PLKH
PLKH
OPINION
Penundaan Pemilu 2024
Get Started
Anggota Kelompok
Devita Dwi
Yoga Pratama Febriani P. Arif Aditya Fathya Faradilla
20742010088 20742010006 20742010143 20742010091
Legal Opinion
Pemilu dan regulasi teknis lainnya tidak mengatur ketentuan tentang penundaan
pemilu, yang dikenal dalam UU Pemilu hanya terdapat 2 (dua) istilah, yaitu :
1) Pemilu Lanjutan yaitu dalam hal terdapat suatu kondisi diluar kekuasaan
(forcemajeure) maupun kondisi terpaksa (overmacht) yang menyebabkan
sebagian tahapan tidak dapat dilaksanakan
2) Pemilu Susulan yaitu dalam hal terdapat suatu gangguan dalam seluruh
tahapan.
Pasal 22E ayat (1) UUD 1945.
"Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk
satu kali masa jabatan".
Penundaan Pemilu 2024 akan berdampak pada pasal lain dalam konstitusi
Indonesia. Penundaan Pemilu 2024 akan menyebabkan Presiden dan Wakil
Presiden akan menjabat lebih lama dari yang seharusnya diamanatkan oleh
konstitusi. Jika merujuk kepada konstitusi, ketika masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden telah habis, maka Presiden dan Wakil Presiden akan
kehilangan legitimasi dan kewenangan yang dimilikinya. Kecuali, Indonesia
mengalami kondisi darurat, di mana Pemilu tidak dapat dilaksanakan.
Pasal 432 ayat (1) UU 7/2017
1. Unsur perbuatan telah terbukti dengan adanya perbuatan KPU yang tidak menaati Putusan Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) Nomor 002/PS.REG/BAWASLU/X/2022 yang pada intinya
memberikan kesempatan kepada Penggugat untuk melakukan perbaikan data verifikasi
administrasi partai politik.
2. Unsur melawan hukum yang dibuktikan dengan perbuatan Tergugat melanggar Pasal 44 jo.
Pasal 46 Peraturan KPU Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan Pendaftaran
Pada Peserta Pemilu yang mengatur Rekapitulasi Hasil Verifikasi Administrasi oleh Komisi
Pemilihan Umum dan Penyampaian Dokumen Persyaratan Perbaikan.
3. Unsur kerugian yang dibuktikan dengan mengutip Putusan Bawaslu Nomor
002/PS.REG/BAWASLU/X/2022 yang menyebutkan hak konstitusional Penggugat sebagaimana
telah dijamin dalam perundang-undangan dan perbuatan Tergugat telah nyata menimbulkan
kerugian konstitusional Penggugat.
4. Unsur kesalahan dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah KPU selaku subjek hukum yang
memiliki dan mengendalikan SIPOL sehingga kerugian apapun yang disebabkan oleh kerusakan
SIPOL, KPU bertanggung jawab untuk mengganti kerugian tersebut.
Kesimpulan