NOMOR 55/PUU-XVII/2019
TAUFIK HIDAYAT/B011171374
Pembimbing:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelaksanaan. Pasal 22E ayat (2) UUD NRI 1945 yang mengatur bahwa
memilih anggota DPR, anggota DPD, Presiden dan Wakil Presiden, dan
1
“Andi Pangerang Moenta dan Syafa’at Anugrah Pradana, Pokok-Pokok Hukum
Pemerintahan Daerah, PT RajaGrafindo Persada, Depok, 2018, hlm, 26.”
1
legislatif dan eksekutif baru pertama dilaksanakan di Indonesia yaitu pada
pemilu 2019.
Pasal 22E ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. Putusan tersebut dengan
2
“Mahkamah Konstitusi, Putusan Nomor 55/PUU-XVII/2019, hlm. 323-324”
2
2) “Pemilihan umum serentak untuk memilih anggota DPR, DPD,
Bupati/Walikota;”
Walikota;”
3
Postulat-postulat dibangun oleh MK dalam putusannya pada
yang jujur dan adil menurut UUD NRI Tahun 1945. Dalam berbagai
sebagai kepala pemerintahan. Namun, hal ini tidak terjadi pada desain
3
“Saldi Isrsa dan Khairul Fahmi, Pemilihan Umum Demokratis (Prinsip-Prinsip Dalam
Konstitusi Indonesia), PT RajaGrafindo Persada, Depok, 2019, hlm, 7.”
4
sebagai penyelenggara otonomi daerah untuk tujuan pembangunan
kabupaten/kota.
5
pemilihan Gubernur, dan Bupati/Walikota. Model Pemilu nasional dan
pembangunan.
Hal tersebut juga sesuai dengan Pasal 18 ayat (3) UUD 1945,
DPRD dilakukan serentak, agar masa jabatan kepala daerah dan anggota
6
Gubernur, Bupati/Walikota di dalam konsep otonomi daerah,
antara DRPD dan kepala daerah, tidaklah bisa dilepaskan dari proses
serta rangkaian tahapan pemilihan kepala daerah tidak ada yang berbeda
dengan pemilu.
suara untuk presiden dan wakil presiden dan waktu penghitungan suara.
(KPPS di TPS) bertambah berat. Itulah salah satu sebabnya pada Pemilu
KPU, terdapat total suara tidak sah sebesar 17.503.953 pada pemilu
4
“Komisi Pemilihan Umum RI, Laporan Penyelenggaraan Pemilu 2019, Komisi Pemilihan
Umum RI, Jakarta, 2019, hlm. 11”
7
pilih sebesar 157.475.213, persentase suara tidak sah terbilang sangat
suara tidak sah yang digunakan pada pemilihan umum 2019 karena
sulitnya pemilih untuk memilih lima suara, dan perhatian pemilih terutama
terfokus pada surat suara untuk pemilihan presiden saja. Hal tersebut
juga sesuai survei Pusat Penelitian Politik LIPI 2019, 74% responden
8
berdasar pada dua aspek: pertama, proses pelaksanaan tahapan
pemerintahan efektif.8
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
8
“Didik Supriyanto, Imajinasi Hakim Konstitusi Tafsir Pemilu Serentak, Perkumpulan Untuk
Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Jakarta, 2020, hlm. Xxiii”
9
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
b. Manfaat Praktis
penyelenggaraan pemilu.
E. Keaslian Penelitian
10
1. Skripsi, Cindy Cendhani, Fakultas Hukum Universitas
11
ditelusuri lebih lanjut, skrpsi ini juga memiliki perbedaan dengan
pemilu.
12
Pengujian Terhadap UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan
No 14/PUU-XI/2013.
13
digunakan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
55/PUU-XVII/2019.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
14
nilai hukum ideal, teori-teori hukum, asas-asas hukum, prinsip-
55/PUU-XVII/2019.
1. Metode Pendekatan
9
“Irwansyah, Penelitian Hukum : Pilihan Metode & Praktik Penulisan Artikel, Mirra Buana
Media, 2021, hlm, 100”
10
“Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2009, hlm, 93”
11
“Irwansyah, Op.Cit., hlm. 133-134”
15
beranjak dari pandangan dan doktrin yang berkembang di dalam
yang digunakan.12
3) Bahan Hukum
langsung dari sumber pertama. Bahan hukum primer ini terdiri dari
12
Ibid., hlm. 147
16
2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum;
17
Untuk mengumpulkan bahan hukum yang dibutuhkan,
diteliti.
BAB II
18
DESAIN KONSTITUSIONAL PENYELENGGARAAN PEMILU NASIONAL
A. Teori Konstitusi
tersebut.14
1. Definisi Konstitusi
13
“Muchtar Hadi Saputra, Konstitusi Rakyat: Partisipasi Masyarakat dalam Perubahan
Undang-Undang Dasar, Rajawali Pers, Depok, 2019, hlm. 1.”
14
“Pan mohammad Faiz, Amendemen Konstitusi, PT RajaGrafindo Persada, Depok, 2019,
hlm, 16.”
19
disebuts dengan hak-hak konstitusional (constitutional right).15
politik, ekonomi, dan sosial yang bekerja pada masa konstitusi itu
forces political, economic, and social which operate at the time of its
15
Ibid., hlm. 1.
16
Ibid., hlm, viii.
20
tidak hanya memuat norma tertinggi (een hoogste normen) tetapi
suatu negara (the supreme of the land) yang dikenal dengan istilah
21
gagasan untuk membentuk suatu peradilan khusus yang dinamakan
a. Ferdinan Lassale
b. Herman Heller
22
kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan
verfassung).22
materi konstitusi mencakup tiga hal pokok yaitu, (i) adanya suatu
22
“Herman Heller, dalam ibid., hlm, 17-18.”
23
Ibid.,
23
pada daasarnyai ketertiban akan terlaksana manakala dipertahankan
kehakiman).26
dengan yang lain dan hubungan vertical, yaitu antara warga negara
24
“Jilmly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara jilid I, Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, hlm, 150”
25
“Noaki Kabyashi, dalam Ibid.,”
26
“Monstequieu, The Spirit of Laws (De l’esprit de lois), Dalam Ibid.,”
27
“G.S Diponolo, Ilmu Negara Jilid I, dalam Ibid., hlm, 19.”
24
mengatur fungsi dan batas haknya, mengawasi pelaksanaan
2. Sejarah Konstitusi
sejak zaman Yunani Kuno. Diduga “Konstitusi Athena” yang ditulis oleh
negara. hal ini dapat diketahui dari paham Socrates yang kemudian
hukum (keadilan).29
latin constittutio yang juga berkaitan dengan kata jus. Dalam kedua
28
Ibid.,
29
“Moh Kusnardi dan Harmily Ibrahim dalam Fajlurrahman Jurdi, Hukum Tata Negara
Indonesia, (Cetakan Pertama) Prenadamedia Group, Jakarta, 2019, hlm, 109.”
25
di antara kedua istilah dalam sejarah.30 Dalam bahasa Yunani Kuno
kemudian.
26
biasa sudah tergambar dalam pembedaan yang dilakukan oleh
undang-undang”.33
3. Sifat-sifat Konstitusi
bentuk yang dapat dijadikan sebagai alat ukur. Dari segi sifat, kostitusi
dapat lentur atau fleksibel dan bisa juga kaku. Sifat yang fleksibel dan
konstitusi yang tertulis biasanya bersifata kaku karena tidak serta merta
32
Ibid.,
33
Ibid.,
27
bisa dilakukan perubahan apabila terjadi perkembangan dalam
masyarakat.34
tidak tertulis suatu konstitusi sudah hampir tidak ada. Kalau masih ada
gambaran dari konstitusi ini sudah kabur atau tidak bisa dibuktikan
34
“Fajlurrahman Jurdi, Op., Cit, hlm, 118-119.”
35
Ibid.,
28
Aturan dasar ini diperlukan untuk mendefinisikan dan menentukan
29
konstitusi bukan terletak pada yang satu tertulis dan yang lain tidak
tertulis, tetapi bentuk yang pertama (hukum konstitusi) diakui dan dapat
Arabia.40
dilihat dari segi luwes (flexible) dan kaku (rigid). Konstitusi luwes
39
“Fajlurrahman Jurdi, Op.,Cit, hlm, 120.”
40
“Pan Mohamad Faiz., Op., Cit., hlm, 19.”
30
undang biasa, sedangkan konstitusi kaku umumnya berdiri di atas
4. Perubahan Konstitusi
31
dilakukan dalam proses ketatanegaraan jika semua perubahan tersebut
yang paripurna.
amendemen.45
mempunyai banyak arti. Amendemen tidak saja berarti “menjadi lain isi
32
terdaftar di dalamnya”.46 Berdasarkan penelitian yang dilakukan
1. Amendement (perubahan)
2. Revision (perbaikan)
3. Alteration (perubahan)
4. Reform (perbaikan)
5. Change (pergantian)
6. Modified (modifikasi)
7. Review (tinjauan)
ubah dan kata kerjanya adalah mengubah. Menurut Sri Soemanti kata
33
sudah diatur dalam konstitusi, dan kedua menambahkan sesuatu yang
dan Perancis.49
B. Konsep Pemilu
48
“Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung, 1979, Dalam
Fajlurrahman Jurdi, Op.,Cit., hlm. 154-155.”
49
“Dahlan Thahib Dkk., Teori dan Hukum Konstitusi, Rajawali Press, Jakarta, 2001, hlm. 75-
76.”
50
“Tim Kajian Amendemen FH Unibraw, Amendemen UUD 1945 Antara Teks dan Konteks
dalam Negara Yang Sedang Berubah, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 6.”
34
1. Definisi Pemilu
51
“Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Pemilihan Umum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2018, hlm. 1.”
52
Ibid.,
53
“Amelia Haryanti dan Yulita Pujilestari, Fungsi Dan Peran Bawaslu Dalam Pemilu Sebagai
Implementasi Penegakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
Pemilihan Umum, Jurnal Surya Kencana Dua : Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan, Vol
6 No 1, 2019, hlm. 748.”
35
Pemerintahan untuk rakyat dan oleh rakyat seluruhnya. Karenanya,
pemerintahan.54
36
efektif menjalankan tugas dan wewenangnya. Tugas dan wewenang
kekuasaan.55
salah satu sarana penyaluran hak asasi warga negara yang sangat
terhitung mulai dari Pemilu pertama pada tahun 1955 sampai dengan
55
“Didik Supriyanto, Demokrasi dan Pemilu (Negara, Pemerintah, dan Partai Politik),
Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Jakarta, 2021, hlm, 11-12.”
56
“Achmad Edi Subiyanto, Pemilihan Umum Serentak yang Berintegritas sebagai
Pembaharuan Demokrasi Indonesia, Jurnal Konstitusi, Vol. 17, No. 2, 2020, hlm. 356.
Diakses pada 3 Desember 2021.”
37
Dalam pemilu, partai politik mengajukan calon-calon pemimpin
berjalan.57
57
Didik Supriyatno, Op., Cit, hlm. 13
58
Achmad Edi Subiyanto, Op., Cit, hlm. 362
38
dengan kondisi dan situasi, tergantung dari lingkungan yang
lebih baik.59
tidak dapat dijatuhkan oleh DPR selain karena alasan dan proses yang
2. Sejarah Pemilu
59
Jimly Asshiddiqie dalam Ibid.,
60
Ibid., hlm. 363
39
mengatur pemilu sebagai mekanisme pengsian jabatan kepala negara
oleh MPR dan pengisian anggota MPR dan DPR tidak diatur undang-
dan konfigurasi politik yang mengintarinya. Dalam hal ini, pemilu 1955
61
Saldi Isra dan Khairul Fahmi, Op., cit., hlm. 27.
62
Ibid., hlm. 27-28.
40
2.1) Pemilu 1955
dan ada pula yang berasal dari faktor luar negeri. Sumber penyebab
63
“Evi Noviawati, Perkembangan Politik Hukum Pemilihan Umum Di Indonesia, Jurnal Ilmiah
Galuh Yustisi, Vol 7, No 1, 2019, hlm. 79.”
41
dilaksanakan secara aman, lancar, jujur dan adil serta sangat
tangan terhadap partai politik. Pada pemilu tahap I diikuti oleh 118
pemilu Orde Baru terbilang cukup panjang dan dalam suasana yang
64
Ibid.,
42
sudah terbebas dari tekanan perang fisik melawan penjajah. Hanya
Juni 1999 diikuti oleh 48 partai politik dari 180 partai politik yang
65
Saldi Isra dan Khairul fahmi, Op., cit., hlm. 42.
66
Ibid., hlm. 58.
43
1999 diselenggarakan secara demokratis dan transparan
67
Evi Noviawati, Op., cit., hlm. 82.
68
Saldi Isra dan Khairul fahmi, Op., cit., hlm. 67.
44
Tahun 1945 pada 2002, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
diidasarkan pada filosofi daulat rakyat yang dalam pasal 1 Ayat (2)
dalam Pasal 22E UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan sebagai
beriku:
69
Evi Noviawati, Op., Cit.,
45
4) “Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan.”
5) “Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi
pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri.”
6) “Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur
dengan undang-undang.”
3. Sistem Pemilu
70
“Wasis Susetyo, Laporan Akhir Pengkajian Hukum Tentang Tinjauan Terhadap Efisiensi
Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum
Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
RI 2015, hlm. 28.”
71
Ibid.,
46
mayoritarian dari sistem mayoritas-pluralitas. 72 Terdapat tiga macam
setiap pemilih memilih satu suara, tetapi ada beberap kursi yang harus
dan Ketiga, Sistem Limeted Vote, sitem LV terletak diantara SNVT dan
sistem ini ada distrik wakil majemuk, dan para calon anggota legislatif
jumlahnya lebih sedikit dari jumlah kursi yang harus diisi, tetapi lebih
72
Ben Reilly and Andrew Reynolds, Sistem Pemilu, Dalam Fajlurrahman Jurdi, Op., cit.,hlm.
124-125.
73
Ibid.,
47
Sistem pemilu proporsional ialah sistem di mana persentase
yang juga memiliki subvarian, yaitu: open list system, closed list
dengan suara yang diperoleh; dan kelima, calon terpilih adalah calon
yang mencapai suara yang lebih banyak dari jumlah suara calon lain
dari partai dan Dapil yang sama. Adapun jika menggunakan varian
74
“Naskah Akademik Perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan
Umum.”
75
Indra Pahlevi, Dalam fajlurrahman Jurdi, Op., cit., hlm. 126.
48
3.3) Sistem Pemilihan Distrik
besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam parlemen ditentukan oleh
Misalnya, dalam distrik dengan jumlah suara 100.000, ada dua calon
4. Penyelenggara Pemilu
76
Ibid., hlm. 136.
77
Ibid.,
49
memiliki kebebasan penuh dalam bertindak. 78 Menurut GCEDS,
melayani.82
78
Global Comission on Election, Democracy and Security, Dalam Saldi Isra dan Khairul
Fahmi, Op., cit.,hlm. 132
79
Ibid.,
80
Efisiensi yang dimaksud bahwa diperlukan kredibilitas penyelenggara pemilu pada saat
melaksanaan seluruh proses pemilu, sehingga dapat tepat dan cepat dalam mengambil
kebijakan dan tindakan. Berbagai faktor mempengaruhi efisiensi, misalnya staf yang
kompeten, profesionalisme, sumber daya, dan yang terpenting adalah waktu yang cukup
untuk mengorganisir pemilu.
81
Profesional dimaksud adalah melihat bagaimana sebuah lembaga penyelenggara pemilu
bertindak sesuai tuigas dan wewenangnya. Oleh karena itu diperlukan sebuah lembaga yang
profesional dalam menyelenggarakan praktek demokrasi ini. Hal terpenting adalah harus diisi
oleh orang yang yang memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai prosedur pemilihan
umum dan filosofi pemilihan umum yang bebas dan adil, diberi wewenang untuk
melaksanakan dan mengatur proses tersebut.
82
Alan Wall dkk, Electoral Management Desing : The Internasional IDEA Hand Book, Ibid.,
50
untuk melakukan administrasi atau mengawasi jalannya pemilihan
umum.83
diadopsi dalam UUD NRI Tahun 1945. Dalam hal ini, penyelenggaraan
bersifat mandiri. Hal itu ditegaskan dalam Pasal 22E Ayat (5) UUD NRI
pemilu.
83
“Indra Pahlev, Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum Di Indonesia: Berbagai
Permasalahannya, Jurnal Politica, Vol. 2, No. 1, Juni 2011, hlm. 53.”
84
Saldi Isra dan Khairul Fahmi, Op., cit.,hlm. 132-133.
51
Setelah Orde Baru atau lebih tepatnya setelah amendemen
sebenarnya dapat diitemukan dalam Pasal 22E UUD NRI Tahun 1945,
85
Fajlurrahman Jurdi, Op., cit., hlm. 159..
52
g. “Membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil
penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada
saksi Peserta Pemilu dan Bawaslu;”
h. “Mengumumkan calon anggota DPR, calon anggota DPD,
dan Pasangan Calon terpilih serta membuat berita acaranya;”
i. “Menindaklanjuti dengan segera putusan Bawaslu atas
temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran atau
sengketa Pemilu;”
j. “Menyosialisasikan penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang
berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU kepada
masyarakat;”
k. “Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan
Penyelenggaraan pemilu; dan”
l. “Melaksanakan tugas lain dalam penyelenggaraan pemilu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Kemudian dalam Pasal 13 UU No 7 Tahun 2017,
dijelaskan bahwa KPU berwenang sebagai berikut:
a. “Menetapkan tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN;”
b. “Menetapkan Peraturan KPU untuk setiap tahapan Pemilu;”
c. “Menetapkan peserta Pemilu;”
d. “Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi
perhitungan suara tingkat nasional berdasarkan hasil
rekapitulasi penghitungan suara di KPU Provinsi untuk
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan untuk pemilu
anggota DPR serta hasil rekapitulasi penghitungan suara di
setiap KPU provinsi untuk pemilu anggota DPD dengan
membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara;”
e. “Menerbitkan keputusan KPU untuk mengesahkan hasil
Pemilu dan mengumumkannya;”
f. “Menetapkan dan mengumumkan perolehan jumlah kursi
anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota DPRD
kabupaten/kota untuk setiap partai politik peserta pemilu
anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota DPRD
kabupaten/kota;”
g. “Menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan
pendistribusian perlengkapan ;”
h. “Membentuk KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, dan
PPLN;”
i. “mengangkat, membina, dan memberhentikan anggota KPU
Provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota, dan anggota PPLN;”
53
j. “Menjatuhkan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan
sementara anggota KPU provinsi, anggota KPU
Kabupaten/Kota, anggota PPLN, anggota KKPSLN, dan
Sekretaris Jenderal KPU yang terbukti melakukan tindakan
yang mengakibatJcan terganggunya tahapan
penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung
berdasarkan putusan Bawaslu dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan;”
k. “Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana
kampanye Pemilu dan mengumumkan laporan sumbangan
dana Kampanye Pemilu; dan”
l. “Melaksanakan wewenang lain dalam penyelenggaraan
Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan perunaang-
undangan”.
Dalam Pasal 14 UU No 7 Tahun 2017, dijelaskan bahwa
54
k. “Menyediakan data hasil Pemilu secara nasional;”
l. “Melakukan pemutakhiran dan memelihara data pemilih
secara berkelanjutan dengan memperhatikan data
kependudukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;”
m. “Melaksanakan putusan DKPP; dan”
n. “Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
55
merangkap anggota dan anggota. Ketua KPU, KPU Provinsi, dan KPU
pengucapan sumpah/janji.
56
Pemilu 1982. Demi memenuhi tuntutan PPP dan PDI, Pemerintah
adanya badan baru yang akan terlibat dalam urusan pemilu untuk
sebagai berikut:
86
Ibid., hlm. 166.
57
a. “Menyusun standar tata laksana pengawasan
Penyelenggaraan Pemilu untuk pengawas Pemilu di setiap
tingkatan;”
b. “Melakukan pencegahan dan penindakan terhadap:”
1. “pelanggaran Pemilu; dan”
2. “sengketa proses Pemilu;”
c. “mengawasi persiapan Penyelenggaraan Pemilu, yang
terdiri atas:”
1. “perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu;”
2. “perencanaan pengadaan logistik oleh KPU;”
3. “sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu; dan”
4. “pelaksanaan persiapan tainnya dalam Penyelenggaraan
Pemilu sesuai dengan ketentuan perahrran
perundangundangan;”
d. “Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu,
yang terdiri atas:”
1. “Pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih
sementara serta daftar pemilih tetap;”
2. “Penataan dan penetapan daerah pemilihan DPRD
kabupaten/kota;”
3. “Penetapan Peserta Pemilu;”
4. “Pencalonan sampai dengan penetapan Pasangan
Calon, calon anggota DPR, calon anggota DPD, dan
calon anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;”
5. “Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;”
6. “Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;”
7. “Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan
suara hasil Pemilu di TPS;”
8. “Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan
suara, dan sertifrkat hasil penghihrngan suara dari
tingkatTPS sampai ke PPK;”
9. “Rekapihrlasi hasil penghitungan perolehan suara di
PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU;”
10. “Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara
ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; dan
11. Penetapan hasil Pemilu;”
e. “Mencegah terjadinya praktik politik uang;”
f. “Mengawasi netralitas aparatur sipil negEua, netralitas
anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota
Kepolisian Republik Indonesia;”
g. “Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan, yang terdiri
atas:”
58
1. “putusan DKPP;”
2. “putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan
sengketa Pemilu;”
3. “putusan/kepuhrsan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu Ihbupaten/ Kota;”
4. “keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota; dan”
5. “keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran
netralitas aparahrr sipil negara, netralitas anggota
Tentara Nasional Indonesia, dan netrditas anggota
Kepolisian Republik Indonesia;”
h. “Menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik
Penyelenggara Pemilu kepada DKPP;”
i. “Menyampaikan dugaan tindak pidana Pemilu kepada
Gakkumdu;”
j. “Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta
melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi
arsip sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;”
k. “Mengevaluasi pengawasan Pemilu;”
l. “Mengawasi pelaksanaan Peraturan KPU; dan”
m. “Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
59
f. “Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan
kewajiban Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota
secara berjenjang jika Bawaslu Provinsi dan Bawaslu
Kabupaten/Kota;”
g. “Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak
terkait dalam rangka pencegahan dan penindakan
pelanggaran administrasi, pelanggaran kode etik, dugaan
tindak pidana Pemilu, dan sengketa proses Pemilu;”
h. “Mengoreksi putusan dan rekomendasi Bawaslu Provinsi
dan Bawaslu Kabupaten/Kota apabila terdapat hal yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;”
i. “Membentuk Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten//Kota,
dan Panwaslu LN;”
j. “MengangKat, membina, dan memberhentikan anggota
Bawaslu Provinsi, anggota Bawaslu Kabupaten/Kota, dan
anggota Panwaslu LN; dan”
k. “Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
Dalam Pasal 96 UU No 7 Tahun 2017, dijelaskan bahwa
60
mengawasi dan dapat menjaga marwah penyelenggaraan
sebagai berikut:
61
a.“menerima aduan dan/atau laporan dugaan adanya
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
penyelenggara Pemilu; dan”
b.“melakukan penyelidikan dan verifikasi, serta
pemeriksaan atas aduan dan/atau laporan dugaan ad
anya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
penyelenggara pemilu.”
(2) “DKPP Berwenang:”
a. “memanggil Penyelenggara Pemilu yang diduga
melakukan pelanggaran kode etik untuk memberikan
penjelasan dan pembelaan;”
b. “memanggil pelapor, saksi, dan/atau pihak lain yang
terkait untuk dimintai keterangan, termasuk untuk
dimintai dokumen atau bukti lain;”
c. “memberikan sanksi kepada penyelenggara pemilu
yang terbukti melanggar kode etik; dan”
d. “memutuskan pelanggaran kode etik.”
(3) “DKPP Berkewajiban:”
a. “menerapkan prinsip menjaga keadilan, kemandirian,
imparsialitas, dan transparan;”
b. “menegakkan kaidah atau norrna etika yang berlaku bagi
penyelenggara pemilu;”
c. “bersikap netral, pasif, dan tidak memanfaat}an kasus.
yang timbul untuk popularitas pribadi; dan”
d. “menyampaikan putusan kepada pihak terkait untuk
ditindaklanjuti.”
DKPP adalah lembaga penyelenggara pemilu bersifat tetap,
perwakilan (ex officio) dari unsur anggota KPU dan Bawaslu. DKPP
62
agar penyelenggara pada lembaga KPU dan BAWASLU menjaga
danberintegritas.
dasar atau landasan bagi tindakan hukum oleh orang atau badan
Dasar hukum tidak sama dengan hukum dasar. Dasar hukum adalah
87
Fajlurrahman Jurdi, Op., Cit, hlm. 34
63
Dasar hukum penting eksistensinya dalam kehidupan
pemilu dapat dilihat mulai dari UUD NRI Tahun 1945 sampai pada
bahwa:
88
Ibid., hlm. 35
89
Ibid.,
64
1) “Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dann adil setiap lima tahun sekali.”
2) “Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, dewan Perwakilan Daerah, Presiden
dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.”
3) “Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah adalah partai politik.”
4) “Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah adalah perseorangan.”
5) “Pemilihan umum diseleggarakan oleh suatu komisi pemilihan
umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.”
Umum
65
Daerah. Selain itu jug dimaksudkan untuk menjawab dinamika politik
mengatur bahwa;
66
g.“Masa kampanye pemilu;”
h.“Masa tenang;”
i.“Pemungutan dan penghitungan suara;”
j.“Penetapan hasil pemilu; dan”
k.“Pengucapan sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden
serta anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/kota.”
5) “Pemungutan suara di luar negeri dapat dilaksanakan
bersamaan atau sebelum pemungutan suara pada hari
sebagaimana dimaksud ayat (3)”
6) “Tahapan penyelenggaraan pemilu sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dimulai paling lambat 20 (dua pulun) bulan
sebelum pemungutan suara.”
7) “Penetapan pasangan Calon terpilih paling lambat 15 (empat
belas) hari sebelum berakhirnya masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden.”
8) “Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian tahapan
Penyelenggaraan Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (5) diatur dengan Peraturan KPU.”
67
Undang-Undang Pemilu sebelumnya, sehingga disusun dalam enam
9, Pas.77sal 12 ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 112 UU
terhadap Pasal 4 ayat (1), Pasal 6A ayat (2), Pasal 22E ayat (1) dan
ayat (2), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28H ayat (1),
(1), (2) dan (6) UUD 1945 mengamanatkan bahwa Pemilihan Umum
91
Ibid., hlm. 66
68
DPR, DPD dan DPRD serta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Pasal 12 ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 112 Undang-
dan Wakil Presiden bertentangan dengan Pasal 6A ayat (2) dan Pasal
Indonesia Tahun 1945. Untuk lebih jelas terkait dengan materi muatan
69
“Partai Politik atau Gabungan Partai Politik dapat
mengumumkan bakal calon Presiden dan/atau bakal calon
Wakil Presiden dalam kampanye pemilihan umum anggota
DPR, DPD, dan DPRD.”
untuk sebagian yaitu menyatakan Pasal 3 ayat (5), Pasal 12 ayat (1)
dan ayat (2), Pasal 14 ayat (2), dan Pasal 112 Undang-Undang Nomor
70
mengikat. Putusan MK tersebut berlaku untuk penyelenggaraan
Konstitusi.92
92
Mahkamah Konstitusi, Pertimbangan Hukum Putusan MK Nomor 14/PUU-XI/2013, hlm. 78
71
d) PKPU Nomor 15 Tahun 2018
dilihat pada Pasal 6 Ayat (2) PKPU Nomor 15 Tahun 2018 yang
mengatur bahwa;
72
e) Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 55/PUU-XVII/2019
Pasal 347 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, Pasal 3 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, dan Pasal 201 ayat (7) dan
(2), Pasal 4 ayat (1), Pasal 22E ayat (1), Pasal 18 ayat (3), dan Pasal
1945.
Umum”
94
Perludem adalah organisasi non pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat (LSM)
yang tumbuh dan berkembang secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri di
tengah masyarakat yang didirikan atas dasar kepedulian dan dalam rangka turut serta
mewujudkan pemilu yang demokratis dan demokratisasi di Indonesia.
73
b) “Pasal 347 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Indonesia;”
74
2015 tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2014 tentang
dibawah:
Dasar”;”
75
4. “Pasal 18 ayat (3) UUD 1945, “Pemerintahan daerah provinsi,
umum”;”
dirumuskan oleh MK berdasar pada pada niat awal pemillu serentak dan
presidensial.
76
Putusan Nomor 55/PUU-XVII/2019 juga memberikan limitasi mengenai
pemilu serentak anggota DPR, anggota DPD, dan Presiden dan Wakil
dilaksanakan sejak saat itu. Hal ini sesuai dengan Pasal 24C ayat (1)
77
first resort) sekaligus upaya terakhir (the last resort) bagi para pencari
hukum yang jelas dan tegas, serta tidak ada upaya hukum lanjutan
omnes).97
78
Putusan MK Nomor 14/PUU-XI/2013 yang melahirkan desain
berdasarkan Pasal 22E Ayat 2 UUD 1945, yaitu DPR, DPD, Presiden
79
umum konstitusional berarti pemilihan umum legislator akan
Sebagaimana makna Pasal 22E ayat (2) dan 6A ayat (2) UUD 1945
yang hanya disebutkan satu kali dalam putusan a quo, acuan ini juga
80
untuk ditinjau. Peninjauan kembali tersebut dapat dilakukan sepanjang
pemilihan presiden dan wakil presiden dan anggota legislatif (DPR dan
presidensial.
81
pembentuk Undang-Undang tanpa melimitasi pada satu desan
penyelenggaraan pemilu.
Pemilu
pemilu tidak dilihat lagi ada frasa Pemilihan Kepala Daerah, karena
tahun itu, termasuk memilih langsung gubernur dan bupati atau wali
82
kota. Gagasan tersebut dinilai menunjukkan secara eksplisit bahwa
dengan pilkada.98
empat desain pemilu serentak yang disebutkan oleh MK, yang dinilai
(DPD), gubernur, bupati, dan wali kota. Dua, pemilu serentak untuk
83
serentak provinsi untuk memilih DPRD provinsi dan gubernur, dan
Pemilihan Umum.
bukan pemilu juga sulit diterima. Karena rezim otonomi dan rezim
84
otonomi daerah tidak hanya diatur dalam Bab VI Pemerintahan
85
membatalkan kewenangan MK untuk memeriksa, mengadili dan
86
kerangka konseptual tentang penyelenggaraan Pemilu Nasional dan
PEMILIHAN UMUM
Daerah.
87
Pemisahan penyelenggaraan Pemilu Nasional dan Pemilu
berikut:
lebih Intesif karena terdapat dua kali pemilu dalam kurun lima
saja.101
101
Ibid., hlm. 88.
88
Pemisahan pelaksanaan pemilu nasional dan pemilu
lama.
89
Gorontalo, dan Papua Barat. Selain itu, pada 22 Mei 2022,
terdapat 37 (tiga puluh tujuh bupati) dan 6 (enam) wali kota .102
90
koalisi lebih dini sebelum pemilu. Pemilu serentak menimbulkan
Pemerintahan Daerah
104
Ibid.,
91
Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
92
luasnya. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan
93
kebijakan. Dengan demikian jika pemilu anggota DPRD
94
Pelaksanaan Pemilu serentak lokal yaitu untuk memilih
daerah.
95
pemilu presiden. Karena pengertian “peserta pemilihan umum
sebelumnya.
pemerintahan daerah.
96
dilihat desain konstitusionalitas yang diberikan oleh Mahkamah
Bupati/Walikota;”
97
serentak kabupaten/kota untuk memili anggota DPRD
Aswanto bahwa;
98
ini pemilu gubernur, anggota DPRD Provinsi, bupati/walikota, dan
pemilu nasional.
dipraktikkan pada pemilu 2019, pilihan kedua juga pemilu lima kotak,
jumlah surat suara yang dipilih membuat warga negara Indonesia yang
dilakukan oleh KPU, terdapat total suara tidak sah sebesar 17.503.953
(tujuh belas juta lima ratus tiga ribu Sembilan ratus lima puluh tiga) jika
yakni 11,12%.106
99
Padahal prinsip dari penyelenggaraan pemilu yang harus diperhatikan
rakyat.
dan sebagian besar fokus perhatian pemilih pada surat suara pemilu
surat suara tidak sah di pemilu legislatif disebabkan oleh pemilih tidak
mencoblos surat suara pemilu legislatif. 107 Hal tersebut tentunya tidak
100
tidak memberatkan penyelenggara dan penyelenggara dapat fokus
partai politik dan calon karena dalam lima tahun harus mengikuti tiga
kali pemilu. Ini bukanlah pilihan baik, apalagi pemilu yang terlalu sering
penyelenggaraannya.
101
penyelnggaran pemilu yang ideal adalah pemisahan pemilu nasional
BAB III
PEMILU LOKAL
A. Pengaturan Hukum
sebagai kaidah hukum lazim disebut sebagai hukum positif atau ius
108
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus Versi Oline atau dalam jaringan,
https://kbbi.web.id/atur, diakses pada 28 Februari 2022.
102
Maria Farida Indrati Soeprapto menjelaskan bahwa Istilah
undang adalah hal yang sama. Padahal hal tersebut tidaklah sama.
yurisprudensi.110
103
ditetapkan pada 4 April 1953 merupakan undang-undang pertama
menjadikan Pasal 35, 56, .57, 58, 61, 135, 136 dan 89 Undang-
tahun 1953.112
belas) Bab dan 139 (seratus tiga puluh Sembilan pasal) yang
mengatur mengenai;
1) “Hak Pilih.”
2) “Daftar Pemilih.”
104
4) “Badan-badan penyelenggara pemilihan”
daerah pemilihan.”
6) “Pencalonan.”
7) “Daftar calon.”
terpilih.”
11)“Penggantiian.”
12)“Permulaan keanggotaan.”
keanggotaan.”
14)“Berhentinya keanggotaan.”
15)“Pasal-pasal pidana.”
pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat hanya ada 1 (satu) lembaga
105
Pemilihan Indonesia terdiri dati sekurang-kurangnya lima orang
106
Pendaftaran Pemilih bertugas melakukan pendaftaran pemilih,
Pemilu 1955. Hal ini juga dipengaruhi insiden politik sepanjang tahun
107
bahwa, pemilihan umum bukan hanya sekedar bertujuan untuk
berikut:
1) “Ketentuan Umum.”
6) “Kampanye Pemilihan.”
108
9) “Pengumuman Hasil Pemilihan dan Pembberitahuan Kepada
Terpilih”
PermulaanKeanggotaan.”
11)“Ketentuan pidana.”
12)“Ketentuan laian-lain.”
13)“Ketentuan Peralihan.”
14)“Ketentuan Penutup.”
rakyat yang harus membawakan suara hati nuarni rakyat. oleh karena
pemilihan umum.114
114
Ibid., hlm, 38-39.
109
kekuasaan negara yang berkedaulatan rakyat dan permusyawaratan
110
dalam kedua Ketetapan Majelis Permusywaratan Rakyat tersebut
diatas.115
adalah:
umum.”
Karya.”
umum.
115
Ibid.,
111
Penyelenggaraan pemilihan umum yang dimaksud dalam
1) “Pendaftaran Pemilih.”
penduduk).”
5) “Penelitian calon-calon.”
8) “Kampanye pemilihan.”
9) “Pemungutan suara.”
10)“Penghitungan suara.”
b. “Penetapan terpilih;”
112
yang sama untuk bergerak di seluruh wilayah Indonesia sesuai
Timor Timur.
negara.
113
kegiatan pengambilan sumpah/janji. Untuk menyatakan seseorang
114
kedua Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat tersbut dalam
115
diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia
tersendiri.
116
kedua kali degan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1980, dan yang
transpparan (keterbukaan).
117
Pengaturan dalam undang-undang ini dapat dilihat sebagai
berikut:
1) “Ketentuan Umum.”
5) “Hak Memilih.”
6) “Pendaftaran Pemilih.”
Calon Terpilih.”
12)“Ketentuan Pidana.”
13)“Ketentuan Lain-lain.”
14)“Ketentuan Peralihan.”
15)“Ketentuan Penutup.”
118
jujur dan adil. Sehingga dengan demikian, Undang-Undang Nomor 15
119
Perubahan tersebut bermakna bahwa kedaulatan rakyattidak lagi
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun
untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah partai politik. kemudian
partai politik atau gabungan partai politik yang menjadi peserta pemilu.
120
Sesuai dengan amanat reformasi, penyelenggaraan pemilu
1) “Ketentuan Umum.”
3) “Hak Memilih.”
6) “Pendaftaran pemilih.”
kabupaten/kota.”
8) “Kampanye.”
pemilihan umum.”
121
11)“Penetapan dan pemberitahuan caon terpilih.”
umum.”
15)“Ketentuan pidana.”
16)“Ketentuan peralihan.”
17)“Ketentuan penutup.”
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilihan umum
dan Wakil Presiden pada Pemilu 2004. Karena sejak tahun 2004,
DPR, DPD, dan DPRD dan Pemilu untuk memilih pasangan presiden
dua undang-undang.
122
Pasal 6A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri.
sebagai berikut:
1) Ketentuan Umum.
3) Hak memilih.
123
4) Penyelenggaraan pemilu presiden dan wakil presiden.
5) Pendaftaran pemilih.
6) Pencalonan.
presiden susulan.
12)Ketentuan pidana.
13)Ketentuan lain-lain.
14)Ketentuan peralihan.
15)Ketentuan penutup.
menjadi pemilu kedua setelah orde baru dalam sistuasi yang mulai
124
hukum pertama dalam penyeenggaraan pemilu yang demokratis di
mengeluarkan Perpu.
125
landasan bagi pelaksanaan pemilu lanjutan, yang belum diatur pada
UU sebelumnya.
Pemilihan Umum.
126
tahun 2006 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
kesatuan.
127
Penggantian ini dilakukan karena penyelenggara pemilu sudah
1) “Ketentuan Umum.”
4) “Hak memilih.”
kabupaten/kota.”
8) “Kampanye.”
10)“Pemungutan suara.”
11)“Penghitungan suara.”
128
16)“Pemungutan suara ulang, penghitungan suara ulang, dan
18)Pemantauan pemilu.
pemilu.”
21)“Ketentuan Pidana.”
22)“Ketentuan lain-lain.”
23)“Ketentuan peralihan.”
24)“Ketentuan penutup.”
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun
129
lembaga perwakilan yang akan menyuarakan aspirasi rakyat di setiap
terpisah dengan pemilu presiden dan wakil presiden. artinya ada dua
pemilu presiden dan wakil presiden. Hal ini dengan melihat komposisi
suara dan koalisi partai pengusung calon presiden dan wakil presiden.
130
rakyat sehingga mampu menjalankan fungsi kekuasaan pemerintahan
1) “Ketentuan umum.”
5) “Hak memilih.”
6) “Penyusunan dafta”
7) “Pemilih.”
131
8) “Kampanye.”
presiden.”
10)“Pemungutan suara.”
11)“Penghitungan suara.”
terpilih.”
14)“Pelantikan.”
presiden.”
20)“Ketentuan pidana.”
21)“Ketentuan peralihan.”
22)“Ketentuan penutup.”
132
Undang-undang ini mengatur mekanisme pelaksanaan pemilu
presiden wajib memiliki visi, misi, dan program kerja yag akan
133
13. UU Nomor 8 Tahun 2012
1) Ketentuan umum.
4) Hak memilih.
134
7) Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota.
8) Kampanye.
10)Pemungutan suara.
11)Penghitungan suara.
18)Pemanatauan pemilu.
pemilu.
22)Ketentuan pidana.
23)Ketentuan lain-lain.
135
24)Ketentuan peralihan.
25)Ketentuan penutup.
pemilu.
136
peraturan pelaksanaan penyelenggara pemilu. Penguatan persyaratan
yang berisi data pmilih secara nasional yang wajib dipelihara dan
suara dilakukan dengan cara mencoblos satu kali pada nomor atau
137
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
138
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Selain itu juga dimaksudkan untuk
Pemilihan Umum.
139
Presiden. Putusan ini telah dikeluarkan MK tahun 2013, namun baru
A. Buku Kesatu.
Ketentuan Umum
1) Pengertian Istilah
B. Buku Kedua
Penyelenggara Pemilu
1) KPU
2) BAWASLU
3) DKPP
C. Buku Ketiga
Pelaksanaan Pemilu
1) Umum
4) Hak Memilih
140
dan Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten//Kota”
7) Kampanye Pemilu
8) Pemungutan Suara
10)“Penghitungan Suara
15)Pemanatauan Pemilu
16)Partisipasi Masyarakat
17)Pendanaan
D. Buku Keempat
1) Pelanggaran Pemilu”
E. Buku Kelima
141
“Tindak Pidana Pemilu”
F. Buku Keenam
Penutup
1) “Ketentuan Lain-Lain”
2) “Ketentuan Peralihan”
3) “Ketentuan Penutup”
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil yang juga
142
terbuka; g. proporsional; h. profesional; i. akuntabel; j. efektif; dan k.
efisien.
143
dalam Putusannya ini adalah syarat mutlak untuk melihat
untuk memilih anggota DPRD serta kepala daerah dan wakil kepala
daerah.117
144
daerah dengan memilih anggota DPRD provinsi, anggota DPRD
Walikota.
145
tidak dilaksnakan serentak maka secara jelas pemilu tersebut
inkonstitusional.
146
Dengan model keserentakan pemilu yang telah diberikan oleh
umum;
147
yang wajar terutama untuk mewujudkan pemilihan umum yang
berkualitas;
Dalam Pasal 6 Ayat (2) PKPU Nomor 15 Tahun 2018 yang mengatur
bahwa;
148
a.” surat suara Pasangan Calon;118 “
diatas yang dimaksud adalah calon Presiden dan Wakil Presiden. Jika
ketentuan Pasal yang mengatur tentang penggunaan lima kotak suara. Oleh
karena diatur dengan PKPU maka ketentuan norma tersebut dapat dengan
Presiden/Wakil Presiden tidak harus menggunakan lima kotak suara dan lima
pilihan tersebut dipilih secara serentak, tidak pada kotak dan surat suara.
118
Pasangan calon yang dimaksud adalah pasangan calon Presiden dan calon Wakil
Presiden.
149
Misalkan hanya disediakan tiga kotak suara dan tiga surat suara,
dimana surat suara Presiden, anggota DPD dan Anggota DPRD disatukan
dalam satu surat suara, kemudian surat suara DPRD Kab/Kota dan DPRD
Provinsi masing-masing dipisah dalam satu surat suara, maka ini tetap
dipilih, bukan pada kotak dan surat suara berdasarkan Putusan MK Nomor
pemilu yang ideal adalah pemisahan pemilu nasional dan pemilu lokal
pemilu nasional dan pemilu lokal, yaitu mengenai kotak dan surat suara pada
pemilu nasional dan pemilu lokal. Kotak dan surat suara pada pemilu
150
nasional terdiri atas tiga kotak dan surat suara, yaitu masing-masing satu
untuk anggota DPR, anggota DPD, dan Presiden dan Wakil Presiden.
Kemudian kotak dan surat suara pada pemilu lokal terdiri atas empat kotak
dan surat suara, yaitu masing-masing satu untuk anggota DPRD Provinsi,
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
151
dengan syarat Pemilu Presiden, anggota DPR dan anggota DPD tidak
B. SARAN
152
DPD dan Presiden dan Wakil Presiden sebagai representasi lembaga
153
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Dahlan Thahib Dkk., 2001. Teori dan Hukum Konstitusi, Rajawali Press,
Jakarta.
154
Didik Supriyanto, 2020. Imajinasi Hakim Konstitusi Tafsir Pemilu Serentak,
Jakarta, 2021.
Indonesia, Jakarta.
155
Muhammad Rakhmat, 2014. Konstitusi dan Kelembagaan Negara, (Cetakan
Persada, Depok.
Group, Jakarta.
Makassar.
Saldi Isrsa dan Khairul Fahmi, 2019. Pemilihan Umum Demokratis (Prinsip-
Depok.
Grafika, Jakarta.
B. Jurnal
156
Achmad Edi Subiyanto, Pemilihan Umum Serentak yang Berintegritas
2, 2020.
Amelia Haryanti dan Yulita Pujilestari, Fungsi Dan Peran Bawaslu Dalam
157
C. Putusan
D. Internet
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus Versi Oline atau dalam
jaringan, https://kbbi.web.id/atur,
rumahpemilu.org
Daerah.
https://rumahpemilu.org/putusan-mk-no-55-2019-pilkada-bagian-rezim-
158