Anda di halaman 1dari 2

Isu Penundaan Pemilu 2024

Pemilihan umum atau pemilu adalah proses formal pengambilan keputusan kelompok di mana
anggota masyarakat yang memenuhi persyaratan memilih seseorang untuk memegang jabatan
Administrasi publik. Pemilihan telah menjadi mekanisme yang biasa sejak sistem perwakilan
demokrasi modern beroperasi pada ke-17. Sedangkan pemilu di Indonesia pada umumnya, lebih
sering merujuk kepada pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun
sekali. Pemilu harus dilakukan secara berkala, karena memiliki fungsi sebagai sarana pengawasan
bagi rakyat terhadap wakilnya.

Karena Pandemi yang tak kunjung usai,, semua agenda tidak bisa dilaksanakan secara normal dan
optimal. Salah satu yang terkena dampaknya adalah pelaksanaan pemilu. Oleh karena itu ada isu
penundaan pemilu pada tahun 2024 yang menuai pro dan kontra.

-Kontra

Secara fundamental, wacana penundaan Pemilu 2024 inkonstitusional, melecehkan konstitusi, dan


merampas hak rakyat. gagasan penundaan pemilu ini mencerminkan inkonsistensi partai atas
keputusan politik yang telah dibuat, menunjukkan pragmatisme politik kepentingan partai, dan
menunjukkan rendahnya komitmen partai politik untuk menjaga demokrasi. Ia pun berpandangan,
penundaan Pemilu 2024 mengancam proses demokrasi Indonesia dan berpotensi memunculkan
kepemimpinan yang otoriter.

-pro

1.) Pertama, pelaksanaan Pilkada di tengah pandemi sangat rawan dan potensial menambah jumlah
kasus positif COVID-19.

2.) penanganan COVID-19 membutuhkan banyak anggaran, hingga mencapai triliunan rupiah.

3.) Ketiga, penundaan pilkada tidak akan mengganggu pelayanan publik di pemerintahan daerah. Hal
ini karena di daerah yang sudah berakhir masa jabatan kepala daerahnya sudah ditunjuk Penjabat
Kepala Daerah. Sehingga, aktifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah akan tetap berjalan dan
nyaris tidak ada bedanya.

4.) Keempat, banyak penyelenggara dan peserta Pilkada yang sudah positif terkena COVID-19. Sebut
saja, Ketua KPU Pusat, KPU Daerah, dan beberapa calon peserta Pilkada.

5.) Alasan kelima adalah tidak ada jaminan bahwa protokol kesehatan akan dijalankan dengan ketat,
meskipun komitmen ini sudah ditegaskan oleh Pemerintah, DPR, dan KPU.
Menurut pemahaman saya, Setiap pilihan dan keputusan selalu memiliki resiko dan konsekuensi.
Tergantung dari perspektif mana yang kita lihat. Namun dengan pertimbangan pro kontra yang ada.
Urgensi kita saat ini adalah bagaimana cara untuk agar situasi pandemi ini segera berakhir, dan
semua yang terdampak bisa segera pulih. Serta segala aktivitas bisa kembali berjalan dengan normal.
Bukan malah memperdebatkan mengenai pemilu dan pesta demokrasi yang seolah hanya
memikirkan kepentingan sebagian orang.

Anda mungkin juga menyukai