Anda di halaman 1dari 14

KEDUDUKAN PERADILAN AGAMA

DALAM SISTEM PERADILAN DI


INDONESIA
Muhammad Faisol
PA Dalam Sistem Peradilan
Di Indonesia
Sistem Peradilan Indonesia adalah suatu susunan
yang teratur dan saling berhubungan, yang
berkaitan dengan kegiatan pemeriksaan dan
pemutusan perkara yang dilakukan oleh pengadilan,
baik itu pengadilan yang berada di lingkungan
peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer,
maupun peradilan tata usaha negara, yang didasari
oleh pandangan, teori, dan asas-asas di bidang
peradilan yang berlaku di Indonesia
Oleh karena itu dapat diketahui bahwa Peradilan
yang diselenggarakan di Indonesia merupakan suatu
sistem yang ada hubungannya satu sama lain,
peradilan/pengadilan yang lain tidak berdiri sendiri-
sendiri, melainkan saling berhubungan dan
berpuncak pada Mahkamah Agung. Bukti adanya
hubungan antara satu lembaga pengadilan dengan
lembaga pengadilan yang lainnya salah satu
diantaranya adalah adanya “Perkara Koneksitas”. Hal
tersebut terdapat dalam Pasal 24 Undang-undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman
Sistem Peradilan Indonesia dapat diketahui dari ketentuan
Pasal 24 Ayat (2) UUD 1945 dan Undang-undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Pasal 24 Ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan
Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
Kekuasaan Kehakiman

Mahkamah
Komisi Yudisial/KY Mahkamah Agung/MA
Konstitusi/MK

Pengadilan-Pengadilan
Peradilan Umum/PU
Khusus

Peradilan Agama/PA Mahkamah Syariah NAD

Peradilan Tata Usaha


Pengadilan Pajak
Negara/PTUN

Peradilan Militer/Dilmil
Jadi berdasarkan UUD 45 Pasal 24 dan UU. No. 48 Tahun 2009 pasal 25
Terdapat 4 (empat) lingkungan peradilan di Indonesia yaitu:
 Peradilan umum yaitu peradilan yang berwenang memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara pidana dan perdata sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. 
 Peradilan Agama yaitu peradilan yang berwenang memeriksa,
mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara antara orang-orang
yang beragama Islam sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. 
 Peradilan Militer yaitu peradilan yang berwenang memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara tindak pidana militer sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. 
 Peradilan Tata Usaha Negara yaitu peradilan yang berwenang
memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata
usaha negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Meskipun di Indonesia dikenal empat lingkungan
pengadilan, tetapi pasal 27 UU 48 Tahun 2009
memberikan kesempatan untuk dibuatnya pengadilan
khusus, yang masing-masing memiliki
kewenangannya sendiri.
Penjelasan pasal 27 UU 48 Tahun 2009 menegaskan
bahwa Yang dimaksud dengan “pengadilan khusus”
antara lain adalah Pengadilan Anak, Pengadilan Niaga,
Pengadilan Hak Asasi Manusia, Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi, Pengadilan Hubungan Industrial dan
Pengadilan Perikanan yang berada di lingkungan
Peradilan Umum, serta Pengadilan Pajak yang berada
di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara.
1. Pengadilan Anak, dibentuk dan didirikan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1997, yangmana merupakan implementasi dari
Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi,
bahwa setiap anak berhak atas perlindungan,
baik terhadap eksploitasi, perlakuan kejam dan
perlakuan sewenang-wenang dalam proses
peradilan pidana. Dan Yurisdiksi Peradilan Anak
dalam hal perkara pidana adalah mereka yang
telah berusia 8 tetapi belum mencapai 18 Tahun.
UU tentang Pengadilan anak adalah:
UU N 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
UU No 11 2012 Sistem Peradilan Anak
2. Pengadilan Niaga, dibentuk dan didirikan
berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 97
Tahun 1999. Kewenangan Pengadilan Niaga antara
lain adalah untuk mengadili perkara Kepailitan, Hak
atas Kekayaan Intelektual, serta sengketa perniagaan
lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang.
3. Pengadilan HAM, dibentuk dan didirikan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000. Kewenang Pengadilan HAM adalah untuk
mengadili pelanggaran HAM berat, sebagaimana
yang pernah terjadi atas kasus pelanggaran hak asasi
berat di Timor-Timur dan Tanjung Priok pada Tahun
1984. Pelanggaran hak asasi tersebut tengah
mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun
2001 atas pembentukan Pengadilan Hak Asasi
Manusia Ad Hoc di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
yang saat ini diubah melalui Keputusan Presiden
Nomor 96 Tahun 2001.
4. Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi, dibentuk
dan didirikan berdasarkan amanat Pasal 53 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pengadilan ini
memiliki yurisdiksi untuk menangani perkara korupsi dan
berkedudukan di jakarta.
UU Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi antara
lain adalah:
UU No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
Uu No 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pembertantasan
Tindak Pidana Korupsi
Uu No 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi
5. Pengadilan Hubungan Industrial adalah
pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan
peradilan umum yang berwenang memeriksa,
mengadili dan memberi putusan terhadap
perselisihan hubungan industrial. Undang-
Undang yang mengatur adalah Undang-Undang
No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial.
6. Pengadilan Perikanan, dibentuk dan
didirikan berdasarkan Undang-Undang 31
Tahun 2004. Peradilan ini berwenang
memeriksa, mengadili, dan memutus tindak
pidana di bidang perikanan, dan berada di
lingkungan Peradilan Umum dan memiliki
daerah hukum sesuai dengan daerah hukum
pengadilan negeri yang bersangkutan.
7. Pengadilan Pajak, dibentuk dan didirikan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2002, dan memiliki yurisdiksi menyelesaikan
sengketa di bidang pajak. Sengketa pajak sendiri
merupakan sengketa yang timbul dalam bidang
perpajakan antara wajib pajak atau penanggung
pajak dan pejabat yang berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan
banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak
berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan, termasuk didalamnya gugatan atas
pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-
Undang penagihan pajak dengan surat paksa.

Anda mungkin juga menyukai