Anda di halaman 1dari 17

TATA CARA PENYELESAIAN

SENGKETA ANTARPESERTA
PEMILIHAN UMUM

Suhardi., S.Ip.MH
Koordinator Divisi Hukum & Penyelesaian Sengketa Bawaslu
Provinsi NTB
Landasan Hukum
Kewenangan Bawaslu menyelesaiakan Sengketa Proses Pemilu terdapat dalam Undang-Undang
1
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu).

Pasal 466 UU Pemilu Pasal 468 Huruf a dan b


Sengketa proses Pemilu meliputi sengketa yang Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
terjadi antar Peserta Pemilu dan sengketa peserta Kabupaten/Kota berwenang menyelesaiakan
pemilu dengan penyelenggara Pemilu sebagai akibat sengketa proses Pemilu
dikeluarkannya Keputusan KPU, Keputusan KPU
Provinsi dan Keputusan KPU Kabupaten/Kota

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum nomor 9 Tahun 2022 tentang Penyelesaian
2 Sengketa Proses Pemilu;

Keputusan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 3/PS/.00/KI/01/2023 Tentang


3 Petunjuk Teknis Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Umum;

Surat Edaran Bawaslu Nomor 14 Tahun 2023 Tentang Pelaksanaan Penyelesaian


4 Sengketa Proses Pemilihan Umum;
Gambaran Umum
1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota atau Panwaslu Kecamatan menyelesaiakan Sengketa
Antarpeserta Pemilu melalui penyelesaian sengketa dengan acara cepat;
2. Panwaslu Kecamatan menyelesaikan sengketa antarpeserta Pemilu berdasarkan mandat dari Bawaslu
Kabupaten/Kota;
3. Mandat ditetapkan dengan Surat Keputusan Bawaslu Kabupaten/Kota;
4. Mandat yang diberikan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan format surat mandat dilampiran Petunjuk
Teknis;
5. Mandat dapat diberikan sejak ditetapkannya Peserta Pemilu oleh KPU dan berlaku paling lama sampai dengan
berakhirnya tahapan rekapitulasi hasil Pemilu;
6. Penyelesaian sengketa antarpeserta dapat dapat dilaksankan paling sedikit oleh satu orang anggota Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota atau Panwaslu Kecamatan dengan dibantu oleh satu orang pegawai di Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota atau Panwaslu Kecamata;
7. Proses penyelesaian sengketa antar peserta dapat dilakukan tanpa didahului dengan mekanisme pencatatan dan
administrasi
8. Dalam hal proses penyelesaian sengketa antarpeserta dilakukan tanpa didahului dengan mekanisme pencatatan dan
administrasi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota atau Panwaslu Kecamatan dapat mencatatnya
setelah seluruh proses penyelesaiannya selesai, yang memuat:
Persiapan
1. Apabila proses penyelesaian sengketa dilakukan diluar sekretariat atau ditempat kejadian, Maka
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota atau Panwaslu Kecamatan menyiapkan anatara
lain:

1 2 3
Alat Tulis Formulir model PSPP 22 Salinan Surat Mandat

2. Apabila proses penyelesaian sengketa antarpeserta dilakukan di sekretariat Bawaslu, Bawaslu


Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota atau Panwaslu Kecamatan, maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota atau Panwaslu Kecamatan menyiapkan antara lain:

1 Dokumen Perbawaslu Dokumen UU 7 Lampiran


Meja dan Kursi 2 Alat Tulis 3 9 Tahun 2023
4 tahun 2017
5 Perbawaslu
Alat Bantu

Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota atau


Panwaslu Kecamatan dapat menggunakan alat perekam
suara, audio dan/atau visual untuk membantu pelaksanaan
penyelesaian sengketa antarperserta
Penerimaan Permohonan
1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan menyelesaikan sengketa antarpeserta
dengan terlebih dahulu mencermati dan memastikan bahwa permasalahan yang terjadi bukan merupakan pelanggaran
administrasi Pemilu, pelanggaran pidana Pemilu, pelanggaran etik Pemilu, sengketa antara peserta dengan
penyelenggara Pemilu atau sengketa mengenai penetapan hasil pemungutan suara;
2. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan menyelesaikan sengketa antarpeserta yang
disampaikan baik secara lisan maupun tertulis;
3. Panwaslu Kecamatan melakukan konsultasi kepada Bawaslu Kabupaten/Kota sebagai pemberi mandat sebelum memulai
proses penyelesaian sengketa antarpeserta;
4. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan mencatat informasi sengketa antarpeserta
yang disampaikan secara lisan atau tertulis ke dalam Formulir Model PSPP-22 antara lain:
a. Identitas Pemohon dan Termohon;
b. Tanggal dan tempat kejadian;
c. Permohonan Pemohon; dan
d. Jawaban Termohon.
5. Apabila Pemohon dan/atau Termohon belum dapat ditentukan maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau
Panwaslu Kecamatan menentukan status Pemohon dan/atau Termohon dalam sengketa antarpeserta dengan mengacu pada
pihak yang pertama kali merasa haknya sebagai peserta Pemilu dirugikan oleh peserta lainnya;
6. Tim Kampanye dan/atau Pelaksana Kampanye yang mewakili peserta Pemilu dalam Penyelesaian Sengketa Antarpeserta Pemilu
adalah Tim Kampanye dan/atau Pelaksana Kampanye berdasarkan surat penunjukan dari peserta Pemilu;
7. Apabila terdapat lebih dari satu peserta Pemilu yang merasa haknya dirugikan karena permasalahan yang sama dan
masing-masing peserta Pemilu mengajukan permohonan penyelesaian sengketa antarpeserta Pemilu, penyelesaian
sengketa diselesaikan sesuai contoh berikut;
Contoh
a) Skenario A dan B sebagai Pemohon. b) Skenario B dan C sebagai Termohon.
1. Peserta Pemilu A merasa haknya dirugikan 1. Peserta Pemilu A merasa haknya
secara langsung oleh Peserta Pemilu B; dirugikan secara langsung oleh Peserta
2. Peserta Pemilu B merasa haknya dirugikan Pemilu B;
secara langsung oleh Peserta Pemilu C; 2. Peserta Pemilu A merasa haknya
3. Maka penyelesaian sengketa antarpeserta dirugikan secara langsung oleh Peserta
dilaksanakan untuk masing-masing Pemilu C;
permohonan yang diajukan Peserta Pemilu 3. Maka penyelesaian sengketa
A sebagai Pemohon dengan Peserta antarpeserta dilaksanakan untuk
Pemilu B sebagai Termohon dan masing-masing permohonan yang
permohonan yang diajukan Peserta Pemilu diajukan Peserta Pemilu A sebagai
B sebagai Pemohon dengan Peserta Pemohon dengan Peserta Pemilu B
Pemilu C sebagai Termohon; sebagai Termohon dan permohonan
yang diajukan Peserta Pemilu A sebagai
Pemohon dengan Peserta Pemilu C
sebagai Termohon;
Contoh Berikutnya
c) Skenario A dan C sebagai Pemohon. d) Skenario X dan Y sebagai Tim Kampanye
1. Peserta Pemilu A merasa haknya dirugikan dan/atau Pelaksana Kampanye.
secara langsung oleh Peserta Pemilu B; 1. X adalah Tim Kampanye Peserta Pemilu
2. Peserta Pemilu C merasa haknya dirugikan A sebagai Pemohon merasa haknya
secara langsung oleh Peserta Pemilu B; dirugikan secara langsung oleh Peserta
3. Maka penyelesaian sengketa antarpeserta Pemilu B;
dilaksanakan untuk masing-masing 2. Y adalah Tim Kampanye Peserta Pemilu
permohonan yang diajukan Peserta A sebagai Pemohon merasa haknya
Pemilu A sebagai Pemohon dengan dirugikan secara langsung oleh Peserta
Peserta Pemilu B sebagai Termohon dan Pemilu B;
permohonan yang diajukan Peserta 3. Maka X dan Y diperlakukan sebagai
Pemilu C sebagai Pemohon dengan satu kesatuan Pemohon yang
Peserta Pemilu B sebagai Termohon; mewakili Peserta Pemilu A;
Verifikasi Kelengkapan Dokumen
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan melakukan
verifikasi kelengkapan dokumen sengketa antarpeserta yang disampaikan secara lisan atau tertulis
ke dalam Formulir Model PSPP-22 dengan memastikan permasalahan dan kedudukan hukum
para pihak melalui pemeriksaan dokumen antara lain:

1. Dokumen Permohonan (jika disampaikan secara tertulis);


2. Dokumen Identitas Pemohon dan Termohon (nama, KTP, surat keputusan tim kampanye);
3. Surat Keputusan Penunjukan Tim Kampanye dan/atau Pelaksana Kampanye dari
peserta Pemilu yang telah didaftarkan ke KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota;
4. Dokumen bukti;

Catatan: Apabila hasil verifikasi menyimpulkan bahwa kelengkapan dokumen tidak terpenuhi,
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan tidak mencatat
proses penyelesaian permasalahan sebagai sengketa antarpeserta Pemilu namun dicatat dalam
prosedur penyelesaian lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Tata Cara Penyelesaian Sengketa antarpeserta
1. Ketua dan/atau Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan memimpin proses penyelesaian
sengketa antara Pemohon dan Termohon;
2. Penyelesaian sengketa antara Pemohon dan Termohon dilakukan dengan:
a. menghadirkan kedua belah pihak secara langsung melalui tatap muka; dan/atau
b. menghadirkan kedua belah pihak secara tidak langsung melalui sarana media komunikasi (misal melalui whatsapp conference call, zoom,
skype dan lain-lain);
3. Pemohon dan Termohon dalam penyelesaian sengketa dapat diwakili oleh Tim Kampanye dan/atau Pelaksana Kampanye dengan menunjukan
dokumen penunjukan tim kampanye dan/atau pelaksana kampanye yang didaftarkan ke KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dari
Peserta Pemilu;
4. Dalam hal Termohon atau yang mewakili tidak berada di tempat terjadinya sengketa antarpeserta Pemilu, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan memanggil Termohon secara lisan atau melalui sarana media komunikasi;
5. Dalam hal Pemohon tidak hadir pada saat musyawarah, proses pengajuan permohonan penyelesaian sengketa antarpeserta dianggap tidak ada;
6. Dalam hal Termohon tidak hadir dalam proses musyawarah penyelesaiansengketa, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau
Panwaslu Kecamatan memutus penyelesaian sengketa antarpeserta berdasarkan buktibukti yang ada;
7. Penyelesaian sengketa dilaksanakan di tempat peristiwa dengan mempertimbangkan hal-hal antara lain:
a. Netralitas;
b. Efisiensi dan efektifitas;
c. Keamanan; dan
d. Ketertiban.
Lanjutan
8. Dalam hal penyelesaian sengketa tidak dapat dilaksanakan di tempat peristiwa, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau
Panwaslu Kecamatan dapat melaksanakan penyelesaian sengketa di tempat lain termasuk di Sekretariat Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan;
9. Sengketa antarpeserta diselesaikan pada hari yang sama dengan terjadinya peristiwa;
10. Penyelesaian sengketa antarpeserta Pemilu dapat diputus paling lama 3 (tiga)Hari terhitung sejak permohonan diajukan dalam hal terjadi
kondisi antara lain:
a. Akses geografis yang sulit dijangkau;
b. Akses komunikasi yang sulit terjangkau; dan/atau
c. Keadaan lainnya.
Contoh:
 Bencana alam;
 Kerusuhan; dan
 Kebijakan Pemerintah setempat (misalnya: terdapat bencana non-alam)
11. Penyelesaian sengketa dilakukan dengan mendengar dan mempertimbangkan keterangan dari para pihak, saksi, dan bukti;
12. Penyelesaian sengketa dilaksanakan dengan mengedepankan tercapainya kesepakatan di antara para pihak;
13. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan memastikan agar kesepakatan yang dicapai tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang undangan;
14. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan menjaga suasana pelaksanaan penyelesaian
sengketa berlangsung dengan kondusif;
15. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan dapat melibatkan tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, kepolisian, dan/atau pihak lainnya yang dipandang netral untuk membantu kelancaran pelaksanaan
penyelesaian sengketa;
16. Keterlibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, kepolisian, dan/atau pihak lainnya tidak mengurangi kemandirian
pelaksanaan tugas dan wewenang Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan dalam
penyelesaian sengketa.
Penyusunan Berita Acara dan Putusan
1. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan menuangkan poin-poin kesepakatan
atau ketidaksepakatan pada proses penyelesaian sengketa ke dalam Berita Acara Penyelesaian Sengketa Antarpeserta
Pemilu sesuai dengan Formulir Model PSPP-22;
2. Dalam hal tercapai kesepakatan, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan
menetapkan hasil kesepakatan penyelesaian sengketa antarpeserta ke dalam Putusan Penyelesaian Sengketa
Antarpeserta Pemilu sesuai dengan Formulir Model PSPP-22;
3. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan,
memutus penyelesaian sengketa antarpeserta Pemilu dengan mempertimbangkan fakta dan bukti yang ada;
4. Selain mempertimbangkan fakta dan bukti pada proses penyelesaian sengketa, Putusan Panwaslu Kecamatan dibuat
setelah berkonsultasi dengan Bawaslu Kabupaten/Kota;
5. Panwaslu Kecamatan dapat berkonsultasi dengan Bawaslu Kabupaten/Kota menggunakan media komunikasi;
6. Dalam hal konsultasi kepada Bawaslu Kabupaten/Kota tidak dapat dilaksanakan karena akses geografis dan akses
komunikasi yang sulit terjangkau, Panwaslu Kecamatan dapat memutus penyelesaian sengketa antarpeserta Pemilu
paling lama 3 hari tanpa berkonsultasi terlebih dahulu;
7. Panwaslu Kecamatan wajib melaporkan hasil Putusan yang diambil tanpa berkonsultasi terlebih dahulu kepada Bawaslu
Kabupaten/Kota secara lisan dan/atau tertulis pada kesempatan pertama disertai dengan bukti telah melakukan upaya
konsultasi (misalnya: tangkapan layar, riwayat pengiriman pesan atau panggilan);
8. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan menuangkan putusan tidak tercapainya
kesepakatan ke dalam Putusan Penyelesaian Sengketa Antarpeserta Pemilu sesuai dengan Formulir Model PSPP-22;
9. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan membacakan Putusan secara terbuka
dan dapat dipertanggungjawabkan;
Salinan putusan merupakan hasil
Putusan Di Umumkan di fotocopi dari dokumen asli yang di
Papan Pengumaman bubuhi cap sekretariat Bawaslu
Masing-masing

Menyampaikan Salinan Tindak Lanjut Membuat Tanda Terima


Putusan Kepada Pemohon dan
Termohon
Putusan Pemberian Salinan Putusan sesuai
Formulir Model PSPP-26

Menyampaikan Salinan Putusan


Kepada KPU Kabupaten/Kota Mengarsipkan Dokumen Asli Hasil
untuk Bawaslu Kab/Kota atau Penyelesaian Sengketa
PPK untuk Panwas Kecamatan.
Salinan di sampaikan paling lama
3 hari sejak Putusan dibacakan
Pencatatan dan Penomoran

Sekretariat Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu


Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan mencatat Penomoran penyelesaian sengketa antarpesertab
penyelesaian sengketa antarpeserta dalam Buku Pencatatan
Penyelesaian Sengketa Antarpeserta Pemilu sesuai dengan
01 02 menggunakan format 001/PSP.AP/Kode Wilayah/Bulan
Romawi/Tahun;
Formulir Model PSPP-27;

Kode Wilayah dapat diunduh di halaman


Nomor pencatatan penyelesaian sengketa
https://www.bps.go.id/website/fileMenu/PeraturanBada
antarpeserta dicantumkan pada bagian bawah judul
Formulir Model PSPP-22;
03 04 n-Pusat-Statistik-Nomor-5-Tahun-2021-tentang-Kode
dan-Nama-Wilayah-Kerja-Statistik.pdf;
Contoh Penomoran
1. Provinsi NTB 001/PS.AP/52/III/2023
2. Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB 001/PS.AP/52.5203/VIII/2023
3. Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB
001/PS.AP/52.5203-011/III/2023
Keterangan
1. 001 adalah nomor urut permohonan yang diterima;
2. PS.AP adalah proses penyelesaian sengketa antarpeserta proses Pemilu;
3. 52 adalah kode Provinsi;
4. 5203 adalah kode Kabupaten/Kota;
5. 52.5203-011 adalah kode kecamatan;
6. III adalah bulan penerimaan;
7. 2023 adalah tahun penerimaan.
Pelaporan
1. Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu Kecamatan wajib menyampaikan
laporan perkembangan penyelesaian sengketa antarpeserta secara berjenjang.
2. Laporan perkembangan penyelesaian sengketa antarpeserta terdiri dari:
a. Laporan perkembangan penyelesaian sengketa antarpeserta yang dapat disampaikan secara
lisan atau tertulis, dan dianggap telah dilaksanakan pada saat Pengawas Pemilu melakukan
konsultasi kepada Pengawas Pemilu 1 (satu) tingkat diatasnya dalam penyelesaian
sengketa antarpeserta yang sedang dilakukan;
b. Rekapitulasi penyelesaian sengketa antarpeserta yang dimuat dalam Buku Pencatatan
Penyelesaian Sengketa Antarpeserta Pemilu sesuai dengan Formulir Model PSPP-27
disampaikan dalam bentuk cetak dan digital serta dilampiri seluruh dokumen penyelesaian
sengketa antarpeserta setiap selesainya tahapan Pemilu.
Thanks!
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai