Anda di halaman 1dari 22

TINDAK PIDANA PEMILIHAN

GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA


Oleh : Supriyadi

Program Studi S1 Ilmu Hukum


Fakultas Hukum UGM
2015

MATERI KULIAH
Pengantar :
* Tindak Pidana Pemilu.
* Tindak Pidana di Bidang Pemilu.
Hukum Materiil Tindak Pidana Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota :
* Ruang Lingkup Tindak Pidana Pemilihan.
* Pertanggungjawaban Pidana.
* Sanksi Pidana.
Hukum Acara Tindak Pidana Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota.
Ketentuan Khusus Dalam Tindak Pidana
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota.

BAHAN BACAAN
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP).
Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP).
UU No. 1 Tahun 2015 jo. PERPPU No. 1
Tahun 2014 (UU Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota).

PENGANTAR (1)
Tindak Pidana Pemilu :

Tindak pidana pemilu merupakan tindak


pidana yang hanya diatur dan dirumuskan di
dalam UU Pemilu.
UU Pemilu :
* UU No. 8/2012 tentang Pemilu Anggota DPR,
DPD dan DPRD.
* UU No. 42/2008 tentang Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden.
* UU No. 1/2015 jo. PERPPU No. 1/2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota.

PENGANTAR (2)
Ruang Lingkup Tindak Pidana Pemilu :
* Tindak Pidana Pemilu Anggota DPR, DPD,
DPRD.
* Tindak Pidana Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden.
* Tindak Pidana Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Walikota atau disebut dengan istilah
TINDAK PIDANA PEMILIHAN.

PENGANTAR (3)
Tindak Pidana di Bidang Pemilu :
Tindak

Pidana di Bidang Pemilu adalah


tindak pidana yang tidak hanya diatur di
dalam UU Pemilu, namun juga mencakup
tindak pidana yang diatur dalam UU pidana
lain di luar UU Pemilu yang dilakukan/terjadi
dalam tahapan penyelenggaraan Pemilu.
UU Pidana Lain di Luar UU Pemilu :
* Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
* UU Darurat No. 12/1951.
* UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001.
* UU No. 23/2002 jo. UU No. 35/2014.
* UU No. 22/2009.

RUANG LINGKUP
TINDAK PIDANA PEMILIHAN (1)
Pelanggaran

Pemilihan

meliputi
:
Pelanggaran
Kode
Etik
Penyelenggara
Pemilihan, Pelanggaran Administrasi, Sengketa
Pemilihan, Tindak Pidana Pemilihan, Sengketa
TUN, dan Perselisihan Hasil Pemilihan.
Tindak Pidana Pemilihan adalah tindak
pidana pelanggaran atau kejahatan terhadap
ketentuan
Pemilihan
sebagaimana
diatur
dalam UU No. 1/2015 jo PERPPU No. 1/2014
(Bab XXIV Ketentuan Pidana atau Pasal 177198).
CATATAN : tidak ada kejelasan tentang Tindak
Pidana Pemilihan manakah yang merupakan
pelanggaran atau kejahatan.

RUANG LINGKUP
TINDAK PIDANA PEMILIHAN (2)
Tindak Pidana Pemilihan :

Memberikan keterangan tidak benar yang


diperlukan untuk pengisian daftar pemilih.
Menyebabkan orang lain kehilangan hak
pilihnya.
Melakukan kampanye di luar jadwal.
Melanggar ketentuan larangan pelaksanaan
kampanye.
Memberi atau menerima dana kampanye
melebihi batas yang ditentukan.
Catatan : tidak ditemukan pengaturan dan
perumusan tindak pidana politik uang atau
money politics.

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
TINDAK PIDANA PEMILIHAN (1)
Subyek Hukum :
Orang : natural person, bukan judicial person.
Subyek Hukum Khusus :
1. KPU Provinsi/Kabupaten/Kota, PPS, PPK, dan
Panwas Kecamatan.
2. Pejabat Negara.
3. ASN, TNI, POLRI.
4. Kepala Desa/Lurah dan Perangkat Desa.
5. Calon Gubernur/Bupati/Walikota.
8. Pimpinan/Gabungan Pimpinan Parpol.

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
TINDAK PIDANA PEMILIHAN (2)
Prinsip Pertanggungjawaban Pidana :

Pertanggungjawaban
pidana
dalam
Tindak
Pidana Pemilihan berdasarkan atas kesalahan
(Asas Kesalahan/ Asas Culpabilitas/Asas Tiada
Pidana Tanpa Kesalahan/Liability Based on
Fault).
Catatan : Asas tersebut didasarkan pada
perumusan Tindak Pidana Pemilihan yang
hampir
semuanya
mencantumkan
unsur
dengan sengaja.
Pertanggungjawaban
pidana
dalam
Tindak
Pidana Pemilihan bersifat pribadi atau individual
(Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP).

SANKSI PIDANA

TINDAK PIDANA PEMILIHAN


Jenis Sanksi Pidana :
1. Pidana Penjara.
2. Pidana Denda.

Berat - Ringannya Sanksi Pidana :


1. Pidana Penjara
: 15 hari 72 bulan.
2. Pidana Denda : Rp. 100 ribu Rp. 100
Miliar.
Catatan : sistem pemidanaan dalam Tindak
Pidana Pemilihan menggunakan single track
system.

HUKUM ACARA

TINDAK PIDANA PEMILIHAN (1)


Hukum
Acara
Tindak
Pidana
Pemilihan
menggunakan UU No. 8 Tahun 1981 (KUHAP),
kecuali ditentukan lain dalam UU No. 1/2015 jo.
PERPPU No. 1/2014.
Hukum Acara Tindak Pidana Pemilihan meliputi
tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan sidang, pelaksanaan putusan.

Penyelidikan :
1.
2.
3.
4.

Laporan Pelanggaran Pemilihan.


Pengkajian Kebenaran Laporan.
Tindak Lanjut Laporan.
Tindak Pidana Pemilihan diteruskan ke POLRI.

HUKUM ACARA

TINDAK PIDANA PEMILIHAN (2)


Penyidikan :

Dilakukan oleh Penyidik POLRI.


Penyampaian hasil penyidikan dan berkas
perkara ke JPU paling lama 14 hari sejak
laporan diterima.

Penuntutan :

Prapenuntutan
dilakukan
dalam
waktu
paling lama 6 hari (3 hari bagi JPU untuk
mengembalikan berkas dan 3 hari bagi
Penyidik untuk melengkapi berkas).
Penuntutan dilakukan dalam waktu paling
lama 5 hari sejak menerima berkas perkara.

HUKUM ACARA

TINDAK PIDANA PEMILIHAN (3)


Pemeriksaan Sidang :
Pemeriksaan
perkara
Tindak
Pidana
Pemilihan dilakukan oleh Pengadilan Negeri.
Pemeriksaan sidang perkara Tindak Pidana
Pemilihan dilakukan oleh Majelis Khusus.
Putusan
dijatuhkan
Pengadilan
Negeri
paling lama 7 hari setelah pelimpahan
perkara.

HUKUM ACARA

TINDAK PIDANA PEMILIHAN (4)


Upaya Hukum :

Permohonan banding diajukan paling lama 3


hari setelah putusan dibacakan.
Permohonan
banding
dilimpahkan
oleh
Pengadilan Negeri ke Pengadilan Tinggi
paling lama 3 hari setelah permohonan
banding diterima.
Putusan banding dijatuhkan paling lama 7
hari setelah permohonan banding diterima.
Putusan
banding
merupakan
putusan
terakhir dan mengikat serta tidak dapat
dilakukan upaya hukum lain.

HUKUM ACARA

TINDAK PIDANA PEMILIHAN (5)


Pelaksanaan Putusan :

Putusan harus sudah disampaikan ke JPU


paling lambat 3 hari setelah putusan
dibacakan.
Putusan harus sudah dilaksanakan paling
lambat 3 hari setelah putusan diterima JPU.
Putusan yang dapat mempengaruhi perolehan
suara peserta Pemilihan harus sudah selesai
paling lama 5 hari sebelum KPU menetapkan
hasil Pemilu secara nasional.
KPU
Provinsi/Kabupaten/Kota
wajib
menindaklanjuti putusan pengadilan.

HUKUM ACARA

TINDAK PIDANA PEMILIHAN (6)


Majelis Khusus Tindak Pidana Pemilihan :

Majelis khusus terdiri dari hakim khusus.


Hakim khusus adalah hakim karir pada PN
dan PT yang ditetapkan secara khusus untuk
mengadili perkara Tindak Pidana Pemilihan.
Hakim khusus ditetapkan dengan Keputusan
Ketua MA.
Syarat Hakim Khusus : (1) bertugas sebagai
hakim minimal 3 tahun; (2) menguasai
pengetahuan
tentang
Pemilihan;
(3)
dibebaskan dari tugasnya untuk mengadili
perkara lain.
Ketentuan lebih lanjut tentang Hakim Khusus
diatur dengan Peraturan MA.

HUKUM ACARA

TINDAK PIDANA PEMILIHAN (7)


MA pernah menerbitkan PERMA No. 03 Tahun
2008 tentang Penunjukan Hakim Khusus
Perkara Pidana Pemilu (24-09-2008).
MA
memberi
wewenang
kepada
Ketua
Pengadilan Tinggi untuk menunjuk Hakim
Khusus.
Pengadilan Negeri : minimal 4 hakim khusus.
Pengadilan Tinggi : minimal 6 hakim khusus.
Tidak ada jangka waktu masa jabatan Hakim
Khusus.
CATATAN
:
PERMA
di
atas
untuk
menindaklanjuti UU Pemilu Legislatif.

HUKUM ACARA

TINDAK PIDANA PEMILIHAN (8)


Sentra Penegakan Hukum Terpadu :
Tujuan : menyamakan pemahaman dan
pola
penanganan
tindak
pidana
pemilihan
antara
Bawaslu
Provinsi,
Panwas Kabupaten/Kota, POLDA/POLRES,
Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri.
Ketentuan
lebih
lanjut
diatur
berdasarkan
Kesepakatan
Bersama
antara Kapolri, Jaksa Agung dan Ketua
Bawaslu.

KETENTUAN KHUSUS

TINDAK PIDANA PEMILIHAN (1)


Hukum Pidana Materiil (KUHP) :
Subyek Tindak Pidana : pengaturan dan
perumusan subyek hukum khusus.
Sistem Pemidanaan :
1. Kumulasi (dan).
2. Kumulasi-Alternatif (dan/atau).
3.
Indeterminate
Sentence
(Minimum
Khusus).

KETENTUAN KHUSUS

TINDAK PIDANA PEMILIHAN (2)

Hukum Acara Pidana (KUHAP) :


Adanya
jangka
waktu
:
penyidikan,
prapenuntutan, penuntutan, pemeriksaan
sidang, dan pelaksanaan putusan.
Pemeriksaan
Sidang
dilakukan
oleh
Majelis Khusus Tindak Pidana Pemilihan.
Ketentuan
Khusus
menyangkut
Upaya
Hukum Banding.

SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai