Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS HUKUM
Jl. Sosio Yustisia No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta, 55281 Telp. / Fax. (0274) 512781
website : law.ugm.ac.id | email : hukum-hk@ugm.ac.id & dekan-hk@ugm.ac.id

UNIVERSITAS GADJAH MADA SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)


FAKULTAS HUKUM SEMESTER GASAL TA 2021/2022
PROGRAM STUDI
MAGISTER KENOTARIATAN Tanggal: 7 Desember 2021

MATA KULIAH : Politik Hukum


KELAS : A, B, dan C
DOSEN : Tim Dosen Politik Hukum
WAKTU : 100 Menit (pukul 14.00 – 15.40 WIB)
SIFAT UJIAN : Closed book dan mandiri

PETUNJUK UJIAN:

1. Terdapat 7 butir soal dalam Ujian ini;


2. Kerjakan secara terpisah pada Lembar Jawaban Ujian;
3. Kerjakan secara Mandiri/Tidak Bekerja Sama dengan Orang Lain;
4. Tidak dibolehkan untuk copy and paste materi apapun dari sumber manapun – jawablah dengan
menggunakan kalimat Saudara sendiri. Saudara wajib mencantumkan footnotes secara jelas dan
lengkap untuk semua sumber yang digunakan dalam jawaban Saudara. WASPADAI
PLAGIARISME!
5. Kirimkan SATU KALI saja jawaban Saudara melalui SIMASTER UGM sebelum waktu ujian
berakhir, penamaan file lembar jawab ditentukan sebagai berikut: Nomor Kursi_NIM_Nama
Mahasiswa_Nama Mata Kuliah. Waktu pengiriman akan tercatat di SIMASTER UGM;
6. Keterlambatan pengiriman lembar jawaban hanya dilakukan melalui email
harpurwanto@gmail.com dan mendapatkan pengurangan poin/nilai.

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH NOMOR SOAL


1. CPMK 1: Mahasiswa mampu menjelaskan dan merefleksikan 1
hubungan antara hukum dan politik dalam bidang kenotariatan
2. CPMK 2: Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang 2 sampai 6
makna politik hukum, khususnya dalam bidang kenotariatan
3. CPMK 3: Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami politik 7
hukum kenotariatan khususnya terkait dengan kedudukan akta
notaris sebagai alat bukti

“Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman,
namun tidak jujur itu, sulit diperbaiki.” (Bung Hatta)
Mas ari : politik hukum bagaikan rel dan kereta api, rel itu hukum yang mendasari. Politik itu
keretanya. Madam dahliana : tujuan hukum berdasarkan masinisnya ingin kemana? Ketika tujuan
politik melenceng, maka ini menyimpangi ius constituendum (cita-cita dari hukum itu)

Hukum yg melandasi pergerakan politik.

Politik tanpa hukum itu dzolim, hukum tanpa politik lumpuh.

SOAL:
1. Dengan menggunakan 3 tipe hubungan Hukum dan Politik, jelaskan merefleksikan hubungan hukum
dan politik yang manakah kewenangan Majelis Kehormatan Notaris dalam memberikan persetujuan
untuk proses peradilan sebagaimana disebut dalam Pasal 66 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2014 ?

Dalam memberikan persetujuan untuk proses peradilan, hubungan yang terjadi adalah hukum
sebagai alat untuk mencapai kepentingan politik. Tujuan atau kepentingan politik yang
ditentukan terlebih dahulu adalah pemeriksaan yang berkaitan dengan akta atau protokol notaris.
Kemudian Lembaga peradilan dan Majelis Kehormatan notaris dijadikan alat untuk mencapai
tujuan politik yang sudah ditentukan.

Untuk melindungi tujuan politik untuk melindungi notaris sebagai pejabat umum. Kendaraan
hukumnya yakni dengan menempuh jalan judicial review terhadap UUJN Pasal 66.

2. Jelaskan unsur apa sajakah yang harus ada dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
sebagai wujud Politik Hukum!

Unsur yang harus ada dalam pembentukan perundang-undangan sebagai wujud politik hukum

a. Ius constitutum → hukum yang saat ini sedang berlaku di suatu wilayah
b. Perubahan kehidupan masyakat → Ketika hukum tersebut berjalan, terjadi hambatan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Perubahan kehidupan masyarakat inilah yang
mempengaruhi untuk munculnya ius constituendum
c. Arah perkembangan hukum yang dibangun/ ius constituendum
d. Proses perubahan dari ius constituendum ke ius constitutum, dimulai dari penyusunan,
pembahasan, pengesahan hingga pengundangan

3. Pada tahun 2014, Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Apakah pemikiran yang melatarbelakangi
amandemen UUJN No. 30 Tahun 2004 termasuk dalam kategori perubahan hukum progresif?
Jelaskan dalam maksimal 200 kata!

Amandemen UUJN Nomor 30 Tahun 2004 merupakan perubahan hukum progresif karena
Amandemen UUJN lahir dari aspirasi masyarakat mengenai ketentuan-ketentuan dalam UUJN
yang tidak sesuai dengan keadaan saat ini/ tidak mencerminkan asas equality before the law,
“Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman,
namun tidak jujur itu, sulit diperbaiki.” (Bung Hatta)
misalnya pada pasal mengenai majelis pengawas daerah (MPD). Amandemen UUJN juga
dikatakan sebagai perubahan hukum yang progresif karena ia melihat mengenai perkembangan
yg terjadi di masyarakat di masa yang akan datang, yang salah satunye terlihat pada
diterapkannya cyber notary

Cyber notary = semua kewenangan notaris berdasarkan alat elektronik, misalnya: berdasarkan
pasal 15(3) UUJN “selain kewenangan sebagaimana diatur dalam pasal 1(2) notaris mempunyai
kewenangan lain yg diatur dalam per uu.” Kewenangan yg dimaksud ini contohnya adalah
kewenangan mensertifikasi transaksi yg dilakukan secara elektronik, membuat akta ikrar waqaf
dan hipotek pesawat terbang. Contoh lain cyber notary adalah digitalisasi dokumen dan
pelaksanaan rapat umum secara teleconference

4. Bahwa peraturan perundangan bidang kenotariatan di Indonesia, sejak awal kemerdekaan


berlandaskan pada Stb. 1860 No. 3 hingga dewasa ini telah mengalami berbagai perubahan.
Peraturan perundangan di bidang kenotariatan yang ada dewasa ini disamping UU No. 30 Tahun
2004, UU No. 2 Tahun 2014, serta berbagai peraturan Menteri Hukum dan HAM.
a. Bagaimana politik hukum pembinaan dan pengawasan notaris, sejak Stb. 1860 No. 3 hingga
dewasa ini?
b. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugasnya, dapatkah dikatakan Notaris melakukan
proses politik hukum ?

4. Bahwa peraturan perundangan bidang kenotariatan di Indonesia, sejak awal kemerdekaan


berlandaskan pada Stb. 1860 No. 3 hingga dewasa ini telah mengalami berbagai perubahan.
Peraturan perundangan di bidang kenotariatan yang ada dewasa ini disamping UU No. 30 Tahun
2004, UU No. 2 Tahun 2014, serta berbagai peraturan Menteri Hukum dan HAM.

c. a. Bagaimana politik hukum pembinaan dan pengawasan notaris, sejak Stb. 1860 No.
3 hingga dewasa ini?
d. b. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugasnya, dapatkah dikatakan Notaris
melakukan proses politik hukum ?

a. Politik Hukum Pembinaan dan Pengawasan Notaris

Pada masa diterapkannya Staatblad 1860, kewenangan untuk pengawasan notaris ada pada
hakim. Begitu juga pada saat diterapkannya UU Nomor 14 Tahun 1970, kewenangan kekuasaan
kehakiman tidak hanya pada litigasi/ peradilan tetapi juga administratif. UU Nomor 14 Tahun
1970 kemudian diganti dengan UU Nomor 35 Tahun 1999. Undang- Undang tersebut kemudian
dicabut dan diganti dengan UU Nomor 4 Tahun 2004. Dalam Undang tersebut, terdapat
perbedaan yang sangat signifikan yang hakim hanya berkuasa di bidang peradilan saja.
Kemudian lahir UUJN Nomor 30 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa notaris diawasi oleh
Majelis Pengawas Notaris. Pasal ini kemudian diajukan ke MK, dan keluar putusan bahwa pasal
yang menyatakan bahwa notaris yang akan diperiksa harus mendapat izin dari Majelis Pengawas
Daerah tidak konstitusional. Kemudian ada Perubahan UUJN yang menyatakan bahwa bukan
lagi hakim yang menjadi pengawas, tetapi Majelis Kehormatan Notaris.

“Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman,
namun tidak jujur itu, sulit diperbaiki.” (Bung Hatta)
b. Dapatkah notaris melakukan proses politik hukum? Ya, notaris dapat melakukan proses politik
hukum dengan cara melakukan pengkajian kebijakan pemerintah, khususnya dalam bidang
hukum perdata, dalam upaya untuk menetapkan hukum yang seharusnya berlaku guna memenuhi
kebutuhan masyarakat. Contohnya sebelum adanya UUJN, terdapat aturan-aturan yang
mengikuti Staatblad 1860 Nomor 3 seperti honorarium, wakil notaris, dan sebagainya. Hal itu
diatur dalam aturan yang berbeda-beda. Kemudian ada kebutuhan-kebutuhan penggunaan jasa
notaris di masyarakat, yang memang menginginkan satu unifikasi hukum pada saat itu. Maka
proses politik hukumnya adalah pembuatan Rancangan Undang-Undang Jabatan Notaris yang
kemudian disahkan menjadi UU Nomor 30 Tahun 2004.

Menurut mas ari kiyowo : pengkajian kebijakan pemerintah bukan proses politik hukum
melainkan proses pemb

Menurut opung : poin b udah right.ada kepentingan di dalamnya.

5. Jelaskan mengapa Politik Hukum pengangkatan Notaris menurut ketentuan Undang Undang Nomor
30 Tahun 2004 ada perbedaannya dengan menurut ketentuan Undang Undang Nomor 2 Tahun
2014 !

Perbedaan Politik Hukum Pengangkatan Notaris Pada UU Nomor 30 Tahun 2004 dengan UU
Nomor 2 Tahun 2014
Pada UU Nomor 30 Tahun 2004 → diawali dari Pasal 2 dan pengangkatan notaris dilakukan oleh
Menteri kehakiman. Syarat untuk diangkat menjadi notaris adalah telah menjalani magang
selama 1 tahun berturut-turut

Setelah UU Nomor 2 Tahun 2014 → diawali dari Pasal 2, tetapi ada perubahan mengenai syarat
untuk diangkat menjadi notaris adalah telah menjalani magang selama 2 tahun. Selain itu, juga
terdapat perubahan yang terdapat dalam Pasal 3 huruf h, yaitu syarat untuk diangkat sebagai
notaris adalah tidak pernah melakukan perbuatan hukum yang tercela atau melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara selama 5 tahun atau lebih.

Mas jastin biber : menambah waktu magang: agar calon notaris dapat lebih kompeten untuk menjalankan
profesinya kelak :*, kemudian terkait syarat perbuatan tercela dan pidana: artinya, notaris dianjurkan
untuk bersih dari segala Tindakan tercela dan pidana (pakai vanish) karena dlm politik hukum, notaris
tidak boleh kena kasus pidana karena notaris adalah perpanjangan tangan negara.
6. Jelaskan, mengapa baik di dalam Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 maupun di dalam Undang
Undang Nomor 2 Tahun 2014 diatur tentang adanya pengawasan terhadap Notaris !

Dalam UUJN diatur mengenai adanya pengawasan terhadap notaris karena notaris
merupakan perpanjangan tangan dari negara, ia bertanggung jawab dalam pembuatan
akta autentik dan akta autentik memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Oleh
karena itu notaris memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam melaksanakan
jabatannya termasuk dalam pembuatan akta otentik, dan dalam hal ini diperlukan adanya
Lembaga yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memeriksa apabila di
kemudian hari terjadi pelanggaran terhadap kode etik notaris.
“Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman,
namun tidak jujur itu, sulit diperbaiki.” (Bung Hatta)
7. Sehubungan dengan terjadinya perkembangan dalam Teknologi Elektronik, membawa perubahan
pada tata-kelola dunia perniagaan, keberadaan otoritas publik yang berkompeten (termasuk notaris)
untuk melakukan simplikasi dan format standar dalam mensertifikasi keautentikan suatu dokumen
publik menjadi bentuk yang elektronik, sebagaimana disinggung dalam: The Convention Abolishing
the Requirement of Legalisation for Foreign Public Document. Perkembangan demikian berpengaruh
pada kewenangan notaris di Indonesia, sebagaimana diatur dalam Pasal 15 UU No. 2 Tahun 2014
berikut penjelasannya bahwa terdapat beberapa kewenangan utama dan kewenangan tambahan
notaris. Salah satu kewenangan tambahan bagi notaris adalah dalam bidang Cyber Notary. Sudara
sebagai calon Notaris, sehubungan dengan kewenangan tambahan dalam bidang Cyber Notary:
a. Apakah hal demikian dapat dimaknai bahwa tanda-tangan elektronik bagi para pihak dalam
pembuatan akta notaris (akta autentik) dapat menggantikan tanda tangan basah ? Jelaskan !
b. Bagaimana jaminan keotentikan (keaslian) dan statusnya sebagai alat bukti, atas suatu dokumen
yang telah disertifikasi secara elektronik ? Jelaskan berikut dasar hukumnya !

a. TIDAK. berdasarkan Penjelasan Pasal 15 ayat (3) UUJN, kewenangan cyber notary
yang dimiliki oleh notaris bukan merupakan kewenangan untuk melakukan
penandatanganan secara elektronik, tetapi kewenangan untuk mensertifikasi transaksi
yang dilakukan secara elektronik. Karena notaris merupakan pejabat publik,
pensertifikasian secara elektronik dilakukan untuk menjaga keautentikan suatu dokumen.
Jadi, proses penandatanganan yang dilakukan dalam akta notaris wajib ditandatangani
dengan tanda tangan basah karena ini bersifat mutlak.

b. Dokumen yang telah disertifikasi secara elektronik tetap menjadi alat bukti yang
sempurna. Dasarnya adalah Pasal 5 ayat 1-4 UU ITE yang berbunyi:
(1) informasi elektronik dan atau dokumen elektronik dan/ atau hasil cetaknya merupakan
alat bukti yang sah

(2) informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik dan/ atau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai
dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia
(3) informasi atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem
elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

(4) Ketentuan mengenai informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:

a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan
b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat dengan akta notaril
atau akta yang dibuat oleh PPAT
Dengan demikian, dokumen yang disertifikasi oleh notaris tetap menjadi alat bukti yang sah
selama tidak melanggar ketentuan pada pasal di atas.

“Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman,
namun tidak jujur itu, sulit diperbaiki.” (Bung Hatta)

Anda mungkin juga menyukai