Anda di halaman 1dari 13

Pengawasan Potensi Pelanggaran Penyusunan

DPTb dan DPK Pemilu Tahun 2024

Anwar Noris S.H.


Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Timur
Peserta Pemilu 2024 mencuri Start Kampanye
Tahapan Beririsan Pemilu dan Pemilihan Hal ini karena masa Kampanye Pemilu 2024
kemungkinan irisan tahapan penyelenggaraan hanya 75 hari
yang akan berjalan bersamaan antara pemilu
dan pemilihan
Pemutakhiran Data Pemilih
Berangkat dari pemilu sebelumnya yang paling
Beban Kerja Penyelenggara banyak masalah dari data pemilih, maka perlu
Pemilu yang Begitu Tinggi adanya pengembangan mekanisme
pengalaman Pemilu 2019 terdapat pemutakhiran data pemilih berkelanjutan. Perlu
penyelenggara yang meninggal dunia, maka ISU adanya penguatan regulasi mengatasi
perlu ada antisipasi permasalahan validasi data pemilih
STRATEGIS
PEMILU 2024
Praktik Politik Uang Penggunaan Politik Identitas
Politik Uang sangat mungkin terjadi pada dieksploitasi dan dikapitalisasi oleh elit seperti
Pemilu serentak tahun 2024 konsultan politik, anggota parpol, tim sukses,
elit ormas dengan bentuk penyebaran isu,
Netralitas ASN hoax dan politik identitas
Di Jawa Timur Pada Pilkada 2020 terdapat 35
pelanggaran netralitas ASN dan Pemilu 2019
ada 27 Pelanggaran netralitas ASN
TITIK RAWAN PEMILU
TAHUN 2024
DIMENSI DAN SUB DIMENSI IKP

KONTEKS SOSIAL DAN PENYELENGGARAAN KONTESTASI PARTISIPASI


POLITIK PEMILU

1. Keamanan 1. Hak Memilih, 1. Hak Dipilih, 1. Partisipasi Pemilih,


2. Otoritas Penyelenggara 2. Pelaksanaan Kampanye, 2. Kampanye Calon 2. Partisipasi Kelompok
Pemilu 3. Pelaksanaan Pemungutan Masyarakat
3. Otoritas Penyelenggara Suara,
Negara 4. Ajudikasi dan Keberatan
Pemilu,
5. Pengawasan Pemilu

4
10 KABUPATEN/KOTA RAWAN TINGGI
PER DIMENSI IKP

KONTEKS SOSIAL PENYELENGGARAAN


KONTESTASI PARTISIPASI
DAN POLITIK PEMILU

1. Kediri 1. Bojonegoro 1. Tuban 1. Pacitan


2. Malang 2. Bondowoso 2. Ponorogo 2. Lumajang
3. Sampang 3. Bangkalan 3. Pacitan 3. Bondowoso
4. Mojokerto 4. Kota Surabaya 4. Kota Probolinggo 4. Magetan
5. Lamongan 5. Sampang 5. Tulungagung 5. Mojokerto
6. Jember 6. Malang 6. Nganjuk 6. Tulungagung
7. Sumenep 7. Kota Batu 7. Madiun
8. Madiun 8. Tuban 8. Malang
9. Pacitan 9. Banyuwangi 9. Kota Batu
10. Kota Surabaya 10. Kediri 10. Mojokerto
5
Penanganan Pelanggaran (Secara Umum)

HUKUM LAIN
Pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan lainnya (Tidak Diregister, Kecuali
masih bertalian dengan Pelanggaran Pemilu)
ETIK
Pelanggaran terhadap etika penyelenggaraan pemilu
yang berdasarkan sumpah dan/atau janji sebelum
menjalankan tugas sebagai penyelengagra pemilu.

TINDAK PIDANA PEMILU


Tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Pemilu (pasal
488-554 UU 7 Tahun 2017).

ADMINISTRASI
Pelanggaran terhadap tata cara, prosedur atau mekanisme yang berkaitan dengan administratif pelaksanaan
Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu
Potensi Pelanggaran
Penyusunan DPTb dan DPK Pemilu
Tahun 2024
1. Pendaftaran pemilih dengan informasi palsu atau dokumen palsu adalah
pelanggaran serius. Ini dapat mencakup penggunaan identitas palsu atau
dokumen palsu untuk mendaftar sebagai pemilih tambahan.
2. Pendaftaran Ganda. Pemilih yang mencoba mendaftar di dua tempat yang
berbeda untuk memungkinkan mereka memberikan dua suara adalah bentuk
pelanggaran.
3. Pendaftaran Orang Mati:. Pendaftaran pemilih yang sudah meninggal adalah
pelanggaran. Ini bisa terjadi jika data pemilih tidak diperbarui secara berkala.
4. Pendaftaran pemilih tanpa izin atau pengetahuan mereka adalah pelanggaran.
Ini bisa diambil contoh seperti pemungutan suara atas nama orang lain tanpa
izin mereka.
5. Manipulasi data dalam DPTB dan DPK, seperti mengubah informasi pemilih
tanpa izin mereka, adalah pelanggaran.
6. Diskriminasi terhadap kelompok tertentu dalam proses pendaftaran atau
penolakan pemilih berdasarkan alasan diskriminatif adalah pelanggaran.
7. Intimidasi dan Ancaman. Upaya untuk mengintimidasi atau mengancam pemilih
atau petugas yang terlibat dalam penyusunan DPTB adalah pelanggaran yang
serius.
8. Ketidaknetralan Petugas. Jika petugas yang terlibat dalam penyusunan DPTB
tidak netral dan memihak satu kandidat atau partai politik, itu juga merupakan
pelanggaran.
POTENSI PELANGGARAN
PIDANA TAHAP
PENYUSUNAN DPTB dan
Memberikan Keterangan yang Tidak Benar dalam
Penyusunan Daftar Pemilih

DPK
Setiap orang yang dengan sengaja memberikan
keterangan yang tidak benar mengenai diri sendiri atau diri
orang lain tentang suatu hal yang diperlukan untuk
pengisian daftar Pemilih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 203, dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
(Pasal 488 UU 7 tahun 2017 tentang Pemilu)

Ketentuan Pendukung (Subjek Hukum Setiap Orang)


Setiap orang dilarang memberikan keterangan yang
tidak benar mengenai diri sendiri atau diri orang lain
tentang suatu hal yang diperlukan untuk pengisian
daftar Pemilih.
(Pasal 203 UU 7 tahun 2017 tentang Pemilu)
POTENSI
PELANGGARAN
PIDANA TAHAP
Upaya Menghalangi Sesorang Terdaftar dalam Daftar Pemilih

Setiap orang yang dengan kekerasan, dengan ancaman kekerasan, atau dengan menggunakan kekuasaan

PENYUSUNAN DPTB
yang ada padanya pada saat pendaftaran Pemilih menghalangi seseorang untuk terdaftar sebagai Pemilih
dalam Pemilu menurut Undang-Undang ini dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
(Pasal 511 UU 7 tahun 2017 tentang Pemilu)

Ketentuan Pendukung (Subjek Hukum Penyelenggara)


Dalam hal Penyelenggara Pemilu melakukan tindak pidana Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 488,
Pasal 491, Pasal 492, Pasal 500, Pasal 504, Pasal 509, Pasal 510, Pasal 511, Pasal 518, Pasal 520, Pasal 523,
Pasal 525 ayat (1), Pasal 526 ayat (1), Pasal 531, Pasal 532, Pasal 533, Pasal 534, Pasal 535, dan Pasal
536, pidana bagi yang bersangkutan ditambah 1/3 (satu pertiga) dari ketentuan pidana yang ditetapkan
dalam Undang-Undang ini.
(Pasal 554 UU 7 tahun 2017 tentang Pemilu)

Ketentuan Pendukung (Subjek Hukum Setiap Orang)


Setiap orang yang dengan kekerasan, dengan ancaman kekerasan, atau dengan menggunakan kekuasaan
yang ada padanya pada saat pendaftaran Pemilih menghalangi seseorang untuk terdaftar sebagai Pemilih
dalam Pemilu menurut Undang-Undang ini dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
(Pasal 511 UU 7 tahun 2017 tentang Pemilu)
POTENSI
PELANGGARAN
PIDANA TAHAP
KPU Tidak Menindaklanjuti Temuan Bawaslu

Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang

PENYUSUNAN DPTB
tidak menindaklanjuti temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan/atau Panwaslu LN dalam
melakukan pemutakhiran data Pemilih, penyusunan dan pengumuman daftar pemilih
sementara, perbaikan dan pengumuman daftar pemilih sementara hasil perbaikan,
penetapan dan pengumuman daftar pemilih tetap, daftar pemilih tambahan, daftar pemilih
khusus, dan/atau rekapitulasi daftar pemilih tetap yang merugikan Warga Negara Indonesia
yang memiliki hak pilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 220 ayat (2), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah).
(Pasal 512 UU 7 tahun 2017 tentang Pemilu)
POTENSI
PELANGGARAN
PIDANA TAHAP
Memalsukan Data dan Daftar Pemilih

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum memalsukan

PENYUSUNAN DPTB
data dan daftar pemilih, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
(Pasal 554 UU 7 tahun 2017 tentang Pemilu)
POTENSI
PELANGGARAN
PIDANA TAHAP
Menambah atau Mengurangi Daftar Pemilih dalam Pemilu Setelah
Ditetapkanya Daftar Pemilih Tetap

PENYUSUNAN DPTB
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau
PPLN yang dengan sengaja menambah atau mengurangi daftar pemilih dalam
Pemilu setelah ditetapkannya Daftar Pemilih Tetap, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah
(Pasal 545 UU 7 tahun 2017 tentang Pemilu)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai