SENGKETA ANTARPESERTA
PEMILIHAN UMUM
Suhardi., S.Ip.MH
Koordinator Divisi Hukum & Penyelesaian Sengketa Bawaslu
Provinsi NTB
Landasan Hukum
Kewenangan Bawaslu menyelesaiakan Sengketa Proses Pemilu terdapat dalam Undang-Undang
1
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu).
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum nomor 9 Tahun 2022 tentang Penyelesaian
2 Sengketa Proses Pemilu;
1 2 3
Alat Tulis Formulir model PSPP 22 Salinan Surat Mandat
Catatan: Apabila hasil verifikasi menyimpulkan bahwa kelengkapan dokumen tidak terpenuhi,
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan tidak mencatat
proses penyelesaian permasalahan sebagai sengketa antarpeserta Pemilu namun dicatat dalam
prosedur penyelesaian lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Tata Cara Penyelesaian Sengketa antarpeserta
1. Ketua dan/atau Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan memimpin proses penyelesaian
sengketa antara Pemohon dan Termohon;
2. Penyelesaian sengketa antara Pemohon dan Termohon dilakukan dengan:
a. menghadirkan kedua belah pihak secara langsung melalui tatap muka; dan/atau
b. menghadirkan kedua belah pihak secara tidak langsung melalui sarana media komunikasi (misal melalui whatsapp conference call, zoom,
skype dan lain-lain);
3. Pemohon dan Termohon dalam penyelesaian sengketa dapat diwakili oleh Tim Kampanye dan/atau Pelaksana Kampanye dengan menunjukan
dokumen penunjukan tim kampanye dan/atau pelaksana kampanye yang didaftarkan ke KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dari
Peserta Pemilu;
4. Dalam hal Termohon atau yang mewakili tidak berada di tempat terjadinya sengketa antarpeserta Pemilu, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan memanggil Termohon secara lisan atau melalui sarana media komunikasi;
5. Dalam hal Pemohon tidak hadir pada saat musyawarah, proses pengajuan permohonan penyelesaian sengketa antarpeserta dianggap tidak ada;
6. Dalam hal Termohon tidak hadir dalam proses musyawarah penyelesaiansengketa, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau
Panwaslu Kecamatan memutus penyelesaian sengketa antarpeserta berdasarkan buktibukti yang ada;
7. Penyelesaian sengketa dilaksanakan di tempat peristiwa dengan mempertimbangkan hal-hal antara lain:
a. Netralitas;
b. Efisiensi dan efektifitas;
c. Keamanan; dan
d. Ketertiban.
Lanjutan
8. Dalam hal penyelesaian sengketa tidak dapat dilaksanakan di tempat peristiwa, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau
Panwaslu Kecamatan dapat melaksanakan penyelesaian sengketa di tempat lain termasuk di Sekretariat Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan;
9. Sengketa antarpeserta diselesaikan pada hari yang sama dengan terjadinya peristiwa;
10. Penyelesaian sengketa antarpeserta Pemilu dapat diputus paling lama 3 (tiga)Hari terhitung sejak permohonan diajukan dalam hal terjadi
kondisi antara lain:
a. Akses geografis yang sulit dijangkau;
b. Akses komunikasi yang sulit terjangkau; dan/atau
c. Keadaan lainnya.
Contoh:
Bencana alam;
Kerusuhan; dan
Kebijakan Pemerintah setempat (misalnya: terdapat bencana non-alam)
11. Penyelesaian sengketa dilakukan dengan mendengar dan mempertimbangkan keterangan dari para pihak, saksi, dan bukti;
12. Penyelesaian sengketa dilaksanakan dengan mengedepankan tercapainya kesepakatan di antara para pihak;
13. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan memastikan agar kesepakatan yang dicapai tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang undangan;
14. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan menjaga suasana pelaksanaan penyelesaian
sengketa berlangsung dengan kondusif;
15. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan dapat melibatkan tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, kepolisian, dan/atau pihak lainnya yang dipandang netral untuk membantu kelancaran pelaksanaan
penyelesaian sengketa;
16. Keterlibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, kepolisian, dan/atau pihak lainnya tidak mengurangi kemandirian
pelaksanaan tugas dan wewenang Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan dalam
penyelesaian sengketa.
Penyusunan Berita Acara dan Putusan
1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan menuangkan poin-poin kesepakatan
atau ketidaksepakatan pada proses penyelesaian sengketa ke dalam Berita Acara Penyelesaian Sengketa Antarpeserta
Pemilu sesuai dengan Formulir Model PSPP-22;
2. Dalam hal tercapai kesepakatan, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan
menetapkan hasil kesepakatan penyelesaian sengketa antarpeserta ke dalam Putusan Penyelesaian Sengketa
Antarpeserta Pemilu sesuai dengan Formulir Model PSPP-22;
3. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan,
memutus penyelesaian sengketa antarpeserta Pemilu dengan mempertimbangkan fakta dan bukti yang ada;
4. Selain mempertimbangkan fakta dan bukti pada proses penyelesaian sengketa, Putusan Panwaslu Kecamatan dibuat
setelah berkonsultasi dengan Bawaslu Kabupaten/Kota;
5. Panwaslu Kecamatan dapat berkonsultasi dengan Bawaslu Kabupaten/Kota menggunakan media komunikasi;
6. Dalam hal konsultasi kepada Bawaslu Kabupaten/Kota tidak dapat dilaksanakan karena akses geografis dan akses
komunikasi yang sulit terjangkau, Panwaslu Kecamatan dapat memutus penyelesaian sengketa antarpeserta Pemilu
paling lama 3 hari tanpa berkonsultasi terlebih dahulu;
7. Panwaslu Kecamatan wajib melaporkan hasil Putusan yang diambil tanpa berkonsultasi terlebih dahulu kepada Bawaslu
Kabupaten/Kota secara lisan dan/atau tertulis pada kesempatan pertama disertai dengan bukti telah melakukan upaya
konsultasi (misalnya: tangkapan layar, riwayat pengiriman pesan atau panggilan);
8. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan menuangkan putusan tidak tercapainya
kesepakatan ke dalam Putusan Penyelesaian Sengketa Antarpeserta Pemilu sesuai dengan Formulir Model PSPP-22;
9. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan membacakan Putusan secara terbuka
dan dapat dipertanggungjawabkan;
Salinan putusan merupakan hasil
Putusan Di Umumkan di fotocopi dari dokumen asli yang di
Papan Pengumaman bubuhi cap sekretariat Bawaslu
Masing-masing