Anda di halaman 1dari 48

HUKUM ACARA

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA


Oleh: Boma Priya Wibawa, S.H.

PENDIDIKAN KHUSUS PROFESI ADVOKAT (PKPA)


DPN PERADI & MAGISTER HUKUM USM
TAHUN 2023
CV PEMATERI
BOMA PRIYA WIBAWA, S.H.
Praktisi/Advokat PERADI
NIA: 10.00812

Pengalaman Pekerjaan
Riwayat Pendidikan - Founder Firma Boma Law Office
- Lulus S1 - FH Unissula SMG - Associate di Boma Irwan & Rekan
- Konsultan Bupati/Pemkab Demak
- Sedang menempuh S2 - MM USM - Konsultan PT. Lesso Technology (PMA)
- Legislative Legal Drafing, Jimly School - Konsultan PT. Lesso Trading (PMA)
- Pendidikan Kurator & Pengurus, AKPI - Konsultan PT. Lesso Neo Energy (PMA)
- Konsultan PT. Nayotama Karya
- Pendaftaran Merek, ICJR - Konsultan PT. Sanjaya Fajar Utama
- Bimtek PHPU, Mahkamah Konstitusi - Konsultan PT. Aneka Cahaya Surya
- Bimtek PUU, Mahkamah Konstitusi - Konsultan PT. Art Kurnia Loka
- Konsultan PT. New Ratna Motor
Pengalaman Organisasi
- Konsultan PT. Mitra Oto Primaa
- Sekretaris DPC PERADI Kendal - Konsultan PT. Bahtra Multi Niaga
- Konsultan PT. Semarang Diamond Citr
- Dewan Penasehat DPC IKADIN Semarang
- Konsultan CV. Dhito Utamo
- Dewan Pengawas YLBH Putra Nusantara Kendal - Konsultan Koperasi Mitra Bhakti
- Pengurus Bahurekso Lawyer Club Kendal

Contact: 082221575606
Email: boma.law@gmail.com
Site: www.bomalaw.id
SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN
WEWENANG PERATUN

Pasal 24 UUD NRI Tahun 1945


• Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan.*** )
• Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.***)
PELAKU KEKUASAAN KEHAKIMAN
UU NO. 48 TH. 2009

MA MK
UU NO.03 TH. 2009 UU NO.24 TH. 2003

PU PA PM PTUN
UU NO.49/2009 UU NO.50/2009 UU NO.31/97 UU NO.51/2009

PENGADILAN-PENGADILAN KHUSUS
MAHKAMAH AGUNG
UU No.3 th 2009, jis
UU No.5 th 2004 Jo. UU No.14 th 1985

LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN


LINGKUNGAN
PERADILAN UMUM PERADILAN TUN PERADILAN AGAMA
PERADILAN MILITER
UU NO.49 TH. 20009 UU No.51 TH 2009, jis. UU No.50 th.2009
UU No.31 th 1997
Jis. UU No.8 th 2004 UU NO.9 th 2004 Jis. UU No.3/2006
Jo. UU No.2 th 1986 Jo. UU No.5 th 1986 Jo. UU No.7 th 1989

PENGADILAN
ANAK

PENGADILAN
NIAGA PENGADILAN MAHKAMAH
PAJAK SYARIAH (ACEH)
PENGADILAN
HAM

PENGADILAN
HUB. INDUSTRIAL

PENGADILAN
TIPIKOR

PENGADILAN
PERIKANAN
KEWENANGAN PERADILAN TUN

• Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku


kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap
sengketa Tata Usaha Negara.

• Yang dimaksud dengan “rakyat pencari keadilan” adalah


setiap orang baik warga negara Indonesia maupun orang
asing, dan badan hukum perdata yang mencari keadilan pada
Peradilan Tata Usaha Negara
UNSUR - UNSUR TUN
• Pemahaman tehadap Peradilan Adminstrasi akan
lebih mudah jika terlebih dahulu dimengerti unsur-
unsur yang melengkapinya. Menurut S.F Marbun,
setidaknya terdapat lima unsur dalam Peradilan
Adminstrasi, yaitu :
• adanya suatu instansi atau badan yang netral dan
dibentuk berdasarkan peraturan perundang-
undangan, sehingga mempunyai kewenangan
untuk memberikan putusan
• terdapatnya suatu peristiwa hukum konkret yang
memerlukan kepastian hukum;
• terdapatnya suatu peristiwa hukum yang abstrak
dan mengikat umum (Peraturan HAN);
• adanya sekurang-kurangnya dua pihak,
(Penggugat dan Tergugat;
• adanya hukum formal, (Hukum Acara PTUN)
SUMBER HUKUM PTUN
UU No.05 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara jis. UU No.09 Tahun 2004 (Perubahan I), UU
No. 51 Tahun 2009 (Perubahan II);
UU No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman;
UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung,
diubah terakhir dengan UU No.03 Tahun 2009;
HIR dan RBg;
PP No.7 Tahun 1991 tentang Penerapan UU No.5
Tahun 1986;
Beberapa aturan teknis dalam SEMA, Buku
Pedoman, Juklak-Juknis yang dikeluarkan oleh
Maahkamah Agung.
ALASAN DIDIRIKAN PTUN
• Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat
yang bersumber dari hak-hak individu; dan
memberikan perlindungan terhadap hak-hak
masyarakat yang didasarkan kepada kepentingan
bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat
tersebut. (Keterangan pemerintah pada Sidang
Paripurna DPR RI. mengenai RUU PTUN tanggal 29
April 1986).
• Menurut Sjahran Basah (1985;154), tujuan
peradilan administrasi adalah untuk memberikan
pengayoman hukum dan kepastian hukum, baik
bagi rakyat maupun bagi admiistrasi negara dalam
arti terjaganya keseimbangan kepentingan
masyarakat dan kepentingan individu.
FILOSOFI HADIRNYA PERADILAN ADMINISTRASI
ALASAN DIDIRIKAN PTUN

PENYELESAIAN SENGKETA DI PTUN PADA MULANYA BERAWAL


DARI ADANYA TINDAKAN PEMERINTAH/PEJABAT TUN

TANPA ADA TINDAKAN PEMERINTAH, MAKA TIDAK AKAN PERNAH


ADA SENGKETA TUN

TINDAKAN PEMERINTAH APAKAH YANG MENJADI PANGKAL


SENGKETA TUN

DISINI DAPAT DISIMPULKAN BAHWA PTUN ADALAH :


Sarana untuk menyelesaikan konflik yang timbul antara pemerintah (Badan/Pejabat TUN) dengan
rakyat (orang perorang/badan hukum perdata), selain upaya administratif yang tersedia.
JENIS-JENIS TINDAKAN PEMERINTAH

Mengeluarkan peraturan (regelling) diadili melalui Uji


materi MA atau MK
(UU, PP, Perda Sampah,KTP, Iklan)
Mengeluarkan keputusan (Beschikking) diadili
melalui PTUN
(mengangkat si A jadi pegawai, si B dipecat, DLL)
SIFAT KHUSUS HUKUM ACARA
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
1) Hakim Aktif (Dominus Litis);
2) Terdapat tenggang waktu dalam mengajukan gugatan (90 hari)
sejak diterima atau diumumkan KTUN;
3) Gugatan tidak menunda pelaksanaan keputusan TUN; (Terkait
Asas “Persumtion Justae Causa”)
4) Asas Pembuktian Bebas dan terbatas ( Vrij Bewijs);
5) Tidak ada Gugatan Rekonvensi (gugatan balasan
terhadap gugatan yang diajukan penggugat kepadanya);
6) Tidak ada Putusan Verstek ( penjatuhkan putusan tanpa hadirnya
Tergugat);
7) PT. TUN dapat menjadi pengadilan tingkat pertama;
8) Putusan PTUN bersifat “ERGA OMNES” (Erga omnes berasal dari
bahasa latin yang artinya berlaku untuk setiap orang (toward every
one));
9) Ada Proses “Dismissal” oleh Ketua Pengadilan TUN;
ASAS - ASAS POKOK
PERADILAN TATA USAHA NEGARA

ASAS MENGIKAT PUBLIK


( Erga Omnes )
 Putusan Peratun bukan hanya mengikat pihak2 yg berseng-
keta, melainkan mengikat siapa saja (publik).
 Putusan Peratun diumumkan di media massa (psl.116 ayat 5
UU No.9/2004).
ASAS PRADUGA RECHTMATIGE
(Vermodens van recht- matige/ Presumptio Justea Causa).
 Bahwa setiap KTUN harus dianggap sah (rechtmatige) sampai
ada pembatalan oleh pengadilan.
 Gugatan tdk menunda Keputusan TUN untuk dilaksanakan
(Psl.67 ayat 1 UU No.5/1986).
ASAS PEMBUKTIAN BEBAS
( Vrij Bewijs ).
Hakim yg menentukan apa yg hrs dibuktikan, beban & penilaian
pembuktian (Psl.107 UU No.5/1986).
(Berbeda dgn peradilan perdata dimana beban pembuktian
diletakkan kpd Pihak Penggugat (psl. 1865 KUH Perd).

ASAS HAKIM AKTIF


( Actieve Rechter/Dominus Litis )
 Asas ini untuk mengimbangi kedudukan para pihak yg tdk seimbang,
dimana posisi Tergugat (Bdn/Pejabat TUN) lebih kuat drpd posisi
Penggugat ( orang/bdn hk perdata ), tercermin dalam Pasal-pasal:
 Psl. 58 - berwenang memerintahkan kedua pihak ybs dtg menghadap
meski tlh diwakili kuasa).
 Psl. 63 (1) – memberi nasehat dlm Pemeriks. Persiapan.
 Psl. 80 – memberi petunjuk ttg alat bukti.
 Psl. 85 – berwenang memerintahkan pemeriks. Srt yg dipegang
Pejabat TUN/Pejabat lain & minta penjelasan ybs.
a. Asas peradilan cepat, murah, sederhana
b. Asas kesatuan beracara
c. Asas musyawarah
d. Asas kekuasaan kehakiman yg merdeka
e. Asas keterbukaan
f. Asas putusan adil
OBJEK DAN SUBJEK SENGKETA
TATA USAHA NEGARA

• Sengketa Tata Usaha Negara adalah:


• sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara;
• antara orang atau badan hukum perdata dengan badan
atau pejabat tata usaha negara,
• baik di pusat maupun di daerah,
• sebagai akibat dikeluarkannya KEPUTUSAN TATA USAHA
NEGARA,  Objek Sengketa;
• termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(Pasal 1 angka 10 UU Peratun)
OBJEK SENGKETA
TATA USAHA NEGARA

penetapan tertulis;
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;
berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan
peraturan per-UU-an;
bersifat konkret, individual dan final;
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang.

Catatannya : Tidak semua KEPUTUSAN dapat digugat di PTUN, sehingga


harus memenuhi syarat kualifikasi di atas
OBYEK SENGKETA
TATA USAHA NEGARA

Bersifat konkret, artinya objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata

Usaha Negara itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat

ditentukan, umpamanya keputusan mengenai sumah si A, Izin usaha

bagi si B, pemberhentian si A sebagai pegawai negeri.

Bersifat individual artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak

ditujukan untuk umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang

dituju.

Bersifat final artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan

akibat hukum.
PENGECUALIAN DALAM SENGKETA
TATA USAHA NEGARA
KTUN SEBAGAIMANA DISEBUTKAN DALAM PASAL 2 :
a. KTUN HUKUM PERDATA
b. KTUN BERSIFAT UMUM
c. KTUN YANG MASIH MEMERLUKAN PERSETUJUAN
d. KTUN YANG DIDASARKAN PADA KETENTUAN KUHP DAN
KUHAP / PERATURAN LAIN YANG BERSIFAT PIDANA
e. KTUN ATAS DASAR HASIL PEMERIKSAAN BADAN
PERADILAN
KEPUTUSAN
f. KTUN MENGENAI TATA USAHA TNI
TUN YANG
g. KEPUTUSAN KPU DAN KPUD MENGENAI HASIL PEMILU
BUKAN
OBYEK
SENGKETA
KTUN SEBAGAIMANA DISEBUTKAN DALAM PASAL 49 :
a. DIKELUARKAN DALAM PERANG, KEADAAN BAHAYA DAN
BENCANA ALAM
b. DIKELUARKAN DALAM KEADAAN MENDESAK UNTUK
KEPENTINGAN UMUM
SUBYEK SENGKETA
TATA USAHA NEGARA

Orang-perorang/Badan Hukum Privat yang terkena


atau merasa kepentingannya dirugikan KTUN

Orang Perorang atau Badan Penggugat


Hukum Perdata Pasal 53 (1)

Pasal 1
angka 10
Badan atau Pejabat Tata Usaha Tergugat
Negara Pasal 1 angka 12

Yang mengeluarkan KTUN (Penerima Atribusi,


Penerima Delegasi, Pemberi Mandat)
TERGUGAT DALAM SENGKETA
TATA USAHA NEGARA

• badan atau pejabat tata usaha negara


• yang mengeluarkan keputusan berdasarkan
wewenang yang ada padanya atau
• yang dilimpahkan kepadanya
• yang digugat oleh orang atau badan hukum
perdata.

Pasal 1 angka 8 UU No 51 2009 yang menyebutkan sebagai berikut:


Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah :
Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
SWASTA DIGUGAT DALAM SENGKETA
TATA USAHA NEGARA?

• Bisa, sepanjang yang bersangkutan


melakukan tugas/kegiatan di bidang
pemerintahan dengan berdasar
perundangan yang berlaku:
• Contoh: pemecatan mahasiswa Univ.
Swasta;

CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN


 Yang digugat adalah Jabatannya bukan Pribadi Orangnya
 Tidak dibenarkan menuliskan nama pribadi pejabat dalam
gugatan, sebab yang digugat adalah jabatannya.
PENGGUGAT DALAM SENGKETA
TATA USAHA NEGARA?
• Berdasarkan Pasal 53 (1), maka :
• Hanya orang perorang/Badan Hukum Perdata;
• Pejabat TUN tidak dapat menjadi Penggugat;
• Hanya orang yang dituju atau terkena akibat KTUN dan
karenanya ia merasa dirugikan. CAUSAL VERBAND;
• Berlaku asas “no interest no action”;
• Yurisprupensi :
• membolehkan legal standing bagi Organissasi Lingkungan
Hidup, misalnya WALHI;
• Memperbolehkan badan hukum publik menggugat untuk
melindungi kepentigan keperdataannya;
• Pasal 48 UU No.14 Tahun 2008 ttg KIP memperluas
kompetensi subjek penggugat  Badan Hukum Publik
dapat menjadi Pengguhat dalam Sengketa Informasi
Publik di PTUN;
PENGGUGAT DALAM SENGKETA
TATA USAHA NEGARA?
• Berdasarkan Pasal 53 (1), maka :
• Hanya orang perorang/Badan Hukum Perdata;
• Pejabat TUN tidak dapat menjadi Penggugat;
• Hanya orang yang dituju atau terkena akibat KTUN dan
karenanya ia merasa dirugikan. CAUSAL VERBAND;
• Berlaku asas “no interest no action”;
• Yurisprupensi :
• membolehkan legal standing bagi Organissasi Lingkungan
Hidup, misalnya WALHI;
• Memperbolehkan badan hukum publik menggugat untuk
melindungi kepentigan keperdataannya;
• Pasal 48 UU No.14 Tahun 2008 ttg KIP memperluas
kompetensi subjek penggugat  Badan Hukum Publik
dapat menjadi Pengguhat dalam Sengketa Informasi
Publik di PTUN;
PENGAJUAN GUGATAN
TATA USAHA NEGARA

• Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan


terhadap Badan/Pejabat TUN dan diajukan ke
pengadilan untuk mendapatkan keputusan;
• Harus
tertulis, jika tidak pandai baca tulis dapat
meminta bantuan Panitera untuk menuliskannya.
• Pengajuan gugatan dapat menggunakan atau
tanpa kuasa hukum.
• Pengajuangugatan dapat diwakilkan oleh kuasa
dengan melampirkan gugatan
WAKTU PENGAJUAN GUGATAN
TATA USAHA NEGARA

• Gugatan tidak boleh prematur dan daluarsa (90 hari) vide Pasal 55;
• Sejak Kapan perhitungan 90 hari tsb:
• Sejak diterimanya (KTUN memuat nama Penggugt);
• Sejak pengumuman;
• KTUN Fiktif Negatif lihat Pasal 3 (2) dan (3);
• Bagi pihak yang tidak dituju KTUN dan merasa terkena
kepentingannya sejak ia merasa dirugikan dan mengetahui
adanya KTUN tsb.
• Sejak putusan upaya administratif diterima/dibacakan.
• Perhitungan berhenti sejak didaftarkan di Panitera.
SYARAT-SYARAT GUGATAN
TATA USAHA NEGARA

• Syarat Formil
Gugatan harus memuat nama, kewarganegaraan,
tempat tinggal, pekerjaan penggugat maupun
kuasanya (termasuk melampirkan surat kuasa jika
memakai kuasa) dan nama jabatan dan tempat
kedudukan tergugat (pasal 56).

• Syarat Materiil
Gugatan harus memuat posita (dasar atau alasan-
alasan gugatan) dan petitum (tuntutan baik
tuntutan pokok maupun tambahan (ganti rugi
dan/atau rehabilitasi))
SISTEMATIKA GUGATAN
TATA USAHA NEGARA

 Nama kota dan tanggal dibuat gugatan


 Alamat Ketua Pengadilan yang berwenang memeriksa
perkara
 Identitas para pihak disertai penegasan kedudukan
para pihak, sebagai Penggugat atau Tergugat
 Posita
 Petitum
KERANGKA SURAT KUASA

a. identitas para pihak (syarat formil):


1. Penggugat atau kuasanya : orang /badan hukum perdata,
2. Tergugat : Jabatan yang mengeluarkan KTUN kedudukan
hukum Badan atau PejabatTUN atau kuasanya

b. Posita (Fundamentum Petendi)/alasan gugatan,


Pasal 53 ayat (2)

c. Tuntutan (Petitum)
dapat pula disertakan permohonan penundaan
pelaksanaan KTUN (Pasal 67 (2), (3) dan (4)), permohonan
beracara cepat (Pasal 98), yang disebut
dengan putusan sela
POSITA GUGATAN

• Posita atau dasar gugatan berisi:


• kejadian mengenai duduk perkaranya;
• Bagian yg menguraikan tentang hukumnya;
• Uraian :
• bahwa objek gugatan adalah kompetensi PTUN ybs;
• Penggugat berwenang menggugat;
• Tergugatnya tepat;
• Kronologis lahirnya KTUN;
• Alasan gugatan.
ALASAN (POSITA) GUGATAN

Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam


gugatan sebagaimana dimaksud pada Pasal
53 ayat (1) adalah:
• Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat
itu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
• Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat
itu bertentangan dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik.
ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK
(AUPB)

KEPASTIAN HUKUM;
TERTIB PENYELENGGARAAN NEGARA;
KETERBUKAAN;
PROPORSIONALITAS;
PROFESIONALITAS
AKUNTABILITAS,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
PETITUM GUGATAN

• Tuntutan Pokok & tambahan;


• Tuntutan pokok dalam gugatan adalah agar
keputusan TUN yang digugat dinyatakan batal atau
tidak sah. Tuntutan tambahan berupa ganti rugi dan
atau rehabilitasi (kepegawaian), serta kewajiban
Tergugat yang tidak bersedia melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap untuk dikenakan upaya
paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa
(dwangsom), sanksi administratif dan diumumkan
pada media massa cetak setempat.
CARA MENGAJUKAN GUGATAN TUN

Pasal 59
 Untuk mengajukan gugatan, penggugat membayar uang muka biaya
perkara, yang besarnya ditaksir oleh Panitera Pengadilan.
 Setelah penggugat membayar uang muka biaya perkara, gugatan
dicatat dalam daftar perkara oleh Panitera Pengadilan.
 Selambat-lambatnya dalam jangka waktu tiga puluh hari sesudah
gugatan dicatat, Hakim menentukan hari, jam, dan tempat persidangan,
dan menyuruh memanggil kedua belah pihak untuk hadir pada waktu
dan tempat yang ditentukan.
 Surat panggilan kepada tergugat disertai sehelai salinan gugatan
dengan pemberitahuan bahwa gugatan itu dapat dijawab dengan
tertulis.
Saat ini Pendaftaran menggunakan aplikasi elektronik, yaitu Ecourt
Mahkamah Agung RI https://ecourt.mahkamahagung.go.id/
e-Court Mahkamah Agung RI

Adalah layanan bagi Pengguna Terdaftar untuk Pendaftaran


Perkara Secara Online, Mendapatkan Taksiran Panjar Biaya
Perkara secara online, Pembayaran secara online, Pemanggilan
yang dilakukan dengan saluran elektronik, dan Persidangan yang
dilakukan secara Elektronik.
• e-Filing (Pendaftaran Perkara Online di Pengadilan)
• e-Payment (Pembayaran Panjar Biaya Perkara Online)
• e-Summons (Pemanggilan Pihak secara online)
• e-Litigation (Persidangan secara online)
Dalam hal pendaftaran perkara Online, saat ini dikhususkan untuk
Advokat. Pengguna terdaftar harus setelah mendaftar dan mendapatkan
Akun, harus melalui mekanisme validasi Advokat oleh Pengadilan Tinggi
tempat dimana Advokat disumpah, sedangkan pendaftaran dari
Perseorangan atau Badan Hukum akan diatur lebih lanjut.
PENDAFTARAN MELALUI e-Court
Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lainnya
• Advokat selaku Pengguna Terdaftar dan Para Pencari Keadilan (Non-Advokat)
selaku Pengguna Lainnya yang sudah terdaftar dapat beracara di seluruh
Pengadilan yang sudah aktif dalam pemilihan saat mau mendaftar perkara
baru.
Pendaftaran Perkara (e-Filing)
• Pendaftaran perkara online dilakukan setelah terdaftar sebagai pengguna
terdaftar dengan memilih Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, atau
Pengadilan TUN yang sudah aktif melakukan pelayanan e-Court. Semua
berkas pendaftaran dikirim secara elektronik melalui aplikasi e-Court Makamah
Agung RI.
Taksiran Panjar Biaya (e-Skum)
• Dengan melakukan pendaftaran perkara online melalui e-Court, Pendaftar
akan secara otomatis mendapatkan Taksiran Panjar Biaya (e-SKUM) dan
Nomor Pembayaran (Virtual Account) yang dapat dibayarkan melalui saluran
elektronik (Multi Channel) yang tersedia
Mendapatkan Nomor Perkara
• Setelah Pendaftar melakukan pembayaran sesuai Taksiran Panjar Biaya (e-
Skum), Pengadilan memberikan Nomor Perkara pada hari dan jam kerja,
kemudian aplikasi e-Court akan memberikan notifikasi/pemberitahuan bahwa
perkara sudah terdaftar di Pengadilan
PEMANGGILAN SIDANG
 Jangka waktu antara pemanggilan dan hari siding tidak boleh
kurang dari 6 (enam) hari, kecuali dalam hal sengketa tersebut
harus diperiksa dengan acara cepat
 Panggilan terhadap pihak yang bersangkutan dianggap sah,
apabila masing-masing telah menerima surat panggilan yang
dikirimkan dengan surat tercatat.
 Apabila salah satu pihak berkedudukan atau berada di luar wilayah
Republik Indonesia, panggilan dilampiri salinan gugatan diteruskan
kepada Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.
 Departemen Luar Negeri segera menyampaikan melalui Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri dalain wilayah tempat yang
bersangkutan berkedudukan atau berada.
 Petugas Perwakilan Republik Indonesia dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari sejak dilakukan pemanggilan tersebut, wajib memberi
laporan kepada Pengadilan yang bersangkutan.
Saat ini Panggilan Sidang menggunakan aplikasi elektronik, yaitu E-
Summons melalui Ecourt Mahkamah Agung RI
https://ecourt.mahkamahagung.go.id/
RAPAT PERMUSYAWARATAN /
DISMISSAL PROCESS

Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan suatu


penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan
bahwa gugatan yang diajukan itu dinyatakan tidak diterima atau
tidak berdasar.
Alasan yang dapat dijadikan dasar:
 pokok gugatan tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan
 syarat-syarat gugatan tidak dipenuhi sekalipun PENGGUGAT
telah diberi tahu dan diperingatkan
 gugatan tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak
 apa yang dituntut dalam gugatan sudah terpenuhi oleh
Keputusan TUN yang digugat
 gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.
MASUKNYA PIHAK KETIGA
(INTERVENSI)

 Dalam pemeriksaan perkara yang sedang berjalan,


dimungkinkan masuknya Pihak Ketiga yang berkepentingan
 Kedudukan pihak ketiga bisa sebagai Penggugat Intervensi
atau Tergugat II Intervensi
PERSIDANGAN SECARA ELEKTRONIK

Persidangan secara Elektronik (e-Litigasi)


• Aplikasi e-Court mendukung dalam hal persidangan secara
elektronik (online) sehingga dapat dilakukan pengiriman
dokumen persidangan seperti Replik, Duplik, Jawaban dan
Kesimpulan secara elektronik.
PEMBUKTIAN

Alat Bukti, yaitu:


 Surat atau tulisan
 Keterangan ahli
 Keterangan saksi
 Pengakuan para pihak
 Pengetahuan hakim

Pembuktian dilakukan secara tatap muka (offline) di Ruang Sidang PTUN


PUTUSAN

Salinan Putusan secara Elektronik (e-Salinan)


• Aplikasi memuat informasi putusan yaitu tanggal
putusan, amar putusan, tanggal minutasi dan
salinan putusan elektronik dapat diunduh melalui
aplikasi ini.
UPAYA HUKUM

Atas putusan pengadilan tingkat pertama (PTUN)


para pihak dapat mengajukan upaya hukum
BANDING ke Pengadilan Tinggi TUN
Selanjutnya upaya hukum KASASI dan PENINJAUAN
KEMBALI ke MAHKAMAH AGUNG

TIDAK SEMUA PUTUSAN DAPAT DIAJUKAN KASASI


 Perkara tata usaha negara yang objek gugatannya
berupa keputusan pejabat daerah yang jangkauan
keputusannya berlaku di wilayah daerah yang
bersangkutan tidak dapat diajukan KASASI.
EKSEKUSI PUTUSAN

HANYA putusan yang TELAH mempunyai kekuatan hukum


yang dapat dieksekusi
PROSEDUR EKSEKUSI
 Salinan putusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dikirim kepada para pihak dalam
jangka waktu 14 (empat belas) hari
 Dalam hal Tergugat harus mencabut objek sengketa,
apabila empat bulan setelah putusan dikirimkan
Tergugat tidak melaksanakan kewajibannya SK objek
sengketa tidak mempunyai kekuatan hukum lagi
 Dalam hal Tergugat harus mencabut dan menerbitkan
SK baru atau menerbitkan SK dari keputusan fiktif
negatif, setelah 3 (tiga) bulan tidak
dilaksanakan, Penggugat mohon agar Ketua PTUN
memerintahkan Tergugat melaksanakan putusan
EKSEKUSI PUTUSAN

 Apabila telah diperintahkan Tergugat tidak


melaksanakan putusan akan dikenakan uang paksa
(dwangsom) dan/atau sanksi administratif
 Tergugat tidak mau melaksanakan putusan
pengadilan dapat diumumkan melalui media massa
setempat oleh Panitera.
DOWNLOAD DOKUMEN

Klik disini
TERIMA KASIH

Boma Priya Wibawa, S.H.


Email: boma.law@gmail.com
Site: www.bomalaw.id
082221575606

Anda mungkin juga menyukai