Anda di halaman 1dari 21

HUKUM ACARA PERDATA

Oleh
TIM DOSEN HUKUM ACARA PERDATA
Fakultas Hukum UPN Veteran Jakarta
Tatap Muka Ke-1
RUANG LINGKUP HUKUM ACARA PERDATA
PENGERTIAN HUKUM ACARA PERDATA :

• Hukum yang mengatur mengenai bagaimana cara menjamin


ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim (Prof.
Sudikno Mertokusumo).
• Rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus
bertindak dimuka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu
harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya
peraturan hukum perdata (Wirjono Prodjodikoro).
FUNGSI HUKUM ACARA PERDATA :
Untuk menegakkan hukum perdata materiil jika terjadi
pelanggaran

SIFAT HUKUM ACARA PERDATA:


Inisiatif berasal dari seseorang atau beberapa orang yang
merasa haknya dilanggar
AZAS-AZAS HUKUM ACARA PERDATA :
1. Hakim bersifat menunggu (Pasal 5 ayat (1) UU No. 48/2009)
2. Hakim Pasif (Pasal 4 ayat (2)UU No. 48/2009)
3. Persidangan bersifat terbuka (Pasal 13 ayat (1), (2), (3) UU No. 48/2009)
4. Mendengar kedua belah pihak (Pasal 4 ayat (1)UU No. 48/2009)
5. Putusan harus disertai alasan-alasan (Pasal 50 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (2) UU
No. 48/2009)
6. Beracara dikenakan biaya (Pasal 2 ayat (4) dan Pasal 4 ayat (2) UU
No. 48/2009), kecuali bagi orang yang tidak mampu membayar biaya
perkara dapat mengajukan ijin untuk berperkara dengan tidak dikenakan biaya
(Prodeo) Pasal 237 HIR.
7. Tidak ada keharusan mewakilkan (Psl 123 ayat (1) HIR)
LINGKUNGAN PERADILAN
Pasal 18 UU No. 48 tahun 2009, menyebutkan :
”Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.”
BADAN PERADILAN di MA RI
(Pasal 25 UU RI NO. 48/2009)
* PERADILAN UMUM
* PERADILAN AGAMA
* PERADILAN MILITER
* PERADILAN TATA USAHA NEGARA
PERADILAN UMUM
Berwenang memeriksa, mengadili dan memutus
perkara pidana dan perdata (Pasal 25 ayat (2) UU RI
No. 48/2009 Jo. UU RI No. 2/1986 tentang Peradilan
Umum sebagaimana telah diubah dengan UU RI No.
8/2004).
PERADILAN AGAMA
Berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan
menyelesaikan perkara antara orang-orang yang
beragama Islam (Pasal 25 ayat (3) UU RI No. 48/2009
Jo. UU RI No. 7/1989 tentang Peradilan Agama
sebagaimana terakhir diubah dengan UU RI No.
50/2009).
PERADILAN MILITER
Berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara tindak pidana militer (Pasal 25 ayat (4) UU RI
No. 48/2009 Jo. UU RI No. 31/1997, Tentang
Peradilan Militer).
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan
menyelesaikan sengketa tata usaha negara (Pasal 25
ayat (5) UU RI No. 48/2009 jo. UU RI No. 5/1986,
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana
terakhir diubah dengan UU RI No. 51/2009).
PERADILAN KHUSUS
(Pasal 27 UU RI No. 48/2009)
Pengadilan khusus adalah pengadilan yang dibentuk
dalam salah satu lingkungan peradilan yang berada di
bawah Mahkamah Agung dan diatur dalam undang-
undang.
PENGADILAN KHUSUS DALAM LINGKUNGAN
PERADILAN UMUM
Pengadilan Anak (UU RI No. 3/1997, Tentang Pengadilan Anak Jo. UU RI No. 23/2002, Tentang
Perlindungan Anak)
Berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak (8 s.d 18
tahun dan belum pernah menikah).
Pengadilan Niaga (belum diatur dalam UU tersendiri, masih tersebar dalam UU RI No. 37/2004,
Tentang Kepailitan dan PKPU serta peraturan perundangan-undangan di bidang HAKI)
- Berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan pernyataan pailit dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
- Berwenang memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaan.
PENGADILAN KHUSUS DALAM LINGKUNGAN
PERADILAN UMUM
Pengadilan Hak Asasi Manusia (UU RI No. 26/2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia)
- Bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat.
- Berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang
berat yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah Negara RI oleh WNI.
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Pasal 53 UU RI No. 30/2002 Tentang KPK Jo. UU RI
No. 46/2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi)
- Berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana korupsi, tindak
pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya adalah tindak pidana korupsi
dan/atau tindak pidana yang secara tegas dalam undang-undang lain ditentukan
sebagai tindak pidana korupsi
PENGADILAN KHUSUS DALAM LINGKUNGAN
PERADILAN UMUM
Pengadilan Hubungan Industrial (UU RI No. 2/2004, Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial)
Berwenang menangani 4 (empat) jenis perselisihan:
• Perselisihan kepentingan.
• Perselisihan antar serikat pekerja atau serikat buruh dalam suatu perusahaan.
• Perselisihan hak.
• Perselisihan PHK.
PENGADILAN KHUSUS DALAM LINGKUNGAN
PERADILAN UMUM
Pengadilan Perikanan (Pengadilan yang dibentuk sesuai kebutuhan dengan Keppres RI
berdasarkan Pasal 71 ayat (5) UU RI No. 31/2004, Tentang Perikanan sebagaimana telah
diubah dengan UU RI No. 45/2009, contoh antara lain: Keppres RI No. 15/2010, Tentang
Pembentukan Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Tanjung Pinang dan
Pengadilan Negeri Ranai).

Berwenang memeriksa, mengadili dan memutus tindak pidana di bidang


perikanan (semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam
suatu sistem bisnis perikanan).
PENGADILAN KHUSUS DALAM LINGKUNGAN
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Pengadilan Pajak (Penjelasan Pasal 27 UU RI No. 48/2009 Jo. UU RI No. 14/2002, Tentang
Pengadilan Pajak)
- Mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus sengketa pajak.
- Dalam banding berwenang memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan.
- Dalam hal gugatan, berwenang memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan
penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau keputusan lain.
- Berwenang mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-
pihak bersengketa dalam Pengadilan Pajak.
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
Pelaku kekuasaan kehakiman yang dibentuk guna bertindak selaku pengawal konstitusi
(guardian of the constitution) sesuai kehendak Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.
Wewenang MK RI (Pasal 29 UU RI No. 48/2009 Jo. UU RI No. 24/2003, Tentang
Mahkamah Konstitusi)
- Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar RI tahun1945.
- Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang diberikan oleh UUD RI
Tahun 1945.
- Memutus pembubaran partai politik.
- Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; dan
- Kewenangan lain yang diberikan oleh undang-undang.
• Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum
dilakukan oleh Pengadilan Negeri (PN) dan Pengadilan
Tinggi (PT) dan berpuncak pada Mahkamah Agung
(MA).
• Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) UU No. 48/2009,
Mahkamah Agung Merupakan Pengadilan Negara
tertinggi dari keempat lingkungan peradilan
dibawahnya.”
PENGADILAN NEGERI
dalam melaksanakan tugas pokoknya: menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara dan merupakan pengadilan tingkat pertama (judex
factie)

PENGADILAN TINGGI
merupakan pengadilan tingkat banding, memeriksa kembali/ ulang perkara yang telah
diputus di PN (judex factie).

MAHKAMAH AGUNG
merupakan pengadilan tingkat kasasi dan PK, merupakan pengadilan negara tertinggi
(judex juris).

Anda mungkin juga menyukai