Anda di halaman 1dari 12

LEGAL

OPINION
Penundaan Pemilu 2024

Get Started
Anggota Kelompok

Devita Dwi
Yoga Pratama Febriani P. Arif Aditya Fathya Faradilla
20742010088 20742010006 20742010143 20742010091
Legal Opinion

Legal opinion atau pendapat hukum dapat


diartikan sebagai kumpulan, rangkuman,
argumentasi, gagasan, dan rekomendasi
yang diberikan oleh advokat maupun
konsultan hukum terhadap isu hukum
tertentu. Legal opinion dibuat dengan
tujuan mengidentifikasi dan menganalisis
permasalahan hukum yang sedang dihadapi
oleh klien dari advokat/konsultan hukum.
LAWYER Permasalahan
Dasar Hukum

Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu

Pemilu dan regulasi teknis lainnya tidak mengatur ketentuan tentang penundaan
pemilu, yang dikenal dalam UU Pemilu hanya terdapat 2 (dua) istilah, yaitu :
1) Pemilu Lanjutan yaitu dalam hal terdapat suatu kondisi diluar kekuasaan
(forcemajeure) maupun kondisi terpaksa (overmacht) yang menyebabkan
sebagian tahapan tidak dapat dilaksanakan
2) Pemilu Susulan yaitu dalam hal terdapat suatu gangguan dalam seluruh
tahapan.
Pasal 22E ayat (1) UUD 1945.

"Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk
satu kali masa jabatan".

Penundaan Pemilu 2024 akan berdampak pada pasal lain dalam konstitusi
Indonesia. Penundaan Pemilu 2024 akan menyebabkan Presiden dan Wakil
Presiden akan menjabat lebih lama dari yang seharusnya diamanatkan oleh
konstitusi. Jika merujuk kepada konstitusi, ketika masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden telah habis, maka Presiden dan Wakil Presiden akan
kehilangan legitimasi dan kewenangan yang dimilikinya. Kecuali, Indonesia
mengalami kondisi darurat, di mana Pemilu tidak dapat dilaksanakan.
Pasal 432 ayat (1) UU 7/2017

"Dalam hal di sebagian atau seluruh Wilayah Negara Kesatuaan Republik


Indonesia terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana alam, atau
gangguan lainnya yang mengakibatkan seluruh tahapan Penyelenggaraan
Pemilu tidak dapat dilaksanakan, dilakukan Pemilu susulan". Pemilu susulan
yang dimaksud, dilakukan untuk seluruh tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
Legal Opinion

1. Setiap jenis dan tingkatan kekuasaan kehakiman memiliki kompetensi masing-masing.


2. Gugatan yang diajukan Partai Prima merupakan gugatan perdata yaitu gugatan
Perbuatan Melawan Hukum (PMH) biasa, bagaimana mungkin gugatan yang
sifatnya hukum privat, sementara petitum dan putusannya mempengaruhi tata kelola
pemilu (electoral governance) yang sifatnya hukum publik
3. Upaya penundaan pelaksanaan pemilu 2024 sangat tidak sejalan dengan prinsip
demokrasi konstitusional Indonesia, Pemilu merupakan sarana kedaulatan rakyat
untuk memilih wakil dan pemimpinnya secara berkala, pemilu juga merupakan
kudeta yang paling konstitusional.
Legal Reasoning
Sesuai aturan Undang-undang
Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu

Kegiatan pemilu akan ditunda Jika tidak ada permasalahan


jika memang terjadi seperti yang tertera dalam
kerusuhan, gangguan aturan UU Nomor 7 tahun
keamanan, bencana alam, atau 2017, maka penundaan pemilu
gangguan lainnya yang tidak dapat dilakukan, KPU
mengakibatkan seluruh dan penyelenggara pemilu
tahapan Penyelenggaraan lainnya tetap harus mengawal
Pemilu tidak dapat pemilu 2024 agar terlaksana
dilaksanakan, dilakukan sesuai tahapan dan program
Pemilu susulan yang telah ditetapkan.
Legal Reasoning

1. Unsur perbuatan telah terbukti dengan adanya perbuatan KPU yang tidak menaati Putusan Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) Nomor 002/PS.REG/BAWASLU/X/2022 yang pada intinya
memberikan kesempatan kepada Penggugat untuk melakukan perbaikan data verifikasi
administrasi partai politik.
2. Unsur melawan hukum yang dibuktikan dengan perbuatan Tergugat melanggar Pasal 44 jo.
Pasal 46 Peraturan KPU Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan Pendaftaran
Pada Peserta Pemilu yang mengatur Rekapitulasi Hasil Verifikasi Administrasi oleh Komisi
Pemilihan Umum dan Penyampaian Dokumen Persyaratan Perbaikan.
3. Unsur kerugian yang dibuktikan dengan mengutip Putusan Bawaslu Nomor
002/PS.REG/BAWASLU/X/2022 yang menyebutkan hak konstitusional Penggugat sebagaimana
telah dijamin dalam perundang-undangan dan perbuatan Tergugat telah nyata menimbulkan
kerugian konstitusional Penggugat.
4. Unsur kesalahan dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah KPU selaku subjek hukum yang
memiliki dan mengendalikan SIPOL sehingga kerugian apapun yang disebabkan oleh kerusakan
SIPOL, KPU bertanggung jawab untuk mengganti kerugian tersebut.
Kesimpulan

Putusan Nomor 757/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst merupakan putusan


sengketa perdata biasa yang melibatkan Partai PRIMA sebagai
Penggugat dan KPU sebagai Tergugat. Selain itu, hakim seharusnya
menyatakan bahwa petitum dikabulkan sebagian dengan
mengecualikan petitum poin 5 (lima) karena bukan merupakan
kompetensi absolut yang dimiliki peradilan umum. Putusan yang
mengabulkan penundaan pemilu tersebut sangat tidak logis dan
tidak dapat dipertanggungjawabkan dan hanya menunjukkan
kesewenang-wenangan lembaga peradilan.
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai