Anda di halaman 1dari 2

NAMA : MARIA ALDA RATNA SARI

NIM : A1011211171

KELAS : KRIMINOLOGI B

Dosen : Dr. H. Aswandi, SH., M.Hum

Tugas

Analisis putusan jakarta pusat terhadap kasus gugatan perdata antara partai prima dan KPU

A. Analisis kriminologi kritis :

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 2 Maret 2023 memerintahkan Komisi Pemilihan
Umum (KPU) melakukan penundaan Pemilu 2024 dalam gugatan perdata yang diajukan Partai Prima
sebab tak lolos verifikasi parpol. Usai putusan diketok, berbagai pihak beramai-ramai mengkritik
keputusan tersebut. Mereka menganggap hakim PN Jakarta Pusat telah melanggar yurisdiksi dengan
memutuskan perkara yang seharusnya tak ditangani Pengadilan Negeri.Pakar Hukum Tata Negara dari
Universitas Andalas, Feri Amsari, menjelaskan kewenangan Pengadilan Negeri dalam penanganan
perkara perbuatan melanggar hukum (PMH) telah diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2
Tahun 2019 Pasal 10 dam Pasal 11.

Berikut putusan lengkap PN Jakpus atas giugatan Partai Prima kepada KPU.

Dalam Eksepsi

Menolak Eksepsi Tergugat tentang Gugatan Penggugat Kabur/Tidak Jelas (Obscuur Libel);

Dasar pokok perkara

1. Menerima Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Penggugat adalah partai politik yang dirugikan dalam verifikasi administrasi oleh
Tergugat;

3. Menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum;

4. Menghukum Tergugat membayar ganti rugi materiil sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) kepada Penggugat;

5. Menghukum Tergugat untuk tidak melaksanakan sisa tahapan Pemilihan Umum 2024 sejak putusan
ini diucapkan dan melaksanakan tahapan Pemilihan Umum dari awal selama lebih kurang 2 (dua ) tahun
4 (empat) bulan 7 (tujuh) hari;
6. Menyatakan putusan perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu secara serta merta (uitvoerbaar bij
voorraad);

7. Menetapkan biaya perkara dibebankan kepada Tergugat sebesar Rp.410.000,00 (empat ratus sepuluh
ribu rupiah)

Faktor faktor penyebab :

Suasana kebingungan pun merundung konflik segitiga PN Jakarta Pusat, Partai Prima, dan KPU. Hal itu
semakin membingungkan setelah terberitakan juga bahwa sebenarnya Partai Prima sama sekali tidak,
sekali lagi, tidak menghendaki denda ganti rugi, apalagi pemilu ditunda demi memperpanjang masa
jabatan presiden.Sebenarnya yang dikehendaki penggugat hanya KPU berkenan mengizinkan Partai
Prima ikut serta dalam Pemilu 2024. Itu saja.

Menurut aturan yang telah diatur dalam peraturan Mahkamah agung jika ada pihak yang mengajukan
perkara PMH ke Pengadilan Negeri, maka perkara bakal dilimpahkan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN). Sebab, Pengadilan Negeri tak memiliki wewenang mengadili perkara jenis itu.

sengketa pemilu pada dasarnya adalah permasalahan yang tunduk pada lex spesialis (hukum yang
bersifat khusus) tentang hukum pemilu, dalam hal ini UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Maka Partai
Prima yang merasa dirugikan oleh verifikasi administrasi KPU hingga tidak lolos ke tahap verifikasi
faktual seharusnya merupakan sengketa proses pemilu yang harus diproses lewat upaya hukum ke
PTUN.

Nah jika pun Pengadilan Negeri sudah menjalankan perkara tersebut karena luput, khilaf, misalnya,
maka harus diputus tidak dapat diterima. Aturan ini sudah ada dari tahun 2019 dan telah menjadi tradisi
di Pengadilan Negeri untuk melimpahkan perkara PMH ke PTUN. Jika ada pemohon yang "nekat"
mengajukan PMH ke Pengadilan Negeri, maka Pengadilan Negeri bakal menolaknya. Namun khusus
untuk PMH ini diajukan di PN Jakarta Pusat, kemudian dijalankan bahkan diputuskan perkaranya. Jadi,
ini sudah dilanggar.

Hukum acara perdata akan memahami bahwa kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran formil.
Artinya, majelis hakim seharusnya tidak masuk ke dalam ranah materiil untuk menentukan apakah
penggugat telah memenuhi syarat sebagai partai politik peserta pemilu. Sederhananya, garis demarkasi
pembuktiannya ada pada apakah tergugat melaksanakan atau tidak melaksanakan putusan Bawaslu RI.

Anda mungkin juga menyukai