Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER TAHUN AKADEMIK GANJIL 2022-2023

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM - FAKULTAS HUKUM - UBHARA


JAYA MATAKULIAH : POLITIK HUKUM (kelas BEKASI)
DOSEN : Dr. Dwi Andayani Budisetyowati,S.H.,M.H

Waktu : SABTU, 5 Nov 2022


Pk. 8.00 – 10.00 ONLINE
Perhatian:
Tulis nama dan NPM di Soal dibuat oleh dosen: Disetujui oleh: Kaprodi
kolom jawaban yang telah Magister Ilmu Hukum
disediakan.
Jawaban dikumpulkan
beserta lembar soal.
Dr. Dwi Andayani Bs, S.H.,M.H NIDN:0324015802 Dr. Lusia Sulastri, S.H., M.H.
NIDN: 0127117401

Soal-Soal UTS

1. Apa arti hukum ? Apakah Negara Indonesia Negara Hukum?


Jelaskan dan buktikan dasar hukum nya

2. apa arti politik? Jelaskan

3. Apa politik determinan terhadap hukum? Atau sebaliknya? Bagaimana pendapat


saudara.

4. .Apa arti pernyataan sebagai berikut " sekalipun produk


hukun yg di hasilkan jumlahnya secara kuantitatif
meningkat,tetapi substantif dan fungsi hukum tidak selalu
meningkat atau sesuai dgn inspirasi masyarakat" jelaskan
menurut pendapat saudara

5. Menurut Prof Mahfud M.D,negara itu bisa di katakan


demokrasi atau otoriter,tergantung pada pilihan konsep
dan indikatornya,bagaimana menurut pendapat
saudara,karena tidak ada negara sepenuhnya demokrasi
dan tidak ada negara yg sepenuhnya otoriter,sampaikan
pendapat saudara setuju atau tidak setuju dan sertakan
alasannya !
UJIAN TENGAH SEMESTER
POLITIK HUKUM
Dosen : DR. Dwi Andayani Bs, S.H.,M.H,

Di Susun Oleh :
Abdul Musyfiq Al-aytami
NPM : 202220251009
Kelas : Bekasi
PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2022
Jawaban No. 1
Hukum adalah peraturan berupa norma dan sanksi yang dibuat untuk mengatur tingkah laku
manusia. hukum menurut Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat berkehendak
bebas dari orang untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain,
dengan mengikuti peraturan tentang kemerdekaan.
negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang berwatak Pancasila yang harus
dibangun. negara hukum yang mana, kita sepakat bahwa Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945
mengatakan, Negara Indonesia adalah negara hukum. maka harus melihat Pembukaan UUD
1945 yang kemudian dikaitkan dengan Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945. Selain itu, menurut saya,
ada negara hukum yang tidak demokratis. Ada pula negara hukum yang berdasarkan
otoritarian. Indonesia memilih negara hukum demokratis. Negara yang dibangun oleh
Indonesia adalah negara hukum demokratis, negara yang berdasar konstitusi yang demokratis
atau negara demokrasi konstitusional. Negara hukum yang demokratis tidak diletakkan dalam
negara hukum yang sekuler tetapi negara hukum yang demokratis berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.

Jawaban No. 2
Secara etimologis, politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis. Polis berarti kota yang
berstatus negara kota (city state). Pengertian politik yang berkembang di Yunani saat itu
dapat ditafsirkan sebagai suatu proses interaksi antara individu dengan individu lainnya demi
mencapai kebaikan bersama.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian politik adalah pengetahuan
mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar
pemerintahan). Pegertian politik juga dikenal sebagai segala urusan dan tindakan (kebijakan,
siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
Sedangkan menurut saya, politik adalah segala sesuatu yang dibuat dengan strategi khusus
untuk mencapai tujuan tertentu demi suatu kepentingan pribadi atau golongan.

Jawaban No. 3
1. Hukum determinan atas politik dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan politik diatur oleh dan
harus tunduk pada aturan-aturan hukum.
2. Politik determinan atas hukum, karena hukum merupakan hasil atau kristalisasi dari
kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan (bahkan) saling bersaingan.
3. Politik dan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan berada pada posisi yang derajat
determinasinya seimbang antara yang satu dengan yang lain, karena meskipun hukum
merupakan produk keputusan politik tetapi begitu hukum ada maka semua kegiatan politik
harus tunduk pada aturan-aturan hukum.

Jawaban No. 4
Produk hukum yang dihasilkan memang secara kuantitatif meningkat tetapi ada beberapai
UU tersebut tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat sebagai contoh :

UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja merupakan omnibus law yang mengatur
perubahan peraturan beragam sektor dengan tujuan memperbaiki iklim investasi dan
mewujudkan kepastian hukum. Terobosan Omnibus Law memungkinkan 80 Undang-Undang
dan lebih dari 1.200 pasal direvisi dengan UU Cipta Kerja yang mengatur multisektor.
Dengan demikian, revisi memangkas pasal-pasal yang tidak efektif. Terobosan ini diperlukan
untuk memperbaiki iklim berusaha, memperbaiki kebijakan horizontal dan vertikal yang
saling berbenturan, meningkatkan indeks regulasi Indonesia yang masih rendah, mengatasi
fenomena hyper regulation dan kebijakan tidak efisien, serta UU yang bersifat sektoral dan
sering tidak sinkron. Tujuan utama dari UU Cipta Kerja adalah mendorong investasi,
mempercepat transformasi ekonomi, menyelaraskan kebijakan pusat-daerah, memberi
kemudahan berusaha, mengatasi masalah regulasi yang tumpang tindih, serta untuk
menghilangkan ego sektoral. Pengesahan UU Cipta Kerja diharapkan dapat memberikan
pengaruh terhadap perkembangan ekonomi yang baik.

Undang-undang diatas memang sudah dibuat dengan sangat baik, akan tetapi ada beberapa
yang banyak merugikan buruh yaitu :

1. Sistem kerja kontrak Dalam UU Cipta Kerja, perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) tidak
dibatasi periode dan batas waktu kontrak. Pasal 81 angka 15 UU Cipta Kerja mengubah
ketentuan Pasal 59 pada UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 81 angka
15 UU Cipta Kerja menyebut, pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu
yang tidak terlalu lama.

2. Praktik outsourcing meluas UU Cipta Kerja tidak mengatur batasan kriteria pekerjaan yang
dapat dipekerjakan secara alih daya atau outsourcing. Berdasarkan UU Ketenagakerjaan,
outsourcing hanya dapat dilakukan jika suatu pekerjaan terlepas dari kegiatan utama atau
terlepas dari kegiatan produksi. Sementara itu, UU Cipta Kerja tidak memberikan batasan
demikian. Akibatnya, praktik outsourcing diprediksi makin meluas. Selain itu, dalam UU
Cipta Kerja juga hanya mengatur peralihan perlindungan pekerja pada perusahaan penyedia
jasa atau vendor lain. Hal ini sebagaimana amanat Putusan Mahkamah Kontitusi (MK)
Nomor 27/PUU-IX/2011.

3. Waktu kerja eksploitatif Dalam UU Cipta Kerja, batasan maksimal jam lembur dari tiga
jam dalam sehari dan 14 jam dalam sepekan, menjadi empat jam dalam sehari dan 18 jam
dalam seminggu. Selain akan berakibat pada kesehatan buruh, besaran upah lembur yang
diterima juga tidak akan sebanding.

4. Berkurangnya hak cuti dan istirahat Dalam UU Cipta Kerja, istirahat bagi pekerja hanya
diperoleh sekali dalam sepekan. Dengan demikian, pengusaha tidak mempunyai kewajiban
untuk memberikan waktu istirahat selama dua hari kepada pekerja yang telah bekerja selama
lima hari dalam sepekan.

5. Rentan alami PHK Buruh rentan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), salah
satunya ketika mengalami kecelakaan kerja. Pasal 81 angka 42 UU Cipta Kerja menyisipkan
Pasal 154A mengenai alasan pemutusan pemutusan hubungan kerja.

Salah satu alasannya yakni pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat
kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan.
Sementara itu, pasal 172 UU Ketenagakerjaan menyatakan buruh berhak atas dua kali
pesangon jika mengalami PHK karena sakit berkepanjangan melebihi 12 bulan. Namun,
ketentuan ini dihapus melalui UU Cipta Kerja.

Jawaban No. 5
Negara demokrasi merupakan negara yang menganut sistem pemerintahan dengan
mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Negara demokrasi berkaitan erat dengan hak asasi manusia. Secara bahasa, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi memiliki pengertian pemerintahan yang seluruh
rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya.
Secara singkat, negara demokrasi berarti memberikan kekuasaan tertinggi kepada rakyatnya.
Berbeda dengan negara otoriter yang berarti sistem pemerintahan politiknya berpusat pada
seorang pemimpin. Biasanya, pemimpin otoriter tidak dibatasi dengan aturan hukum dan
membuat kebijaan negaranya sesuai kehendak pribadi.
Menurut saya perbedaan antara negara demokrasi dan otoriter, yaitu :
1. Sistem Pemerintahan
Pemerintahan pada negara demokrasi dan otoriter menjadi perbedaan yang paling umum.
Sebab, negara demokrasi melaksanakan pemilihan umum yang adil dan jujur, sehingga warga
negara dapat memilih secara langsung pemimpin mereka melalui surat suara.

Lain halnya dengan negara otoriter yang mekanisme pemilihan pemimpinnya hanya
dilakukan sebagai formalitas saja atau bahkan sama sekali tidak diterapkan. Diktator
cenderung berpegang teguh pada kekuasaan, sehingga gagasan tentang pemilihan umum
bertentangan dengan prinsipnya.

Dalam buku Demokrasi dan Autokrasi karya Aidul Fitriciada Azhari, kepemimpinan negara
otoriter bersifat personal. Selain itu, mereka juga tidak memiliki ideologi resmi dan umumnya
berupa pandangan dari pemimpin itu sendiri.

Pemerintah otoriter cenderung menoleransi pluralitas kelompok-kelompok kepentingan,


sejauh mendukung pemerintah.

2. Partisipasi Sipil
Perbedaan selanjutnya adalah partisipasi sipil atau masyarakat dalam pemerintahan.
Masyarakat negara demokrasi selalu didorong untuk berpartisipasi dan mengekspresikan
pendapatnya.

Berbeda dengan negara otoriter. Mereka tidak menerima pendapat publik, bahkan pendapat
tersebut akan dianggap ancaman terhadap masa kekuasaan. Partisipasi masyarakat pada
negara otoriter cenderung lebih terkontrol. Pemimpin mendorong mobilisasi politik, namun
hanya untuk mendukung kebijakan politik dan ekonomi pemerintah.
3. Kebebasan

Kebebasan antara negara demokrasi dan otoriter tentulah berbeda. Negara demokrasi akan
menjunjung tinggi kebebasan dasar atas semua hak-hak warga negaranya, terlepas dari siapa
mereka. Kebebasan tersebut meliputi kebebasan dalam berekspresi, beragama, berkumpul,
dan pers.

Sedangkan pada negara otoriter, diktator tidak menghormati kebebasan dan hak-hak tersebut.
Pemimpin cenderung menutup mata terhadap hak-hak dasar negara atau bahkan
melanggarnya. Kebebasan sipil seperti beragama tidak berlaku di negara otoriter.

Anda mungkin juga menyukai