NIM : 2108016201
Kelas :E
Menyoal Pengujian Undang - Undang Cipta Kerja 2.0 dan Undang - Undang Pemilu
tentang Usia Calon Presiden/Wakil Presiden
EKSAMINATOR 1
Bahwa sebenarnya kita sama sama paham perpu adalah Hak Presiden memenuhi syarat
perpu nomor 2 tahun 2022. karena permohonan uji formil dikabulkan walau konstitusi
bersyarat dab mahkamah dalam purusan tenggat waktu perbaikan 2 tahun. Putusannya
menjadi 54 menimbulkan perdebatan, point yang pentung UU Nomor 11 tahun 2022
sudah banyak kegiatan yang mendasar. Alasan kedaruratan mahkamah memberikan
waktu 2 tahun untuk pernaikan melakukan tindak lanjut meminta pemerintah
memperbaiki putusan 91 dan mahkamah mencoba untuk menafsirkan bahwa
masyarakat terlibat secara nyata di dalam sana tetapi amanat 91 tidak dilakukan oleh
pemerintah sebenernya kebijaka pemerintah dalam membuat perpu nomor 2 tahun
2022 tidak mematuhi atau menghindar dari apa yang di amanatkan dan membuat jalan
pintas sehingga membuat pemerintah tidak patuh dan merendahkan harkat martabat
mahkamah konstitusi merusak marwah mahkamah atau Mekanisme yang terjadi di DPR
Perpu Nomor 2 Tahun 2022 dan disetujui oleh DPR ada yg menarik design opinion,
melihat banyak kerusakan dan hal hal yang terjadi, banyak hal yang tidak boleh
dilakukan tetapi sudah terjadi disana. Putusan Kuantitatif karena hanya terjadi
pergereseran, sehingga putusan mahkamah konstitusi ini merupakan putusan
kuantitatif tidak kualitatif.
EKSAMINATOR 2
1. Duduk perkara kita sama sama paham bahwa ada putusan mk yang ber
inskunsitutional pemecatan hakim pak aswanto karena terkait putusan 91. melanggar
putusan 91 sendiri dan pengesahan kami awalnya menguji lerpunya dan sepakat tidak
menarik permohonan kami maka kemudianmk sedniri yang memberikan permohonan
baru terkait UU Nomor 6 tahun 2023. lebih fokus ke persoalan perosalan dari presiden
yang mengeluarkan perpu ini. apa yang kami ajukan yaitu argumenatasi di persidangan
dan permohonan.
2. Proses UU Cipta Kerja harus batal : cacat formil kenapa karena tentu saja tidak sulit
sampai pada argumen bahan perpu menjadi uu bahwa tidak boleh, masa sidang DPR
setelah Perpu di Putuskan kemudian Putusan MK 43 Peraturan DPR secara tidak clear
namun menjelaskan persetujuan atau tidak persetujuan jika tidak ada jawaban maka
dpr tidak menyetujui harusnya menurut kami dan ini menjadi problematik. tidak ada
kegentingan yang menjasa karena tidak ada kepentingan hukum yang mendasar tidak
ada kekosongan hukum yang terjadi disana. Putusan Perpu adalah bentuk contren MK
dari Presiden semacam pelecehan pada lembaga mk seharusnya MK menolak karena
memberikan signal ketidakhormatan pada Putusan 91, melihat MK sebagai satu
lembaga yang sayangnya kehilangan marwahnya karena berbagai faktor bagaiamana
etika kenegarawannya luntur, terjadi pelanggaran indeoedensi hakim aswanto dan
sekarang dilanjutkan putusan 90 seharusnya kita melakukan langkah langkah
penyelematan eksaminasi dan advokasi sudah mengajukan pengaduan merupakan
bentuk langkah cinta kepada kelembagaan mahkamah konstitusi.
EKSAMINATOR 3
dissenting opinion
Hakim Konsttusi Wahiduddin Adam, Hakim Konstitusi Saldi Isra, Hakim Konstlusi Enny
Nurbaningsih dan Hakim Konstitusi Suhartoyo Putusan Mahkamah Konsttusi Nomor
SAPUL.XX0/2023.
Dalam pertimbangan Putusan 54: kedua hail yang diamanafian oleh Mahkamah dalam
Putusan Mahikamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XVI2020 selah dilaksanakan oleh
pembentuk undang-undang sebagai adressaf putusan a quo, yaitu membentuk:
landasan hukum metode omnibus dan memperbaiki tata cara pembentukan UU
11/2020 sebelum jangka waktu 2 (dua) tahun berakhir.
EKSAMINATOR 4
Perihal Di sidangkan masa sidang berikutnya Alasan utama Mahkamah ada di halaman
413; Bahwar ada good faith Presiden untuk mendapatkan kepastioan hukum Perpu. dan
tidak terdapat adanya upaya untuk membuang waktu (wasting time) bagi DPR dalam
menyidangkan Perpu. Alasan yang mengada-ada: