Anda di halaman 1dari 13

Penegakan Hukum Pemilu dalam Irisan

Tahapan Pemilu dan Pilkada


Oleh : Nur Kholis Majid, M.Pd. (Anggota Bawaslu
Kalsel/Koordiv. PP dan Datin Bawaslu Kalsel)
1 Tahapan Pemilu 3 Keadilan Pemilu 5 Peluang

outline
Indikator Kualitas Tantangan dalam
2 Penyelenggaraan
Pemilu
4 Pemilu dan
Pemilihan
POKOK BAHASAN
28 November 2023 s.d 10 Februari
01 Kampanye 2024

11 Februari 2024 s.d 13 Februari


02 Masa Tenang 2024

03 Pungut Hitung 14 Februari 2024

1 04 Rekapitulasi Hasil Penghitungan


15 Februari s.d 20 Maret 2024
Suara

Tahapan Pemilu
2024 berdasarkan 05 Penetapan Hasil Pemilu

PKPU 3 Tahun 2022


Gugatan Perselisihan Hasil
06 Pemilu
TAHAPAN KRUSIAL PEMILU
Kesiapan penyelenggara Pemilu untuk
bekerja professional, mempunyai
integritas, kapabilitas, dan akuntabilitas

Rakyat dengan kesadaran penuh dapat


merdeka dalam menyalurkan aspirasi
2 pilihannya, aman tertib, nyaman, dan tidak
ada tekanan dari pihak manapun

Terpilihnya legislatif dan eksekutif yang


Indikator Kualitas sesuai dengan keinginan rakyat
Penyelenggaraan
Pemilu
Tereselenggaranya Pemilu yang baik dan
bermartabat
Salah satu instrument menegakkan keadilan Pemilu yakni,
melalui penegakkan hukum Pemilu dengan desain kerangka
hukum yang mengatur mekanisme dan penyelesaian yang
efektif

Untuk mengakomodasi hal tersebut, maka kerangka hukum


yang ada mesti menjamin pemilih, kandidat, dan partai untuk
3 mengadukan setiap pelanggaran kepada lembaga
penyelenggara atau pengadilan dengan segera memperoleh
penanganan dan penyelesaian

Konsep Keadilan Instrumen untuk menegakkan keadilan Pemilu ada dalam


Pemilu prinsip-prinsip penyelesaian sengketa proses pemilu dan
penanganan pelanggaran pemilu yang diselesaiakan oleh
Bawaslu dan badan peradilan, serta penyelesaian perselisihan
hasil Pemilu yang diselesaikan oleh MK, yang kesemuanya
merupakan perwujudan dari paradigma keadilan Pemilu
dengan mekanisme penyelesaian yang harus mampu menjamin
agar hak pilih warga negara terjamin
• Bawaslu sebagai lembaga yang mengawasi penyelenggaraan
Pemilu merupakan salah satu lembaga yang dibentuk dengan
kewenangan yang bersifat semi atau kuasi peradilan. Hal ini

3.1 terlihat dari ketentuan yang diatur dalam UU Pemilu yang


memberikan kewenangan untuk memeriksa dan memutus
sengketa proses pemilu yang bersifat final dan mengikat bagi KPU,
kecuali untuk keputusan yang terkait dengan verifikasi parpol dan
Eksistensi penetapan calon, serta kewenangan Bawaslu dalam
menyelesaikan pelanggaran administrasi pemilu dengan metode
Kewenangan persidangan ajudikasi.
Bawaslu
• Terdapat dikotomi antara rezim penegakkan hukum Pemilu dan
rezim penegakkan hukum Pilkada, dengan dua UU yang berbeda
dan pola penanganan yang berbeda pula (UU 7/2017 dan UU
10/2016)
• Beban kerja penyelenggara Pemilu yang cukup kompleks, dan
4 saling bertautan antara rezim Pemilu dan Pilkada
• Kompleksitas penyelenggaraan Pemilu akan semakin terasa.
Sebab, saat ini MK telah menjadi lembaga peradilan pemilihan
Irisan tantangan dalam sengketa pilkada yang bersifat permanen. Hal tersebut
dalam merupakan implikasi lahirnya Putusan MK Nomor 85/PUU-XX/2022
Penyelenggaraan terutama pada poin [3.22] pertimbangan Mahkamah. telah
Pemilu dan terintegrasinya sistem penyelesaian sengketa hasil pemungutan
Pemilihan suara pemilu dan pilkada tentu berdampak pada bertumpuknya
tugas MK dalam penanganan perkara pemilu. Dalam mengatasi
potensi tersebut, penyelenggara pemilu terutama Bawaslu perlu
melakukan pencegahan terjadinya pelanggaran pemilu.
Sulitnya penegakan hukum politik uang yang diatur
dalam beberapa pasal UU Pemilu yakni pasal 278 ayat
(2), pasal 280 (1) huruf j, pasal 284 dan pasal 515 serta
ketentuan pidana diatur dalam pasal 532 ayat (1), (2), dan
(3).
Pengaturan pasal tersebut di atas terbatas pada subyek
4.1 pelaksana, peserta, dan tim kampanye. Pembatasan
subyek ini dapat dijadikan celah bagi calon yang ingin
meraih kekuasaan dengan cara jalan pintas dan tidak
Tantangan Regulasi benar dalam pemilu. Misalnya yang melakukan politik
(Irisan antara UU uang adalah relawan atau tim calon legislatif dan
Pemilu dan UU mereka tidak didaftar di KPU Kabupaten/Kota maka
Pilkada) pelaksana penegak hukum (Gakkumdu) akan kesulitan
menggunakan atau menerapkan ketentuan pidana di
pasal 523 ayat (1) dan (2) karena unsur subyek yang
melakukan tidak terdaftar di KPU.
Sementara pengaturan terkait dengan subyek hukum
“setiap orang” hanya berlaku pada pada hari pemungutan
suara saja. Di mana pada hari proses pemungutan dan
penghitungan suara tim sukses, relawan dan masyarakat
pemilih serta penyelenggara pemilu sudah sibuk masing-
masing memberikan hak suaranya. Penegakkan hukum
politik uang ini sebagai salah contoh saja, tentu masih ada
4.1 yang lain dari sisi regulasi seperti tindak pidana bagi
Aparatur Sipil Negara (ASN) di pemilu yang sangat
berbeda dalam UU 10/2016 tentang Pilkada.
Tantangan Regulasi
(Irisan antara UU Sementara dalam pilkada tantangan penegakan hukum
Pemilu dan UU yakni tidak dikenalnya in absensia atau pemeriksaaan
Pilkada) perkara tanpa kehadiran tergugat. Hal ini akan
menyulitkan dalam pengumpulan alat bukti, belum lagi
penanganan dengan waktu sangat terbatas dalam pilkada,
maksimal 5 hari dalam proses kajian Bawaslu.
Lanjutan
Laporan atau Temuan pelanggaran Pidana Pemilu atau
Pidana Pilkada terjadi dalam satu waktu. Penerapan
hukum formil sentra gakkumdu rezim Pemilu
(Perbawaslu 3/2023) dan rezim Pilkada (Perbawaslu
5/2020) memiliki pola penanganan yang sangat berbeda.

4.2 Sementara dalam rezim Pemilu penangan tindak


pidana pemilu dibatasi dengan waktu yakni paling lama
7 (tujuh) hari kalender dan ketika masih membutuhkan
Tantangan Struktur keterangan tambahan dan kajian dilakukan paling lama
Hukum 14 (empat belas) hari kerja setelah temuan dan laporan
(Irisan antara UU diterima dan diregistrasi sedangkan dalam rezim
Pemilu dan UU Pilkada hanya 3 (tiga) hari dan 2 (dua) hari kerja.
Pilkada)
Pengaturan dalam UU Pemilu dan UU Pilkada tidak
cukup jauh menjangkau terhadap Pelanggaran yang
terjadi pada saat Pemungutan Suara Ulang (PSU)
pasca putusan MK
• Secara institusional, Bawaslu memiliki kecukupan pengalaman
implementasi UU Pemilu dan UU Pilkada dengan beberapa kali
penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada sebelumnya
• Meningkatnya digital society (27 juta pengguna internet beru,
populasi online 202 juta di tahun 2020, berbanding lurus dengan
5 evolusi sistem penegakkan hukum Pemilu berbasis digital/IT
seperti : SigapLapor, SIPS, SiapNet)
• Peningkatan efektifitas pengawasan partisipatif. (tercatat 22.567
Pendaftar SKPP di 100 Kab/Kota Tahun 2021)

Peluang

Anda mungkin juga menyukai