Anda di halaman 1dari 19

POTENSI PELANGGARAN

TAHAPAN PEMUTAKHIRAN
DATA DAN PENYUSUNAN
DAFTAR PEMILIH DALAM
PEMILU TAHUN 2024
KEFAMENANU, 15 FEBRUARI
2023
Data Pribadi
Nama : Roswita Helen P. Taus, SE
TTL : Kefamenanu, 26 Juni 1978
Alamat : Jalan Gaaruda, Kelurahan Sasi
Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU
HP/WA : 0852 5329 8333

Riwayat Pekerjaan
 Staf Marketing BRI Cabang Kupang (2008-2010)
 Dosen Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (2010-2012)
 Staf Panwaslu Kabupaten Timor Tengah Utara (2015-2016)
 Anggota Panwaslu Kabupaten Timor Tengah Utara (2017-2018)
 Anggota Bawaslu Kabupaten Timor Tengah Utara (2018-2023)
DASAR HUKUM
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum;
 Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan
Pengawas Pemilihan Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Badan
Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum
Kecamatan;
 Peraturan Bawaslu Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Umum;
 Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilihan Umum;
 Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan
Umum;
 SE 1 Tahun 2023 Pencegahan Dugaan dan Pengawasan Tahapan Pemutakhiran Data dan Penyusunan
Daftar Pemilih Dalam Penilihan Umum tahun 2024
PENGERTIAN
 Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) adalah petugas yang dibentuk oleh PPS atau PPLN untuk melakukan
pendaftaran dan pemutakhiran data pemilih
 Pemilih adalah WNI yang sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah kawin
 Pemutakhiran Data Pemilih adalah kegiatan untuk memperbaharui data Pemilih berdasarkan DPT dari Pemilu dan
Pemilihan Terakhir, serta DPTLN yang disandingkan dengan DP4 serta dilakukan pencocokan dan penelitian yang
dilaksanakan oleh KPU Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh PPK, PPLN, PPS, dan Pantarlih
 Daftar Pemilih adalah data Pemilih yang disusun oleh KPU Kabupaten/Kota berdasarkan hasil penyandingan data Pemilih
tetap Pemilu atau Pemilihan terakhir yang dimutakhirkan secara berkelanjutan dengan DP4 untuk selanjutnya dijadikan
bahan dalam melakukan pemutakhiran
 Daftar Pemilih Sementara (DPS) adalah Daftar Pemilih hasil kegiatan Pemutakhiran Data Pemilih yang dilakukan oleh
KPU Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh PPK, PPS, dan Pantarlih
 Pencocokan dan Penelitian (Coklit) adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pantarlih dalam Pemutakhiran Data Pemilih
dengan cara mendatangi Pemilih secara langsung
POTENSI PELANGGARAN COKLIT

1. Pantarlih tidak melakukan coklit data pemilih


2. Pemalsuan keterangan dalam daftar pemilih
3. Pantarlih tidak menindaklanjuti rekomendasi Pengawas Pemilu
4. Pantarlih tidak mencoret pemilih yang tidak memenuhi syarat (meninggal dunia,
pindah domisili, pemilih ganda, berubah status dari sipil menjadi TNI/Polri,
belum genap 17 tahun dan belum pernah kawin pada hari pemungutan suara)
5. Pantarlih mencoret pemilih yang memenuhi syarat
6. Pantarlih melakukan coklit tanpa door to door mendatangi pemilih secara
langsung
LANJUTAN........

7. Pantarlih menggunakan jasa pihak lain dalam melakukan coklit


8. Pantarlih tidak menanggapi masukan atau tanggapan masyarakat melalui telepon,
media sosial, pusat panggilan atau laman resmi
9. Coklit dilakukan tidak tepat waktu
10. Pantarlih tidak menempelkan stiker coklit untuk setiap satu kepala keluarga setelah
dilakukan coklit
11. Pantarlih melakukan Coklit menggunakan sarana teknologi informasi tanpa door to
door secara langsung kepada pemilih
12. Pantarlih tidak memakai dan membawa perlengkapan pada saat Coklit
KERAWANAN AKURASI DATA PEMILIH

1. masih terdapat data pemilih yang rawan tidak tercoklit seperti buruh, perantau, dan sebagainya;
2. pemilih yang memiliki permasalahan dengan administrasi kependudukan:
• berada di daerah perbatasan wilayah;
• berada di wilayah pemekaran;
• sudah 17 tahun namun belum melakukan perekaman KTP-el;
• sudah meninggal tapi keluarganya belum mengurus surat kematian dari desa/kelurahan;
• suku pedalaman;
• korban bencana/korban pembangunan yang wilayah domisilinya hilang namun belum ada pengurusan
administrasi kependudukan;
3. pemilih yang memenuhi syarat tetapi belum terdaftar dalam daftar pemilih;
4. pemilih yang memenuhi tidak syarat tetapi masih terdaftar dalam daftar pemilih;
5. pemilih yang pindah domisili;
LANJUTAN...

6. pemilih yang berdasarkan KTP-el atau Kartu Keluarga bukan merupakan


pemilih yang beralamat di TPS setempat;
7. pemilih penyandang disabilitas yang tidak tercatat dalam kolom ragam
disabilitas;
8. alih status TNI/Polri dari/ke masyarakat sipil;
9. pemilih di Lapas; dan
10. Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki KTP el tercantum ke dalam data
pemilih.
KERAWANAN LAIN

 Tidak proporsionalnya beban kerja antara penyelenggara dan


pengawas adhoc dalam proses Coklit;
 Pengawas Pemilu (adhoc) tidak memperoleh salinan form model A
daftar pemilih;
 Terdapat penyalahgunaan akta kematian terhadap pemilih
yang memenuhi syarat sehingga kehilangan hak pilihnya.
Potensi Kerawanan Tahapan Tahapan Pemutakhiran Data dan
Penyusunan Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum Yang
Berimplikasi pada Dugaan Pelanggaran Pemilu 2024

Pelanggaran Administrasi:
 Kerawanan: kerawanan pada seluruh tahapan Pemutakhiran Data dan
Penyusunan Daftar Pemilih dalam pemilihan umum;
 Proses Penanganan: laporan/temuan dugaan pelanggaran disampaikan
paling lambat 7 hari sejak diketahui, perbaikan laporan 3 hari sejak laporan
disampaikan, penanganan Pelanggaran dilakukan 7 + 7 hari; dan
 Potensi Pelanggaran Terhadap Prosedur dan Tata Cara: Tahapan Pemutakhiran Data
dan Penyusunan Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum.
Pelanggaran Tindak Pidana

Kerawanan:
 • Pasal 488 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap orang yang dengan
sengaja memberikan keterangan yang tidak benar mengenai diri
sendiri atau diri orang lain tentang suatu hal yang diperlukan untuk
pengisian dafar Pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”
Pasal 489 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap anggota
PPS atau PPLN yang dengan sengaja tidak mengumumkan
dan/atau memperbaiki daftar pemilih sementara setelah
mendapat masukan dari masyarakat dan/atau Peserta Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 206, Pasal 207, dan Pasal
213, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan
dan denda paling banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)”
 Pasal 510 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap orang yang dengan
sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh empa.t juta rupiah).
 Pasal 511 UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu “Setiap orang yang dengan
kekerasan, dengan ancaman kekerasan, atau dengan menggunakan kekuasaan
yang ada padanya pada saat pendaftaran Pemilih menghalangi seseorang untuk
terdaftar sebagai Pemilih dalam Pemilu menurut Undang-Undang ini dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp36.OOO.OOO,O0(tiga puluh enam juta rupiah).”
 Pasal 512 UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu, “Setiap anggota KPU,KPU Provinsi,
KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang tidak menindaklanjuti
temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/ Kota, Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/ Desa, dan/atau Panwaslu LN dalam melakukan
pemutakhiran data Pemilih, penyusunan dan pengumunran daftar pemilih
sementara, perbaikan dan pengumuman daftar pemilih sementara hasil perbaikan,
penetapan dan pengumuman daftar pemilih tetap, daftar pemilih tambahan, daftar
pemilih khusus, dan/atau rekapitulasi daftar pemilih tetap yang merugikan Warga
Negara Indonesia yang memiliki hak pilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 220
ayat l2l, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).”
 Pasal 513 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap anggota KPU
Kabupaten/Kota yang sengaja tidak memberikan salinan daftar pemilih tetap
kepada Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 208
ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah)”.
 Pasal 544 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap orang yang dengan
sengaja melakukan perbuatan melawan hukum memalsukan data dan daftar
pemilih, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.
 •
 Pasal545 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap anggota KPU,
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang
dengan sengaja menambah atau mengurangi daftar pemilih dalam
Pemilu setelah ditetapkannya Daftar Pemilih Tetap, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).”
 Proses Penanganan: laporan/temuan dugaan pelanggaran
disampaikan paling lambat 7 hari sejak diketahui, penanganan
Pelanggaran dilakukan 7 + 7 hari, proses Penyidikan dan
pelimpahan berkas ke Pengadilan Negeri 28 hari, pemeriksaan
Pengadilan Negeri 7 hari, banding 13 hari.
Pelanggaran Kode Etik

 Kerawanan: kerawanan pada seluruh tahapan Pemutakhiran Data dan


Penyusunan Daftar Pemilih dalam pemilihan umum.
 Proses Penanganan: laporan/temuan dugaan pelanggaran disampaikan
paling lambat 7 hari sejak diketahui; penanganan Pelanggaran dilakukan
7 + 7 hari, dan proses Pemeriksaan DKPP didasarkan atas kebutuhan
Pemeriksaan.
 Potensi Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu: integritas,
profesionalime, dan kemandirian.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai