil Pemilu
yang dimohonkan ke Mahkamah Konstitusi.
Untuk memudahkan pengelompokan bukti
dari para pihak, setiap alat bukti diberi kode
berupa huruf P untuk Pemohon; huruf T untuk
Termohon; dan Tk untuk Pihak Terkait.
Misalnya, bukti dari Pemohon secara ber-
urutan dimulai dari P-1 untuk alat bukti per-
tama; P-2 untuk alat bukti kedua; P-3 untuk alat
bukti ketiga; dan seterusnya.
Alat bukti yang diserahkan, harus dilengkapi
daftar alat bukti.

18
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Alat bukti tertulis sebagaimana tersebut di


atas diserahkan dalam rangkap 12 (dua belas);
setelah 1 (satu) rangkap dibubuhi materai cukup
dan dilegalisasi.

19
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

II.2.5.
Saksi

Saksi adalah orang yang melihat, mendengar,


atau mengalami sendiri proses penghitungan
suara yang diperselisihkan. Saksi dalam
perselisihan hasil Pemilu terdiri atas:
a. saksi resmi peserta Pemilu, dan
b. saksi pemantau Pemilu
yang bersertifikat.

Selain saksi di atas, yang diajukan oleh


Pemohon, Mahkamah Konstitusi dapat
memanggil saksi lain seperti Bawaslu/Panwaslu
atau Kepolisian.

20
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Bab III
Tata Cara
Pengajuan Permohonan
III.1.
Persyaratan Umum

Penetapan
hasil Pemilu Petugas Penerima
secara nasional
oleh KPU Permohonan

Pengajuan
permohonan
3x24 jam ke MK kepada

Permohonan diajukan secara tertulis dalam


bahasa Indonesia oleh pemohon atau kuasanya
kepada Mahkamah Konstitusi dalam 12 (dua
belas) rangkap.

21
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Permohonan diajukan kepada Mahkamah


Konstitusi dalam jangka waktu paling lambat
3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU
mengumumkan penetapan perolehan suara hasil
Pemilu secara nasional oleh KPU. Berikut ini
contoh cara menghitung tenggat pendaftaran
perkara.

22
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Bagi Calon Anggota DPD dan Parpol lokal


peserta Pemilu DPRA dan DPRK di Aceh,
pengajuan permohonan dapat dilakukan
secara online melalui Sistem Informasi
Manajemen Permohonan Elektronik (SIMPEL)
di laman www.mahkamahkonstitusi.go.id;
dikirimkan melalui e-mail ke alamat
daftaronline@mahkamahkonstitusi.go.id;
maupun melalui faksimili.
Meskipun demikian, berkas permohonan
asli tetap harus diterima Mahkamah
Konstitusi paling lambat 3x24 (tiga kali dua
puluh empat) jam setelah berakhirnya batas
waktu pengajuan permohonan.

23
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Permohonan ditandatangani oleh:


§ Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dari
dewan pimpinan pusat atau jabatan se-
jenis dari Partai Politik atau Partai Politik
Lokal Peserta Pemilu atau kuasanya; atau
§ Calon Anggota DPD Peserta Pemilu atau
kuasanya.

Kuasa Pemohon harus menunjukkan surat


penunjukan sebagai kuasa khusus yang
ditandatangani oleh:
§ Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dari
dewan pimpinan pusat atau jabatan
sejenis dari partai politik atau partai
politik lokal Peserta Pemilu yang
mengajukan permohonan; atau
§ Calon Anggota DPD Peserta Pemilu yang
mengajukan permohonan.

24
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

III.2.
Tata Cara Mengajukan Permohonan
dan Registrasi Perkara

Pengumuman Permohonan
KPU ke MK

Pelayanan
Konsultasi

Permohonan diserahkan kepada Petugas


Bagian Pendaftaran Perkara. Pada saat pengaju-
an permohonan, petugas akan memeriksa berkas
permohonan sesuai syarat kelengkapan.
Proses pemeriksaan kelengkapan administrasi
permohonan bersifat terbuka; dapat diseleng-
garakan melalui forum konsultasi oleh calon
Pemohon dengan staf Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi.

25
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Permohonan
ke MK

Belum
Lengkap
Lengkap

Perbaikan
oleh Pemohon

Lengkap

Dicatat
dalam BRPK

26
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Jika terdapat kekuranglengkapan isi (dan


berkas) permohonan, Pemohon wajib me-
lengkapi dalam jangka waktu 1x24 (satu kali dua
puluh empat) jam.
Apabila kekurangan dimaksud tidak di-
lengkapi dalam jangka waktu 1x24 (satu kali dua
puluh empat) jam, Panitera akan melaporkan
hal tersebut kepada Majelis Hakim sebagai
bahan pertimbangan dalam memutus perkara.
Permohonan yang sudah tercatat dalam BRPK
dikirimkan oleh Panitera Mahkamah Konstitusi
kepada KPU dalam jangka waktu paling lambat
3 (tiga) hari kerja. Pengiriman permohonan
kepada KPU disertai permintaan agar KPU
memberikan keterangan tertulis yang dilengkapi
bukti-bukti hasil penghitungan suara yang
dipersengketakan.

27
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Keterangan tertulis KPU


Permohonan sudah harus diterima Mah-
kamah Konstitusi paling
lambat 1 (satu) hari
sebelum hari persidangan.

Dicatat Pemberitahuan
dalam BRPK kepada KPU/KIP

Ket. dan Bukti


dari KPU/KIP

Sidang
Pemeriksaan

28
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

III.3.
Tata Cara
Mengajukan Permohonan secara “Online”
Prosedur pendaftaran perkara melalui
fasilitas SIMPEL adalah sebagai berikut:
a. Pemohon membuka laman (website)
Mahkamah Konstitusi di
www.mahkamahkonstitusi.go.id, kemudian
masuk ke fitur SIMPEL;

29
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

b. Pemohon melakukan pendaftaran dengan


mengisi formulir data diri Pemohon secara
lengkap. Formulir data diri Pemohon bisa
dibuka dengan meng-klik fitur “Perkara
Online” kemudian meng-klik fitur
“Pendaftaran”. Pada tahap ini Pemohon akan
memperoleh user name dan password;

c. Pemohon log in dengan cara memasukkan


user name dan password ke fitur log in;
d. Setelah log in ke dalam SIMPEL, silakan klik
fitur Perkara Online dan memilih menu
berikut ini:

30
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

§ Permohonan Perkara;
§ Permohonan Pihak Terkait;
§ Pengajuan Saksi dan Ahli;
§ Penarikan Perkara;
§ Tambah Dokumen;
§ Risalah Sidang;
§ Putusan Sidang;
§ Jadwal Sidang;
§ Perkembangan Perkara.
e. Klik fitur print untuk memperoleh tanda bukti
telah melakukan pendaftaran.

f. Bukti pendaftaran harus disertakan saat


Pemohon menyampaikan asli berkas kepada
Mahkamah Konstitusi.

Pendaftaran melalui SIMPEL, e-mail, atau


faksimili, dilakukan dalam tenggat 3x24 jam
setelah pengumuman KPU. Selanjutnya berkas
permohonan asli harus diterima Mahkamah
Konstitusi paling lambat 3x24 jam setelah ber-
akhirnya batas waktu pengajuan permohonan.

31
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Bab IV
Persidangan dan
Rapat Permusyawaratan Hakim
IV.1.
Penjadwalan Sidang
a. Selambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak
permohonan PHPU dicatat dalam BRPK,
Mahkamah Konstitusi menetapkan hari sidang
pertama.
b. Pemberitahuan hari sidang pertama diterima
Pemohon selambatnya 3 (tiga) hari kerja
sebelum hari persidangan.

Permohonan

7 hari
BRPK kerja

Pemberitahuan disampaikan oleh juru pang-


gil melalui surat, telepon, atau faksimile.

32
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

IV.2.
Jenis dan Tahap Sidang Pemeriksaan
Pemeriksaan Pendahuluan

a. Pemeriksaan pendahuluan dilakukan


dalam persidangan terbuka untuk umum
oleh Panel Hakim yang sekurangnya ter-
diri atas 3 (tiga) orang hakim konstitusi.
b. Panel Hakim memeriksa kelengkapan dan
kejelasan materi permohonan.
c. Panel Hakim wajib memberi nasihat
kepada Pemohon untuk melengkapi dan/
atau memperbaiki permohonan apabila
terdapat kekurangan.
d. Pemohon diberi kesempatan melengkapi
dan/atau memperbaiki permohonannya
dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh
empat) jam.

33
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Pemeriksaan Persidangan

a. Pemeriksaan Persidangan dilakukan


dalam persidangan terbuka untuk umum
oleh Panel Hakim atau oleh Pleno Hakim.
b. Pemeriksaan Persidangan dilakukan
setelah Pemeriksaan Pendahuluan se-
lesai; atau setelah Mahkamah menerima
perbaikan permohonan.
c. Tahapan dalam Pemeriksaan Persidangan
terdiri dari pemeriksaan:
§ jawaban Termohon;
§ keterangan Pihak Terkait;
§ pembuktian oleh Pemohon, Termohon,
Turut Termohon, Pihak Terkait; dan
§ kesimpulan.
d. Untuk kepentingan pembuktian, Mahka-
mah dapat memanggil KPU provinsi dan/
atau KIP Aceh, KPU kabupaten/kota dan/
atau KIP kabupaten/kota tertentu untuk
memberikan keterangan sebagai Turut
Termohon.

34
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

e. Apabila diperlukan, Mahkamah dapat me-


netapkan putusan sela.

Mahkamah dalam memutus akan/dapat


mempertimbangkan Alat Bukti yang terdiri
dari:
a. keterangan para pihak;
b. surat atau tulisan;
c. keterangan saksi;
d. keterangan ahli;
e. petunjuk; dan
f. alat bukti lain berupa informasi
dan komunikasi elektronik.

35
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Setelah pemeriksaan sidang dianggap


cukup, Mahkamah Konstitusi mengadakan
Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) untuk
mengambil putusan. Rapat ini dilaksanakan
secara tertutup oleh Pleno Hakim.

Sidang Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum.


Artinya, segenap masyarakat bebas untuk mengikuti
jalannya persidangan di Mahkamah Konstitusi.

36
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

IV.3.
Rapat Permusyawaratan Hakim

Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH)


diselenggarakan setelah Pleno Hakim
melaporkan bahwa pemeriksaan perkara
dipandang cukup dan dapat segera diambil
putusan. RPH dilaksanakan dengan ketentuan:
a. Dilaksanakan secara tertutup.
b. Dihadiri sekurang-kurangnya 7 (tujuh)
orang hakim konstitusi.
c. Membahas rancangan putusan.
d. Pengambilan putusan dilakukan secara
musyawarah untuk mufakat setelah
mendengar pendapat hukum para hakim
konstitusi.
e. Jika tidak tercapai mufakat bulat, peng-
ambilan putusan didasarkan pada suara
terbanyak.
Jika suara terbanyak tidak tercapai, maka
suara Ketua Rapat Pleno Hakim Konstitusi
menentukan.

37
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

IV.4.
Persidangan Jarak Jauh

Pihak
Terkait

Persidangan jarak
jauh dilakukan dengan
Ruang menggunakan teknologi
Vicon video conference (vicon).
Fakultas Hukum Persidangan jarak jauh me-
liputi jenis persidangan
berikut ini.
Ruang
a. Pemeriksaan pendahulu-
Data
an.
b. Pemeriksaan persidang-
an (pembuktian).

Ruang Vicon
MK

38
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Pemohon dan/atau Termohon


atau Kuasanya mengajukan
permohonan Persidangan
Jarak Jauh
Permohonan Persidangan
Jarak Jauh memuat alasan
(a) para Pihak sulit
dihadirkan langsung, atau
(b) informasi sulit untuk
disampaikan secara
langsung
Diajukan kepada MKRI
dengan tembusan kepada
Fakultas Hukum tempat Vicon

Mahkamah Konstitusi
mempertimbangkan
urgensi Persidangan Jarak
Mahkamah Konstitusi
memberitahukan
pelaksanaan sidang kepada Bagan di sam-
Pemohon dan Fakultas ping menunjuk-
Hukum tempat Vicon kan tahap-tahap
s e b e l u m
penyelenggaraan
Persidangan Jarak Jauh Persidangan
dilaksanakan Jarak Jauh.

39
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

IV.5.
Pemeriksaan Setempat
Pemeriksaan Setempat, atas dasar Putusan Sela
yang dijatuhkan Mahkamah Konstitusi, dilakukan
untuk memeriksa alat bukti yang tidak bisa
dihadirkan di hadapan sidang Mahkamah Konstitusi
di Jakarta maupun di lokasi peralatan video
conference. Dengan demikian, Pemeriksaan
Setempat/Persidangan Setempat dilakukan di
tempat beradanya alat bukti bersangkutan.

RPH menunjuk (setidaknya)


satu Hakim Konstitusi dan Petugas MK
untuk melakukan pemeriksaan setempat

Panitera menjadwalkan sidang;


dan memberitahukan kepada
Pemohon dan Pihak lain.

Persidangan Setempat
dilakukan sebagaimana
persidangan di Mahkamah Konstitusi
40
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

IV.6.
Sidang Pengucapan Putusan

Sidang
Pemeriksaan

RPH

Putusan/
Ketetapan

a. Putusan yang telah diambil dalam Rapat Per-


musyawaratan Hakim (RPH) diucapkan dalam
sidang pleno Mahkamah Konstitusi yang ter-
buka untuk umum.
b. Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai per-
mohonan atas perselisihan hasil Pemilu
Anggota DPR, DPD dan DPRD diputuskan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
permohonan dicatat dalam Buku Registrasi
Perkara Konstitusi.

41
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Bab V
Putusan Mahkamah Konstitusi
V.1.
Umum

Pe r m o h o n a n
PHPU Anggota DPR,
DPD, dan DPRD wajib
diputus paling lambat
30 (tiga puluh) hari
kerja sejak per-
mohonan dicatat
dalam BRPK.

Salinan Putusan
Mahkamah Konsti-
tusi disampaikan
kepada Pemohon,
KPU, Presiden, dan
Pihak Terkait

42
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

V.2.
Sidang Pembacaan Putusan
Putusan yang telah diambil dalam Rapat Per-
musyawaratan Hakim diucapkan dalam sidang
pleno terbuka untuk umum.

V.3.
Amar Putusan
Amar putusan Mahkamah Konstitusi dalam
perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
dapat menyatakan:

Permohonan tidak
dapat diterima apabila Pemohon dan/
atau permohonannya tidak meme-
nuhi syarat sebagaimana ketentuan
Pasal 74 UU MK. (syarat dimaksud
lihat pada bagian Permohonan
PHPU).

43
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Permohonan di-
kabulkan apabila permohonan
terbukti beralasan; dan selanjutnya
Mahkamah Konstitusi membatalkan
hasil penghitungan suara yang di-
umumkan oleh KPU serta menetapkan
hasil penghitungan suara yang benar.

Permohonan di-
tolak apabila permohonan
tidak terbukti beralasan.

V.4.
Sifat Putusan
Putusan Mahkamah Konstitusi tentang per-
selisihan hasil Pemilu bersifat final, yaitu
langsung memperoleh kekuatan hukum tetap
sejak diucapkan dan tidak ada upaya hukum yang
dapat ditempuh.

44
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

V.5.
Pelaksanaan Putusan

Putusan Mahkamah Konstitusi tentang


perselisihan hasil Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD wajib ditindaklanjuti oleh KPU, KPU
provinsi, KIP, dan KPU kabupaten/kota.

V.6.
Akses Terhadap Putusan

Masyarakat yang menginginkan informasi


terkait Putusan Mahkamah Konstitusi bisa
mengakses melalui laman (website)
w w w. m a h k a m a h k o n s t i t u s i . g o . i d . ;
mendapatkan informasi dengan langsung
menghubungi Bagian Risalah dan Putusan
Mahkamah Konstitusi; atau melalui media
cetak.

45
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

46
Lampiran
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

48
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Model
Permohonan
PHPU-DPR/DPRD
--LOGO/KEPALA SURAT--
Jakarta, .........................

Nomor : .......................
Lamp : .......................
Hal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Nomor .... tanggal ...... tentang ..... (sebutkan perihal permohonan)

Kepada Yth,
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110

I. a. Nama : ..................................
d. Pekerjaan/Jabatan : ..................................
c. Kewarganegaraan : ..................................
d. Alamat : ..................................
e. Nomor Telepon/HP : ..................................
f. Nomor Faksimili : ..................................

II. a. Nama : ..................................


b. Pekerjaan/Jabatan : ..................................
c. Kewarganegaraan : ..................................
d. Alamat : ..................................
e. Nomor Telepon/HP : ..................................
f. Nomor Faksimili : ..................................

Sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal yang bertindak untuk dan atas
nama Partai ..................... peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009 dengan nomor urut ......,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor ........ tanggal .................. memberikan
kuasa kepada:
1. ....................................
2. ....................................
3. .................................... dan seterusnya (bila ada)

semuanya adalah Advokat/Penasihat Hukum dari ..................., yang berkedudukan


di ....................... dengan alamat ....................., nomor telepon/HP .........................,
nomor faksimili ......................., baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak
untuk dan atas nama Pemberi Kuasa selanjutnya disebut -------------- PEMOHON.

Lampiran 1 49
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Dalam hal ini mengajukan Permohonan penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan


Umum (PHPU) Anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota kepada
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terkait Penetapan Komisi
Pemilihan Umum Nomor .... Tahun .......

terhadap

Komisi Pemilihan Umum yang berkedudukan di .............. selanjutnya disebut ---


----------------------------------------------------------------------------------------TERMOHON.

Komisi Pemilihan Umum Daerah .............. berkedudukan di ........... selanjutnya


disebut -------------------------------------------------------------------TURUT TERMOHON.

I. KEWENANGAN MAHKAMAH
(Uraikan perihal kewenangan Mahkamah dalam memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara PHPU sebagaimana tersebut pada Pasal 24C Ayat (1) UUD
1945 dan Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia juncto Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.)

II. KEDUDUKAN HUKUM


(Uraikan perihal kedudukan hukum [legal standing] Pemohon dengan merujuk
pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyata Daerah.)

III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN


Pemohon mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum ke
Mahkamah Konstitusi dalam tenggat waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam
sejak KPU mengumumkan penetapan perolahan suara secara nasional
sebagaimana ketentuan Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ditegaskan
kemudian dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi serta Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Bahwa pengumuman KPU sebagaimana dimaksud dilakukan pada hari ......
tanggal ...... bulan ..... tahun 2009 pukul ....... Sedangkan Pemohon mendaftarkan
permohonannya ke Mahkamah Konstitusi pada hari ....... tanggal ..... bulan .....
tahun 2009 pukul ......
(tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu)

50 Lampiran 1
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

IV. POKOK PERMOHONAN


Pada pokoknya permohonan Pemohon adalah mengenai:
1. Terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5% (dua koma lima per
seratus) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
terkait dengan perolehan suara sah secara nasional Partai ..................
menurut KPU sebesar ............... suara atau setara dengan ........% (................
per seratus).
2. Perolehan kursi Partai ............. di satu atau beberapa Dapil untuk DPR
sebesar ......... kursi; DPRD Provinsi ................ sebesar ......... kursi; DPRD
Kabupaten ......... sebesar ........ kursi; DPRD Kota .............. sebasar ............
kursi;
(poin-poin pokok permohonan tersebut di atas silakan disesuaikan dengan
kebutuhan Pemohon.)
Adapun rincian dari pokok permohonan tersebut di atas adalah sebagai
berikut:

IV.1.Terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5%.


Terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5% (dua koma lima
per seratus) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah terkait dengan perolehan suara sah secara nasional Partai
.......... sebesar ....... suara atau setara dengan ....... per seratus.
Bahwa perolehan suara sah secara nasional Partai ......... berdasarkan
pengumuman secara nasional oleh KPU ........... sebesar ............. suara
atau setara ........% (..................... per seratus) adalah salah dan tidak
berdasar. Adapun perolehan suara Partai .............. yang benar adalah
.............. suara atau setara ......% (............... per seratus).
(Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan
membandingkan perolehan suara menurut KPU dengan perolehan suara
menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan disebutkan pula suara
yang diperoleh partai lain. Jelaskan pula sebab terjadinya perbedaan
dimaksud disertai alat bukti.)
Jumlah Suara Jumlah Suara dalam Persen
No. Nama Partai Menurut Menurut Menurut KPU Menurut
KPU Pemohon Pemohon
1
2
3
4
5
6
7
dst.

Lampiran 1 51
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

IV.2. Perolehan kursi Partai ...... di satu atau beberapa Dapil untuk DPR.
(Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan
membandingkan perolehan suara dan kursi menurut KPU dengan perolehan
suara dan kursi menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan
disebutkan pula suara yang diperoleh partai lain. Jelaskan pula sebab
terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ..............


tanggal ......... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk Dewan Perwakilan
Rakyat yang merugikan Pomohon di ........ Daerah Pemilihan sebagai berikut:
1. Dapil ...........................
2. Dapil ...........................
3. Dapil ...........................
4. Dapil ............................ dan seterusnya (jika ada).

1. Dapil ..................... (DPR)


Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ................
tanggal ............ tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk perolehan
suara dan kursi Anggota DPR dari Daerah Pemilihan ............ yang
diumumkan pada hari ......... tanggal ......... tahun 2009 pukul ..........
WIB, yaitu sebagai berikut:
Jumlah Suara Perolehan Kursi
No. Nama Partai Menurut Menurut Menurut Menurut
KPU Pemohon KPU Pemohon
1
2
3
4
5
6
7
dst.

2. Dapil ..................... (DPR)


(silahkan diuraikan seperti pada contoh angka 1 di atas.)

IV.3. Perolehan kursi Partai ...... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRD
Provinsi .................
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ............
tanggal ............ tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan

52 Lampiran 1
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat


Daerah Tahun 2009 secara nasional untuk DPRD Provinsi .............. yang
merugikan Pomohon di ........... Daerah Pemilihan sebagai berikut:
1. Dapil ...........................
2. Dapil ...........................
3. Dapil ...........................
4. Dapil ........................... dan seterusnya (jika ada)

1. Dapil ..................... (DPRD Provinsi)


Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ................
tanggal ............ tentang hasil penghitungan suara pemilihan umum
anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2009 secara nasional untuk
perolehan suara dan kursi Anggota DPRD Provinsi ................ dari
Daerah Pemilihan ............ yang diumumkan pada hari ......... tanggal
......... tahun 2009 pukul .......... WIB, yaitu sebagai berikut:

Jumlah Suara Perolehan Kursi


No. Nama Partai Menurut Menurut Menurut Menurut
KPU Pemohon KPU Pemohon
1
2
3
4
5
6
7
dst.

IV.4. Perolehan kursi Partai ...... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRD
Kabupaten/Kota .................
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ............
tanggal ............ tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tahun 2009 secara nasional untuk DPRD Kabupaten/Kota .................
yang merugikan Pomohon di ........... Daerah Pemilihan sebagai berikut:
1. Dapil ...........................
2. Dapil ...........................
3. Dapil ...........................
4. Dapil ........................... dan seterusnya (jika ada)

1. Dapil ..................... (DPRD Kabupaten/Kota)


Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor
................ tanggal ............ tentang hasil penghitungan suara pemilihan

Lampiran 1 53
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

umum anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2009 secara nasional untuk
perolehan suara dan kursi Anggota DPRD Kabupaten/Kota ................
dari Daerah Pemilihan ............ yang diumumkan pada hari ......... tanggal
......... tahun 2009 pukul .......... WIB, yaitu sebagai berikut:
Jumlah Suara Perolehan Kursi
No. Nama Partai Menurut Menurut Menurut Menurut
KPU Pemohon KPU Pemohon
1
2
3
4
5
6
7
dst.

2. Dapil ..................... (DPRD Provinsi)


(silahkan diuraikan seperti pada contoh angka 1 di atas.)

V. PETITUM (hal-hal yang dimohonkan Pemohon)


Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, mohon kepada Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut :
- Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
- Menyatakan membatalkan penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor
............... tanggal ...................... tentang hasil Perhitungan Suara Pemilihan
Umum anggota DPR, dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk
Pemilihan Umum ............ Daerah Pemilihan ................ yang diumumkan
pada hari ............. tanggal .................... pukul ................... WIB.
- Menetapkan hasil perhitungan suara yang benar sebagai berikut :
1. Perolehan suara secara nasional yang benar untuk Partai ...................
sesuai dengan rekapitulasi hasil suara di tingkat nasional seharusnya
................. suara, bukan ................ suara.
2. Bahwa perolehan suara secara nasional di atas setara dengan ........ %
(…….. per seratus) dan melebihi ambang batas 2,5% (dua koma lima
per seratus) sehingga Partai .................. berhak mengikuti pembagian
kursi Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Perolehan suara yang benar untuk Partai ........................ sesuai dengan
rekapitulasi hasil suara di tingkat ................ seharusnya ..................
suara, bukan ............... suara.
4. Bahwa atas kesalahan hasil penghitungan tersebut di atas seharusnya
Partai .................... mendapatkan ............. kursi.
5. ...............................................................................
- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk melaksanakan
putusan ini

54 Lampiran 1
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Demikianlah permohonan Pemohon, dengan harapan Mahkamah Konstitusi


Republik Indonesia dapat segera memeriksa, mengadili dan memutuskan
permohonan ini secara adil.

(Tempat), (Tanggal, Bulan, Tahun)

Hormat kami,
PEMOHON/KUASA HUKUM PEMOHON

PEMOHON, KUASA HUKUM,


1. Nama (tanda tangan) 1. Nama (tanda tangan)
2. Nama (tanda tangan) 2. Nama (tanda tangan)

Lampiran 1 55
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Model
Permohonan
PHPU-DPD
--LOGO/KEPALA SURAT--

Jakarta, .........................

Nomor : .......................
Lamp : .......................
Hal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Nomor .... tanggal ..... tentang ..... (sebutkan perihal permohonan)

Kepada Yth,
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Jalan Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110

Nama : ..................................
Tempat, Tanggal Lahir/Umur : ..................................
Agama : ..................................
Pekerjaan : ..................................
Jabatan : ..................................
Kewarganegaraan : ..................................
Alamat : ..................................
Nomor Telepon/HP : ..................................
Nomor faksimili : ..................................

Adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi ............... peserta


Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009, dalam
hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor ............. tanggal ..................
memberikan Kuasa kepada:
1. ....................................
2. ....................................
3. .................................... dan seterusnya (bila ada),
Semuanya adalah Advokat/Penasihat Hukum dari ....................., selanjutnya
disebut Penerima Kuasa, yang berkedudukan di .................... dengan alamat
....................., nomor telepon/HP ....................., nomor faksimili ......................,
baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi
Kuasa selanjutnya disebut ------------------------------------------------------PEMOHON.
Dalam hal ini mengajukan Permohonan penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum (PHPU) Anggota DPD Provinsi ............... kepada Ketua Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia terkait Penetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor
.... Tahun .......

56 Lampiran 2
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

terhadap

Komisi Pemilihan Umum yang berkedudukan di .............., selanjutnya disebut ---


-----------------------------------------------------------------------------------------TERMOHON.

Komisi Pemilihan Umum Daerah ............ berkedudukan di ........... selanjutnya


disebut -------------------------------------------------------------------TURUT TERMOHON.

I. KEWENANGAN MAHKAMAH
(Uraikan perihal kewenangan Mahkamah dalam memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara PHPU sebagaimana tersebut pada Pasal 24C Ayat (1) UUD
1945, Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia juncto Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.)

II. KEDUDUKAN HUKUM


(Uraikan perihal kedudukan hukum [legal standing] Pemohon dengan merujuk
pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.)

III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN


Pemohon mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum ke
Mahkamah Konstitusi dalam tenggat waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam
sejak KPU mengumumkan penetapan perolahan suara secara nasional
sebagaimana ketentuan Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ditegaskan
kemudian dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi serta Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan Mahkamah
Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan
Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemohon juga telah menyerahkan
berkas permohonan asli dalam tenggang waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat)
jam sejak berakhirnya tenggang waktu pendaftaran.
Bahwa pengumuman KPU sebagaimana dimaksud dilakukan pada hari ......
tanggal ...... bulan ..... tahun 2009 pukul ....... Sedangkan Pemohon mendaftarkan
permohonannya ke Mahkamah Konstitusi pada hari ....... tanggal ..... bulan .....

Lampiran 2 57
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

tahun 2009 pukul ......


(tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu)

IV. POKOK PERMOHONAN


Pada pokoknya permohonan Pemohon adalah mengenai perolehan suara
Pemohon menurut KPU untuk DPD Provinsi sebesar ......... suara.
(Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan
membandingkan perolehan suara menurut KPU dengan perolehan suara menurut
Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan disebutkan pula suara yang diperoleh
calon lain. Jelaskan pula sebab terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ................ tanggal
............ tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD
Tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi Anggota DPD Provinsi
.............. yang diumumkan pada hari ......... tanggal ......... tahun 2009 pukul ..........
WIB, yaitu sebagai berikut:

Jumlah Suara
No. Nama Calon Menurut KPU Menurut
Anggota DPD Pemohon
1
2
3
4
5
6
7
dst.

V. PETITUM (hal-hal yang dimohonkan Pemohon)


Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, mohon kepada Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut :
- Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
- Menyatakan membatalkan penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor
............... tanggal ...................... tentang hasil Perhitungan Suara Pemilihan
Umum anggota DPR, DPD, dan DPRD .................... Tahun 20....... secara
nasional untuk DPD Provinsi ............. yang diumumkan pada hari .............
tanggal .................... pukul ................... WIB.
- Menetapkan hasil perhitungan suara yang benar sebagai berikut :
1. Perolehan suara yang benar untuk ........................ sesuai dengan
rekapitulasi hasil suara di tingkat ................ seharusnya ..................
suara, bukan ............... suara.

58 Lampiran 2
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

2. Bahwa atas kesalahan hasil penghitungan tersebut di atas seharusnya


.................... menempati urutan .......... dan berhak menjadi Anggota
DPD Provinsi............
3. ...............................................................................
- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk melaksanakan
putusan ini

Demikianlah permohonan Pemohon, dengan harapan Mahkamah Konstitusi


Republik Indonesia dapat segera memeriksa, mengadili dan memutuskan
permohonan ini secara adil.

(Tempat), (Tanggal, Bulan, Tahun)

Hormat kami,
PEMOHON/KUASA HUKUM PEMOHON

PEMOHON, KUASA HUKUM,

(tanda tangan) (tanda tangan)

.................... ....................

Lampiran 2 59
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Model
Permohonan
PHPU-DPRA/
--LOGO/KEPALA SURAT-- DPRK

Jakarta, .........................

Nomor : .......................
Lamp : .......................
Hal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Nomor .... tanggal ..... tentang ..... (sebutkan perihal permohonan)

Kepada Yth,
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110

I. a. Nama : ..................................
b. Pekerjaan/Jabatan : ..................................
c. Kewarganegaraan : ..................................
d. Alamat : ..................................
e. Nomor Telepon/HP : ..................................
f. Nomor faksimili : ..................................

II. a. Nama : ..................................


b. Pekerjaan/Jabatan : ..................................
c. Kewarganegaraan : ..................................
d. Alamat : ..................................
e. Nomor Telepon/HP : ..................................
f. Nomor faksimili : ..................................

Sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal yang bertindak untuk dan atas
nama Partai ..................... peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009 dengan nomor urut ........,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor ........ tanggal .................. memberikan
kuasa kepada:
1. ....................................
2. ....................................
3. .................................... dan seterusnya (bila ada)
Semuanya adalah Advokat/Penasihat Hukum dari ..............................., selanjutnya
disebut Penerima Kuasa, yang berkedudukan di ....................... dengan alamat
.........................., nomor telepon/HP ........................., nomor faksimili
......................., baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas

60 Lampiran 3
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

nama Pemberi Kuasa selanjutnya disebut ---------------------------------PEMOHON.


Dalam hal ini mengajukan Permohonan penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum (PHPU) Anggota DPR Aceh dan DPR Kabupaten/Kota di Aceh kepada
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terkait Penetapan Komisi
Pemilihan Umum Nomor .... Tahun .......

terhadap

Komisi Pemilihan Umum yang berkedudukan di .............., selanjutnya disebut ---


-----------------------------------------------------------------------------------------TERMOHON.

Komisi Pemilihan Umum Daerah ........... berkedudukan di ........... selanjutnya


disebut ------------------------------------------------------------------TURUT TERMOHON.

I. KEWENANGAN MAHKAMAH
(Uraikan perihal kewenangan Mahkamah dalam memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara PHPU sebagaimana tersebut pada Pasal 24C Ayat (1) UUD
1945 dan Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia juncto Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.)

II. KEDUDUKAN HUKUM


(Uraikan perihal kedudukan hukum [legal standing] Pemohon dengan merujuk
pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyata Daerah.)

III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN


Pemohon mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum ke
Mahkamah Konstitusi dalam tenggat waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam
sejak KPU mengumumkan penetapan perolahan suara secara nasional
sebagaimana ketentuan Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ditegaskan
kemudian dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi serta Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan Mahkamah
Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan
Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemohon juga telah menyerahkan

Lampiran 3 61
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

berkas permohonan asli dalam tenggang waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat)
jam sejak berakhirnya tenggang waktu pendaftaran.
Bahwa pengumuman KPU sebagaimana dimaksud dilakukan pada hari ......
tanggal ...... bulan ..... tahun 2009 pukul ....... Sedangkan Pemohon mendaftarkan
permohonannya ke Mahkamah Konstitusi pada hari ....... tanggal ..... bulan .....
tahun 2009 pukul ......
(tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu)

IV. POKOK PERMOHONAN


Pada pokoknya permohonan Pemohon adalah mengenai:
1. Perolehan kursi Partai ............. di satu atau beberapa Dapil untuk DPR Aceh
sebesar ......... kursi;
2. Perolehan kursi Partai ........... di satu atau beberapa Dapil untuk DPR
Kabupaten/Kota ............ di Aceh sebesar .......... kursi.
(poin-poin pokok permohonan tersebut di atas silakan disesuaikan dengan
kebutuhan Pemohon.)

Rincian dalil Pemohon, terkait pokok permohonan tersebut adalah sebagai


berikut:

IV.1.Perolehan kursi Partai ...... di satu atau beberapa Dapil untuk DPRA.
(Jelaskan secara detail klaim perolehan suara yang benar dengan
membandingkan perolehan suara dan kursi menurut KPU dengan perolehan
suara dan kursi menurut Pemohon. Dalam perbandingan ini silakan
disebutkan pula suara yang diperoleh partai lain. Jelaskan pula sebab
terjadinya perbedaan dimaksud disertai alat bukti.)

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ..............


tanggal ......... tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang merugikan
Pomohon di ........ Daerah Pemilihan sebagai berikut:
1. Dapil ...........................
2. Dapil ...........................
3. Dapil ...........................
4. Dapil ........................... dan seterusnya (jika ada).

1. Dapil ..................... (DPRA)


Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ................
tanggal ............ tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk perolehan
suara dan kursi Anggota DPRA dari Daerah Pemilihan ............ yang
diumumkan pada hari ......... tanggal ......... tahun 2009 pukul ..........
WIB, yaitu sebagai berikut:

62 Lampiran 3
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Jumlah Suara Perolehan Kursi


No. Nama Partai Menurut Menurut Menurut Menurut
KPU Pemohon KPU Pemohon
1
2
3
4
5
6
7
dst.

2. Dapil ..................... (DPRA)


(silahkan diuraikan seperti pada contoh angka 1 di atas.)

IV.2. Perolehan kursi Partai ........ di satu atau beberapa Dapil untuk
DPRK ..............
Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ............
tanggal ............ tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tahun 2009 secara nasional yang merugikan Pomohon di ...........
Daerah Pemilihan sebagai berikut:
1. Dapil ...........................
2. Dapil ...........................
3. Dapil ...........................
4. Dapil ........................... dan seterusnya (jika ada)

1. Dapil ..................... (DPRK)


Pemohon berkeberatan terhadap penetapan KPU Nomor ................
tanggal ............ tentang hasil penghitungan suara pemilihan umum anggota
DPR, DPD dan DPRD tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara
dan kursi Anggota DPRKabupaten/Kota ................ dari Daerah Pemilihan
............ yang diumumkan pada hari ......... tanggal ......... tahun 2009 pukul
.......... WIB, yaitu sebagai berikut:
Jumlah Suara Perolehan Kursi
No. Nama Partai Menurut Menurut Menurut Menurut
KPU Pemohon KPU Pemohon
1
2
3
4
5
6
7
dst.

Lampiran 3 63
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

2. Dapil ..................... (DPRK)


(silahkan diuraikan seperti pada contoh angka 1 di atas.)

V. PETITUM (hal-hal yang dimohonkan Pemohon)


Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, mohon kepada Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut :
- Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
- Menyatakan membatalkan penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor
............... tanggal ...................... tentang hasil Perhitungan Suara Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 secara nasional, untuk
pemilihan Anggota DPRA/DPRK .................... untuk Daerah Pemilihan
................ yang diumumkan pada hari ............. tanggal .................... pukul
................... WIB.
- Menetapkan hasil perhitungan suara yang benar sebagai berikut :
1. Perolehan suara yang benar untuk Partai ........................ sesuai dengan
rekapitulasi hasil suara di tingkat ................ seharusnya ..................
suara, bukan ............... suara.
2. Bahwa atas kesalahan hasil penghitungan tersebut di atas seharusnya
Partai .................... mendapatkan ............. kursi.
3. ...............................................................................
- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk melaksanakan
putusan ini

Demikianlah permohonan Pemohon, dengan harapan Mahkamah Konstitusi


Republik Indonesia dapat segera memeriksa, mengadili dan memutuskan
permohonan ini secara adil.

(Tempat), (Tanggal, Bulan, Tahun)

Hormat kami,
PEMOHON/KUASA HUKUM PEMOHON

PEMOHON, KUASA HUKUM,


1. Nama (tanda tangan) 1. Nama (tanda tangan)
2. Nama (tanda tangan) 2. Nama (tanda tangan)

64 Lampiran 3
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Model 2/APBP.4

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA

AKTA PENERIMAAN BERKAS PERMOHONAN


___ /PAN.MK/____/___

Pada hari ini ……………. tanggal …………… pukul ……………. telah diterima
Berkas Permohonan Perselisihan tentang Hasil Pemilu yang diajukan oleh
............................. sebagai PEMOHON.
Berkas permohonan tersebut akan diperiksa kelengkapan administratifnya
berdasarkan Pasal 29, Pasal 31 dan Pasal 32 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan Pasal 7 ayat (1) dan (2)
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara
Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Permohonan yang belum lengkap akan diberitahukan kepada Pemohon untuk
dilengkapi dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 x 24 jam sejak Pemohon
menerima pemberitahuan.
Permohonan yang telah lengkap segera dicatat dalam Buku Registrasi
Perkara Konstitusi (BRPK), dan akan diterbitkan Akta Registrasi.
Demikian akta ini dibuat dan ditandatangani oleh Panitera.

Panitera

(...................................)

Lampiran 4 65
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Model 03/CL
Pasal 29, Pasal
31 angka 1 huruf
a, Pasal 31 angka
2 UU MK
CHECK LIST
PEMERIKSAAN BERKAS

Permohonan Perselisihan tentang Hasil Pemilihan Umum


yang diajukan oleh Partai Politik ........................

HAL-HAL
HASIL
YANG HARUS KETERANGAN
PEMERIKSAAN
DILENGKAPI
NOMOR
HAL-HAL YANG DIPERIKSA
BELUM
LENGKAP TIDAK ADA
LENGKAP

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


1. Permohonan Tertulis (12
.............. Asli/Copy
Rangkap)
.............. 2. Bahasa Indonesia
3. Tanda Tangan
Pemohon/Kuasa
4. Surat Kuasa (12 Rangkap)
5. Nama dan Alamat
Pemohon/Kuasa
6. Alat Bukti (12 Rangkap)
7. Soft Copy (Disket)

Jakarta, ...........
Kepala Sub Bagian Registrasi

(...................................)
Catatan
Kabag.

Biro APP

Panitera

66 Lampiran 5
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Jakarta, .....................

DAFTAR BUKTI PERKARA

No. Kode Bukti Jenis Bukti Keterangan

1 P-1 Fotocopy dengan Nasegel

2 P-2 Fotocopy dengan Nasegel

3 P-3 Fotocopy dengan Nasegel


HAL-HAL
YANG HARUS KETERANGAN
DILENGKAPI 4 P-4 Fotocopy dengan Nasegel
BELUM
TIDAK ADA
LENGKAP

(4) (5) (6) (7) 5 P-5 Fotocopy dengan Nasegel


Asli/Copy

6 P-6 Fotocopy dengan Nasegel

7 P-7 Fotocopy dengan Nasegel

8 P-8 Fotocopy dengan Nasegel

9 P-9 Fotocopy dengan Nasegel

10 P-10 Fotocopy dengan Nasegel

Demikian agar dapat dimaklumi

Hormat Kami,

............................... ...................................

Lampiran 6 67
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA

TANDA TERIMA
No.......,0/PAN.MK/_/20__

No. Jenis Yang Diterima Banyaknya Keterangan


Masing-masing 12 eks Perkara Nomor :

Diajukan:

Kuasa Hukum:

Jakarta, .................
Yang Menerima, Yang Menyerahkan
Nama Jelas : .................................
Tanggal/Jam : .................................
Tanda Tangan : ................................. (...................................)

68 Lampiran 7
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA

TANDA TERIMA
Permohonan Baru

Keterangan
ng 12 eks Perkara Nomor :
Nomor Permohonan Online : .......................................................................
Diajukan: Jenis Perkara : .......................................................................
Pokok Perkara : .......................................................................
Pemohon : .......................................................................
Alamat : .......................................................................
Nama Jalan : .......................................................................
Kuasa Hukum: Kota : .......................................................................
Provinsi : .......................................................................
Kode Pos : .......................................................................

Simpan formulir ini baik-baik, tunjukkan kepada penerima berkas perkara ketika
1
anda melakukan konfirmasi di Kepaniteraan MKRI.

Fomulir ini bukan merupakan akta registrasi melainkan sebagai bukti pengajuan
permohonan online yang memerlukan tindak lanjut.
Selanjutnya Mahkamah Konstitusi akan mengeluarkan Akta Penerimaan Berkas
2
Perkara (APBP) setelah pemohon melakukan pendaftaran di Kepaniteraan
(Gedung MKRI, Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 6, Jakarta, 10110, telpon:
35202173, 3520787

Lampiran 8 69
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Model 6/APKP.4
Pasal 32 ayat (2) UU MK

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA

AKTA PEMBERITAHUAN
KEKURANGLENGKAPAN BERKAS PERMOHONAN
___ /PAN.MK/__/_____

Pada hari ini .......... tanggal ............... pukul .............. telah diterima Berkas
Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, dan DPRD
diajukan oleh ................................... sebagai PEMOHON.
Setelah diadakan pemeriksaan berdasarkan Pasal 29 dan Pasal 31 ayat
(1) huruf a dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi dan Pasal 7 ayat (1) dan (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16
Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, berkas Permohonan tersebut tidak lengkap.
Sehubungan dengan itu, Pemohon diberikan kesempatan untuk melengkapi
berkas permohonan tersebut dalam tenggat 1 X 24 (tiga kali dua puluh empat)
jam sesuai Pasal 7 ayat (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun
2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Jatuh tempo penyerahan berkas sebagaimana
dimaksud pada hari ........ tanggal ............ jam ................
Demikian akta ini dibuat dan ditandatangani oleh Panitera.

Panitera

*Coret yang tidak sesuai (...................................)

70 Lampiran 9
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Model 5/ARP.4
Pasal 33 UUMK

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA

AKTA REGISTRASI PERKARA


___ /PAN.MK/_______

Pada hari ini ……………. tanggal …………… pukul …………… telah dicatat
dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK) perihal permohonan Perselisihan
tentang Hasil Pemilihan Umum dengan nomor:
____/PHPU.___/____
diajukan oleh:
................................................................................. sebagai PEMOHON
terhadap
Komisi Pemilihan Umum .......................................... sebagai TERMOHON

Perkara tersebut akan segera ditetapkan hari sidangnya dalam waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara
Konstitusi dan kepada Pemohon akan segera diberitahukan mengenai ketetapan
tersebut.
Demikian akta ini dibuat dan ditandatangani oleh Panitera.

Panitera

(...................................)

Lampiran 10 71
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Model 18/SPS.3

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA

Nomor : ......... /PAN.MK/......... /........ Jakarta, .......................................


Lampiran : -
Perihal : Panggilan Sidang Yth. .............................................
Yang memberikan Kuasa kepada
.................................................
di-
................................................

Kami, Panitera Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia atas


perintah Hakim, dengan ini memberitahukan kepada:

.......................................... --------------------- sebagai Pemohon;

Yang memberikan Kuasa kepada ..................................................

dalam perkara permohonan .............. yang telah didaftar dalam Buku


Registrasi Perkara Konstitusi Nomor ....... /.......-......./......., untuk
menghadap pada persidangan Mahkamah Konstitusi yang akan
diselenggarakan pada
hari : ...........................................
tanggal : ...........................................
jam : ...........................................
tempat : Gedung Mahkamah Konstitusi RI Jl. Medan Merdeka
Barat Nomor ......., Jakarta Pusat
acara : Pengucapan Putusan
Sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan Pasal 38 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, maka para pihak, Saksi, dan
Ahli wajib hadir memenuhi panggilan Mahkamah Konstitusi.

Demikian panggilan ini disampaikan melalui Juru Panggil Mahkamah


Konstitusi Republik Indonesia.

Panitera

(...................................)

72 Lampiran 11
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Surat Kuasa

--LOGO/KEPALA SURAT--

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

........... nama pemberi kuasa............, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya
selaku ........... ketua umum/sekretaris jenderal .............. Dewan Pimpinan Pusat
Partai .............. yang beralamat di ........................................ (selanjutnya disebut
Pemberi Kuasa), dengan ini memberikan Kuasa Khusus kepada:

1. ................................
2. ................................
3. dst.

Advokat atau Konsultan Hukum pada/dari ......................... yang berkedudukan di


...................... baik bertindak secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama
(selanjutnya disebut Penerima Kuasa).

-----------------------------------------------KHUSUS-----------------------------------------------

Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, mewakili, mendampingi, dan membela
kepentingan hukum Pemberi Kuasa dalam menyusun, menandatangani, dan
mengajukan permohonan ................. sebutkan permohonan yang diajukan...........
ke Mahkamah Konstitusi sebagai Pemohon;

.................., ....... 2009

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

1. ........................... .............................

2. ...........................

3. dst.

Lampiran 12 73
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

FAKULTAS HUKUM
TEMPAT FASILITAS VIDEO CONFERENCE

1. Fakultas Hukum Universitas 7. Fakultas Hukum Universitas


Syiah Kuala Sriwijaya
Jl. Teuku Nyak Arief, Darussalam, Kampus UNSRI Indralaya
Banda Aceh, Nanggroe Aceh Jl. Raya Prabumulih Km. 32,
Darussalam Palembang, Sumatera Selatan
Telp. 0651 7410304, 53260, 51977 30319
pst. 4003-4132 Telp. 0711 581179

2. Fakultas Hukum Universitas 8. Fakultas Hukum Univeritas


Malikussaleh Bengkulu
Jl. Seulanga No. 13 Lancang Ga- Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu
ram, Lhokseumawe, Nanggroe Telp. 0736 20653
Aceh Darussalam
Telp. 0645 43858 9. Fakultas Hukum Universitas
Lampung
3. Fakultas Hukum Universitas Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro
Sumatera Utara No. 1 Gedung Meneng, Bandar
Jl. Universitas No. 4, Medan, Suma- Lampung, Lampung
tera Utara Telp. 0721 704623, 702767
Telp. 061 8213571
10.Fakultas Hukum Universitas
4. Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Andalas Jl. Raya Jakarta Km. Pakupatan,
Kampus UNAND Limau Manih, Serang, Banten
Padang, Sumatera Utara 25163 Telp. 0254 280458
Telp. 0751 72985
11.Fakultas Hukum Universitas
5. Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Jambi Kampus Baru UI, Depok, Jawa
Jl. Mendalo Barat, Jambi 36361 Barat 16424
Telp. 0741 583454, 583456 Telp. 021 7270003, 7863442

6. Fakultas Hukum Universitas Riau 12.Fakultas Hukum Universitas


Jl. Pattimura No. 9, Gubah, Pekan- Padjadjaran
baru, Riau Jl. Dipati Ukur No. 35, Bandung,
Telp. 0761 22539 Jawa Barat
Telp. 022 2503271

74 Lampiran 13
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

13.Fakultas Hukum Universitas 322808, 322809


Diponegoro
Jl. Imam Badrio No. 1, Semarang, 20.Fakultas Hukum Universitas
Jawa Tengah Trunojoyo Madura
Telp. 024 8419904, 8316870 Jl. Raya Telang Kamal PO. Box. 2,
Kamal, Bangkalan, Madura
14.Fakultas Hukum Universitas Telp. 031 3012390
Jenderal Soedirman
Kampus UNSOED 21.Fakultas Hukum Universitas
Jl. Bunyamin, Grendeng, Purwo- Udayana
kerto, Jawa Tengah 5312 Kampus Bukit Jimbaran
Telp. 0281 638339 Jl. Pulau Bali No. 1 Denpasar,
Badung, Bali 80114
15.Fakultas Hukum Universitas Telp. 0361 222666, 701807
Negeri Sebelas Maret
Jl. Prof. Dr. Ir. Soetami No. 36A, 22.Fakultas Hukum Universitas
Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah Mataram
57126 Jl. Majapahit No. 62, Mataram, Nusa
Telp. 0271 664989, 633134 Tenggara Barat
Fax. 0370 626954
16.Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada 23.Fakultas Hukum Universitas Nusa
Kampus UGM Cendana
Jl. Sosio Yustitia, Bulaksumur, Jl. Adisucipto, Penfui, Kupang, Nusa
Yogyakarta 55281 Tenggara Timur
Telp. 0274 512781, 901280 Telp. 0380 881086, 881580

17.Fakultas Hukum Universitas 24.Fakultas Hukum Universitas


Airlangga Tanjung Pura
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Jl. Jenderal Ahmad Yani, Pontianak,
Surabaya, Jawa Timur 60288 Kalimantan Barat 78124
Telp. 031 5023151, 5023252 Telp. 0561 740187

18.Fakultas Hukum Universitas 25.Fakultas Hukum Universitas


Brawijaya Palangkaraya
Jl. Mayjen M.T. Haryono No. 169, Jl. Yos Sudarso, Palangkaraya,
Malang, Jawa Timur 65145 Kalimantan Tengah
Telp. 0341 553898 Telp. 0536 20252, 3222436

19.Fakultas Hukum Universitas 26.Fakultas Hukum Universitas


Jember Mulawarman
Kampus Tegalboto Kampus Gunung Kelua
Jl. Kalimantan No. 37, Jember, Jawa Jl. K.H. Dewantara, Samarinda,
Timur 68121 Kalimantan Timur
Telp. 0331 335462, 330482, Telp. 0541 7072549

Lampiran 13 75
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

27.Fakultas Hukum Universitas 34.Fakultas Hukum Universitas


Lambung Mangkurat Cenderawasih
Jl. Brigjen H. Hasan Basri, Banjar- Kampus UNCEN, Wamena,
masin, Kalimantan Selatan 70123 Jayapura, Papua Timur
Telp. 0511 305648, 3305959, Telp. 0967 574052, 574112,
3306711 585470

28.Fakultas Hukum Universitas


Hasanudin
Kampus Baru Tamalanrea
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10,
Makassar, Sulawesi Selatan 90245
Telp. 0411 587219

29.Fakultas Hukum Universitas


Tadulako
Kampus Bumi Tadulako
Jl. Trans Sulawesi, Tondo, Palu,
Sulawesi Tengah 94118
Tlp. 0451 454446, 422844, 4229066

30.Fakultas Hukum Universitas


Haluoleo
Jl. Pangeran Antasari No. 15,
Anduonohu, Kendari, Sulawesi
Tenggara
Telp. 0401 3008125

31.Fakultas Hukum Universitas Sam


Ratulangi
Kampus UNSRAT Bahu, Manado,
Sulawesi Utara
Telp. 0431 825844, 825668

32.Fakultas Hukum Universitas


Pattimura
Jl. Benteng Kapahaha, Ambon,
Maluku
Telp. 0911 353416, 352634

33.Fakultas Hukum Universitas


Khairun Ternate
Jl. Bandara Babulah, Ternate, Maluku
Utara
Telp. 0921 3110901

76 Lampiran 13
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

ALAMAT MAHKAMAH KONSTITUSI


DAN NOMOR LAYANAN

Gedung Mahkamah Konstitusi RI


Jalan Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110
PO. Box. 999 JKT 10000

Nomor Telepon dan Faksimili Layanan PHPU


(021) 3800 207
(021) 3800 214
(021) 3800 226
(021) 3800 237
(021) 3800 239

Laman Mahkamah Konstitusi


www.mahkamahkonstitusi.go.id

Lampiran 14 77
Panduan Teknis Beracara dalam Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD

TIM PENYUSUN BUKU

Narasumber
Prof. Abdul Mukthie Fadjar, S.H., M.S.
Maruarar Siahaan, S.H.

Pengarah
Janedjri M. Gaffar
Zainal Arifin Hoesein

Penanggung Jawab
Kasianur Sidauruk

Koordinator
Rofiqul Umam-Ahmad
Triyono Edy Budhiarto

Ketua
Muhidin

Sekretaris
Wiryanto

Bendahara
Budi Hari Wibowo

Penyusun Naskah
Dewi Nurul Savitri
Mardian Wibowo
Fritz Edward Siregar
Cholidin Nasir

Bahan dan Data


Romi Sundara
Yunita Ramadhani
Arfie Dwi Purnomo
Rio Tri Juli Putranto
Daryono
A. Edi Subiyanto

Desain dan Tata Letak


Mardian Wibowo

78

Anda mungkin juga menyukai