Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Real Riset

ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263


http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
PENYELESAIAN SENGKETA PEMILU DAN PEMILIHAN
DENGAN ACARA CEPAT MELALUI PENDEKATAN
LOCAL WISDOM DI ACEH

M. Yusuf Al-Qardhawy, Al Muttaqien


1, 2
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Jabal Ghafur Sigli,
E-mail: waledjamalullail80@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan agar pemerintah pusat dengan sistem ketatanegaraan saat ini yang
dijalankan oleh salah satu lembaga negara di Indonesia, yaitu Bawaslu tidak menafikan eksistensi
keistimewaan dan kekhususan suatu wilayah dalam NKRI. Pengakuan Kekhususan dan
Keistimewaan tersebut juga disebutkan secara tegas dalam UUD 1945 pada Pasal 18B ayat (1).
Terdapat 5 (lima) provinsi di Indonesia yang memiliki otonomi khusus, salah satunya adalah
Provinsi Aceh. Aceh dikenal sebagai wilayah yang memiliki banyak local wisdom, salah satu
adalah peran ulama dalam masyarakat yang diakui secara yuridis. Ulama di Aceh memiliki
kontribusi besar baik dalam proses awal islamisasi, era kerajaan (kesultanan), masa aneksasi
Belanda, zaman Jepang, Revolusi fisik maupun pasca-kemerdekaan Indonesia. Kontribusi besar
ulama Aceh tersebut menjadi Modal lahir dan tegaknya NKRI ini. Kontribusi para ulama ini diakui
di dalam 2 (dua) regulasi yuridis di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 dan
UU Nomor 11 Tahun 2006. Sebagai bagian dari NKRI, konsekuensinya adalah
implementasinormahukum dan pemerintahan di Acehbersifat sentralistik kendati sebagiannya
dapat dilaksanakan sendiri oleh Aceh secara desentralisasi. Salah satu praktek sistem
ketatanegaraan Indonesia di Aceh adalah pelaksanaan pemilu dan pemilihan (pilkada) setiap 5
(lima) tahun sekali. Pada saat tahapan pemilu dan pemilihan berlangsung, sengketa antarpeserta
dengan peserta lainnya rentan terjadi. Tidak semua anggota Bawaslu memiliki kemampuan (SDM)
untuk menyelesaikan sengketa proses tersebut. Apabila ini terjadi dan situasi di lapangan sudah
memanas, pelibatan ulama untuk menjadi mediator atau juru damai penyelesaian sengketa proses
para pihak dengan acara cepat merupakan sebuah solusi tepat dan terbaik.
Kata kunci: Pemilu, Pemilihan, Acara Cepat, Local Wisdom.

PENDAHULUAN kemerdekaan ditunjuk langsung oleh


Pemilu di Indonesia sudah presiden.
dilaksanakan sebanyak 12 kali sejak tahun Pemilu 2024 akan berbeda dengan
1955 hingga 2019, namun jika tidak ada pesta demokrasi yang pernah digelar di
kendala tertentu, pemilu ke-13 akan Republik ini sebelumnya, pasalnya ke depan
dilaksanakan pada tahun 2024. Berbeda akan digelar serentak dengan pileg-pilpres
dengan pemilihan (pilkada), pelaksanaan dan pilkada atau pemilihan kepala daerah
sistem one person one vote ini baru digelar kendati proses pencoblosan bukan pada
pertama kali secara langsung sejak tahun waktu bersamaan. Jika tidak berubah, pileg
2005. Sebelumnya pemilihan kepala daerah dan pilpres akan digelar pada 28 Februari
dilakukan oleh anggota legislatif, bahkan 2024, sementara pilkada serentak pada 27
jauh hari sebelumnya terutama pada awal November 2024. Di sisi lain Rahmad Bagja,

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 99


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
Koordinator Divisi Penyelesaian Sengketa (objektum litis) yang terjadi pada tahapan
Bawaslu RI menyampaikan, pemilu bukan pemilu atau pemilihan, baik sesama peserta
dilaksanakan pada tanggal dan bulan Pemilu maupun dengan pihak Penyelenggara
tersebut, tetapi pada bulan April 2024, (KPU/KIP) terjadi karena dua faktor.
sementara untuk pilkada tidak berubah. Pertama, hak peserta Pemilu yang dirugikan
Berdasarkan pengalaman sebelumnya secara langsung oleh tindakan peserta Pemilu
bahwa setiap pemilu atau pemilihan sulit lain. Kedua, hak peserta Pemilu yang
dihindari yang namanya sengketa proses baik dirugikan secara langsung oleh tindakan
yang terjadi antarpeserta Pemilu maupun KPU, KPU Provinsi, atau KPU
peserta Pemilu dengan penyelenggara Kabupaten/Kota, sebagai akibat
terutama dengan pihak KPU (Komisi dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan
Pemilihan Umum). Sengketa menurut John KPU Provinsi, atau keputusan KPU
G. Merril terjadi akibat kesalahan dalam Kabupaten/Kota. Selanjutnya ditegaskan,
memahami suatu keadaan atau objek yang keputusan Penyelenggara Pemilu (KPU/KIP)
diikuti oleh klaim satu pihak dan ditolak oleh pada semua tingkatan yang merugikan
pihak lain. Apabila hal ini terjadi, maka pihak peserta Pemilu disebabkan karena mereka
yang diberikan otoritas oleh negara untuk mengeluarkan surat keputusan dan/atau
menyelesaikan sengketa proses tersebut berita acara. Sedangkan dalam Perbawaslu
adalah Pengawas Pemilu. Salah satu tugas No. 2 Tahun 2020 tentang Tata Cara
dan wewenang Pengawas Pemilu Penyelesaian Sengketa PemilihanGubernur
sebagaimana diamanatkan dalam Undang- dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota
Pemilihan Umum adalah melakukan mediasi (Perbawaslu Pilkada), selain faktor di atas,
antarpihak yang bersengketa. sengketa proses pemilihan terjadi akibat
Lebih lanjut ditegaskan bahwa tindakan peserta Pemilihan yang
Pengawas Pemilu melakukan penyelesaian menyebabkan hak peserta Pemilihan lainnya
sengketa proses pemilu melalui beberapa dirugikan secara langsung.
tahapan, salah satunya adalah Terkait hak peserta Pemilu atau
“mempertemukan pihak yang bersengketa Pemilihan yang dirugikan secara langsung
untukmencapai kesepakatan melalui mediasi oleh tindakan peserta Pemilu lainnya tidak
atau musyawarahdan mufakat.” jarang terjadi pada semua tahapan, apalagi
Penyelesaian sengketa tersebut merupakan pada saat masa tahapan kampanye. Bagi
kewenangan Pengawas Pemilu selama tidak peserta Pemilu yang merasa dirugikan dapat
termasuk dalam domain pelanggaran tindak menggugat atau menyengketakannya melalui
pidana pemilu. Bawaslu/Panwaslih sebagai dominus litis
Kemudian pada Pasal 62 ayat (1) pada semua tingkatan. Mekanisme
Perbawaslu Nomor 2 Tahun 2020 tentang penyelesaian sengketa proses Pemilu yang
Penyelesaian Sengketa Pemilihan terjadi antarpeserta Pemilu dilakukan dengan
menyebutkan, “Penyelesaian sengketa cara 4 (empat) cara sebagai berikut:
Pemilihan antarpeserta Pemilihan a. Menerima Permohonan penyelesaian
dilaksanakan melalui musyawarah dengan sengketa proses Pemilu;
acara cepat terhadap peristiwa yang terjadi b. Melakukan verifikasi formal dan
pada tahapan penyelenggaraan Pemilihan verifikasi materiil Permohonan
dan mengakibatkan hak peserta Pemilihan penyelesaian sengketa proses Pemilu;
dirugikan secara langsung oleh peserta c. Melakukan Mediasi terhadap para pihak
Pemilihan lainnya.” Sengketa proses yang bersengketa; dan

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 100


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
d. Memutus penyelesaian sengketa proses delicti) dan di tempat kejadian (locus delicti).
Pemilu apabila tidak tercapai mufakat di Pengawas Pemilu di tingkat kecamatan
antara para pihak yang bersengketa. (Panwascam) diberikan wewenang melalui
Klausul penting dalam Perbawaslu di mandat Bawaslu tingkat kabupaten/kota
atas adalah mengenai frasa “melakukan untuk menyelesaikan sengketa proses
Mediasi terhadap para pihak yang antarpeserta dengan cara “mempertemukan
bersengketa”. Kemudian frasa yang juga pemohon dan termohon yang bersengketa
penting disebutkan dalam Pasal 6A ayat (1) untuk musyawarah”.
Perbawaslu Nomor 5 Tahun 2019 tentang Kasus yang sering terjadi di lapangan
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses pada masa tahapan pemilu atau pemilihan
Pemilihan Umum yaitu “Penyelesaian biasanya masalah pemasangan APK,
sengketa proses Pemilu antarPeserta dapat menggunakan atribut partai atau calon yang
dilakukan dengan acara cepat.” Hal menarik diusung di lokasi TPS, lokasi kampanye yang
dalam Perbawaslu Pemilu yang tidak sudah digunakan oleh peserta yang lain, atau
disebutkan pada Perbawaslu Pemilihan masyarakat setempat tidak setuju lokasi
adalah mengenai penyelesaian sengketa kampanye digunakan oleh peserta pemilu
dengan acara cepat dapat disampaikan secara atau pemilihan lainnya, dan lain-lain. Apabila
lisan atau tertulis kepada Pengawas Pemilu hal ini terjadi, maka akan memunculkan
termasuk ke Panwascam (Panwaslu sengketa antarpeserta, bahkan bisa menjadi
Kecamatan) di tempat kejadian (locus fatal apabila tidak segera diselesaikan. Di
delicti). Frasa yang tidak berbeda juga diatur daerah tertentu terutama di Aceh, suatu
dalam Perbawaslu No. 2 Tahun 2020 yaitu konflik atau sengketa dalam masyarakat akan
“Penyelesaian sengketa Pemilihan segera dapat diselesaikan denga baik apabila
antarpeserta Pemilihan dilaksanakan melalui melibatkan tokoh-tokoh adat, seperti tokoh
musyawarah dengan acara cepat terhadap agama (ulama/teungku) untuk
peristiwa yang terjadi pada tahapan menyelesaikan persoalan yang terjadi.
penyelenggaraan Pemilihan dan Semua daerah memiliki local wisdom yang
mengakibatkan hak peserta Pemilihan berbeda satu dengan lainnya, di Aceh
dirugikan secara langsung oleh peserta misalnya, ulama memiliki peran dan fungsi
Pemilihan lainnya.” Selanjutnya ditegaskan, sentral dalam masyarakat untuk
“Penyelesaian sengketa Pemilihan menyelesaikan permasalahan yang mereka
antarpeserta Pemilihan sebagaimana hadapi.
dimaksud pada ayat (1) diselesaikan dan
diputus di tempat peristiwa pada hari yang Rumusan Masalah
sama.” 1. Apa dasar hukum yang digunakan dalam
Salah satu tahapan mekanisme menyelesaikan sengketa pemilu dan
penyelesaian sengketa proses adalah pemilihan dengan acara cepat melalui
melakukan mediasi antarpihak yang pendekatan local wisdom di Aceh?
dilakukan dengan acara cepat khusus untuk 2. Bagaimanakah proses penyelesaian
sengketa antarpeserta Pemilu dan Pemilihan. sengketa pemilu dan pemilihan dengan
Durasi waktu yang dibutuhkan untuk acara cepat melalui pendekatan local
menyelesaikan sengketa tersebut paling lama wisdom di Aceh?
3 (tiga) hari terhitung sejak permohonan
diajukan ke Pengawas Pemilu, namun Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian
apabila tidak ada kondisi emergensi, harus
hukum normatif. Metode penelitian hukum
dituntaskan pada hari kejadian (tempus

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 101


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
normatif diartikan sebagai “sebuah metode undang.” Hal ini menunjukkan bahwa
penelitian atas aturan-aturan perundangan Indonesia adalah negara yang mengakui
baik ditinjau dari sudut hirarki peraturan kearifan lokal (local wisdom) yang dianut
perundang-undangan (vertikal), maupun dan dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Saat
hubungan harmoni perundang-undangan ini terdapat 34 provinsi di Indonesia, salah
(horizontal)”. Metode yang digunakan untuk satunya adalah Aceh. Setiap provinsi
penelitian ini adalah pendekan yuridis memiliki budaya, bahasa, agama, bahkan
normatif, yaitu “suatu pendekatan yang volkgeist yang tidak seragam. Dari 34
mengacu pada hukum dan peraturan provinsi tersebut terdapat lima daerah yang
perundang-undangan yang berlaku”. Data memiliki kekhususan dan keistimewaan,
yang digunakan adalah data sekunder, yaitu meliputi DKI Jakarta, D.I Yogyakarta,
data yang berasal dari bahan pustaka. Papua, Papua Barat, dan terakhir Aceh.
Adapun metode pengumpulan datanya Kelima provinsi ini kendati diakui sebagai
adalah melalui studi kepustakaan, yaitu daerah yang memiliki otonomi tersendiri,
meneliti dan menggali bahan-bahan hukum namun berbeda dengan Aceh yang memiliki
atau data-data tertulis berupa kitab-kitab Keistimewaan dan sekaligus Kekhususan.
perundang-undangan, buku-buku, jurnal, Keistimewaan Aceh diatur melalui Undang-
majalah, surat kabar, pendapat ahli, dan Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang
bahan hukum lainnya yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Keistimewaan Aceh,
permasalahan yang diteliti. Bahan-bahan sedangkan Kekhususan Aceh diatur melalui
hukum tersebut diinventarisasi, diklasifikasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
dan dianalisis dengan metode preskriptif tentang Pemerintahan Aceh. Di dalam kedua
untuk mendapat solusi yang tepat dan ideal. regulasi yuridis tersebut secara jelas dan
tegas dinyatakan dalam Konsiderannya
HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa kemampuan rakyat Aceh mengusir
Dasar Hukum Penyelesaian Sengketa penjajahan Belanda merupakan manifestasi
Pemilu dan Pemilihan dengan Acara dari kehidupan yang relijius, adat yang
Cepat melalui Pendekatan Local Wisdom kokoh, dan budaya yang kuat serta
di Aceh konstribusi para ulama.
Falsafah bangsa Indonesia yang Kemudian ditegaskan bahwa salah satu
menjadi postulat dan grundnorm tertinggi karakter khas yang melekat pada diri orang
adalah Pancasila. Pada Sila Keempat Aceh adalah “memiliki ketahanan dan daya
ditegaskan, “Kerakyatan yang dipimpin oleh juang tinggi. Ketahanan dan daya juang
hikmat kebijaksanaan dalam tinggi tersebutbersumber dari pandangan
permusyawaratan/perwakilan”. Grundnorm hidup yang berlandaskan syariat Islam yang
ini merupakan salah satu bentuk volkgeist melahirkan budaya Islam yang kuat,sehingga
(jiwa bangsa) yang melekat pada jati diri Aceh menjadi daerah modal bagi
bangsa yang tidak bisan dinafikan perjuangandalam merebut dan
eksistensinya. Musyawarah dalam negara mempertahankan kemerdekaan Indonesia
hukum Pancasila tidak lain tujuannya adalah ini.”
“suatu hikmah dan sekaligus kebijaksanaan”. Ulama Aceh terlibat langsung dalam
Pasal 18B ayat (1) UUD 1945 pengusiran penjajahan sejak awal Belanda
menyebutkan, “Negara mengakui dan menjajah Aceh pada 5 April 1873 yang
menghormati satuan-satuan pemerintahan dipimpin oleh Mayor Jenderal Johan Harmen
daerah yang bersifat khusus atau bersifat Rudolf Kohler. Panglima perang Belanda itu
istimewa yang diatur dengan undang- pun tewas dalam pertempuran dengan pihak

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 102


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
ulama yang dibantu santrinya di depan Dayah Teungku Lamkrak (Aceh Besar), dan
Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. beberapa pondok pesantren lainnya. Hasil
Setelah pimpinan dan ratusan opsir Belanda musyawarah para ulama se-Aceh yang
mati bersimbah darah, semua pasukan direstui oleh elit-elit dari Kesultanan Aceh
Belanda yang hampir mencapai 5 ribu termasuk Sultan sendiri menunjukkan
personil melarikan diri kembali ke Teungku Chik Di Tiro sebagai pemimpin
markasnya di Batavia (Jakarta). Pada agresi besar untuk memimpin perang dengan pihak
ini, beberapa ulama besar ikut syahid menjadi Belanda. Pada saat Teungku Chik Di Tiro
syuhada diterjang peluru kompeni Belanda, dipilih sebagai panglima perang Kesultanan
antara lain: Teungku Imuem Lam Krak, Aceh, pasukan Belanda kocar-kacir, bahkan
Teungku Ahmad Aneuk Glee, Teungku 12 tahun lamanya mereka bersembunyi di
Aneuk Glee Tarot, dan beberapa lainnya. bawah lobang-lobang atau Kamp
Ulama terkenal pada masa itu yang Konsentrasi (Geconcenteerde Linie) yang
berasal dari Aceh Utara (Pasai) memimpin mereka gali sendiri.
perlawanan dengan Belanda adalah Teungku Perlawanan kaum ulama terhadap
Said Abdurrahman Asseqaf atau yang lebih penjajah Belanda terjadi di seluruh Aceh,
popular dengan nama Habib Teupin Wan, bahkan pondok pesantren yang dulunya
seorang pimpinan dayah (pondok Pesantren) dijadikan tempat pengajian untuk para
di Teupin Gapeuh yang merupakan mantan santriya berubah menjadi markas konsentrasi
santri pendidikan Islam Teungku Chiek Di dan pelatihan militer untuk menghadapi
Anjong Kutaraja (Banda Aceh). Ia pasukan Belanda, di antaranya Pondok
memimpin pasukannya yang terdiri dari Pesantren Pante Geulima Meureudu (Pijay
santri masyarakat berangkat ke Kutaraja Jaya) yang dipimpin oleh Teungku H. Syaikh
Ismail bin Yacob.
(Banda Aceh) yang berjarak sekitar 280 km
Ulama Aceh yang berjuang secara
untuk melawan Belanda.
langsung mengusir penjajahan Belanda tidak
Beberapa bulan kemudian, tepatnya 9
terhitung jumlahnya. Mereka dengan para
Desember 1873, Belanda kembali mengirim santrinya aktif melawan tentara Belanda yang
ekspedisi militernya untuk menguasai Aceh. telah menjajah negeri Aceh. Tidak ada Bumi
Pasukan Belanda pada agresi ini dipimpin Aceh yang vakum melawan Belanda, mulai
oleh Jenderal Johanes van Swieten. Pada dari Aceh Tamiang sampai ke Singkil. Nama-
ekspedisi ini pasukan Belanda dikerahkan nama lain ulama Aceh yang ikut berjuang di
lebih 8 ribu opsir yang didaratkan di beberapa medan jihad mengusir kolonialis Belanda
titik. Tidak bisa dinafikan, lagi-lagi ulama di terdapat nama Teungku Abdul Wahab
garda terdepan memimpin perlawanan, salah Tanoeh Abee (Aceh Besar) dan Teungku
satunya adalah Habib Abdullah alias Chik Kuta Karang atau nama aslinya Syaikh
Teungku Di Cantek, seorang pimpinan Abbas (Aceh Besar), Teungku Maat Tiro dan
pondok pesantren di VII Mukim Baet, Aceh Teungku Abdul Wahab Gigieng alias Habib
Besar. Gigieng (Pidie), Teungku Muhammad alias
Tidak lama kemudian, muncul sosok Teungku Chik Pante Kulu (Pidie Jaya),
ulama besar yang baru saja pulang dari Teungku Muhammad Khatib alias Teungku
menuntut ilmu di Arab Saudi, yaitu Teungku Di Mata Ie (Aceh Timur), Teungku Said
Chik Di Tiro. Ulama berpengaruh ini Abdurrahman Terbangan dan Habib Mustafa
memiliki nama asli Teungku Muhammad Tapaktuan (Aceh Selatan), Teungku Haji
Yahya Peukan Manggeng dan Teungku Said
Saman merupakan alumni Dayah Cut Tiro.
Rajab (Ace Barat Daya), Teungku Said Ali
Selain itu beliau juga pernah menuntut ilmu
dan Teungku Said Abdurrani alias Teungku
di Dayah Teungku Di Yan Ie Leube (Pidie),

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 103


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
Putik (Naganraya), Teungku Bujang muncul di Kota Medan (Sumatera Utara)
Kebayakan dan Teungku Mustafa alias pada 9 Oktober 1945, ulama Aceh tidak
Teungku Tapa Delung Tue (Aceh Tengah- tinggal diam merespons kondisi yang ada.
Bener Meriah), Datok Seuree dan Pang Gure Mereka mengadakan Rapat Akbar Ulama se-
Leman (Aceh Tenggara), Teungku Datuk Aceh pada 17 November 1945 di Mesjid
Tapa Sinabang dan Teungku Datuk Raya Baiturrahman Banda Aceh membahas
Muhammad Zein (Simeulue), Habib Jurong cara mengusir penjajahan Belanda yang
Samalanga dan Teungku Di Lueng Kebeu berada di Kota Medan. Hasil pertemuan
(Bireuen), Teungku Haji Adib Matangkuli tersebut sepakat membentuk Laskar
dan Teungku Chik Di Tunong (Aceh Utara),
Mujahidin dari Aceh untuk mengejar
dan lain-lain.
Belanda di Kota Medan. Hasil pertemuan
Kontribusi besar para ulama di Aceh
tersebut juga secara konsensus sepakat
juga terlihat ketika Jepang menguasai Negeri
menunjukkan Teungku Muhammad Daud
Serambi Mekkah. Seluruh ulama Aceh
Beureueh sebagai panglima perang melawan
terlibat dalam upaya pengusiran pasukan dari
pihak Belanda.
Negeri Matahari Terbit itu. Teungku Abdul
Salah satu alasan kuat ulama Aceh
Jalil, pimpinan pondok pesantren di Aceh
terlibat dalam pengusiran tentara Belanda di
Utara merupakan salah satu dari sekian
Kota Medan adalah untuk membendung
ulama di Aceh yang secara aktif terlibat
tentara kompeni tersebut masuk ke Aceh.
pengusiran Jepang. Alumni pondok
Apabila seluruh atau sebagian besar wilayah
Pesantren Teungku Muhammad Amin
di Nusantara yang pernah dikuasai Belanda
Jumphoih, Pidie dan Dayah Krueng Kalee
sejak aneksasi pertama hingga keluar tahun
(Aceh Besar) ini bersama santrinya gigih
1942 dapat direbut kembali pada agresi
melawan tentara Jepang hingga lembaga
pasca-proklamasi kemerdekaan, sampai kini
pendidikannya dibakar, bahkan ia dan para
belum tentu NKRI akan ada. Demikian juga
santri syahid. Nama-nama ulama Aceh
pada 15 Oktober 1945, empat orang ulama
dikenal berperan besar mengusir penjajahan
kharismatik Aceh terdiri dari Teungku Hasan
Jepang terdapat nama Teungku Ibrahim
Krueng Kalee, Teungku Muhammad Daud
Peudada dan Teungku Nyak Isa (Bireuen),
Beureueh, Teungku Jakfar Sidik Lamjabat,
Teungku Abdul Jalil Hamid (Pidie Jaya),
dan Teungku Ahmad Hasballah Indrapuri
Teungku Ilyas Leubee (Aceh Tengah), dan
mengeluarkan fatwa bahwa perjuangan
lain-lain.
melawan Belanda termasuk jihad fisabilillah.
Kontribusi ulama Aceh juga terlihat
Selama masa Revolusi Soekarno dua
ketika Indonesia baru saja memproklamirkan
kali datang ke Aceh, pertama pada tahun
kemerdekaan. Belum seumur jagung
1948 dan kedua menjelang diadakannya
menikmati kemerdekaan, Belanda kembali
KMB di Den Haag Belanda tahun 1949.
masuk mengganggu kondusifitas bangsa ini
Kedatangan Soekarno tidak lain adalah untuk
dengan memboncengi NICA (Netherland
meminta bantuan moril dan sprituil rakyat
Indies Civil Administration). Belanda
Aceh melalui ulama kharismatik dan
melakukan agresi di mana-mana, para
berpengaruh, Teungku Muhammad Daud
founding fathers ditangkap, Ibukota di
Beureueh untuk mengusir Belanda. Teungku
Yogyakarta diduduki Belanda. Suasana
Muhammad Daud Beureueh dikenal sebagai
Negeri Khatulistiwa ini kembali bergejolak.
sosok yang berjasa besar berjuang dengan
Kendati Aceh tidak dimasuki tentara Belanda
gigih untuk mempertahankan NKRI di front
pasca-proklamasi, namun ulama Aceh tetap
Aceh.
sigap dan siaga. Ketika tentara Belanda sudah

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 104


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
Alasan Soekarno datang ke Aceh Daud Beureueh, tokoh DI/TII (Darul
karena satu-satunya wilayah di Indonesia Islam/Tentara Islam Indonesia) memimpin
yang belum mampu dikuasai Belanda pasca- perlawanan terhadap Republik, ulama juga
proklamasi. Melalui Teungku Muhammad berada di front terdepan menyelesaikan
Daud Beureueh, Soekarno membawa pulang konflik tersebut. Begitu juga ketika PKI
banyak logistik termasuk emas 50 kg meletus tahun 1965 di Aceh, pihak militer
ditambah uang cash mencapai dua juta tidak berani mengambil sikap sebelum keluar
ringgit Malaysia. Pada tahun 1949 rakyat fatwa ulama yang mengharamkan paham
Aceh kembali menyerahkan uang cash komunis hidup dan berkembang di Aceh.
sebanyak lima ratus ribu dollar Amerika. Ulama bagi masyarakat Aceh memiliki
Dana sebanyak itu diperuntukkkan untuk kedudukan yang dominan serta posisi yang
operasional kebutuhan militer, keperluan amat penting karena mereka sebagai
pemerintahan sipil, biaya perwakilan pemimpin informal. Peranan ulama di Aceh
pemerintahan Indonesia di Singapura, dan yang begitu besar bukan hanya pasca-
pendirian Kedubes Indonesia di India. kemerdekaan Indonesia, tetapi sejak awal
Selama mengunjungi Aceh, Soekarno kerajaan Islam di Aceh terbentuk, ulama
selalu menyampaikan ke masyarakat bahwa selalu berada di samping sultan. Orang Aceh
Aceh adalah Daerah Modal perjuangan menyebut ulama dengan teungku, merupakan
mengusir penjajahan Belanda. Keberhasilan gelar khusus untuk ulama. Syahrizal Abbas
rakyat Aceh membendung tentara Belanda mengemukakan, penyelesaian sengketa atau
menguasai Aceh di bawah komando para konflik dalam masyarakat Aceh dengan
ulama, akhirnya Aceh ditetapkan oleh melibatkan ulama akan menghasilkan
Soekarno sebagai Daerah Modal lahirnya perdamaian permanen.
NKRI. Pengembara terkenal asal Moroko Ibnu
Kesediaan pihak Belanda mau Battutah pernah mengunjungi Kerajaan
berunding dengan pihak Indonesia melalui Samudera Pasai pada tahun 1345 melihat
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den langsung bagaimana ulama menjadi bagian
Haag, Belanda tidak lain karena tak terpisahkan kerajaan di sana. Demikian
ketidakmampuan Belanda menduduki Aceh juga pada saat Sultan Iskandar Muda menjadi
selama masa Revolusi. Hal ini dapat Raja terkenal di Kesultanan Aceh, beliau
diketahui dari pertanyaan delegasi PBB memposisikan ulama begitu terhormat,
dalam forum KMB kepada perwakilan bahkan menunjuk sebagai Qadhi Malikul
Indonesia. Secara tegas dan meyakinkan Adil dan Mufti Kesultanan.
delegasi dari Indonesia menjawab bahwa Maka tidak berlebihan apabila
Aceh sampai perundingan diadakan belum Pemerintah Pusat secara tegas mengakui di
dikuasai Belanda. Kemudian PBB dalam dua regulasi yuridis, yaitu UU No. 44
menanyakan ke perwakilannya yang dikirim Tahun 1999 dan UU No. 11 Tahun 2006
ke Aceh dari unsur UNCI (United Nationals bahwa kontribusi ulama Aceh cukup besar
Commission for Indonesia). Pada dalam melahirkan dan mempertahankn
kesempatan itu pihak Inggris yang menjadi NKRI ini. Pada Konsideran huruf c UU
salah satu saksi pada proses penyerahan Nomor 44 Tahun 1999 secara tegas
meyakini bahwa Aceh (Indonesia) masih ada menyatakan bahwa ulama memiliki peran
dan belum sepenuhnya dikuasai Belanda. terhormat dalam kehidupan bermasyarakat,
Peranan ulama juga terlihat ketika berbangsa, dan bernegara di Aceh. Kemudian
konflik Aceh dengan Jakarta meletus tahun pada Pasal 3 ayat (2) UU tersebut ditegaskan
1953- 1962, ketika Teungku Muhammad bahwa salah satu penyelenggaraan

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 105


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
keistimewaan Aceh meliputi, “peran ulama Pasal 98 ayat (1) UUPA “Lembaga adat
dalam penetapan kebijakan Daerah.” Lebih berfungsi dan berperan sebagai wahana
tegas dalam Konsideran UU Nomor 44 partisipasi masyarakat dalam
Tahun 1999 dinyatakan, “kemampuan rakyat penyelenggaraan Pemerintahan Aceh dan
Aceh mengusir penjajahan Belanda pemerintahan kabupaten/kota di bidang
merupakan manifestasi dari kehidupan yang keamanan, ketenteraman, kerukunan, dan
relijius, adat yang kokoh, dan budaya yang ketertiban masyarakat.” Ayat (2)
kuat serta konstribusi para ulama” “Penyelesaian masalah sosial
Kemudian pada Pasal 138 ayat (3) UU kemasyarakatan secara adat ditempuh
No. 11 Tahun 2006 menyebutkan bahwa melalui lembaga adat.”
ulama di Aceh (MPU) adalah mitra Di dalam Qanun Aceh Nomor 9 Tahun
Pemerintah Aceh/pemerintah kabupaten/kota 2008 tentang Lembaga Adat menyebutkan,
serta DPRA dan DPRK. Pasal 1 angka 12 ada 18 (delapan belas) kasus yang dapat
Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2009 tentang diselesaikan melalui Lembaga Adat,
Majelis Permusyawaratan Ulama beberapa kasus dapat dikaitkan dengan tugas
menjelaskan, yang dimaksud ulama dalam Pengawas Pemilu, yaitu: perselisihan
regulasi di Aceh adalah “tokoh panutan antarwarga, hasut, dan ancam mengancam.
masyarakat yang memiliki integritas moral Pasal 14 ayat (2) Qanun Aceh Nomor 9
dan memahami secara mendalam ajaran Tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan
Islam dari Al-Qur’an dan Hadist serta Adat dan Adat Istiadat menyebutkan,
mengamalkannya.” Pada Pasal 4 Qanun di “Penyelesaian secara adat di Gampong
atas menjelaskan bahwa selain berfungsi dilaksanakan oleh tokoh-tokoh adat yang
“memberikan pertimbangan terhadap terdiri atas:
kebijakan daerah”, ulama (MPU) juga a. Keuchik atau nama lain;
“memberikan nasehat dan bimbingan kepada b. imeum meunasah atau nama lain;
masyarakat berdasarkan ajaran Islam”. c. tuha peut atau nama lain;
Selanjutnya pada Pasal 98 ayat (3) UU d. sekretaris gampong atau nama lain; dan
No. 11 Tahun 2006 (UUPA) mengakui e. ulama, cendekiawan dan tokoh adat
beberapa Lembaga Adat di Aceh, antara lain lainnya di gampong atau nama lain yang
Imeum Chik dan Imeum Meunasah. Kedua bersangkutan, sesuai dengan kebutuhan.
Lembaga Adat tersebut dalam masyarakat Jika dilihat beberapa regulasi yuridis
Aceh tidak dipilih selain dari unsur teungku atau norma hukum yang diakui di Indonesia,
(ulama). Beberapa kewenangan Lembaga seperti Undang-Undang Kekuasaan
Adat meliputi: (a) menjaga keamanan, Kehakiman dan Undang-Undang Arbitrase
ketentraman, kerukunan, dan ketertiban dan Alternatif Penyelesaian Sengketa secara
masyarakat; (b) membantu Pemerintah dalam jelas dan tegas mengenal dan mengakui
pelaksanaan pembangunan; (c) keterlibatan pihak mediator dalam
mengembangkan dan mendorong partisipasi menyelesaikan suatu sengketa, bahkan
masyarakat; (d) menjaga eksistensi nilai-nilai terdapat satu frasa dalam Undang-Undang
adat dan adat istiadat yang tidak bertentangan Nomor 48 Tahun 2009 yang menyatakan,
dengan syari’at Islam; (e). menerapkan “Hakim dan hakim konstitusi wajib
ketentuan adat; (f). menyelesaikan masalah menggali, mengikuti, dan memahami nilai-
sosial kemasyarakatan; (g). mendamaikan nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
sengketa yang timbul dalam masyarakat; dan dalam masyarakat.” Nilai-nilai hukum yang
(h) menegakkan hukum adat. hidup dalam masyarakat Indonesia yang
tergolong fundamental adalah musyawarah

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 106


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
untuk mencapai mufakat sebagai salah satu menyebut ada empat model jenis mediasi,
volkgeist (jiwa bangsa), dan hal ini tertera meliputi: settlement mediation, facilitative
pada Sila Keempat Pancasila. Musyawarah mediation, transformative mediation, dan
untuk mencapai mufakat adalah salah satu evaluative mediation. Dalam kaitan
bentuk budaya bangsa yang sudah ada sejak penyelesaian sengketa dengan acara cepat di
lama. Kemudian “rasa keadilan” dapat tahapan pemilu dan pemilihan, model
dimaknai sebagai manifestasi dari ungkapan settlement mediation lebih tepat diterapkan.
yang sering dilontarkan Aristoteles, yaitu Salah satu keunggulan model settlement
honeste vivere (hidup secara terhormat), mediation adalah mediator tidak harus
alterum nonlaedere (tidak mengganngu orang seorang ahli dalam bidangnya, tetapi lebih
lain), dan suum quique tribue (memberi menekankan kepada mereka yang memiliki
setiap orang yang menjadi bagiannya. Rasa “status yang tinggi”, di mana tujuan
keadilan yang dimaksud dalam Undang- utamanya adalah untuk mendorong
Undang Kehakiman juga dapat dimaknai terwujudnya kompromi dari tuntutan para
mencapai atau merasakan kebahagiaan bagi pihak yang sedang bertikai (bersengketa).
semua sebagaimana diungkapkan Hans Ulama atau teungku di Aceh adalah orang
Kelsen bahwa hukum itu bukan hanya yang diakui memiliki status tinggi dan
membuat orang tertentu menjadi bahagia, terhormat.
tetapi bagaimana hukum itu dapat Lebih lanjut Koordinator Penyelesaian
menjadikan sebanyak-banyaknya manusia Sengketa Bawaslu RI, Rahmat Bagja
juga ikut merasakan atau mencapai menyampaikan bahwa pelibatan ulama
kebahagiaan. Tesis Aristoteles itu selaras dalam menyelesaikan sengketa dengan acara
dengan ungkapan Saidina Ali ra bahwa cepat pada pemilu dan pemilihan dibolehkan
keadilan sejati adalah mencintai (membuat bila situasi dan kondisi sudah tidak normal
bahagia) orang lain sebagamana ia mencintai (panas). Hal ini menurutnya karena esensi
dirinya sendiri. Secara lugas ahli sejarah penyelesaian sengketa pemilu dan pemilihan
hukum Amerika, Lawrence M. Friedman adalah untuk mencegah agar tidak sampai
menegaskan, hukum bukan hanya berfungsi terjadi konflik antar-peserta.
sebagai social control (kontrol sosial), social Berdasarkan uraian panjang-lebar dia
maintenaince (pemeliharaan sosial) dan atas dapat disimpulkan bahwa penyelesaian
controlling of power (mengawasi sengketa pemilu dan pemilihan dengan acara
kekuasaan), juga berfungsi sebagai dispute cepat melalui pendekatan local wisdom, yaitu
settlement (penyelesaian sengketa). melibatkan ulama di Aceh memiliki dasar
Demikian juga dalam Undang-Undang hukum yang kuat. Ulama dapat diminta peran
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian mereka apabila kondisi di lapangan sudah
Sengketa menyatakan, “Dalam hal sengketa tidak normal.
atau beda pendapat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka Proses Penyelesaian Sengketa Pemilu dan
atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa Pemilihan dengan Acara Cepat melalui
atau beda pendapat diselesaikan melalui Pendekatan Local Wisdom di Aceh
bantuan seorang atau lebih penasehat ahli Secara yuridis formal penyelesaian
maupun melalui seorang mediator.” Di sini sengketa dapat dilakukan dengan 2 (dua)
tidak disebutkan mediator seperti apa, namun cara. Pertama, secara regular melalui
Lawrence Boulle, seorang professor ilmu lembaga yang memiliki otoritas yudisial,
hukum dan Direktur Dispute Resolution yaitu lembaga peradilan atau jalur litigasi.
Centre – Bond University, Australia Kedua, penyelesaian sengketa di luar

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 107


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
lembaga peradilan atau non-litigasi. Cara Berdasarkan pengertian tersebut dapat
kedua ini dewasa ini lebih dikenal dengan disimpulkan bahwa mediasi adalah suatu
penyelesaian sengketa alternatif (alternative proses yang dilakukan secara sistematis yang
dispute resolution) atau dalam konteks melibatkan para pihak yang bersengketa dan
penyelenggara pemilu lebih dikenal mediasi dibantu mediator untuk menyelesaikan suatu
atau musyawarah dan mufakat. Kemudian sengketa dengan carawin-win solution.
bentuk penyelesaian sengketa alternatif juga Pelibatan ulama sebagai mediator
dibagi 2 (dua). Pertama, alternative to untuk menyelesaikan sengketa pemilu dan
ajudikasi yang terdiri atas negosiasi dan pemilihan dengan acara cepat tetap harus
mediasi. Kedua, alternative to litigasi yang mengacu kepada prinsip-prinsip
terdiri atas negosiasi, mediasi dan arbitrase. penyelesaian sengketa proses sebagaimana
Terdapat tiga metode yang ditempuh diatur di dalam Perbawaslu Penyelesaian
untuk menyelesaikan sengketa melalui jalur Sengketa. Demikian juga dengan locus dan
non-litigasi, yaitu (1) Negoisasi, yaitu salah tempus-nya harus mengacu kepada Pasal 62
satu cara penyelesaian sengketa oleh para Perbawaslu Nomor 2 Tahun 2020. Semua
pihak itu sendiri tanpa melalui perantara; (2) prinsip-prinsip penyelesaian sengketa harus
Mediasi, yaitu penyelesaian sengketa oleh dimiliki oleh seorang mediator. Artinya
para pihak dengan bantuan perantara; dan (3) bahwa ulama yang akan menjadi mediator
Arbitrase, yaitu suatu proses penyelesaian Para Pihak dalam penyelesaian sengketa
sengketa diantara para pihak yang dengan acara cepat pada pemilu atau
bersengketa melalui bantuan arbiter yang pemilihan harus dipastikan oleh Pengawas
mereka sepakati bersama untuk Pemilu mereka adalah orang-orang yang
menyelesasaikan sengketanya. Dalam kajian “qualified” sebagai mediator. Qualified
ini digunakan metode penyelesaian dengan maksudnya adalah mediator harus benar-
cara mediasi atau musyawarah dan mufakat. benar orang yang memiliki posisi terhormat
Perbawaslu Nomor No. 5 Tahun 2019 di wilayahnya dan terpenuhi kriteria sebagai
mendefiniskan mediasiadalah ”proses ulama dan tentunya ia steril dari kepentingan
musyawarah secara sistematis yang politik para pihak tertentu. Mereka juga
melibatkan para pihak untuk memperoleh bukan pengurus dan anggota parpol atau tim
kesepakatan.” Muhammad Saifullah pemenangan tertentu.
memberi pengertian mediasi adalah proses
musyawarah secara sistematis yang Kesimpulan
melibatkan para pihak untuk memperoleh Berdasarkan uraian panjang di atas
kesepakatan. Menurut Padal 1 angka 1 dapat disimpulkan bahwa pelibatan atau
PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang mengikutsertakan ulama atau
Prosedur Mediasi di Pengadilan memberi teungkusebagai local wisdom di Aceh dalam
pengertian mediasi adalah “cara penyelesaian penyelesaian sengketa proses (objektum litis)
sengketa melalui prosesperundingan untuk dengan acara cepat ketika terjadi sengketa
memperoleh kesepakatan Para Pihakdengan antarpeserta Pemilu atau Pemilihan yang
dibantu oleh Mediator.” Menurut PERMA mengakibatkan hak salah satu dari mereka
No. 1 Tahun 2016, “Mediasi merupakan cara merasa dirugikan secara langsung oleh
penyelesaian sengketasecara damai yang peserta Pemilihan lainnya memiliki dasar
tepat, efektif, dan dapat membukaakses yang historis dan yuridis. Norma yang berlaku di
lebih luas kepada Para Pihak Indonesia termasuk norma hukum tertinggi
untukmemperoleh penyelesaian yang (grundnorm), yaitu Pancasila sebagai dasar
memuaskan serta berkeadilan.” pijakan filosofis dan volkgeist bangsa

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 108


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
Indonesia memberi spirit akan hal Peran Syariat, Banda Aceh: UIN Ar-
itu.Demikian juga dengan regulasi yuridis Raniry Press, 2019.
baik undang-undang yang bersifat khusus
sebagai lex specialis (UU Nomor 44 Tahun Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian
1999 dan UU Nomor 11 Tahun 2006) Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo
maupun undang-undang yang bersifat Persada, 2003.
khusus-umum (lex specialis-generalis)
seperti Undang-Undang Nomor 10 Tahun Fokky Fuad Wasitaatmajda, Falsafah
2016 maupun Undang-Undang Nomor 7 Pancasila: Epistimologi Keislaman
Kebangsaan, Depok: Prenada Media,
Tahun 2017 serta peraturan perundang-
2018.
undangan lainnya. Hal serupa juga diatur di
dalam Peraturan Bawaslu yang mengatur
Ibrahim Bardan, Resolusi Konflik dalam
mengenai penyelesaian sengketa Pemilu atau Islam: Kajian Normatif dan Historis
Pemilihan dan doktrin Komisioner Bawaslu Perspektif Ulama Dayah, Banda
RI. Kemudian proses penyelesaian sengketa Aceh: Aceh Institut Press 2008.
dengan acara cepat yang terjadi antarpeserta
Pemilu atau Pemilihan pada tahapan Hasan Tiro, Aceh di Mata Dunia, Banda
keduanya dengan pendekatan local wisdom Aceh: Bandar Publishing, 2013.
yang melibatkan atau mengikutsertakan
ulama atau teungku sebagai mediator atau Hasjmy, A., Semangat Merdeka 70 Tahun
“juru damai” harus tetap mengacu kepada Menempuh Jalan Pergolakan dan
Perbawaslu Pemilu dan Pemilihan dan Perjuangan Kemerdekaan,Jakarta:
prinsip-prinsip penyelesaian sengketa. Bulan Bintang, 1985.
Pengawas Pemilu harus memastikan bahwa
mediator atau juru damai memiliki posisi Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum
terhormat di wilayahnya dan terjamin steril dan Negara (terj), Bandung: Nusa
dari keanggotaan atau kepengurusan partai Media dan Nuansa, 2006.
politik manapun serta bukan bagian dari tim
pelaksana atau tim kampanye tertentu. I Made Witnyana, Alternatif Penyelesaian
Sengketa (ADR), Jakarta: PT.
Lokasi atau tempat penyelesaian pun harus
Fikahati Aneska, 2009.
netral dan tidak membuka kecurigaan para
pihak. Tidak semua situasi dan kondisi ulama
Imam Suyuthi, Tarikh Khulafa’ (terj),
dapat dilibatkan sebagai pihak yang Jakarta: Qisthi Press, 2014.
mendamaikan para pihak yang bersengketa
pada sengketa proses dengan acara cepat Ismuha, Ulama Aceh dalam Perspektif
kecuali terjadi force majeur atau overmacht Sejarah, Jakarta: Leknas-LIPI, 1976.
(keadaan memaksa). Keadaan memaksa 70.
seperti ketidakmampuan Pengawas Pemilu
karena keterbatasan SDM yang dimilikinya Jacobi, Tgk. AK., Aceh Daerah Modal: Long
atau kondisi yang sudah memanas (tidak March ke Medan Area, Jakarta:
normal). Yayasan Seulawah RI-001/PT. Pelita
Persatuan, 1992.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sani & Yusuf Al-Qardhawy Al- Jawahir Tantowi dan Pranoto Iskandar,
Asyi, Undang-Undang Pemerintahan Hukum Internasional Kontemporer,
Aceh: Antara Sosio-Kultural dan Bandung: PT. Refika Aditama, 2006.

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 109


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
Lawrence M. Freidman, Hukum Amerika: Yusuf Al-Qardhawy Al-Asyi, Status Aceh
Sebuah Pengantar (terj),Jakarta: Tata dalam NKRI Pasca MoU Helsinki
Nusa, 2011. menurut Hukum Internasional,
Yogyakarta: Grafindo Litera Media,
Marwan Effendy, Teori Hukum (dari 2014
Perspektif Keadilan, Perbandingan
dan Harmoninasi Hukum Pidana, ------------, Hubungan Aceh dan Malaysia
Jakarta: Referensi (Gaung Persada dalam Lintasan Sejarah, Cet. Ke-3,
Press Group), 2014. Yogyakarta, Nuha Medika, 2017.

Muhammad Saifullah, Mediasi dalam ------------, Peranan Keturunan Nabi


Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Muhammad SAW dalam Perang
Positif di Indonesia, Semarang: Melawan Belanda di Aceh, Banda
Walisongo Press, 2009. Aceh: Pena, 2019.

Mutiara Fahmi Razali, Pergolakan Aceh Abdul Halim Barkatullah, “Bentuk


dalam Perspektif Syariat, Banda Perlindungan Hukum bagi Konsumen
Aceh: Pena, 2014. dalam Penyelesaian Sengketa
Transaksi Elektronik menurut
Neta S. Pane, Sejarah dan Kekuatan Aceh Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Merdeka: Solusi, Harapan dan 2008”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume
Impian, Jakarta: Grasindo, 2001. 29, No. 1/2010.

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Bungasan Hutapea, “Dinamika Hukum


Hukum, Jakarta: Kencana, 2008. Pemilihan Kepala Daerah di
Indonesia”, Jurnal RechtsVinding,
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Vol. 4 No.1 April 2015.
Hukum, Jakarta: UI Press, 2008.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, 100 tentang Arbitrase dan Alternatif
Tokoh Islam Paling Berpengaruh di Penyelesaian Sengketa.
Indonesia, Jakarta: Intimedia
Ciptausantara, 2003. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Keistimewaan Aceh.
Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, Jakarta: Kencana, 2011. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh.
Teguh Prasetyo, Pemilu dan Etika:
Penyelenggara Pemilu Bermartabat, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Bandung: Nusa Media, 2019. tentang Kekuasaan Kehakiman.

Thamrin, M., Z dan Edy Mulyana, Perang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Kemerdekaan Aceh, Banda Aceh: tentang Pemilihan Gubernur/Wakil
Badan Perpustakaan Provinsi Gubernur, Walikota/Wakil Walikota,
Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. dan Bupati/Wakil Bupati.

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 110


Jurnal Real Riset
ISSN : 2685-1024, eISSN : 2774-7263
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JRR
DOI 10.47647/jrr
JRR
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Pemilihan Gubernur dan Wakil
tentang Pemilihan Umum. Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
serta Walikota dan Wakil Walikota.
Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Lembaga Adat. Emir Chairulah dan Sri Utami, “Disepakati,
Pencoblosan Pileg dan Pilpres 28
PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Februari 2024”,
Prosedur Mediasi di Pengadilan. https://mediaindonesia.com/politik-
dan-hukum/409495/disepakati-
Perbawaslu Nomor 18 Tahun 2017 tentang pencoblosan-pileg-dan-pilpres-28-
Tata Cara Penyelesaian Sengketa februari-2024.
Proses Pemilihan Umum.
Rahmad Bagja, “Penyelesaian Sengketa
Perbawaslu Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pemilu dan Pemilihan: Evaluasi dan
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proteksi”, disampaikan pada acara
Proses Pemilihan Umum. Webinar Bawaslu Tangerang
Selatantangga 16 September 2021.
Perbawaslu Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa

Jurnal Real Riset | Volume 4, Nomor 2, Juni 2022 111

Anda mungkin juga menyukai