Anda di halaman 1dari 13

KEWENGANGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM PENYELESAIAN

SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH


Oleh : Grace
Pembimbing : Gusliana HB,SH.,M.Hum
Dr.Mexsasai Indra,SH.,M.H
Alamat : Jl.Riau No.20 Kecamatan Payung Sekaki
Pekanbaru Riau
Email : Gracegiwa@yahoo.com

ABSTRACT

The general elections to choose Regional Head and Regional Head Vice (regional election)
directly by the people under the Act (the Act) 32 of 2004 on Regional Government, as amended
by Act 12 of 2008 in conjunction with the Government Regulation (PP) No. .6 in 2005, seen as a
step forward in the democratic political system in our country, in order to realize the ideals of
the Unitary Republic of Indonesia (Indonesian Republic) safe, orderly, fair and prosperous.
However, after five years of direct election was held in the Republic (as of the month of June
2005 under the provisions of Article 233 paragraph 1 of Law 32 of 2004), it's almost always
tinged with the negative impact of the various violations that gave birth to the dispute and
contention, whether conducted by the contestants and supporters as well as those conducted by
the organizers (Election Commission) itself.

Keywords: Authority ±PTUN- Dispute ± Regional Election

A. Latar Belakang Masalah memilih dari nama-nama calon yang


Indonesia merupakan salah satu diusulkan oleh DPRD adalah Presiden1
negara yang menganut prinsip demokrasi. Pemilihan Kepala daerah dan Wakil
Dengan adanya prinsip demokrasi adalah kepala daerah yang merupakan format baru
kedaulatan berada di tangan rakyat, dalam kancah politik nasional dalam
dilaksanakan untuk dan atas nama rakyat. merebut dan memposisikan kedudukan
Undang-Undang Dasar Negara Republik kepala daerah yang sebelumnya ditunjuk
Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) yang oleh rezim orde lama dan orde baru tanpa
menjadi salah satu dasar hukum tertulis melihat kebutuhan, aspirasi dan eksistensi
menjamin pelaksanaan demokrasi di masyarakat lokal, hal ini sudah lama
Indonesia. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD dihadapkan dengan masalah-masalah dan
GLVHEXWNDQ EDKZD ³.HGDXODWDQ EHUDGD kepentingan elit-elit nasional, serta tidak
di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut pernah memperhatikan kondisi dan
Undang-8QGDQJ 'DVDU ´ kepentingan lokal yang muatannya berbeda.
Reformasi yang terjadi di Indonesia Bangsa Indonesia harus belajar lebih gigih
juga berimplikasi pada sistem pemilihan dan sabar dalam mempelajari dan
kepala daerah, dimana sebelum terjadinya mengaplikasikan seluruh produk demokrasi,
reformasi yakni pada pemerintahan orde
baru sistem pemilihan kepala daerah dimana 1
Koirudin, Kebijakan Desentralisasi di
DPRD bertugas mengusulkan nama-nama Indonesia: Format Masa Depan Otonomi Menuju
calon kepala daerah dan selanjutnya yang Kemandirian Daerah, Averoes, Malang: 2005,
hlm. 75

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 1


yang memiliki dua kata kunci, yakni (g) Keputusan Komisi Pemilihan Umum
kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum. 2 baik di pusat maupun di daerah mengenai
Sebagai tindak lanjut dari Undang- KDVLO SHPLOLKDQ XPXP´
Undang Dasar 1945 (UUD 1945) perubahan Sebab, apabila harus dibedakan
pertama yaitu Pasal 22E Undang-Undang kewenangan lembaga-lembaga pengadilan
Dasar 1945 (UUD 1945) tersebut adalah yang berhak memutusnya, padahal
UU No.32 Tahun 2004, Peraturan dilakukan terhadap produk keputusan atau
Pemerintah No. 105 Tahun 2000, Peraturan penetapan yang diterbitkan oleh badan yang
Pemerintah no.17 tahun 2005, Perpu No. 3 sama, yaitu KPUD dan terkait dengan
Tahun 2005. Hal ini terbukti bahwa peristiwa hukum yang sama pula, yaitu
Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA), perihal pemilihan umum, maka perbedaan
yang menjadi tolak ukur sebuah negara kewenangan tersebut akan dapat
demokrasi yang baik di era otonomi daerah menimbulkan inkonsistensi putusan
hampir mendapatkan permasalahan, baik pengadilan. Bahkan putusan-putusan
permasalahan hukum, permasalahan konflik pengadilan yang berbeda satu sama lain atau
di daerah, permasalahan administrasi saling kontroversial. SEMA juga menunjuk
penyelenggaraan yang memunculkan putusan No. 482 K/TUN/2003 tanggal 18
timbulnya gugatan pelaksanaan Pilkada di Agustus 2004 sebagai yurisprudensi
banyak wilayah di Indonesia. Mahkamah Agung yang menegaskan bahwa
Munculnya Surat Edaran Mahkamah keputusan yang berkaitan dan termasuk
Agung (SEMA) Nomor. 07 Tahun 2010 dalam ruang lingkup politik dalam kasus
memicu dinamika dalam berperkara di pemilihan tidak menjadi kewenangan PTUN
PTUN. Beberapa PTUN kemudian untuk memeriksa dan mengadilinya.
mengalami lonjakan jumlah perkara Namun sikap Mahkamah Agung
mengingat pelaksanaan Pemilukada di tidak bertahan lama. Tahun 2010,
daerah berlangsung secara intens. Dalam Mahkamah Agung kembali mengeluarkan
tahapan pemilukada itulah muncul Surat Edaran terkait dengan Pasal 2 huruf g
persoalan-persoalan hukum, termasuk UU PTUN. Secara substansi, materi SEMA
persoalan hukum administratif terkait No. 7 Tahun 2010 memiliki perbedaan yang
terbitnya Keputusan Tata Usaha Negara fundamental dengan substansi SEMA No. 8
(KTUN) oleh KPUD. Dalam pengamatan Tahun 2005. Bahkan materi SEMA No. 7
penulis, tahapan yang paling dominan Tahun 2010 cenderung berusaha
menjadi obyek gugatan di PTUN dalam ³PHOXUXVNDQ´ PDWHUL 6(0$ 1R 7DKXQ
perkara Pemilukada 2010 adalah Tahapan 2005.3m
Verifikasi Bakal Calon menjadi Calon Namun SEMA membedakan dua
Tetap. jenis kelompok keputusan, yaitu keputusan-
Keberadaan pasal 2 huruf g Undang keputusan yang berkaitan dengan tahap
Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang persiapan penyelenggaraan Pilkada dan
Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 keputusan yang berisi mengenai hasil
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha pemilihan umum. Dengan demikian SEMA
Negara (UU PTUN) masih sering memicu No. 7 Tahun 2010 mengatur bahwa
munculnya berbagai macam penafsiran. keputusan-keputusan yang belum atau tidak
3DVDO LQL PHUXPXVNDQ ³7LGDN WHUPDVXN PHUXSDNDQ µKDVLO SHPLOLKDQ XPXP´ GDSDW
dalam pengertian Keputusan Tata Usaha digolongkan sebagai keputusan di bidang
Negara menurut Undang-Undang ini adalah: urusan pemerintahan. Oleh karena itu,
2 3
Ibid, hlm 77 Ibid

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 2


sepanjang keputusan tersebut memenuhi 1. Melengkapi salah satu tugas yang
kriteria Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 merupakan syarat untuk memperoleh
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang- gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Hukum Universitas Riau
Peradilan Tata Usaha Negara pasal 1 ayat 9 2. Untuk mengembangkan ilmu hukum
maka tetap menjadi kewenangan PTUN secara umum dan Hukum Tata Negara
untuk memeriksa dan mengadilinya. pada khususnya dalam hal Kewenganan
Pengadilan Tata Usaha Negara dalam
Oleh karena itu, berdasarkan permasalah Penyelesaian Sengketa Pemilihan
diatas, maka penulis tertarik untuk Kepala Daerah.
melakukan penelitian dengan judul : 3. Dengan adanya tulisan ini diharapkan
³KEWENGANGAN PENGADILAN menjadi masukan bagi peneliti
TATA USAHA NEGARA DALAM selanjutnya, khususnya dalam
PENYELESAIAN SENGKETA permasalahan penelitian yang sama.
PEMILIHAN UMUM KEPALA 4. Dengan adanya tulisan ini diharapkan
'$(5$+´ menambah refrensi kepustakaan di
B. Rumusan Masalah Universitas tempat penulis
Penulis merumuskan permasalahan menyelesaikan strata satu dibidang
yaitu : hukum.
1. Bagaimanakah proses pemeriksan E. Kerangka Teori
Pengadilan Tata Usaha Negara dalam 1. Teori Kewenangan
Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum Kewenangan memiliki kedudukan
Kepala Daerah? penting dalam kajian hukum tata negara dan
2. Apakah Implikasi Kewenangan hukum administrasi. Begitu pentingnya
Pengadilan Tata usaha Negara dalam kedudukan kewenangan ini sehingga F.A.M
Penyelesaian Sengketa Pemilihan Sroink J.G Steenbeek menyebutkan sebagai
Kepala Daerah terhadap pemilihan konsep inti dalam kedudukan tata negara
kepala daerah? dan hukum administrasi.4
C. Tujuan Penelitian Menurut Bagir Manan wewenang
Penelitian ini dilakukan untuk dalam bahasan hukum tidak sama dengan
mencapai beberapa tujuan sebagai berikut : kekuasaaan (macht). Kekuasaan hanya
1. Untuk mengetahui proses pemeriksan menggambarkan hak untuk berbuat sesuatu
Pengadilan Tata Usaha Negara dalam atau tidak berbuat sesuatu. Dalam hukum,
Penyelesaian Sengketa Pemilihan kewenangan sekaligus berarti hak dan
Kepala Daerah. kewajiban (rechteen en plichten). Dalam
2. Untuk Mengetahui Implikasi kaitan otonomi daerah hak mengandung
kewenangan Pengadilan Tata usaha pengertian kekuasaan untuk
Negara dalam Penyelesaian Sengketa menyelenggarakan pemerintahan
Pemilihan Kepala Daerah terhadap sebagaimana mestinya.
pemilihan kepala daerah. 2. Teori Negara Hukum Rechtstat
D. Manfaat Penelitian Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Merujuk pada tujuan penelitian Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
diatas, maka penelitian ini dimaksudkan 7DKXQ PHQ\HEXWNDQ EDKZD ³1HJDUD
untuk dapat memberikan beberapa manfaat, ,QGRQHVLD QHJDUD KXNXP´ 1HJDUD KXNXP
antara lain :
4
Ridwan HR,Hukum Administrasi
Negara.UII Press,Yogyakarta: 2002

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 3


dimaksud adalah negara yang menegakan No. 5 tahun1986 jo UU No. 9 tahun 2004
supermasi hukum untuk menegakan maka PT.TUN merupakan badan peradilan
kebenaran dan keadilan dan tidak ada tingkat pertama. Terhadap putusan PT.TUN
kekuasaan yang tidak tersebut tidak ada upaya hukum banding
dipertanggungjawabkan.5 melainkan kasasi.7
Berdasarkan uraian di atas yang Kompetensi (kewenangan) suatu
dimaksud dengan Negara Hukum ialah badan pengadilan untuk mengadili suatu
negara yang berediri di atas hukum yang perkara dapat dibedakan atas kompetensi
menjamin keadilan kepada warga relatif dan kompetensi absolut. Kompetensi
negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi relatif berhubungan dengan kewenangan
terciptanya kebahagiaan hidup untuk warga pengadilan untuk mengadili suatu perkara
negaranya, dan sebagai dasar dari pada sesuai dengan wilayah hukumnya.
keadilan itu perlu diajarkan rasa susila Sedangkan kompetensi absolut adalah
kepada setiap manusia agar ia menjadi kewenangan pengadilan untuk mengadili
warga negara yang baik. Demikian pula suatu perkara menurut obyek, materi atau
peraturan hukum yang sebenarnya hanya pokok sengketa.8
ada jika peraturan hukum itu mencerminkan a. Kompetensi Relatif
keadilan bagi pergaulan hidup antar warga Kompetensi relatif suatu badan pengadilan
negaranya.6 ditentukan oleh batas daerah hukum yang
Sedangkan yang dimaksud dengan menjadi kewenangannya. Suatu badan
due process of law yang substansif adalah pengadilan dinyatakan berwenang untuk
suatu persyaratan yuridis yang menyatakan memeriksa suatu sengketa apabila salah satu
bahwa pembuatan suatu peraturan hukum pihak sedang bersengketa
tidak boleh berisikan hal-hal yang dapat (Penggugat/Tergugat) berkediaman di salah
mengakibatkan perlakuan manusia secara satu daerah hukum yang menjadi wilayah
tidak adil, tidak logis dan sewenang- hukum pengadilan itu.
wenang. Kewenangan Pengadilan untuk b. Kompetensi Absolut
menerima, memeriksa, memutus Kompetensi absolut berkaitan
menyelesaikan perkara yang diajukan dengan kewenangan Peradilan Tata Usaha
kepadanya yang dikenal dengan kompetensi Negara untuk mengadili suatu perkara
atau kewenangan mengadili. menurut obyek, materi atau pokok sengketa.
PTUN mempunyai kompetensi Adapun yang menjadi obyek sengketa Tata
menyelesaikan sengketa tata usaha negara di Usaha Negara adalah Keputusan tata usaha
tingkat pertama. Sedangkan Pengadilan negara sebagaimana diatur dalam Pasal 1
Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN) untuk angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 UU No. 9
tingkat banding. Akan tetapi untuk Tahun 2004.
sengketa-sengketa tata usaha negara yang Obyek sengketa di PTUN adalah
harus diselesaikan terlebih dahulu melalui Keputusan tata usaha negara sebagaimana
upaya administrasi berdasarkan Pasal 48 UU dimaksud Pasal 1 angka 3 dan Keputusan
fiktif negatif berdasarkan Pasal 3 UU No. 5
5
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004.
Indonesia,Panduan Pemasyarakatan Undang- a. Keputusan Tata Usaha Negara :
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pengertian Keputusan tata usaha negara
(Sesuai dengnan Urutan Bab, Pasal dan ayat), menurut pasal 1 angka 3 uu No. 5 Tahun
Sekertaris Jendral MPR RI, Jakarta, 2010, hlm, 46
6
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim,
7
Hukum Tata Negara Indonesia, Sinar Bakti, Jakarta: Ibid, hlm 65.
8
1988, hlm., 153. Ibid, hlm 67.

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 4


1986 UU No. 9 Tahun 2004 ialah Suatu oleh Pengadilan, baik atas prakarsa sendiri
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh dengan mengajukan permohonan, maupun
Badan atau Pejabat tata usaha negara yang atas prakarsa hakim, dapat masuk dalam
berisi tindakan hukum tata usaha negara sengketa tata usaha negara, dan bertindak
yang berdasarkan peraturan perundang- sebagai:
undangan yang berlaku yang bersifat - pihak yang membela haknya, atau
konkret, individual, final, yang - peserta yang bergabung dengan salah
menimbulkan akibat hukum bagi Seseorang satu pihak yang bersengketa.
atau Badan Hukum Perdata. (2). Permohonan sebagaimana dimaksud
b. Keputusan tata usaha negara fiktif negatif dalam ayat l dapat dikabulkan atau ditolak
Obyek sengketa PTUN termasuk keputusan oleh Pengadilan dengan putusan yang
tata usaha Negara yang fiktif negatif sebagai dicantumkan dalam berita acara.
mana dimaksud Pasal 3 UU No. 5 Tahun (3). Permohonan banding terhadap
1986 jo UU No. 9 Tahun 2004, Keputusan putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud
fiktif negatif merupakan perluasan dari dalam ayat 2 tidak dapat diajukan tersendiri,
keputusan tata usaha negara tertulis yang tetapi harus bersama-sama dengan
menjadi objek dalam sengketa tata usaha permohonan banding terhadap putusan akhir
negara. dalam pokok sengketa.
Adapun subyek sengketa antara lain : Pasal ini mengatur kemungkinan bagi
a. Penggugat seseorang atau badan hukum perdata ikut
Penggugat adalah seseorang atau badan serta dalam pemeriksaan perkara yang
hukum perdata yang merasa kepentingan sedang berjalan.
dirugikan oleh suatu keputusan tata usaha Dalam Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 jo
negara dapat mengajukan gugatan tertulis UU No. 9 Tahun 2004 disebutkan bahwa
kepada pengadilan yang berwenang yang gugatan dapat diajukan hanya dalam
berisi tata usaha negaratutan agar Keputusan tenggang waktu sembilan puluh hari
tata usaha negara yang disengketakan terhitung sejak saat diterimanya atau
dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau diumumkannya Keputusan Badan atau
disertai tata usaha negaratutan ganti rugi dan Pejabat tata usaha negara yang digugat.
rehabilitasi. (Pasal 53 ayat (1) UU No. 5 F. Metode Penelitian
Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004). 1. Jenis Penelitian atau Pendekatan
b. Tergugat Jenis penelitian atau pendekatan
Dalam Pasal 1 angka 6 UU No. 5 Tahun yang digunakan oleh penulis adalah
1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 penelitian hukum yuridis normative
menyebutkan pengertian Tergugat adalah yaitu penelitian hukum kepustakaan,
badan atau pejabat tata usaha negara yang karena menjadikan bahan kepustakaan
mengeluarkan keputusan berdasarkan sebagai tumpuan utama.9 Dalam
wewenang yang ada padanya atau yang Penelitian hukum yuridis normative ini
dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh penulis melakukan penelitian terhadap
orang atau badan hukum perdata. asas-asas hukum yang bertitik tolak dari
c. Pihak Ketiga yang berkepentingan bidang-bidang tata hukum tertentu,
Dalam Pasal 83 UU No. 5 / 1986 jo UU No. dengan cara mengadakan identifikasi
9/ 2004 disebutkan : terlebih dahulu terhadap-terhadap
(1). Selama pemeriksaan berlangsung,
setiap orang yang berkepentingan dalam 9
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji,
sengketa pihak lain yang sedang diperiksa penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
PT. Raja Grafindo, Jakarta:2003, hlm. 23

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 5


kaidah-kaidah hukum yang telah perubahan dari UU nomor 22
dirumuskan didalam perundang- tahun 1999 tentang Pemerintahan
undangan tertentu.10 Daerah.
Dalam penelitian penulis b) Bahan hukum sekunder yakni bahan-
melakukan penelitian terhadap asas-asas bahan hukum yang memberikan
hukum dan sejarah hukum yang penjelasan membahas lebih hal-hal
berkaitan dengan Kewenangan yang telah diteliti pada bahan hukum
Pengadilan Tata Usaha Negara dalam primer yaitu :
Penyelesaian Sengketa Pemilukada 1) Buku mengenai UUD, pendapat-
berdasarkan Undang-Undang Kekuasann pendapat yang relevan dengan
Kehakiman maupun Undang-undang masalah yang diteliti serta data
dasar 1945. Jika dilihat dari sifat tertulis yang terkait.
penelitiannya, penulis melakukan 2) Berbagai makalah, jurnal, surat
penelitian deskriptif yaitu penelitian kabar, dokumen dan data-data dari
yang dilakukan bersifat menggambarkan internet yang berkaitan dengan
hasil penelitian tersebut. penelitian.
2. Metode dan Alat Pengumpulan c) Bahan hukum tertier yakni bahan-
Bahan Hukum. bahan yang memberikan penjelasan
a. Metode Pengumpulan data terhadap bahan-bahan hukum primer
Metode yang digunakan dalam dan skunder, yakni Kamus Besar
penelitian ini adalah metode kepustakaan Bahasa Indonesia, kamus hukum, dan
atau studi dokumen sehingga penelitian berbagai kamus lain yang relevan.
ini disebut penelitianhukum normatif. b. Alat Pengumpul Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini Alat Pengumpul data yang
adalah data skunder yang dibedakan penulis gunakan adalah studi
menjadi 3 bagian yaitu : kepustakaan yaitu metode
a) Bahan hukum primer yakni bahan- pengumpulan data yang dilakukan
bahan ilmu hukum yang berhubungan penulis berupa mencari landasan teori
erat dengan permasalahan yang dari permasalahn penelitian.
diteliti, yaitu ; Berdasarkan fungsinya, studi
1) Undang-Undang Dasar Negara dokumen dibedakan atas 2 macam
Republik Indonesia tahun 1945, yaitu:
2) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1) Acuan umum, yang berisi
2009 tentang Mahkamah Agung, konsep-konsep, teori-teori dan
3) Undang-undang Nomor 48 Tahun informasi-informasi yang bersifat
2009 tentang Kekuasan umum yang berhubungan dengan
Kehakiman penelitian ini, berupa buku-buku
4) Undang-Undang Republik ensiklopedia, indeks, dan
Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 sebagainya.
Tentang Perubahan atas Undang- 2) Acuan khusus, yang berisi hasil-
Undang Nomor 5 tahun 1986 hasil penelitian terdahulu yang
tentang Peradilan Tata Usaha berkaitan dengan permasalahan
Negara. penelitian yang diteliti ini,
5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun berupa jurnal, laporan penelitian
2004 tentang Pemerintahan Daerah
10
Ibid, hlm. 15.

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 6


bulletin, tesis, disertasi dan UU No. 5 Tahun 1986 UU No. 9
sebagainya.11 Tahun 2004 yaitu Pasal 2, Pasal 48,
c. Teknik Analisis Bahan hukum Pasal 49 dan Pasal 142. Pembatasan
Dalam penelitian ini analisis yang ini dapat dibedakan menjadi :
dilakukan adalah analisis kualitatif Pembatasan langsung, pembatasasn
yang merupakan tata cara penelitian tidak langsung dan pembatasan
yang menghasilkan data deskriptif, langsung bersifat sementara.15
yaitu yang dinyatakan secara tertulis. Yang dipersamakan dengan
Selanjutnya, penulis menarik suatu Keputusan Tata Usaha Negara
kesimpulan secara deduktif, yaitu Yang dimaksud diatas adalah
menarik kesimpulan dari hal-hal yang sebagaimana yang disebut dalam
bersifat umum kepada hal-hal yang ketentuan Pasal 3 Uu no. 5 tahun
bersifat khusus. Dalam mendapatkan 1986:
suatu kesimpulan dimulai dengan a. apabila Badan atau Pejabat Tata
melihat faktor-faktor yang nyata dan Usaha Negara tidak
diakhiri dengan penarikan suatu mengeluarkan keputusan,
kesimpulan yang juga merupakan sedangkan hal ini menjadi
fakta dimana kedua fakta tersebut kewajiban, maka hal tersebut
dijembatani oleh teori-teori.12 disamakan dengan Keputusan
G. Hasil dan Pembahasan Tata Usaha Negara.
1. Kompetensi absolut PTUN adalah b. jika suatu Badan atau Pejabat
sengketa tata usaha negara yang Tata Usaha Negara tidak
timbul dalam bidang Tata Usaha mengeluarkan keputusan yang
Negara antara orang atau Badan dimohon, sedangkan jangka
Hukum Perdata dengan Badan atau waktu sebagaimana ditentukan
Pejabat tata usaha negara, baik di dalam Peraruran perundang-
pusat maupun di daerah, sebagai undangan dimaksud telah lewat,
akibat dikeluarkannya Keputusan maka Badan atau Pejabat Tata
tata usaha negara, termasuk sengketa Usaha Negara tersebut dianggap
kepegawaian berdasarkan peraturan telah menolak mengeluarkan
perundang-undangan yang berlaku keputusan yang dimaksud.
(Pasal 1 angka 4 UU No. 5 Tahun c. dalam hal Peraturan perundang-
1986 jo UU No. 9 Tahun 2004). 13 undangan yang bersangkutan
Obyek sengketa Tata Usaha Negara tidak menentukan jangka waktu
adalah Keputusan tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam
sesuai Pasal 1 angka 3 dan Pasal 3 D\DW ³PDND VHWHODK OHZDW
UU No. 5 Tahun 1986 UU No. 9 waktu 2 (empat) bulan sejak
Tahun 2004.14 Namun ini, ada diterimanya permohonan, Badan
pembatasan-pembatasan yang atau Pejabat Tata Usaha Negara
termuat dalam ketentuan Pasal-Pasal yang bersangkutan dianggap
telah mengeluarkan Keputusan
11
Bambang Sunggono, Metode Penelitian 3HQRODNDQ ´
Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta : 1997, hlm
41.
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, op.
15
cit, hlm. 24 Ibid, hlm 42.
13
Ibid, hlm 38.
14
Ibid, hlm 40.

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 7


Obyek dan Subyek Sengketa Tata Penelitian Administrasi
Usaha Negara Dalam Pemilu Penelitian Administrasi dilakukan
Yang dimaksud dengan Sengketa oleh Kepaniteraan, merupakan tahap
tata usaha negara dalam Pemilu pertama untuk memeriksa gugatan
menurut Pasal 268 ayat (1) adalah yang masuk dan telah didaftar serta
sengketa yang timbul dalam bidang mendapat nomor register yaitu
tata usaha negara dalam Pemilu setelah Penggugat/kuasanya
antara calon anggota DPR, DPD, menyelesaikan administrasinya
DPRD provinsi, DPRD dengan membayar uang panjar
kabupaten/kota, atau partai politik perkara.
calon Peserta Pemilu dengan KPU, Pemeriksaan Persiapan
KPU Provinsi, dan KPU Sebelum pemeriksaan pokok
Kabupaten/Kota sebagai akibat sengketa dimulai, Hakim wajib
dikeluarkannya keputusan KPU, mengadakan pemeriksaan persiapan
KPU Provinsi, dan KPU untuk melengkapi gugatan yang
Kabupaten/Kota. Pemeriksaan kurang jelas. Tujuan pemeriksaan
Perkara di Pengadilan Tata usaha persiapan adalah untuk
Negara mematangkan perkara. Segala
Berbicara prosedur dan mekanisme, sesuatu yang akan dilakukan dari
sebaiknya didahului berbicara siapa jalan pemeriksaan tersebut
saja yang berhak mengajukan diserahkan kearifan dan
permohonan ke Pengadilan Tata kebijaksanaan ketua majelis.
Usaha Negara. Yang biasa Persidangan
mengajukan permohonan adalah Dalam pemeriksaan persidangan ada
seorang atau badan hukum perdata dengan acara biasa dan acara cepat
yang kepentingannya dirugikan (Pasal 98 dan 99 UU No. 5 Tahun
akibat Keputusan Tata Usaha Negara 1986 jo UU No. 9 Tahun
yang diterbitkan. Ruang lingkup 2004).Ketua Majelis/Hakim
seseorang dalam pemilu kepala memerintahkan panitera memanggil
daerah dan wakil kepala daerah para pihak untuk pemeriksaan
adalah Calon Kepala Daerah dan persidangan dengan surat tercatat.
Wakil Kepala Daerah, anggota tim Jangka waktu antara pemanggilan
kampanye calon kepala daerah dan dan hari sidang tidak boleh kurang
wakil kepala daerah, dan masyarakat. dari enam hari, kecuali dalam hal
Tahapan Pemeriksaan sengketa tersebut harus diperiksa
Seseorang atau badan hukum perdata dengan acara cepat. Panggilan
yang merasa kepentingannya terhadap pihak yang bersangkutan
dirugikan oleh Keputusan Tata dianggap sah, apabila masing-masing
Usaha Negara dapat mengajukan
gugatan ke PTUN yang berwenang
untuk mengadilinya. Penyelesaian Studi Hukum Tata Negara Fakultas hukum
Universitas Indonesia Jakarta Pusat 2004, hlm.46.
sengketa di PTUN tahapannya
sebagai berikut :16

16
Yodi Martono Wahyunadi, Prosedur
Beracara di tingkat Pengadilan Tata usaha Negara,

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 8


telah menerima surat panggilan yang adminitrasi maka apabila belum puas
dikirim dengan surat tercatat.Surat ,maka proses pencarian keadilannya
panggilan kepada tergugat disertai selanjutnya langsung ke Pengadilan
sehelai salinan gugatan dengan Tinggi Tata Usaha Negara ( PT.
pemberitahuan bahwa gugatan itu TUN ) ,karena proses penyelesaian
dapat dijawab dengan tertulis.17 banding administrasi setingkat
Putusan dengan proses penyelesaian sengketa
Setelah kedua belah pihak pengadilan tingkat pertama ( PTUN).
mengemukakan kesimpulan, maka Majelis Khusus Tata Usaha
Hakim Ketua Sidang menyatakan Negara dalam Pemilu
bahwa sidang ditunda untuk Pasal 270 menyatakan bahwa :
memberikan kesempatan kepada 1. Dalam memeriksa, mengadili,
Majelis Hakim bermusyawarah dan memutus sengketa tata usaha
dalam ruangan tertutup untuk negara dalam Pemilu dibentuk
mempertimbangkan segala sesuatu majelis khusus yang terdiri dari
guna putusan sengketa tersebut. hakim khusus yang merupakan
Putusan dalam musyawarah majelis hakim karier di lingkungan
yang dipimpin oleh Hakim Ketua pengadilan tinggi tata usaha
Majelis merupakan hasil negara dan Mahkamah Agung
permufakatan bulat, kecuali setelah Republik Indonesia.
diusahakan dengan sungguh-sungguh 2. Hakim khusus sebagaimana
tidak dapat dicapai permufakataan dimaksud pada ayat (1)
bulat, putusan diambil dengan suara ditetapkan berdasarkan
terbanyak. Keputusan Ketua Mahkamah
Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Agung Republik Indonesia.
Negara dalam Pemilu 3. Hakim khusus sebagaimana
Dalam penjelesan Pasal 48, upaya dimaksud pada ayat (1) adalah
administrasi (administratief beroop) hakim yang telah melaksanakan
yang ada adalah meliputi : keberatan tugasnya sebagai hakim minimal
administrasi dan banding 3 (tiga) tahun, kecuali apabila
adminitrasi. Apabila upaya dalam suatu pengadilan tidak
penyelesaian sengketa tata usaha terdapat hakim yang masa
negara hanya disediakan upaya kerjanya telah mencapai 3 (tiga)
administrasi yang keberatan tahun.
administrasi maka , apabila masih Proses Penyelesaian Sengketa di
belum pusa maka selanjutnya PTUN
menempuh jalur pengadilan melalui Bentuk penyelesaian sengketa
Pengadilan Tata Usaha Negara ( administrasi atau sengketa Tata
PTUN ) , karena proses penyelesaian Usaha Negara terdiri dari dua cara
sengketa keberatan administrasi tidak yaitu : Secara Langsung yaitu
sama dengan proses penyelesaian melalui pengadilan, dan secara Tidak
sengketa di pengadilan tingkat langsung yaitu melalui upaya
pertama, sedangkan proses administratif
penyelesaian sengketa tata usaha Proses Penyelesaian Sengketa
negara dengan jalur banding Melalui Pengadilan
17
Ibid ,hlm 65

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 9


Penyelesaian sengketa melalui administratif yang ditujukan pada
pengadilan digunakan terhadap atasan pejabat atau instansi lain
gugatan dengan objeknya berupa dan badan/pejabat tata Usaha
Keputusan Tata Usaha Negara yang Negara yang mengeluarkan
dalam peraturan dasarnya tidak keputusan yang berwenang
mengisyaratkan adanya penyelesaian memeriksa ulang KTUN yang
sengketa melalui upaya administratif disengketakan (SEMA No.2 tahun
terlebih dahulu, maka dapat 1991 tanggal 9 juli 1991).
digunakan prosedur gugatan b. Keberatan
langsung ke Pengadilan Tata Usaha Ialah penyelesaian sengketa TUN
Negara. Dalam hal digunakan upaya secara administratif yang
peradilan, maka segi penilaian dilakukan sendiri oleh badan/
Hakim terhadap Keputusan TUN pejabat TUN yang mengeluarkan
didasarkan aspek rechtmatigheid keputusan itu. Keberatan
(aspek legalitasnya) saja. dilakukan dengan prosedur
Penyelesaian Sengketa melalui pengajuan surat keberatan yang
Upaya Administratif ditujukan kepada badan atau
Upaya administratif sebagaimana pejabat TUN yang mengeluarkan
dimaksud dalam Pasal 48 Undang- keputuan semula.18
undang Nomor 9 Tahun 2004 2. Dengan adanya ketentuan Hukum
tentang Perubahan atas Undang- Acara Peradilan Tata Usaha Negara
undang Nomor 5 Tahun 1986 di atas, maka proses pemeriksaan
Tentang Peradilan Tata Usaha perkara di PTUN harus ditunda
Negara (PTUN) merupakan bagian dalam waktu yang cukup lama
dari suatu sistem peradilan karena menunggu putusan pidananya
administrasi. inkracht. Hal ini tentunya akan
Upaya administratif tersebut ialah menjadi kendala jika gugatan TUN
suatu prosedur yang dapat ditempuh tersebut berkaitan dengan
oleh seorang atau badan hukum pemilukada, karena akan berdampak
perdata apabila ia tidak puas pada berlarut-larutnya proses
terhadap keputusan TUN yang penyelenggaraan dan hasil akhir dari
dilaksanakan di lingkunagan pemilukada itu sendiri.Apabila
pemerintahan itu sendiri. U dicermati ketentuan UU No.12
paya administraif sebagaimana diatur 7DKXQ XQWXN NDVXV³SHPDOVXDQ
dalam Undang-Undang Nomor 05 VXUDW´ \DQJ EHUNDLWDQ GHQJDQ
tahun 1986 terdiri atas dua macam pemilukada, dianggap sebagai
prosedur: pelanggaran pidana, bukan
a. Banding Administratif pelanggaran administratif (tata usaha
Ialah penyelesaian sengketa TUN negara). Hal ini dapat dilihat pada
secara administratif yang ketentuan pidana Pasal 115 ayat (6)
dilakukan oleh instansi atasan yang berbunyi sebagai berikut
atau instansi lain dari yang ³6HWLDS RUDQJ \DQJ GHQJDQ VHQJDMD
mengeluarkan keputusan yang memberikan keterangan yang tidak
berangkutan. Banding
administratif dilakukan dengan 18
W.Riawan Tjandra, Hukum Acara
prosedur pengajuan surat banding Peradilan Tata Usaha Negara, Universitas Atmajaya
Yogyakarta: 2005, hlm..38-39.

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 10


benar atau menggunakan surat palsu bukan melalui gugatan (sengketa)
seolah-olah sebagai surat yang sah administratif.20
tentang suatu hal yang diperlukan Gagasan terhadap kewenangan
bagi persyaratan untuk menjadi PTUN dalam penyelesaian
pasangan calon Kepala Daerah dan Sengketa Pemilihan Umum Kepala
Wakil Kepala Daerah, diancam Daerah
dengan pidana penjara paling singkat Undang-Undang Nomor 32 Tahun
36 (tiga puluh enam) bulan, dan 2004 dengan perubahan-
paling lama 72 (tujuh puluh dua) perubahannya. Terakhir dengan
bulan, dan denda paling sedikit Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Rp.36.000.000,- (tigapuluh enam juta 2008. Dalam pasal 56 ayat (1)
rupiah) dan paling banyak disebutkan: Kepala daerah dan wakil
Rp.72.000.000,-(tujuh puluh dua juta kepala daerah dipilih dalam
UXSLDK ´ 19 pasangan calon yang dilaksanakan
Adapun penyelesaian atas secara demokratis berdasar asas
pelanggaran pidana dalam langsung, umum, bebas, rahasia,
pemilukada, menurut ketentuan Pasal jujur, dan adil.
111 PP No.6/2005 disebutkan antara Ketentuan tersebut selanjutnya
lain sebagai berikut :Ayat (5) : ditindak lanjuti dengan Undang-
³'DODP KDO ODSRUDQ \DQJ EHUVLIDW Undang Nomor 22 Tahun 2007
sengketa mengandung unsur tindak tentang Penyelenggaraan Pemilu,
pidana, penyelesaiannya diteruskan khususnya dalam pasal 1 ayat (4)
kHSDGD DSDUDW SHQ\LGLN´ yang menyebutkan: Pemilu kepala
$\DW ³/DSRUDQ \DQJ daerah dan wakil kepala daerah
mengandung unsur tindak pidana adalah pemilu untuk memilih
sebagaimanadimaksud pada ayat (5) kepala daerah dan wakil kepala
yang telah memperoleh putusan daerah secara langsung dalam
pengadilan yang telah mempunyai Negara Kesatuan Republik Indonesia
kekuatan hukum tetap, yang berdasar Pancasila dan Undang-
berakibat calon terpilih tidak Undang Dasar Negara Republik
memenuhi persyaratan, Indonesia Tahun 1945. Sementara
ditindaklanjuti dengan pembatalan itu, kewenangan PTUN ditegaskan
SDVDQJDQ FDORQ ROHK '35'´ dalam Surat Edaran Nomor 7 Tahun
Berdasarkan ketentuan UU 2010 tentang Petunjuk Teknis
No.12/2008 dan PP No.6/2005 Sengketa mengenai Pemilihan
tersebut di atas,dapat dipahami Umum Kepala Daerah (Pemilukada).
secara jelas bahwa pemalsuan surat Surat edaran itu mengartikan
dalam pemilukada adalah termasuk keputusan Komisi Pemilihan Umum
dalam ranah pelanggaran pidana, (KPU), baik di tingkat pusat maupun
bukan pelanggaran administratif. daerah, mengenai hasil pemilihan
Demikian pula proses umum yang tidak dapat dijadikan
penyelesaiannya secara yuridis objek gugatan di PTUN berdasar
adalah melalui peradilan pidana, pasal 2 huruf g Undang-Undang
Peratun adalah keputusan yang berisi
19
. Heriyanto,Menguak Tabir Sengketa hasil pemilihan umum sesudah
Pemilukada, LeutikaPrio, 2013) Jakarta: 2013, hlm
20
48. Ibid, hlm 50.

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 11


melewati tahap pemungutan suara Kepala Daerah harus dilakukan
yang dilanjutkan dengan dengan cepat Karena hal ini
penghitungan suara. Artinya, merupakan berguna bagi
sengketa awal seperti gugatan yang kepentingan rakyat banyak.
diajukan beberapa calon kepala 2. Diperlukan hukum acara khusus
daerah terhadap KPUD misalnya, dalam penyelesaian perkara sengketa
calon kepala daerah diduga TUN dalam pemilihan umum kepala
menggunakan ijazah palsu, tidak daerah .
memenuhi syarat kesehatan, tidak J. DAFTAR PUSTAKA
memenuhi syarat dukungan bagi 1. Buku-buku
calon independen, atau pasangan Arifin, Firmansyah, dkk, 2005.
calon kepala daerah meninggal Lembaga Negara dan Sengketa
masih menjadi kewenangan PTUN Kewenangan Antar Lembaga.
untuk mengadilinya. Contoh yang Konsorsium Reformasi Hukum
paling nyata adalah gugatan calon Nasional, Jakarta.
Wali Kota Medan Drs Rudolf Asshiddiqie, Jimly, 2005. Konstitusi
Mazuoka Pardede terhadap KPU dan Konstitusionalisme Indonesia,
Kota Medan di PTUN dan PT TUN Konstitusi Press, Jakarta.
Medan yang dikabulkan dan saat itu Budiharjo, Miriam, 1986, Dasar-
masih dalam proses kasasi. Dasar Ilmu Politik. PT.Gramedia,
Sementara itu, MK telah Jakarta.
mengesahkan Pemilukada Kota Harahap, Zairin, 2010, Hukum Acara
Medan melalui putusan Nomor Peradilan Tata Usaha Negara, Raja
15/PHPU.D-VIII/2010 tanggal 11 Grafindo Persada, Jakarta.
Juni 2010. Heriyanto, SH, 2013, Menguak Tabir
H. KESIMPULAN Sengketa Pemilukada, Jakarta,
Adapun kesimpulan yang dpat diambil Leutika Prio.
dari hasil penelitian yang telah dilakukan Ibrahim, Johnny, 2007, Teori dan
oleh penulis antara lain : Metode Penelitian Hukum Normatif,
1. Bahwa perselisihan sengketa TUN Banyumedia, Malang.
dalam pemilukada tidak terdapat Indroharto, 1993, Usaha Memahami
perbedaan dengan sengketa TUN Undang-undang Peradilan Tata
secara umum. Usaha Negara, Buku II .Beracara di
2. Dalam penyelesaian sengketa TUN Pengadilan Tata Usaha Negara,
dalam pemilukada putusan PTUN Sinar Harapan, Jakarta.
tidak memberikan implikasi Juliansyah, Elvi, 2007, PILKADA
terhadap tahapan dalam pemilukada Penyelenggaraan Pemilihan Kepala
dan hasil pemilukada yang Daerah dan Wakil Kepala daerah,
ditetapkan oleh KPUD. Mandar Maju
I. SARAN Koirudin, Kebijakan, 2005,
Adapun saran yang diberikan oleh Desentralisasi di Indonesia: Format
Penulis setelah melakukan penelitian Masa Depan Otonomi Menuju
antara lain : Kemandirian Daerah, Averoes,
1. Diharapkan Proses Pemeriksaan Malang.
Pengadilan Tata usaha negara dalam Lutfi, Mustafa, 2010, Dinamika
penyelesaian sengketa pemilihan Pemilukada di Indonesia; Hukum

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 12


Sengketa Pemilukada di Indonesia, Pan Mohamad Faiz, Sengketa Pemilu
UII Press, Jogjakarta. dan Masa Depan Demokrasi, Artikel
M. Hadjon, Philipus, 1998, Tentang Jurnal Hukum, 2009.
Wewenang, Makalah pada peraturan 4. Website
Hukum Administrasi, Fakultas http://www.hukumonline.com/berita/
Hukum Universitas Airlangga, baca/lt4d1abba651daf/problem-
Surabaya. tenggang-waktu-uu-ptun-dalam-
Manan, Bagir dan Kuntana Magnar, penyelesaian-perkara-pilkada-
1993 Beberapa Masalah brioleh-irvan-mawardi- didownload
Ketatanegaraan Republik tgl 06 februari 2014
Indonesia.Bandung. http://odebhora.wordpress.com/2011/
MD, Mahfud, 2007, Perdebatan 05/17/penyelesaian-sengketa/
Hukum Tata Negara Indonesia didownload tgl 07 februari 2014
Pasca Amandemen Konstitusi, kamusbahasaindonesia.org/penyelesa
LP3ES, Jakarta. ian (terakhir dikunjungi pada tanggal
2. Peraturan Perundangan 20 desember 2011 pukul 09.00 wib.
Undang-Undang Dasar Negara http://taufiknandangf.blogspot.com/2
Republik Indonesia Tahun 1945. 013/06/contoh-kasus-ptun.html
Undang-Undang Nomor 23 Tahun didownload tgl 25 februari 2014
2003 Tentang Mahkamah Konstitusi http://www.tempo.co/read/news/201
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang 2/08/27/058425806/PTUN-
Pemerintahan Daerah Surabaya-Mulai-Sidangkan-Kasus-
Undang-Undang Nomor 32 Tahun Pilkada-Batu didownload tgl 25
2004 tentang Pemerintah Daerah februari 2014
UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang http://click-
Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. gtg.blogspot.com/2008/11/teori-
3. Jurnal Hukum pembagian-kekuasaan.html
Nike K. Rumokoy, Makalah Peran didownload tgl 25 februari 2014
PTUN dalam Penyelesaian Sengketa http://peradilankita.blogspot.com/20
Tata Usaha Negara, 11/03/sejarah-kekuasaan-kehakiman-
Vol.XX/No.2/Januari- di.html didownload tgl 25 februari
Maret/2012(Edisi Khusus) 2014
Priyatmanto Abdoellah, SH. http://kunami.wordpress.com/2007/1
Kewenangan Pengadilan Tata Usaha 1/06/penyelesaian-sengketa-tata-
Negara Dalam Mengadili Sengketa usaha-negara/ didownload tgl 25
Pemilukada , Jurnal Hukum 2008 februari 2014
Konsorsium Reformasi Hukum http://www.edipranoto.com/2011/04/
Nasional, Pelanggaran Pemilu 2009 penyelesaian-sengketa-tun.html
dan Mekanisme Penyelesaiannya, didownload tgl 25 februari 2014
Position Paper, Jakarta, Desember
2008

JOM FAKULTAS HUKUM VOLUME 1 NO. 2 OKTOBER 2014 Page 13

Anda mungkin juga menyukai