PUTUSAN
PENYELESAIAN
SENGKETA PROSES
PEMILU
Oleh : Septia Maulid Br Regar
DASAR HUKUM :
01
Peraturan Bawaslu No. 18 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu jo. 18 Tahun 2018 jo. 27
Tahun 2018 jo. 5 Tahun 2019
02
Apa yang dimaksud SENGKETA PROSES?
Adalah sengketa proses Pemilu dalam ketentuan Bab II Pasal 466 Undang-
Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan Pasal 3 PerBawaslu No.
18 Tahun 2017
Meliputi :
1. Sengketa antar peserta Pemilu
02
melalui mediasi atau musyawarah mufakat
03
TAHAPAN SIDANG ADJUDIKASI
(Pasal 33 Perbawaslu) :
Andi Hamzah
Putusan Hakim adalah hasil atau kesimpulan dari suatu perkara yang telah dipertimbangkan dengan masak-masak yang
dapat berbentuk tertulis maupun lisan.
Abdul Manan
Putusan adalah kesimpulan akhir yang diambil oleh Majelis Hakim yang diberi wewenang untuk itu dalam menyelesaikan
atau mengakhiri suatu sengketa antara pihak-pihak yang berperkara dan diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum
(Penerapan hukum acara perdata dilingkungan Peradilan Agama : 2016).
RASA KEADILAN
“
adalah Putusan yang mampu mengharmonikan tiga dimensi yaitu keadilan
(gerechigheid), kepastian hukum (rechtsecherheit) dan kemanfaatan
“
(zwachmatigheid) walaupun dalam praktik hal tersebut tidak mudah untuk
dilakukan akan tetapi Hakim yang baik akan berusaha maksimal kearah
harmoni ketiga dimensi tersebut.
MACAM PUTUSAN
Putusan Sela
Putusan yang diambil Hakim
Putusan Akhir ketika sedang dalam proses..
Putusan yang mengakhiri suatu
perkara. Bersifat
penghukuman (condemnatoir),
bersifat menciptakan keadaan
hukum baru (constitutif) dan
bersifat menerangkan atau
menyatakan (declaratoir).
Sudikno Mertokusumo
Hakim selayaknya menguasai kemampuan
menyelesaikan perkara yuridis :
• Merumuskan masalah hukum (legal problem identification);
• Memecahkannya (legal problem solving);
• Mengambil keputusan (decision making).
Setidaknya Langkah-Langkah yang
perlu dilaksanakan :
Mengidentifikasi
fakta-fakta
1 6 Menetapkan pilihan sebagai
putusan akhir
FORMAT PUTUSAN
SISTIMATIKA PUTUSAN
Formulir Model PSPP 22
1. Kepala Putusan.
Lambang Garuda
II.
o Membatalkan Keputusan KPU, KPU Provinsi, KPU Kab/Kota Nomor… Tentang…;
atau
o Memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi, KPU Kab/Kota untuk melakukan…..
(sesuai hasil pleno)
III. Memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi, KPU Kab/Kota untuk melaksanakan
Putusan ini.
PERTIMBANGAN
HUKUM
METODE PENEMUAN HUKUM
Metode Interpretasi
1
Metode Konstruksi
2
METODE INTERPRETASI
Nama Interpretasi Keterangan
Gramatical (obyektif) Penafsiran menurut bahasa, antara lain dengan melihat definisi leksikalnya.
Penafsiran menurut batasan yang dicantumkan dalam peraturan itu sendiri, yang
biasanya diletakkan dalam bagian penjelasan (memorie van toelichting), rumusan
ketentuan umumnya, maupun dalam salah satu rumusan pasal lainnya.
Teleologis (Sosiologis) Contoh: Pasal 534 KUHP tentang tindakan merpertunjukkan alat mencegah
kehamilan mengalami dekriminalisasi demi tujuan sosiologis (Sejalan dengan
program Keluarga Brencana).
Penafsiran dengan menyimak latar belakang sejarah hokum atau sejarah perumusan
Historis (Subjektif)
suatu ketentuan tertentu (sejarah undang-undang)
Penafsiran dengan cara memperbandingkan peraturan pada suatu sistem hukum
dengan peraturan yang ada pada sistem hukum
Komparatif Lainnya Contoh: syarat-syarat “gugatan kelompok” dalam pasal 46 UU Perlindungan
konsumen ditafsirkan dengan memperbandingkannya dengan syarat-syarat class
action menurut Pasal 23 US Federal Rule Of Civil Procedure.
Metode interpretasi (continue…)
Ekstensif Contoh: istilah “tetangga” dalam Pasal 666 KUH Perdata ditafsirkan tidak harus si
pemilik, tetapi juga mereka yang berstatus penyewa dari rumah di sebelah tempat
tinggal seseorang.
METODE KONSTRUKSI (EKSPOSISI)
Nama Konstruksi Keterangan
Pengkonstruksian dengan cara mengabstraksikan prinsip suatu ketentuan untuk
kemudian prinsip itu diterapkan dengan “seolah-olah” memperluas keberlakuannya
pada suatu peristiwa konkret yang belum ada pengaturannya.
Argumentum per
Contoh: Pasal 1576 KUH Perdata menyatakan jual belitidak memutuskan hubungan
analogiam
sewa menyewa. Bagaimana dengan hibah? Apakah hibah juga memutuskan
hubungan sewa menyewa. Mengingat tidak ada aturan tentang hibah ini, maka Pasal
1576 KUH Perdata ini dikonstruksikan secara analogi, sehingga berlaku ketentuan
penghibahan pun tidak memutuskan hubungan sewa menyewa
• Metode konstruksi (continue…)
Contoh: ada ketentuan larangan berjalan diatas rumput. Bagaimana jika pelakunya
Argumentum A Fortiori
tidak berjalan, melainkan berguling diatas rumput? Mengingat berguling diatas
rumput tidak diatur, maka dikonstruksikan secara a fortiori , bahwa “jangankan
bergulingan (dengan akibat yang lebih buruk), berjalan saja (dengan akibat yang
lebih ringan), dilarang. Artinya jika berjalan dilarang, maka bergulingan pun
seharusnya juga dilarang.
PENERAPAN PREFERENSI HUKUM