Anda di halaman 1dari 16

PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Dasar Hukum
 Pasal 18 ayat (4) UUD 1945, yang berbunyi“Gubernur,
Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota
dipilih secara demokratis”
 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
 Perpu No. 3 tahun 2005 tentang Perubahan Atas UU
No. 32 tahun 2004
 UU No. 8 tahun 2005 tentang Penetapan Perpu No.3
tahun 2005
 UU No. 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
UU No. 32 tahun 2204
 Dipilih secara demokratis bisa berarti 2 :
a. Dipilih langsung
b. Dipilih tidak langsung/melalui perwakilan.

UU No. 32 tahun 2004 pasal 56-119, mengatur


tentang Pemilihan Kepala daerah dan wakil
kepala daerah, dengan cara dipilih secara
langsung.
Landasan Konstitusional Pilkada

 Pemilihan kepala daerah diatur dalam pasal tersendiri yaitu


pasal 18 ayat (4) yang berbunyi “Gubernur, Bupati, dan
Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan
provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis”.
 Dlm pasal tsb tidak disebutkan secara tegas, Gubernur, Bupati
dan Walikota dipilih scr langsung atau perwakilan.
 Frase “dipilih secara demokratis”, artinya dapat dilakukan
secara langsung atau tidak langsung
 Kemudian diatur dalam UU No. 32 tahun 2004, pilkada
dilakukan secara langsung
 Perkembangan Jenis Pemilu :
1. Putusan MK No. 072-073/PUU-II/2004, MK
menyatakan bahwa “rezim” Pemilihan Kepala
Daerah Langsung (Pilkada) menjadi bagian dari
“rezim” Pemilihan Umum (Pemilu), lalu disebut
Pemilukada.
2. UU No. 22 tahun 2007 tentang penyelenggara
pemilu, pemilihan kepala daerah berubah
menjadi bagian dari rezim pemilu, yg
diselenggarakan oleh KPU
Kewenangan MK mengadili Pilkada

3. UU No. 12 tahun 2008 tentang perubahan


kedua atas UU No. 32 tahun 2004, Pasal 236C
mengamanatkan pengalihan wewenang
menyelesaikan sengketa Pemilukada dari
MA ke MK.
Dengan demikian di Indonesia ada 3 Jenis Pemilu :
1. Pemilu Legislatif (DPR, DPD, dan DPRD)
2. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
3. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Ketidakpastian Pilkada langsung atau tidak
langsung

 Putusan MK No. 97/PUU-IX/2013, membatalkan Pasal


236 C UU no. 12 tahun 2008, yang mengatur tentang
kewenangan MK untuk mengadili sengketa pilkada.
 Isi putusan : MK tidak lagi berwenang mengadili
sengketa hasil pilkada.
 Siapakah yang berwenang mengadili sengketa hasil
pilkada saat ini ? Sementara adalah MK sampai
dengan lahir UU baru
 Muncul UU No. 22 tahun 2014 tentang Pilkada, yang
mengatur tentang Pilkada melalui DPRD
PERPPU PILKADA
 Muncul Perppu No. 1 tahun 2014 dan Perppu
no. 2 tahun 2014, yang isinya :
 1. Membatalkan UU No. 22 tahun 2014
 2. Mengatur Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung dengan 10 perbaikan.
Penetapan Perppu Pilkada
 Lahir UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan
Walikota Menjadi Undang-undang.
Perubahan UU
 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015
Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota
Menjadi Undang-undang
UU No.Metamorfosa
UU UU Pilkada
Perppu
32 /2004 No.22/2014
Tidak No.1/2014
Langsun
g

UU No. UU
Langsun
8/2015 No.1/2015
Langsun
g
g

UU No.
10 /2016 Langsun
Langsung
g Tanpa
dg Uji
Uji
Publik
Publik
Sistem Pemilihan

 Sistem Pemilihan langsung oleh rakyat


dengan sistem 2 putaran (two round system).
Peserta Pemilukada

1. Pasangan Calon yang diusung oleh partai


politik atau gabungan partai politik
2. Perorangan (independen).
Partai Politik

 Partai yang bisa mengusulkan calon adalah


partai yang memiliki kursi di DPRD sebesar
15%; atau
 Partai yang memiliki 15% suara sah dari
keseluruhan suara sah pemilu DPRD.
Calon Perseorangan
 Pasangan calon perseorangan dapat mengajukan diri
menjadi calon kepala daerah apabila didukung oleh
sejumlah orang

Contoh : Calon Gubernur.


Provinsi dengan jml penduduk 2.000.000-6.000.000
jiwa harus didukung sekurang2nya 5%
Dukungan tersebut tersebar di lebih dari 50% jumlah
kabupaten/kota di provinsi tersebut
Dukungan juga di lebih dari 50% jumlah kecamatan di
kabupaten/kota tsb.
Calon terpilih

 Calon terpilih apabila mencapai suara lebih


dari 50% jumlah suara sah keseluruhan; atau
 Calon terpilih apabila mencapai suara lebih
dari 30% suara
 Apabila jumlahnya sama maka dilihat tingkat
persebarannya suara diwilayah ybs
 Jika tidak ada paslon cakada yang mencapai
suara 50% atau 30% maka pemilukada
dilanjutkan ke putaran kedua.

Anda mungkin juga menyukai