Anda di halaman 1dari 11

JURNAL CAKRAWALA HUKUM

Journal homepage: http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jch/


Journal email: jurnalcakrawalahukum@unmer.ac.id
ISSN PRINT 2356-4962 ISSN ONLINE 2598-6538

Kajian Yuridis Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Desa


Supriyadi

Supriyadi; Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang; Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64; Malang;
Indonesia.

ARTICLEINFO Abstrak
Article history: Pemilihan kepala desa merupakan bagian dari sistem penyelenggaraan pemerintahan
Received 2019-06-29 desa yang transparan, mandiri, akuntabel, dan demokratis. Pelaksanaan pemilihan
Received in revised form kepala desa yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
2019-09-19 adil diharapkan dapat menghasilkan seorang kepala desa yang mampu memimpin
Accepted 2019-12-01 dan menyelenggarakan pemerintahan desa secara efektif, efisien, bertanggungjawab,
dan dipercaya oleh masyarakat guna mencapai kemajuan dan mewujudkan
Kata kunci: kesejahteraan masyarakat desa. Dari kajian yuridis terhadap peraturan perundang-
Pemilihan Kepala Desa; undangan yang mengatur secara langsung tentang pemilihan kepala desa tidak cukup
Perselisihan Hasil; memadai ketentuan yang berkenaan dengan perselisihan hasil pemilihan kepala desa,
Penyelesaian. kecuali hanya menentukan bupati/walikota sebagai pihak yang wajib menyelesaikan
perselisihan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, dan batas waktu 3 (tiga) hari untuk
Keywords:
mengajukan keberatan. Oleh karena itu, pengaturan lebih teknis mengenai tahapan,
Headman Election; Headman
mekanisme, dan prosedur penyelesaian perselisihan pemilihan kepala desa ke dalam
Election Result Disputes; Solu-
tion. produk hukum Daerah akan sangat membantu memberikan jalan keluar bagi panitia
pelaksana pemilihan baik di tingkat desa maupun kabupaten/kota, para calon kepala
DOI: https://doi.org/10.26905/ desa, masyarakat desa, dan bupati/walikota yang diberi kewajiban menyelesaikan
idjch.v10i2.3541. perselisihan hasil pemilihan kepala desa.

Abstract
Headman election are part of a village government implementation system that
transparent, independent, accountable and democratic. Conducting headman elec-
tion in direct, general, free, confidental, honest and fair are expected to produce a
headman who is able to lead and organize village government in effective, efficient,
responsible manner, and trusted by the villagers. This kind of headman can create
and increase the welfare of the villagers. Based on juridical study, the legislation
that directly regulates headman election is not adequate enough for the provision
concerning dispute of headman election result. It only appoint regent/mayor as a
party that obligated to settle disputes within 30 (thirty) days, and a deadline to

Corresponding Author:
* Supriyadi.
E-mail address: supriyadi@unmer.ac.id

| 228 |
Kajian Yuridis Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Desa
Supriyadi

submit an objection is 3 (three) days. Therefore, making a more technical


regulationregarding the stages, mechanisms, and procedures for resolving headman
election disputes in a form of regional legal products will greatly help providing a
solution for the election implementation committee at both the village and regency/
city level, candidates for headman, villagers, and regent/mayor who was given the
obligation to resolve dispute of headman election result.

1. Latar Belakang Sementara itu, untuk pengisian jabatan publik


lainnya melalui pemilihan umum, dalam Pasal 1
Pengertian Pilkades baru ditemukan dalam
butir 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 ten-
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112
tang Pemilihan Umum, dirumuskan bahwa pemi-
Tahun 2014 (Permendagri No. 112 Th. 2014) ten-
lihan umum adalah “sarana kedaulatan rakyat untuk
tang Pemilihan Kepala Desa sebagai tindak lanjut
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
dari PP No. 43 Th. 2014, dirumuskan bahwa pemi-
anggota Dewan perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan
lihan kepala desa adalah “pelaksanaan kedaulatan
Wakil presiden, dan untuk memilih anggota Dewan
rakyat di desa dalam rangka memilih kepala desa yang
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), yang dilaksanakan
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil”
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
(Pasal 1 butir 5).
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Sebagai perbandingan, untuk pengisian Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
jabatan publik melalui pemilihan pada level di Indonesia Tahun 1945”.
atasnya, seperti gubernur, bupati/walikota, dalam
Jika dicermati pengertian pemilihan kepala
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
desa secara yuridis, linier dengan pengertian pemi-
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
lihan kepala daerah (gubernur, bupati/walikota),
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
bahkan pemilihan umum pada umumnya untuk
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi
memilih anggota DPR, anggota DPD, Presiden dan
Undang-Undang, sebagaimana diubah dengan
Wakil Presiden, dan anggota DPRD, yaitu mengan-
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 dan ter-
dung 3 (tiga) unsur: pertama, sebagai sarana atau
akhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
pelaksanaan kedaulatan rakyat; kedua, jabatan
2016 dirumuskan bahwa pemilihan gubernur dan
yang hendak diisi (kepala desa, kepala daerah,
wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta
Presiden dan Wakil Presiden, serta anggota DPR,
walikota dan wakil walikota yang selanjutnya
DPD, dan DPRD); dan ketiga, prinsip yang menjadi
disebut pemilihan adalah “pelaksanaan kedaulatan
dasar pelaksanaan: LUBER dan Jurdil (langsung,
rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten/kota untuk
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil).
memilih gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil
Dengan demikian, pemilihan untuk mengisi
bupati, serta walikota dan wakil walikota secara langsung
jabatan apapun mempunyai kesamaan, yang mem-
dan demokratis” (Pasal 1 butir 1). Sedangkan dalam
bedakan terletak pada kedudukan atau posisi dan
Pasal 2 dirumuskan bahwa pemilihan dilaksanakan
lingkup jabatan yang hendak diisi, yang mungkin
secara demokratis berdasarkan asas langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. berakibat pada kompleksitas persoalan, sehingga

| 229 |
Jurnal Cakrawala Hukum, Volume 10 No. 2 Desember 2019
ISSN PRINT 2356-4962 ISSN ONLINE 2598-6538

munculnya permasalahan dalam pelaksanaan pemi- dapat terwujud jika pegaturan masalah penyele-
lihan untuk mengisi jabatan apapun semua bisa ter- saian perselisihan yang terkait baik proses maupun
jadi pada level manapun. hasil pemilihan diatur secara lengkap, transparan,
dan obyektif.
2. Metode Dalam UU No. 6 Th. 2014, Pasal 37 ayat (6)
hanya menentukan “dalam hal terjadi perselisihan hasil
Penelitian ini menggunakan penelitian nor- pemilihan Kepala Desa, Bupati/Walikota wajib menyele-
matif empiris yang dilakukan untuk menelaah kai- saikan perselisihan dalam jangka waktu sebagaimana
dah hukum normatif yang dilihat dari segi pene-
dimaksud pada ayat (5)”, sementara pada ayat (5)
rapannya, serta untuk mencermati bagaimana Pasal 37 tersebut menentukan waktu paling lama
penyelesaian perselisihan hasil pemilihan kepala 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya
desa, serta apakah cukup memadai dasar hukum penyampaian hasil pemilihan dari panitia pemilih-
dalam menyelesaikan perselisihan hasil pemilihan an Kepala Desa. Jadi Pasal 37 ayat (5) dan ayat (6)
kepala desa. Dengan pendekatan yuridis-empiris, UU No. 6 Th. 2014 hanya menentukan siapa yang
pendekatan yuridis karena berpijak pada keten- berwenang, yaitu Bupati/Walikota dan jangka
tuan-ketentuan hukum sebagai dasar normatif, se- waktu yang dialokasikan, yaitu 30 (tiga puluh) hari
dangkan pendekatan empiris, karena dalam pene- untuk menyelesaikan perselisihan hasil Pilkades,
litian ini melakukan peninjauan pelaksanaan ke- sedangkan bagaimana tata cara, prosedur, dan
tentuan yuridis tersebut, termasuk mengkaji hal- mekanismenya yang berkaitan dengan penye-
hal yang berpengaruh pada pelaksanaan ketentuan lesaiannya hasil pemilihan kepada desa tidak diatur
hukum yang berlaku di masyarakat di telah dari sama sekali.
sisi implementasinya.
Begitu pula PP No. 43 Th. 2014 Junto PP No.
47 Th. 2015 sebagai tindak lanjut dari UU No. 6
3. Pembahasan Th. 2014 juga tidak mengatur masalah penyelesaian
3.1. Landasan Hukum Penyelesaian Perselisihan perselisihan hasil Pilkades. Dalam Peraturan Peme-
Hasil Tidak Memadai rintah ini hanya ada 7 (tujuh) pasal, yaitu: Pasal 40
sampai dengan Pasal 46 yang mengatur malasah
Ketentuan yang mengatur masalah pemilihan
tata cara pemilihan kepala desa dan hanya 1 (satu)
kepala desa, khususnya yang menyangkut penye-
ayat, yaitu ayat (7) dalam Pasal 41 yang isinya sama
lesaian terhadap pelanggaran relatif tidak ada
dengan Pasal 37 ayat (6) UU No. 6 Th. 2014, yaitu:
pengaturan sama sekali baik yang berkenaan
dengan “proses” penyelenggaraan maupun yang “dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala
berkenaan dengan “hasil”, sehingga bisa dipasti- Desa, bupati/walikota wajib menyelesaikan perselisihan
kan ketika terjadi pelanggaran dalam penyeleng- dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari”.
garaan pemilihan kepala desa, tidak ada landasan Sebagai tindak lanjut dari PP No. 43 Th. 2014,
hukum yang bisa dipakai sebagai rujukan dan ham- Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Permendagri
pir bisa dipastikan penyelesaiaannya pun selain ber- No. 112 Th. 2014 yang diubah dengan Permendagri
agam tidak standar juga sulit untuk memenuhi rasa No. 65 Th. 2017. Permendagri ini dikeluarkan khu-
keadilan bagi para pihak yang berselisih atau yang sus untuk mengatur masalah pemilihan kepala desa,
bersengketa. Padahal salah satu nilai yang men- tetapi sangat disayangkan dari 50 (lima puluh) pasal
dasari demokrasi adalah menyelesaikan perseli- yang terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam
sihan dengan damai dan sukarela (Henry B. Mayo, Negeri ini justru tidak disinggung sedikit pun ten-
dalam Hendra Nurtjahjo, 2005), dan hal tersebut tang persoalan penyelesaian perselisihan hasil

| 230 |
Kajian Yuridis Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Desa
Supriyadi

Pilkades, apalagi solusi terhadap pelanggaran pro- walikota untuk menyelesaikan perselisihan hasil
ses pelaksanaan Pilkades. Kalau pun ada ketentuan pemilihan kepala desa, “jangka waktu” 30 (tiga
yang menyinggung persoalan penyelesaian yang puluh) hari untuk menyelesaikannya, dan fasilitasi
terkait dengan pelaksanaan pemilihan kepala desa penyelesaian permasalahan Pilkades tingkat
secara garis besar, itu pun sangat sumir seperti kabupaten/kota oleh Panitia Pilkades tingkat
yang diatur dalam Pasal 5 ayat (2) huruf f Permen- kabupaten/kota.
dagri No. 112 Th. 2014 sebagai salah satu tugas
Panitia Pilkades tingkat kabupaten/kota yang 3.2. Produk Hukum Daerah Juga Tidak Mengatur
menentukan bahwa “panitia pemilihan di Kabupaten/ Teknis Penyelesaian Hasil
Kota mempunyai tugas diantaranya adalah memfasilitasi Permendagri No. 112 Th. 2014, pemberian
penyelesaian permasalahan pemilihan kepala desa tingkat kewenangan sub delegasi kepada Daerah Kabu-
kabupaten/kota”. Tentu, ketentuan tersebut masih paten/Kota untuk melakukan pengaturan lebih
sangat kabur apa yang dimaksud dengan “memfasi- lanjut atas pemilihan kepala desa hanya dibatasi
litasi penyelesaian permasalahan pemilihan kepala desa pada masalah yang terkait dengan persyaratan
tingkat kabupaten/kota”. tambahan untuk mendaftar sebagai calon kepala
Apakah penyelesaian permasalahan Pilkades desa yang bisa diatur ke dalan peraturan daerah
tersebut terkait dengan proses dan sekaligus sam- (Perda) sebagaimana ditentukan dalam Pasal 21
pai hasil pemilihan kepala desa, hal ini menjadi per- huruf m dan perihal yang terkait dengan masalah
tanyaan besar. Yang sudah pasti tugas memfasi- kelengkapan Pilkades yang diatur lebih lanjut da-
litasi cenderung lebih pada membantu mencarikan lam Peraturan Bupati/Walikota, sebagaimana di-
jalan keluar, menjadi mediator bagi para pihak jika tentukan dalam Pasal 34.
terjadi permasalahan yang terkait dengan pemi- Sebagai salah satu untuk mengetahui peng-
lihan kepala desa, tetapi bukan sebagai pemutus aturan lebih lanjut pemilihan kepala desa yang
atas perselisihan yang timbul terkait pelaksanaan dikeluarkan di tingkat Daerah baik dalam bentuk
pemilihan kepala desa. Meskipun demikian, jika peraturan daerah maupun peraturan bupati, khu-
fungsi tersebut dapat dilaksanakan secara mak- susnya untuk melihat apakah dalam produk
simal, setidak-tidaknya akan dapat mengurangi hukum Daerah tersebut juga melakukan pengatur-
konflik yang terkait dengan pelaksanaan pemilih- an hal-hal yang terkait dengan penyelesaian
an kepala desa. Hal ini sejalan dengan fungsi perselisihan hasil pemilihan kepala desa, di bawah
aparatur pemerintah (Daerah) sebagai agent of me- ini disajikan Peraturan Daerah Kabupaten Malang
diation and resolution dalam penyelesaian masalah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Desa, dan Peraturan
hukum (Jimly Asshiddiqie, 2006). Bupati Malang Nomor 21 Tahun 2018 tentang
3 (tiga) produk hukum yang dikeluarkan di Pemilihan Kepala Desa sebagaimana diubah
tingkat Pusat, yaitu: UU No. 6 Th. 2014, PP No. 43 dengan Peraturan Bupati Malang Nomor 5 Tahun
Th. 2014 yang diubah dengan PP No. 47 Th. 2015, 2019.
dan Permendagri No. 112 Th. 2014 yang diubah Perda Kabupaten Malang No. 1 Th. 2016
dengan Permendagri No. 65 Th. 2017, hampir bisa terdapat 268 pasal, perihal yang terkait dengan
dikatakan tidak cukup mengatur persoalan yang pemilihan kepala desa di atur ke dalam 53 (lima
terkait dengan perselisihan hasil pemilihan kepala puluh tiga) pasal, yaitu dari Pasal 76 sampai de-
desa, apalagi jika dikaitkan dengan pelanggaran ngan Pasal 128. Dari 53 (lima puluh tiga) pasal ter-
proses pelaksanaan pemilihan kepala desa, kecuali sebut, tidak satu pun pasal atau ayat yang
untuk 3 (tiga) hal saja, yaitu: “kewajiban” bupati/ menyinggung persoalan penyelesaian perselisihan

| 231 |
Jurnal Cakrawala Hukum, Volume 10 No. 2 Desember 2019
ISSN PRINT 2356-4962 ISSN ONLINE 2598-6538

hasil pemilihan kepala desa. Sementara itu, peratur- kala, dan kompetitif (Samuel Huntington dalam
an yang lebih operasional dan teknis di tingkat Hendra Nurtjahjo, 2005).
Daerah (Kabupaten Malang) yang khusus meng- Penyelenggaraan pemilihan kepala desa
atur masalah pemilian kepala desa diatur dalam serentak di Kabupaten Malang gelombang ketiga
Perbup Malang No. 21 Th. 2018 sebagaimana di- yang diselenggarakan pada tanggal 30 Juni 2019
ubah dengan Perbup Malang No. 5 Th. 2019. Dalam terdapat 269 desa yang menggelar pemilihan
Peraturan Bupati ini terdapat 68 pasal, perihal yang kepala desa, dan setidaknya terdapat 9 (sembilan)
terkait dengan penyelesaian perselisihan hasil desa yang mengajukan keberatan atas hasil
pemilihan kepala desa hanya di atur ke dalam 1 pemilihan, 2 (dua) diantaranya adalah Desa Jam-
(satu) pasal, yaitu Pasal 54 yang ditempatkan dalam bearjo, Kecamatan Tajinan, dan Desa Pandesari,
Bab II Bagian Keempatbelas. Pasal 54 Peraturan Kecamatan Pujon. Keberatan yang diajukan oleh
Bupati Malang Nomor 21 Tahun 2018 ini terdiri kedua desa tersebut hampir sama, mulai dari pro-
atas 3 (tiga) ayat yang secara substansi tidak jauh ses pelaksanaan pemilihan yang dinilai tidak me-
berbeda dengan apa yang sudah diatur dalam Pasal menuhi asas Luber dan Jurdil sampai dengan
37 ayat (5) dan ayat (6) UU No. 6 Th. 2014 yang penyelesaian hasil pemilihan kepala desa.
diulang dalam ayat (7) Pasal 41 PP No. 43 Th. 2014
yang pada intinya hanya menentukan siapa yang Landasan hukum untuk penyelesaian per-
selisihan hasil pemilihan kepala desa, apalagi yang
berwenang, yaitu Bupati/Walikota dan jangka
waktu yang dialokasikan, yaitu 30 (tiga puluh) hari. terkait dengan proses pelaksanaan yang dapat
berakibat terhadap hasil, ketentuan yang ada mulai
Perselisihan hasil pemilihan kepala desa,
dari UU No. 6 Th. 2014, PP No. 43 Th. 2014 yang
hanya dalam Pasal 54 Peraturan Bupati Malang
diubah dengan PP No. 47 Th. 2015, Permendagri
Nomor 21 Tahun 2018 ini ditambahkan waktu
No. 112 Th. 2014 yang diubah dengan Permendagri
pengajuan permohonan dibatasi paling lama 3 (tiga)
No. 65 Th. 2017, Perda Kabupaten Malang No. 1
hari setelah penetapan hasil penghitungan suara,
Th. 2016, dan Perbup Malang No. 21 Th. 2018 yang
selebihnya tidak ada pengaturan yang mengatur
diubah dengan Perbup Malang No. 5 Th. 2019 tidak
tentang bagaimana tata cara dan mekanisme serta
memadai sebagai landasan hukum penyelesaian
kekuatan hukum dari penyelesaian perselisihan
masalah pemilihan kepala desa, meskipun dalam
hasil pemilihan kepala desa, sehingga wajar jika
ketentuan tersebut secara tegas dinyatakan jika
permasalahan yang terkait dengan penyelesaian
terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala Desa,
perselisihan pemilihan kepala desa ini menjadi
gelap gulita tanpa landasan hukum yang jelas dan bupati/walikota wajib menyelesaikan perselisihan
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari.
pasti, bisa diduga banyak persoalan yang terkait
dengan masalah pemilihan kepala desa ini tidak Namun kenyataannya, karena tidak jelasnya
terselesaikan dengan tuntas dan baik, ujung-ujung- mekanisme dan prosedur penyelesaian perselisihan
nya ada pihak-pihak baik yang terkait langsung hasil pemilihan kepala desa, apalagi terkait dengan
dengan Pilkades, seperti calon kepala desa maupun proses pelaksanaan pemilihan kepala desa, baik
masyarakat yang berkepentingan dengan penye- Panitia Pilkades di tingkat desa yang dibentuk
lenggaraan pemilihan kepala desa ini tidak mem- oleh BPD (Badan Permusyawaratan Desa) maupun
peroleh penyelesaian dengan baik, jujur, adil, dan Panitia Pilkades Tingkat Kabupaten yang dibentuk
transparan. Padahal hakekat demokrasi salah satu- oleh Bupati tidak mampu memberikan solusi ketika
nya diwujudkan dengan cara terpilihnya pemimpin terjadi permasalahan baik yang terkait dengan
atau pembuat keputusan oleh para pemilih dengan proses maupun hasil. Bahkan Panitia Pemilihan
pemilihan yang dilakukan secara jujur, adil, ber- Kepala Desa Tingkat Kabupaten (Malang) seperti

| 232 |
Kajian Yuridis Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Desa
Supriyadi

dilansir Tribunjatim.com, sebagaimana tugas yang gunaan fasilitas milik pemerintah, pendidikan,
dibebankan kepada panitia berdasarkan Pasal 5 tempat ibadah, atribut calon lain, dan politik uang.
ayat (2) huruf f Permendagri No. 112 Th. 2014 mela- Sedangkan pada ayat (2)-nya ditentukan bahwa
kukan fasilitasi penyelesaian permasalahan pemi- dalam kegiatan Kampanye dilarang meng-
lihan kepala desa tingkat kabupaten dalam bentuk ikutsertakan: kepala desa, perangkat desa, dan
memberikan jawaban atas permohonan pengaduan anggota badan permusyaratan desa.
atau keberatan yang disampaikan oleh calon kepala Pelanggaran atas larangan dalam Pasal 30
desa yang tidak menerima hasil pemilihan kepala ayat (1) Permendagri No. 112 Th. 2014 dikenakan
desa (https:/jatim.tribunnews.com/2019/08/12/), sanksi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31
bukan dalam bentuk adjudikasi (William C. Bur- yang pararel dengan Pasal 36 ayat (1) Peraturan
ton, 1992), sebagai salah satu cara pengambilan Bupati Malang Nomor 5 Tahun 2019, yaitu berupa
keputusan pihak yang berwenang setelah mem- peringatan tertulis atas pelanggaran larangan
berikan kesempatan kepada para pihak menyam- kampanye meskipun belum ada gangguan, dan di-
paikan argumentasi dan bukti-bukti sebagai alat hentikan jika berdampak pada gangguan
pendukungnya. keaman- an, apalagi punya potensi menyebar ke
tempat lain.
3.3. Penyelesaian Pelanggaran Proses Pelaksana- Sanksi yang ditentukan dalam Pasal 31 ter-
an Tidak Operasional sebut dirumuskan secara general, tidak mem-
Penyelesaian permasalahan Pilkades di ting- perhatikan tingkat pelanggaran terhadap ruang
kat kabupaten/kota, bisa dilakukan oleh panitia lingkup materi kampanye dan sayangnya dalam
pemilihan kepala desa tingkat kabupaten/kota, Permendagri No. 112 Th. 2014 ini tidak diatur
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) huruf f secara tegas siapa yang berwenang untuk menye-
Permendagri No. 112 Th. 2014 yang diatur ulang lesaikan jika terjadi pelanggaran terhadap larangan
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e Peraturan Bupati materi pelaksanaan kampanye tersebut, namun
Malang Nomor 5 Tahun 2019. Namun demikian, dalam Pasal 36 ayat (2) Peraturan Bupati Malang
ketentuan tersebut masih memberikan dasar ke- Nomor 5 Tahun 2019 di tentukan bahwa yang
wenangan yang dapat dilakukan oleh panitia memberikan sanksi berupa peringatan tertulis dan
pemilihan kepala desa tingkat kabupaten/kota, te- penghentian kegiatan Kampanye adalah panitia
tapi mekanisme dan tata cara penyelesaiannya pemilihan kepala desa tingkat desa.
seharusnya perlu ada pengaturan lanjutan, jika Di tingkat Daerah, seperti Kabupaten Malang,
tidak, sama saja akan menemui ketidakjelasan da- selain pembentukan Panitia Pilkades tingkat desa
lam penyelesaian permasalahan terkait dengan pro- dan Panitia Pilkades tingkat kabupaten, juga di-
ses pemilihan kepala desa. bentuk desk pemilihan kepala desa di setiap/tingkat
Secara materiil, pada tahap pencalonan juga kecamatan. Desk pemilihan kepala desa ini seba-
diatur dalam Permendagri No. 112 Th. 2014, gaimana ditentukan dalam Pasal 5 ayat (5) Per-
khususnya Pasal 30 ayat (1) yang ditingkat Daerah aturan Bupati Malang Nomor 5 Tahun 2019 mem-
Kabupaten Malang juga diatur ulang dalam Pasal punyai tugas membantu pelaksanaan Pilkades,
35 ayat (1) Perbup Malang No. 21 Th. 2018 yang fungsi koordinasi, inventarisasi masalah yang
mengatur larangan pelaksanaan kampanye ter- timbul, saran penyelesaian masalah Pilkades.
hadap hal-hal yang terkait dengan masalah dasar Salah satu tugas desk pemilihan kepala desa
negara, keutuhan NKRI, penghinaan, masalah tersebut adalah menginventarisasi dan mengantisi-
SARA, adu domba, kekerasan, perusakan, peng- pasi permasalahan dan memberikan saran dan ma-
sukan terkait penyelesaian permasalahan pemilihan

| 233 |
Jurnal Cakrawala Hukum, Volume 10 No. 2 Desember 2019
ISSN PRINT 2356-4962 ISSN ONLINE 2598-6538

Kepala Desa. Seperti halnya ketentuan-ketentuan aturan Bupati Malang Nomor 5 Tahun 2019
yang dirumuskan secara umum, implementasi dinyatakan bahwa “salah satu tugas dan kewenangan
ketentuan tersebut diserahkan pelaksanaannya ke- panitia pemilihan kepala desa tingkat kabupaten adalah
pada masing-masing petugas yang ada di lapangan melakukan pengawasan penyelenggaraan pemilihan
dan hampir bisa dipastikan penyelesaian permasa- Kepala Desa dan melaporkan serta membuat rekomendasi
lahan terkait dengan pemilihan kepala desa selain kepada Bupati”. Meskipun ketentuan semacam ini
tidak terukur, juga banyak menimbulkan penye- tentu masih sangat umum untuk dipakai sebagai
lesaian yang tidak tuntas, bahkan tidak menutup landasan dalam pelaksanaan proses pemilihan
kemungkinan timbulnya masalah baru, bukan kepala desa.
menyelesaikan masalah tanpa masalah. Tugas yang dibebankan kepada panitia pemi-
Tahap pemungutan suara dan penghitung- lihan kepala desa tingkat desa, diantara 12 (dua
an suara di TPS (tempat pemungutan suara), untuk belas) tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Per-
mengawal kegiatan panitia pemilihan kepala desa mendagri No. 112 Th. 2014 dan di Kabupaten
tingkat desa, dapat dihadiri dan disaksikan oleh Malang kemudian diatur ulang dalam Pasal 6 ayat
saksi dari calon, BPD, pengawas, dan warga (7) Peraturan Bupati Malang Nomor 21 Tahun 2018
masyarakat, sebagaimana ditentukan dalam Pasal adalah merencanakan, mengoordinasikan, menye-
38 dan Pasal 41 Peraturan Menteri Dalam Negeri lenggarakan, mengawasi dan mengendalikan
Nomor 112 Tahun 2014. Yang menarik adalah di semua tahapan pelaksanaan Pemilihan Kepala
tingkat Daerah Kabupaten Malang, berdasarkan Desa. Lazimnya tugas mengawasi terhadap tahap-
Pasal 48 ayat (2) Peraturan Bupati Malang Nomor an pelaksanaan pemilihan ditangani oleh lembaga
21 Tahun 2018 ditentukan bahawa “kegiatan pelak- atau bagian yang juga independen atas penyeleng-
sanaan pemungutan suara dapat dihadiri oleh saksi dari garaan pemilihan (Hans Kelsen, 1973), dalam hal
Calon Kepala Desa, BPD, dan warga masyarakat”, tanpa ini lembaga atau bagian atau panitia di luar panitia
menyertakan “pengawas” yang dalam Pasal 38 Pilkades, karena panitia pemilihan ini diberikan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun kewenangan untuk menyelenggarakan atau melak-
2014 justru diberikan kesempatan bagi pengawas sanakan pemilihan kepala desa yang tidak me-
(meskipun tidak ditentukan subyeknya) untuk ikut nutup kemungkinan juga bisa dimasalahkan oleh
melakukan pengawasan jalannya pemungutan calon kepala desa yang merasa diperlakukan tidak
suara pemilihan kepala desa. adil, sehingga fungsi pengawasan tidak dilekatkan
Meskipun tidak secara tegas ditentukan ten- jadi satu dengan panitia pemilihan yang menye-
tang lembaga yang berwenang untuk melakukan lenggarakan pemilihan kepala desa.
pengawasan, seperti Bawaslu, Bawaslu provinsi,
Bawaslu kabupaten/kota, Panwaslu kecamatan, 3.4. Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan
Panwaslu keluarahan/desa, dan pengawas TPS Kepala Desa
untuk penyelenggaraan pemilihan umum (memilih Pengaturan penyelesaian perselisihan pemi-
Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, DPD, dan lihan kepala desa ke dalam peraturan daerah ka-
anggota DPRD provinsi dan DPRD kabuoaten/kota) bupaten/kota telah memperoleh pijakan hukum
dan pemilihan kepala daerah (untuk memilih gubernur, berdasarkan Pasal 31 UU No. 6 Th. 2014, apalagi
bupati/walikota), tetapi dalam Pasal 5 ayat (2) huruf jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 37 ayat (6)
g Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 yang menentukan bahwa “dalam hal terjadi per-
Tahun 2017 dan di Kabupaten Malang kemudian selisihan hasil pemilihan Kepala Desa, Bupati/Wali-
diatur ulang dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f Per- kota wajib menyelesaikan perselisihan dalam

| 234 |
Kajian Yuridis Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Desa
Supriyadi

jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat mengajukan keberatan kepada bupati/walikota,
(5)”, yaitu: 30 (tiga puluh) hari sejak diterima pene- karena ada batas waktu kedaluwarsa pengajuan
tapan hasil Pilkades terpilih. Berdasarkan 2 (dua) permohonan dan ini sekaligus sebagai bentuk
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun keterbukaan apa yang dilakukan oleh panitia
2014, yaitu Pasal 31 ayat (2) dan Pasal 37 ayat (6), pemilihan kepala desa, seperti halnya ditentukan
seharusnya Daerah Kabupaten/Kota dapat meng- Pasal 54 ayat (3) Peraturan Bupati Malang No. 21
atur lebih teknis, operasional, dan sistematis (Maria Th. 2018, batas waktu paling lama 3 (tiga) hari sete-
Farida Indrati, 2007) terhadap penyelesaian perseli- lah penetapan hasil penghitungan suara, calon ke-
sihan hasil pemilihan kepala desa, tidak sekedar pala desa yang keberatan dapat mengajukan per-
pengulangan materi muatan atau norma yang mohonan perselisihan hasil Pilkades.
sudah diatur dalam Undang-Undang tentang Desa Pasal 44 Permendagri No. 112 Th. 2014 pada
dan peraturan pelaksanaannya baik dalam Peratur- tahap penetapan hanya menentukan mekanisme
an Pemerintah maupun Permendagri. laporan Panitia Pilkades ke BPD, kemudian oleh
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, Pasal BPD dilaporkan kepada bupati atau walikota, dan
37 ayat (5) dan ayat (6) menentukan 2 (dua) batas- terakhir bupati atau walikota mengesahkan dan
an apabila terjadi perselisihan hasil pemilihan ke- mengangkat kepala desa terpilih.
pala desa, yaitu: pertama, pejabat yang berkewajib- Pasal 44 Permendagri No. 112 Th. 2014 tidak
an atau berwenang menyelesaian perselisihan ada- menyebutkan adanya kewajiban menyampaikan
lah bupati/walikota; dan kedua, waktu yang ter- berita acara atau penetapan hasil perhitungan suara
sedia untuk menyelesaikan paling lama 30 (tiga kepada calon (para calon) kepala desa, maka da-
puluh) hari. Peraturan di tingkat Daerah seharus- lam pelaksanaannya di lapangan kadang calon yang
nya mengatur bagaimana melengkapi ketentuan kalah tidak mengetahui secara formal siapa peme-
yang belum diatur oleh peraturan di atasnya ter- nangnya (yang memperoleh suara terbanyak) dan
utama yang terkait dengan tahapan, mekanisme kapan hal tersebut ditetapkan oleh panitia pemi-
dan prosedur penyelesaiannya, bila perlu menye- lihan sebagai dasar bagi pasangan calon yang kalah
diakan instrumennya juga apabila terjadi pelang- (tidak menang) untuk mengajukan keberatan.
garan proses pelaksanaan pemilihan kepala desa. Walaupun dalam Pasal 41 ayat (6) Peraturan Menteri
Hal ini bisa dilakukan karena perintah untuk pem- Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 dinyatakan
bentukan peraturan daerah diberikan langsung se- bahwa Panitia Pemilihan memberikan salinan Berita
bagai kewenangan atribusi (Attamimi, A. Hamid Acara hasil penghitungan suara kepada masing-
S., 1990) oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun masing saksi calon yang hadir sebanyak 1 (satu)
2014 dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa. eksemplar dan menempelkan 1 (satu) eksemplar
Penetapan calon Kades terpilih untuk sampai sertifikat hasil penghitungan suara di tempat
pada meja bupati/walikota agar dapat diselesaikan umum. Saksi calon harus menyerahkan surat penu-
perselisihan hasil pemilihan kepala desa, maka gasan dari calon Kades kepada Panitia Pilkades,
tahap awal penetapan calon Kades terpilih oleh ketentun ini juga terdapat pada Pasal 51 Perbup
panitia pemilihan tingkat desa, selain disampaikan Malang No. 5 Th. 2019.
kepada BPD, juga perlu disampaikan (tembusan- Bupati/walikota dibatasi waktu 30 (tiga puluh)
nya) kepada calon (para calon) kepala desa lainnya hari, maka harus dihitung secara cermat pem-
yang tidak terpilih. Hal ini dimaksudkan untuk bagian waktu mulai batas waktu pengajuan/per-
memberikan kesempatan kepada calon (para calon) mohonan keberatan, pemeriksaan surat dan berkas
kepala desa lainnya yang tidak terpilih jika ingin permohonan, batas waktu perbaikan surat permo-

| 235 |
Jurnal Cakrawala Hukum, Volume 10 No. 2 Desember 2019
ISSN PRINT 2356-4962 ISSN ONLINE 2598-6538

honan oleh pemohon, alokasi waktu untuk peme- hasil pemilihan kepala desa yang disampaikan
riksaan/klarifikasi keberatan bila perlu dengan kepada bupati/walikota juga ditentukan secara
data atau bukti-bukti pendukungnya, termasuk pe- garis besar isi permohonan yang dimuat, misal:
meriksaan saksi-saksi untuk menguatkan argu- harus memuat identitas pemohon (nama dan
mentasi, alokasi waktu untuk memberikan kesem- alamat), sekaligus menjelaskan legal standing-nya,
patan bagi termohon serta pihak terkait, dan ter- pihak termohon, keputusan panitia pemilian yang
akhir alokasi waktu bagi bupati/walikota beserta menjadi sebab perselisihan, menguraikan alasan
tim yang dibentuk (bisa berasal dari panitia pemi- menurut pemohon tentang adanya kekeliruhan
lihan kepala desa tingkat kabupaten/kota atau bisa atau kesalahan terhadap hasil penghitungan suara,
juga dibentuk tersendiri atau gabungan) untuk dan terakhir menyampaikan permohonan yang di-
mengambil keputusan, sehingga dengan penjad- inginkan pemohon. Sebaiknya ketika pemohon
walan untuk memproses kegiatan penyelesaian per- menyampaikan pengajuan keberatan disertakan
selisihan hasil pemilihan kepala desa tersebut, bukti-bukti yang mendukung pendapatnya.
waktu yang tersedia 30 (tiga puluh) hari dapat di- Tahapan berikutnya setelah bupati/walikota
selesaikan tepat waktu. menerima pengajuan atau permohonan perselisihan
Apabila merujuk pada Undang-Undang Nomor hasil pemilihan kepala desa, bupati/walikota
10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas beserta tim yang dibentuk mengkaji permohonan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang tersebut dan melakukan mediasi kepada para
Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2015 tentang pihak yang berselisih agar tercapai kata sepakat.
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Jadi bukan menjawab (secara tertulis dan sepihak)
Undang-Undang, khususnya Pasal 158 yang me- permohonan yang diajukan oleh pihak yang
nentukan batasan selisih suara/perbedaan per- keberatan. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan
olehan suara antara calon terpilih (calon jadi) de- antara pihak yang berselisih, selanjutnya bupati/
ngan calon tidak terpilih (calon tidak jadi) guna walikota beserta tim yang dibentuk menyelesaikan
membatasi pengajuan permohonan pembatalan perselisihan hasil pemilihan kepala desa melalui
penetapan hasil perhitungan suara, bisa saja diatur adjudikasi sebagai decree in a cause, yaitu sebagai
dalam peraturan daerah terkait pengajuan kebe- salah satu cara pengambilan keputusan yang di-
ratan terhadap hasil pemilihan kepala desa, dengan ambil sesuai dengan perkara yang diperselisihkan
memadukan kriteria atau batasan antara jumlah para pihak (Henry Campbell Black, 1979).
penduduk desa dengan persentase selisih atau per- Tahap terakhir, setelah semua pihak dibe-
bedaan perolehan suara, misal ditentukan selisih rikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat,
atau perbedaan hasil perolehan suaran antara 3 bukti-bukti, saksi-saksi, dan didengar keterangan-
sampai 8% dari jumlah suara sah untuk dapat nya, maka bupati/walikota dapat mengambil ke-
mengajukan keberatan. putusan sebagai kewajibannya untuk menyelesai-
Setelah menerima (tembusan) keputusan kan perselisihan sesuai waktu yang sudah diten-
penetapan hasil perolehan suara yang menentukan tukan, yaitu 30 (tiga puluh) hari. Keputusan yang
calon kepala desa terpilih, tahap selanjutnya calon diambil bupati/walikota bisa saja dilakukan pe-
kepala desa yang tidak terpilih jika keberatan de- mungutan suara ulang sebagian atau seluruhnya
ngan penetapan hasil tersebut, dapat mengajukan atau menolak keberatan pemohon dan mengukuh-
permohonan perselisihan hasil kepada bupati atau kan keputusan yang ditetapkan oleh panitian pemi-
walikota. Ada baiknya permohonan perselisihan lihan kepala desa.

| 236 |
Kajian Yuridis Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Desa
Supriyadi

4. Simpulan Kelsen, Hans. 1973. General Theory of Law and State. New
York. Russell & Russell.
Dengan demikian, pengaturan pemilihan ke-
Nahuddin, Y. (2018). Akuntabilitas Keuangan Desa dan
pala desa di tingkat Daerah sebagai tindak lanjut
Kesejahteraan Aparatur Desa dalam Pengelolaan
dari Undang-Undang tentang Desa dan peraturan Keuangan Desa. Jurnal Cakrawala Hukum, 9(1),
pelaksanaannya berisi tentang kewajiban panitia 107-116. doi:10.26905/idjch.v9i1.2111.
pemilihan menyampaikan penetapan hasil
Nurtjahjo, Hendra, 2005. Filsafat Demokrasi. Jakarta. Pusat
perolehan suara yang menetapkan calon terpilih Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Uni-
kepada calon (para calon) kepala desa, selain versitas Indonesia.
kepada BPD, mekanisme dan prosedur pengajuan
Peraturan Bupati Malang Nomor 21 Tahun 2018 tentang
keberatan sesuai batas waktu yang ditentukan, Pemilihan Kepala Desa sebagaimana diubah
kewajiban bupati/walikota atau tim yang dibentuk dengan Peraturan Bupati Malang Nomor 5 Tahun
untuk mempertemukan para pihak yang berselisih, 2019.
dan jika tidak terjadi kesepakatan, maka bupati/ Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun
walikota bersama tim yang dibentuk wajib menye- 2016 tentang Desa.
lesaikan perselisihan hasil. Dengan adanya tahapan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
penyelesaian seperti itu diharapkan memperoleh tentang Pemilihan Kepala Desa sebagaimana diubah
kejelasan apabila terjadi perselisihan hasil pemilih- dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65
an kepala desa, yang sebenarnya perselisihan ini Tahun 2017.
juga menjadi bagian dari keseluruhan proses
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
pemilihan kepala desa. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015.
Daftar pustaka
Tribunnews. 2019. Pengaduan Keberatan Hasil Pilkades di
Asshiddiqie, Jimly. 2006. Hukum Tata Negara dan Pilar-
Malang Tak Pengaruhi Putusan Pelantikan Cakades
pilar Demokrasi, Edisi Revisi Cetakan Pertama.
Jakarta. Konstitusi Press. Terpilih. Diakses pada https://jatim.tribunnews.
com/2019/08/12/pengaduan-keberatan-hasil-
Attamimi, A. Hamid S., 1990. Peranan Keputusan Presiden pilkades-di-malang-tak-pengaruhi-putusan-
Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan pelantikan-cakades-terpilih.
Pemerintahan Negara, suatu studi analisis mengenai
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Keputusan Presiden yang berfungsi pengaturan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
kurun waktu pelita I – pelita IV. Disertasi. Jakarta. Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,
Universitas Indonesia. Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang,
Black, Henry Campbell. 1979. Black’s Law Dictionary. sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor
Fifth Edition. Boston. West Publishing Co. 8 Tahun 2015 dan terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2016.
Burton, William C., 1992. Legal Thesaurus. New York.
Macmillan Publishing Company. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Indrati, Maria Farida, 2007. Ilmu Perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
jenis, fungsi, dan materi muatan. Yogyakarta. Umum.
Kanisius.

| 237 |

Anda mungkin juga menyukai