Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fikri AInulyaqien

NPM : 2322010457
Semester/Prodi : 1-F/Administrasi Publik
Mata Kuliah : Paradigma Administrasi Publik
Dosen Pengampu : Imran Ramdani SKM., MM., CPHR., CHCM.

Jawaban Tugas Paradigma Administrasi Publik


1. Saksi ahli dalam sidang pelanggaran etik KPU antara lain ada Drs. Ratno Lukito, Dr.
Charles Simabura, dan Prof M. Rullyandi. Adapun saksi ahli yang tidak hadir dalam sidang
tersebut adalah Prof. Marwara
2. Berikut adalah nomor-nomor perkara dan satu kasusnya:
a. -Perkara nomor 135-PKE-DKPP/XII/2023
b. -Perkara nomor 136-PKE-DKPP/XII/2023
c. -perkara nomor 137-PKE-DKPP/XII/2023
d. -perkara nomor 141-PKE-DKPP/XII/2023
Kasus sidang pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu
(KEPP).
3. Berikut adalah beberapa pertanyaan dari pengadu yang disampaikan pada sidang tersebut:
a. Apakah menurut ahli tindak lanjut putusan MK itu sudah dilakukan oleh DPR atau
Presiden?
b. Apakah saat penerimaan pendaftaran yang dilakukan oleh KPU itu suatu perbuatan
hukum? Apakah saat KPU menerima pendaftaran Prabowo dan Gibran pada tanggal 25
Oktober 2023 itu adalah perbuatan hukum?
c. JIka itu adalah perbuatan hukum, apakah perbuatan KPU itu perbuatan hukum, karena
notabenenya, usia Gibran belum 40 tahun sebagaimana PKPU no. 19 tahun 2023?
d. APakah saat menerima proses pendaftaran peserta pilpres 2023 itu KPU menggunakan
dasar hukum PKPU no. 19 tahun 2023?
e. Apakah syarat PKPU 2024 diberlakukan untuk semua capres dan cawapres atau
dikecualikan untuk anak presiden
f. Pada tanggal pendaftaran ANis dan Ganjar tanggal 19 Oktober 2023, bagaimana
pendapat ahli tentang itu terdapat keterangan palsu saat pendaftaran itu dilakukan?
g. Apa pendapat ahli ketika cara penerimaan anggota baru dibuat pada tanggal 27 Oktober
2023 sedangkan tes kesehatan sudah dilakukan sebelum acara itu dibua, apakah itu
termasuk obvious of power seperti apa?
h. Apakah PKPU no. 23 tahun 2023 dapat diberlakukan untuk menjadi dasar hukum
penerimaan pendaftaran tanggal batas waktu 25bOktober 2023 dan apa juga dapat
diberlakukan untuk berita acara verifikasi dokumen pada tanggal 28 Oktober 2023?
4. Berikut adalah beberapa pertanyaan dari teradu yang disampaikan pada sidang tersebut:
a. Apakah saudara pernah membuat kajian atau tulisan tentang hukum konstitusi atau
penafsiran hukum tata negara?
b. Undang-undang no. 7 tahun 2017 tentang pemilu itu sepengetahuan saudara
diundangkan kapan?
c. Apakah saudara ahli mengikuti perkembangan undang-undang no. 7 tahun 2017 itu
sudah berapa kali diuji norma dimahkamah konstitusi, sejak diundangkan sampai
sekarang?
d. Apakah saudara membaca amar putusan Mahkamah Konstitusi no. 19 tahun 2023?
Sekiranya berkenan mohon dibacakan amar putusannya!
e. Undang-undang no 7 tahun 2017 tentang pemilu selengkapnya berbunyi berusia dan
seterusnya,apa makna dari prasa tersebut menurut ahli?
f. Sejak kapan putusan Mahkamah konstitusi (MK) berlaku?
g. Apakah prosedur hukum pemilu itu Batal semua/cacat hukum semua?
h. Kalau selama kurun waktu undang-undang diundangkan apakah itu dapat dikategorikan
sebagai leaving konstitusional?
i. Apakah saudara ahli mengikuti perkara ini?
j. Apakah putusan Mahkamah konstitusi (MK) dapat menguatkan bahwa prosedur ini
konstitusional?
k. Apakah saudara dapat memahami pasal 10 Ayat 1 undang-undang no 8 tahun 2011
Tentang Mahkamah konstitusi (MK)?
5. Pertanyaan pendalaman dari anggota majelis DKPP antara lain sebagai berikut:
a. Menurut saudara bahwa putusan Mahkamah konstitusi (MK) itu harus ditindaklanjuti
dengan perubahan undang-undang, menurut saudara ahli menindaklanjuti putusan
Mahkamah konstitusi (MK) itu apakah yang pertama harus melakukan undang-undang
yang kedua, Cukup dengan surat edaran saja?
b. Menurut saudara ketika putusan Mahkamah konstitusi (MK) itu final sementara
perubahan belum memungkinkan diberlakukan karena singkatnya waktu itu dan
penetapan sudah berjalan, apakah itu patut atau tidak patut?
c. Apakah menurut saudara yang menjdi acuan itu undang-undang pembentukan program
perundangan-undangan 12 tahun 2011 perubahannya,apakah teradu ini bisa
menggunakan kewenangannya dan menetapkan KPU menurut undang-undang no 7
tahun 2017,hal mana yang seharusnya arus didahulukan diantara dua keputusan undang-
undang ini?
d. Apakah seseorang masih mempunyai hati nurani bahkan saat melanggar negara?
Menurut pendapat ahli,para pengadu ini kadar pelanggar etik terhadap hati nurani,kalau
dikatakan berat dari 1-10, berapa proporsi pelanggaran mereka ini dalam memutuskan
putusan mereka?
6. Dari sidang tersebut, berikut kesimpulan menurut saya pribadi:
Pencalonan presiden atau wakil presiden merupakan suatu hal yang dianggap serius
karena bisa berpengaruh bagi kelangsungan hidup rakyat Indonesia nantinya. Adanya aturan
syarat bagi calon presiden dan calon wakil presiden telah diputuskan agar tidak terjadi
kesenjangan ketika terpilih nanti. Seperti yang terjadi saat ini, pencalonan Gibran sebagai wakil
presiden yang belum berumur 40 tahun dan baru saja mendapat jabatan menjadi waalikota di
Surakarta merupakan suatu hal yang tentu saja dipertanyakan apakah nanti beliau mampu
memimpin negeri ini dengan pengalaman 2 tahun menjabat sebagai walikota? Apakah karena
beliau anak presiden yang aktif sehingga syarat umurpun diabaikan? Apakah tidak ada calon lain
dari sekian jutaan warga Indonesia yang layak menjadi calon presiden?
Oleh karena itu diadakannya sidang tersebut untuk mengadili ketua KPU dan keenam
anggotanya yang menerima bahkan menetapkan Gibran sebagai calon wakil presiden sebelum
mengubah Peraturan KPU No. 19 Tahun 2023 yang masih mengatur usia minimal cawapres 40
tahun. Hal tersebut melanggar norma karena tidak boleh sewenang-wenang menetapkan kandidat
calon presiden atau wakil presiden yang tidak memenuhi syarat, dan jika ingin menetapkanpun
harus dengan beberapa proses. Hal ini merupakan bentuk pelanggaran etik yang sangat berat
yang dilakukan oleh KPU. Legal disobedience yang dilakukan oleh KPU telah mengakibatkan
rentetan perbuatan melawan hukum dan pelanggaran etika yang besar.
7. Berikut adalah narasi singkat mengenai sidang tersebut:
Dalam sidang etika DKPP mendengarkan keterangan tiga saksi ahli, Drs. Ratno Lukito,
Dr. Charles Simabura, dan Muhammad Rullyandi, terkait dugaan pelanggaran Kode Etik
Penyelenggara Pemilu (KEPP) dalam perkara Nomor 135-PKE-DKPP/XII/2023, 136-PKE-
DKPP/XII/2023, 137-PKE-DKPP/XII/2023, dan 141-PKE-DKPP/XII/2023. Fokus sidang adalah
Ketua dan Anggota KPU RI. Ratno Lukito, saksi Ahli dari pihak Pengadu, menyoroti
pelanggaran Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-undangan
oleh Teradu. Pelanggaran tersebut terkait dengan Sertifikat Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
Nomor 90/PUU-XXI/2023 yang mengatur usia minimal calon presiden dan calon wakil presiden.
Di akhir persidangan sebelum penutupan, ada penambahan dari pihak pengadu, bahwa
diadakannya sidang ini adalah dalam rangka kebaikan bangsa dan negara Indonesia, untuk
meluruskan bahwa Pilpres ini harus mengikuti aturan yang berlaku, jika tidak bagaimana dengan
Pilpres kedepannya apakah akan seperti ini, melanggar etika tanpa konsultasi ke DPR? Jika ini
dibiarkan terjadi maka akan seperti apa bangsa Indonesia ini jadinya. Sidang ini juga bukan
untuk menjelekkan nama baik KPU tetapi untuk kelangsungan bangsa Indonesia, ujar salah satu
dari pihak pengadu.

Anda mungkin juga menyukai