Anda di halaman 1dari 38

KOMISI

PEMILIHAN
UMUM
PROVINSI
JAWA BARAT

PENYELESAIAN DAN
TINDAKLANJUT PELANGGARAN
ADMINISTRASI PEMILIHAN
Dr. H. Idham Holik
Wakil Ketua Divisi Hukum & Pengawasan
KPU Provinsi Jawa Barat
PENEGAKAN HUKUM PEMILIHAN (ELECTORAL LAW
ENFORCEMENT)

PENEGAKAN HUKUM PEMILIHAN


PELANGGARAN PEMILIHAN SENGKETA PEMILIHAN

SENGKETA PEMILIHAN
SENGKETA HASIL (MAHKAMAH KONSTITUSI) SENGKETA PEMILIHAN (BAWASLU  PTUN)

PELANGGARAN PEMILIHAN
PELANGGARAN TINDAK PIDANA PELANGGARAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
(SPP  KEPOLISIAN  ADMINISTRATIF (BAWASLU PELANGGARAN KODE ETIK (DKPP) (TSM) (BAWASLU  MAHKAMAH
KEJAKSAAN)  KPU) AGUNG)
DASAR PENYELESAIAN PELANGGARAN &
SENGKETA PEMILIHAN
Pelanggaran Administrasi Pemilihan Secara TSM (Pasal 135A UU No. 10/2016)

Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilihan (Pasal 136 – Pasal 137 UU No. 1/2015)

Pelanggaran Administrasi Pemilihan (Pasal 134 & Pasal 138 UU No. 8/2015 & Pasal 139 – Pasal 141
UU No. 1/2015)

Sengketa Pemilihan (Pasal 142 UU No. 8/2015 & Pasal 144 UU No. 10/2016)

Pelanggaran Tindak Pidana Pemilihan (Pasal 145 – Pasal 151 UU No. 1/2015 & Pasal 152 UU No. 10/2016)

Sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan (Pasal 153 – 154 UU No. 10/2016 & Pasal 155 UU No. 1/2015)

Sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan (Pasal 156 – 158 UU No. 10/2016)


Integritas Elektoral dalam Pemilihan
 Electoral integrity…… can generally be defined as "any
election that is based on the democratic principles of
universal suffrage and political equality as reflected in
international standards and agreements, and is
professional, impartial, and transparent in its preparation
and administration throughout the electoral cycle." (Kofi
Annan Foundation, 2012)

 An electoral process with integrity……..Increase the


credibility and legitimacy of electoral outcomes ….. (Kofi
Annan Foundation, 2020, p.10)

 Integritas elektoral: penyelenggara, peserta, pemilih, dan


stakeholder (pemangku kepentingan)
“ RAGAM “
PELANGGARAN ADMINISTRASI
PEMILIHAN
PELANGGARAN KEWAJIBAN PROTOKOL
KESEHATAN DALAM PEMILIHAN SERANTAK
LANJUTAN DI MASA PENDEMI COVID-19
Dalam hal terdapat pihak yang melanggar kewajiban protokol
kesehatan, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Setiap Penyelenggara Pemilihan,
Kecamatan, atau Panwaslu Kelurahan/Desa memberikan
Pasangan Calon, Partai Politik atau peringatan secara tertulis pada saat terjadinya pelanggaran kepada
Gabungan Partai Politik, Penghubung pihak yang bersangkutan agar mematuhi ketentuan protokol
Pasangan Calon, Tim Kampanye, kesehatan pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019
dan/atau pihak lain yang terlibat (COVID-19).
dalam Pemilihan Serentak Lanjutan
wajib melaksanakan protokol
kesehatan pencegahan dan Dalam hal pihak yang bersangkutan telah diberikan peringatan
pengendalian Corona Virus Disease tertulis tetap tidak mematuhi protokol kesehatan pencegahan dan
2019 (COVID-19) sebagaimana pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), Bawaslu
dimaksud dalam Pasal 5 sampai Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, atau
dengan Pasal 9 PKPU No. 6 Tahun 2020 Panwaslu Kelurahan/Desa menyampaikan pelanggaran protokol
paling kurang berupa penggunaan kesehatan pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease
masker yang menutupi hidung dan 2019 (COVID-19) kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia di
mulut hingga dagu. wilayah setempat untuk diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
(lihat Pasal 88A PKPU No. 13 Tahun 2020)
Sumber: Pasal 88C ayat 1 PKPU No. 13 Tahun
2020

Sumber: Pasal 63 PKPU No. 13 Tahun


2020
SANKSI ATAS PELANGGARAN
(PASAL 88C AYAT 1 PKPU No. 13 TAHUN 2020)

Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, Pasangan


Calon, Tim Kampanye, dan/atau pihak lain yang
melanggar larangan sebagaimana dimaksud pada Pasal
88C ayat (1) PKPU No. 13 Tahun 2020 dikenai sanksi:

a. Peringatan tertulis oleh Bawaslu Provinsi atau


Bawaslu Kabupaten/Kota pada saat terjadinya
pelanggaran; dan/atau

b. Penghentian dan pembubaran kegiatan Kampanye


di tempat terjadinya pelanggaran oleh Bawaslu
Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota apabila tidak
melaksanakan peringatan tertulis sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dalam waktu 1 (satu) jam
sejak diterbitkan peringatan tertulis.
Sumber: Pasal 88C ayat (2) PKPU No. 13 Tahun
2020
SANKSI ATAS PELANGGARAN KETENTUAN
(PASAL 58 PKPU No. 13 TAHUN 2020)

Pasangan Calon, Partai Politik atau Gabungan Partai Politik pengusul, Penghubung
Pasangan Calon, Tim Kampanye, dan/atau pihak lain yang melanggar protokol
kesehatan pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dalam
pelaksanaan Kampanye Pertemuan Terbatas dan Pertemuan Tatap Muka dan Dialog
(Pasal 58), Debat Antarpaslon/Debat Publik (Pasal 59) dan Penyebaran Bahan
Kampanye (Pasal 60) dikenai sanksi:

a. Peringatan tertulis oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota pada


saat terjadinya pelanggaran;

b. Penghentian dan pembubaran kegiatan Kampanye di tempat terjadinya Lihat: Pasal 88D PKPU
pelanggaran oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota apabila tidak No. 13 Tahun 2020
melaksanakan peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam
waktu 1 (satu) jam sejak diterbitkan peringatan tertulis; dan/atau

c. Larangan melakukan metode Kampanye yang dilanggar selama 3 (tiga) Hari


berdasarkan rekomendasi Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
SANKSI PELIBATAN BALITA, ANAK-ANAK, IBU
HAMIL ATAU MENYUSUI, DAN ORANG LANSIA
Dalam hal Partai Politik dan Gabungan Partai Politik,
Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye melakukan
Partai Politik dan Gabungan Partai pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada
Politik, Pasangan Calon dan/atau Pasal 88E ayat (1) PKPU No. 13 Tahun 2020, Bawaslu
Tim Kampanye dilarang Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota mengenakan
mengikutsertakan balita, anak-anak, sanksi:
ibu hamil atau menyusui, dan orang
a. Peringatan tertulis pada saat terjadinya pelanggaran;
lanjut usia dalam kegiatan
dan/atau
Kampanye yang dilakukan melalui
tatap muka secara langsung. b. Peserta Kampanye yang sedang hamil atau menyusui
dan orang lanjut usia, serta peserta Kampanye yang
(Pasal 88E ayat (1) PKPU No. 13 membawa balita dan anakanak diperintahkan untuk
Tahun 2020) tidak mengikuti kegiatan Kampanye melalui tatap
muka secara langsung.

(Pasal 88E ayat (3) PKPU No. 13 Tahun 2020)


KEWAJIBAN MENINDAKLANJUTI SANKSI
(Pasal 88F PKPU No. 13 Tahun 2020)

Partai Politik atau Gabungan Partai Politik,


Pasangan Calon, Penghubung Pasangan Calon,
Tim Kampanye, dan/atau pihak lain wajib
menindaklanjuti sanksi yang dikenai oleh:

a. KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota


berdasarkan rekomendasi Bawaslu Provinsi
atau Bawaslu Kabupaten/Kota; dan

b. Bawaslu Provinsi atau Bawaslu


Kabupaten/Kota, atas pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88A
sampai dengan Pasal 88E PKPU No. 13 Tahun
2020.
PELANGGARAN LARANGAN
KAMPANYE
Dalam Kampanye dilarang:…. j. menggunakan tempat ibadah dan Lihat juga Pasal 88B
tempat pendidikan; dan k. melakukan pawai yang dilakukan PKPU No. 13 Tahun
dengan berjalan kaki dan/atau dengan kendaraan di jalan raya. 2020.
(Pasal 68 ayat 1 huruf i – k PKPU No. 4 Tahun 2017)
Larangan iring-iringan
dan menghadirkan
Pelanggaran atas larangan ketentuan pelaksanaan Kampanye massa pendukung di
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf j dan huruf dalam dan di luar
k dikenai sanksi: a. peringatan tertulis walaupun belum ruangan pelaksanaan
pengundian nomor
menimbulkan gangguan; dan/atau b. penghentian kegiatan urut Pasangan Calon
Kampanye di tempat terjadinya pelanggaran atau di suatu daerah
yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap keamanan yang
berpotensi menyebar ke daerah Pemilihan lain. (Pasal 74 ayat 2
PKPU No. 4 Tahun 2017)
BAHAN KAMPANYE
(vide Pasal 23 ayat 2 & 3 dan Pasal 26 ayat 1 & 3
PKPU No. 11 Tahun 2020
Sesuai ukuran bahan kampanye
BAHAN KAMPANYE TERFASILITASI terfasilitasi, Paslon dapat
BAHAN KAMPANYE mencetak bahan kampanye
LAINNYA paling banyak 100% dari
a. Selebaran (flyer) paling besar a. Pakaian; b. Penutup kepala; jumlah kepala keluarga pada
ukuran 8,25 cm x 21 cm; c. Alat minum; d. daerah Pemilihan.
b. Brosur (leaflet) paling besar kalender; e. Kartu nama; f.
ukuran posisi terbuka 21 cm x 29,7 Pin; g. Alat tulis; h.
cm, posisi terlipat 21 cm x 10 cm; Payung; dan/atau i. Stiker Setiap Bahan Kampanye apabila
c. Pamflet paling besar ukuran 21 cm paling besar ukuran 10 dikonversikan dalam bentuk uang
x 29,7 cm; dan/atau (sepuluh) cm x 5 (lima) cm. nilainya paling tinggi Rp 60.000,00
d. Poster paling besar ukuran 40 cm (dua puluh lima ribu rupiah)
x 60 cm.

Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, Pasangan Calon Pelanggaran atas larangan ketentuan penyebaran
dan/atau Tim Kampanye dilarang mencetak dan Bahan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam
menyebarkan Bahan Kampanye selain dalam ukuran dan Pasal 70 ayat (1) dikenai sanksi: a. peringatan
jumlah yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam tertulis; b. perintah penarikan Bahan Kampanye
Pasal 23 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 26 ayat (1) dan yang telah disebarkan. (Pasal 75 ayat 1 PKPU No. 11
ayat (3). (Pasal 70 ayat 1 PKPU No. 4 Tahun 2017) Tahun 2020)
PELANGGARAN PENCETAKAN & PEMASANGAN APK

 Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, Pasangan Calon dan/atau


Tim Kampanye dilarang mencetak dan memasang Alat Peraga
Kampanye selain dalam ukuran, jumlah dan lokasi yang telah
ditentukan (Pasal 70 ayat 2 PKPU No. 4 Tahun 2017)

 Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, dan Walikota
atau Wakil Walikota yang menjadi Pasangan Calon dilarang memasang
Alat Peraga Kampanye yang menggunakan program pemerintah daerah
selama masa cuti kampanye (Pasal 70 ayat 2 PKPU No. 4 Tahun 2017

 Pelanggaran atas larangan ketentuan pemasangan Alat Peraga


Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2) dan ayat (4)
dikenai sanksi: a. peringatan tertulis; atau b. perintah penurunan Alat
Peraga Kampanye dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam.
(Pasal 76 ayat 1 PKPU No. 11 Tahun 2020).
SANKSI ATAS LARANGAN
PEMASANGAN
IKLAN
Partai KAMPANYE
Politik atau Gabungan Partai Politik, Pasangan Calon
dan/atau Tim Kampanye dilarang memasang Iklan Kampanye di
media massa cetak dan media massa elektronik.

(Pasal 70 ayat 3 PKPU No. 4 Tahun 2017)

Pelanggaran atas larangan ketentuan Pemasangan Iklan


Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3)
dikenai sanksi:
a. peringatan tertulis; dan
b. perintah penghentian penayangan Iklan Kampanye di
media massa.

(Pasal 77 ayat 1 PKPU No. 11 Tahun 2020)


PELANGGARAN PENGGUNAAN TANDA GAMBAR
PARPOL NON-PENGUSUL PASLON

 Dalam kegiatan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


ayat (2) dilarang membawa atau menggunakan tanda gambar
Partai Politik yang tidak mengusulkan Pasangan Calon. (Pasal
73A PKPU No. 11 Tahun 2020)

 Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73A dikenai


sanksi: a. peringatan tertulis; dan/atau b. penurunan tanda
gambar Partai Politik yang tidak mengusulkan Pasangan Calon
(Pasal 79A PKPU No. 11 Tahun 2020).
KEWAJIBAN MENINDAKLANJUTI REKOMENDASI
BAWASLU
(Pasal 83 PKPU No. 11 Tahun 2020)

 KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota wajib


menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu Provinsi dan/atau
Bawaslu Kabupaten/Kota atas laporan dugaan pelanggaran
ketentuan Kampanye.

 Tindak lanjut rekomendasi dan tata cara pengenaan sanksi atas


pelanggaran Kampanye berdasarkan rekomendasi sebagaimana
dimaksud di atas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan KPU yang mengatur mengenai penyelesaian
pelanggaran administrasi Pemilihan.
SANKSI ADMINISTRASI PEMBATALAN
SEBAGAI PASLON
(1) Calon dan/atau tim Kampanye dilarang
(1)Pelanggaran administrasi Pemilihan
menjanjikan dan/atau memberikan uang atau
materi lainnya untuk mempengaruhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
penyelenggara Pemilihan dan/atau Pemilih. 73 ayat (2) merupakan pelanggaran
yang terjadi secara terstruktur,
sistematis, dan masif.
(2) Calon yang terbukti melakukan pelanggaran (2)Bawaslu Provinsi menerima,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan memeriksa, dan memutus
putusan Bawaslu Provinsi dapat dikenai sanksi pelanggaran administrasi Pemilihan
administrasi pembatalan sebagai pasangan calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.
dalam jangka waktu paling lama 14
(empat belas) hari kerja.
(Pasal 73 ayat 1 & 2 UU No. 10 Tahun 2016)
(Pasal 135A UU No. 10 Tahun 2016)
PENGATURAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN -1

NO MATERI MUATAN UU PEMILIHAN


01 02 03
Pasal 138 UU No. 8/2015 juncto Pasal 1 ayat 14 PKPU No. 25/2013
Pelanggaran administrasi Pemilihan adalah pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan
Pengertian Pelanggaran
1 mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilihan dalam setiap tahapan
Administrasi Pemilihan
penyelenggaraan Pemilihan di luar tindak pidana Pemilihan dan pelanggaran kode etik
penyelenggara Pemilihan.
Penanganan Laporan Pasal 134 UU No.8/2015
 2 Pelanggaran (1) Bawaslu Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota, Panwas Kecamatan, PPL, dan Pengawas TPS
Administrasi Pemilihan menerima laporan pelanggaran Pemilihan pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan.

Pasal 134 UU No.8/2015


(2) Laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan
Pelapor Pelanggaran oleh:
 3
Administrasi Pemilihan a. Pemilih;
b. pemantau Pemilihan; atau
c. peserta Pemilihan.
Pasal 134 UU No.8/2015
Tenggat Waktu (4) Laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan paling
 4 Pelaporan Pelanggaran
Administrasi Pemilihan
lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya
pelanggaran Pemilihan.
PENGATURAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN -2

NO MATERI MUATAN UU PEMILIHAN


01 02 03
Pasal 134 UU No. 8/2015
(3) Laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara
Muatan Laporan tertulis yang memuat paling sedikit:
 5 Pelanggaran Administrasi a. nama dan alamat pelapor;
Pemilihan b. pihak terlapor;
c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan
d. uraian kejadian.
Pasal 134 UU No. 8/2015
Tenggat Waktu
(5) Dalam hal laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
Penanganan Laporan
6 dikaji dan terbukti kebenarannya, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota,
Pelanggaran Administrasi
Panwas Kecamatan, PPL, dan Pengawas TPS wajib menindaklanjuti laporan paling lama 3
Pemilihan
(tiga) hari setelah laporan diterima.
Pasal 139 UU No. 1/2015
(1) Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu Kabupaten/Kota membuat rekomendasi atas hasil
Rekomendasi Pelanggaran
7 kajiannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 ayat (5) terkait pelanggaran
Administrasi Pemilihan
administrasi Pemilihan.
PENGATURAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN -3
NO MATERI MUATAN UU PEMILIHAN
01 02 03
Pasal 139 UU No. 1/2015
(2) KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu
Provinsi dan/atau Panwaslu Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Tindak Lanjut  
8 Rekomendasi Pelanggaran Pasal 141 UU No. 1/2015
Administrasi Pemilihan Dalam hal KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, atau peserta Pemilihan tidak
menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu Provinsi dan/atau Panwas Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 139 ayat (2), Bawaslu Provinsi dan/atau Panwas Kabupaten/Kota
memberikan sanksi peringatan lisan atau peringatan tertulis.
Pasal 139 UU No. 1/2015
(3) KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota menyelesaikan pelanggaran administrasi Pemilihan
berdasarkan rekomendasi Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan
Penyelesaian Pelanggaran tingkatannya.
 9
Administrasi Pemilihan

Pasal 140 UU No. 1/2015


Tenggat Waktu (1) KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota memeriksa dan memutus pelanggaran administrasi
 10 Penyelesaian Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 ayat (2) paling lama 7 (tujuh) hari sejak rekomendasi
Administrasi Pemilihan Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu Kabupaten/Kota diterima.
PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILIHAN

Berdasarkan Pengaturan Sebagaimana Dimaksud Pada Pasal 134 dan


Pasal 138 – Pasal 141 UU Pemilihan, Penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilihan Dibagi Dalam 2 (dua) Tahap Sebagai Berikut:
1. Penanganan laporan/temuan Pelanggaran Administratif Pemilihan
oleh Pengawas Pemilihan (Bawaslu Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota
[Bawaslu Kabupaten/Kota], Panwas Kecamatan, PPL, dan Pengawas
TPS  Pasal 134 UU Pemilihan; dan
2. Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilihan atas
Rekomendasi Pengawas Pemilihan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh
dan/atau KPU/KIP Kabupaten/Kota  Pasal 138 – Pasal 141 UU
Pemilihan.
ALUR PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILIHAN

Memberitahukan kepada Pelapor untuk


Laporan Tidak Melebihi Batas
Melengkapi dan Memperbaiki (3 hari
Lengkap Waktu Laporan
kerja) sejak Laporan disampaikan

Tidak Tidak
Dilengkapi Dilengkapi Diregister

Pemeriksaan Kelengkapan
Pengawas
Dokumen (syarat formil, Diumumkan di papan
Pemilihan
materiil, dan alat/barang bukti) pengumuman dan
diberitahukan ke Pelapor

Penanganan:

?
Temuan 1. Klarifikasi REKOMENDASI TINDAK
Diregister
2. Kajian BAWASLU LANJUT KPU
3. Rapat Pleno
“ PENYELESAIAN PELANGGARAN “
ADMINISTRASI PEMILIHAN
RUANG LINGKUP PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN

1. Pelanggaran administrasi Pemilihan meliputi pelanggaran terhadap tata cara,


prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan
Pemilihan dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan di luar tindak
pidana Pemilihan dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan:
2. Penyelesaian Pelanggaraan Administrasi Pemilihan dilaksanakan oleh KPU,
KPU Provinsi/KIP Aceh, dan/atau KPU/KIP Kabupaten/Kota.
3. KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan/atau KPU/KIP Kabupaten/Kota menyelesaikan
Pelanggaran Administrasi Pemilihan berdasarkan rekomendasi Pengawas
Pemilihan (Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota)
sesuai dengan wilayah kerja dan tingkatannya.
PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILU
OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM
PELAPOR DAN TERLAPOR PELANGGARAN
ADMINISTRASI
 Pihak pelapor dan terlapor Pelanggaran Administrasi
Pemilu adalah KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, PPLN, KPPS/KPPSLN
secara berjenjang termasuk sekretariat masing-
masing. (Pasal 6 PKPU No. 25 Tahun 2015)
ASAS PENYELESAIAN PELENGGARAN
ADMINISTRASI PEMILU
(Pasal 2 PKPU No. 23 Tahun 2013)

 Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilu berdasarkan asas


:
a. Kejujuran; Salah satu jenis Pemilu mencakup:
b. Keterbukaan; Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
c. Keadilan; Wakil Walikota.
d. Kepastian hukum;
(vide 5 huruf c PKPU No. 25 Tahun 2013)
e. Mandiri;
f. Efektif; dan
g. Efisiensi.
PENGADMINISTRASIAN LAPORAN DUGAAN
PELANGGARAAN ADMINISTRASI
(Pasal 7 PKPU No. 25 Tahun 2013)

 Laporan dugaan Pelanggaran Administrasi Pemilu disampaikan


secara tertulis paling sedikit memuat: a. nama dan alamat
pelapor; b. nama dan alamat terlapor; c. waktu dan tempat
terjadinya peristiwa; dan d. uraian dugaan pelanggaran.

 Laporan tersebut wajib dilampiri foto copy identitas pelapor. (3)


Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai bukti
pendukung.

 Laporan tersebut dituangkan dalam Formulir Model PAP.


PENYELESAIAN DUGAAN PELANGGARAN
ADMINISTRASI PEMILU
(lihat Pasal 8 & 9 PKPU No. 25 Tahun 2013)

 KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP Kabupaten/Kota, PPK, PPS,


PPLN, KPPS/KPPSLN berwenang menyelesaikan dugaan Pelanggaran
Administrasi Pemilu di wilayah kerja yang bersangkutan.
 Penyelesaian dugaan Pelanggaran Administrasi Pemilu tersebut
dengan tahapan: a. menerima laporan; b. meneliti materi laporan; c.
melakukan klarifikasi; dan d. melakukan kajian dan mengambil
keputusan.
 Penelitian materi laporan dugaan Pelanggaran Administrasi
tersebutdibuatkan ringkasan hasil penelitian.
 Penyelesaiaan dugaan Pelanggaran Administrasi Pemilu tersebut
paling lama 7 (tujuh) hari.
TEKNIS KLARIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN
ADMINISTRATIF
(Pasal 10 PKPU No. 25 Tahun 2013)
Dalam melakukan klarifikasi, KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dapat:

a. menggali, mencari, dan menerima informasi dari berbagai pihak untuk


kelengkapan dan kejelasan pemahaman atas pelanggaran administrasi
Pemilihan sebagaimana diuraikan dalam rekomendasi Bawaslu Provinsi
dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
b. memanggil para pihak yang terlibat dalam pelanggaran administrasi
Pemilihan;
c. meminta bukti-bukti pendukung;dan/atau
d. melakukan koordinasi dan/atau melibatkan Bawaslu Provinsi dan/atau
Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.

 KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menuangkan hasil klarifikasi dalam


Berita Acara Klarifikasi Pelanggaran Administrasi (Formulir Model PAP-1).
KAJIAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ATAS
DUGAAN PELANGGARAN ADMINISTRASI
(Pasal 11, & 12 PKPU No. 25 Tahun 2013 & 13 ayat 1 PKPU No. 13 Tahun 2014)

 Berdasarkan ringkasan hasil penelitian (Pasal 9 PKPU No. 25/2013)


dan hasil klarifikasi (Pasal 10 PKPU No. 25/2013), KPU, KPU
Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP Kabupaten/Kota, PPK, PPS, PPLN,
KPPS/KPPSLN membuat kajian dan mengambil keputusan.

 Materi kajian paling kurang memuat: a. jenis dugaan pelanggaran; b.


peraturan/ketentuan yang dilanggar; c. pembuktian; dan d. jenis
sanksi.

 KPU Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP Kabupaten/Kota, PPK, PPS, PPLN,


KPPS/KPPSLN dapat melakukan konsultasi dengan KPU pada 1 (satu)
tingkat di atasnya;
PEMBUATAN KEPUTUSAN DALAM RAPAT
PLENO
(lihat Pasal 14 – 16 PKPU No. 25 Tahun 2013)

 Berdasarkan hasil penelitian, klarifikasi, kajian, konsultansi, dan


supervisi KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP Kabupaten/Kota, PPK,
PPS, PPLN membuat keputusan dalam rapat pleno.

 Keputusan tersebut dapat berupa pernyataan:


a. dugaan Pelanggaran Administrasi Pemilu tidak terbukti (dituangkan
dalam Formulir PAP-2A); atau
b. dugaan Pelanggaran Administrasi Pemilu terbukti, disertai
rekomendasi Sanksi yang akan diberikan (dalam Formulir PAP-2B)

 Keputusan tersebut diumumkan kepada publik dan dilaporkan kepada


KPU 1 (satu) tingkat di atasnya paling lama 3 (tiga) hari sejak
ditetapkan Keputusan.
TINDAK LANJUT REKOMENDASI BAWASLU
Tindak lanjut rekomendasi Bawaslu sesuai dengan tingkatannya meliputi
kegiatan:
a. Mencermati kembali data atau dokumen sebagaimana rekomendasi
Bawaslu sesuai dengan tingkatannya; dan/atau
b. Menggali, mencari, dan menerima masukan dari berbagai pihak untuk
kelengkapan dan kejelasan pemahaman laporan Pelanggaran
Administrasi Pemilu

KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP Kabupaten/Kota, PPK, PPS,


PPLN, KPPS/KPPSLN di atasnya menyelesaikan pemeriksaan
Pelanggaran Administrasi Pemilu atas rekomendasi Bawaslu sesuai
tingkatannya paling lama 7 (tujuh) hari.

(lihat Pasal 18 PKPU No. 13 Tahun 2014 dan Pasal 20 ayat 1 PKPU No. 25 Tahun
2013)
Berdasarkan tindak lanjut tersebut, KPU, KPU Provinsi/KIP
Aceh, KPU/KIP Kabupaten/Kota, PPK, PPS, PPLN, KPPS/KPPSLN
membuat keputusan dalam rapat pleno (dalam Formulir PAPTL-
2).

Keputusan tersebut diumumkan kepada publik dan melaporkan


penyelesaian dugaan Pelanggaran Administrasi Pemilu kepada
KPU 1 (satu) tingkat di atasnya paling lama 3 (tiga) hari sejak
ditetapkan Keputusan.

KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP Kabupaten/Kota, PPK,


PPS, PPLN, KPPS/KPPSLN menyampaikan hasil penyelesaian
dugaan Pelanggaran Administrasi Pemilu tersebut kepada
Bawaslu dan KPU sesuai tingkatannya.
(lihat Pasal 19 – 21 PKPU No. 25 Tahun 2013)
MUATAN MATERI KEPUTUSAN
PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN -1

(DALAM HAL DIKETEMUKAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN)

1. Perbaikan tata kerja KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP Kabupaten/Kota,


PPK, dan PPS;
2. Penyempurnaan prosedur dan mekanisme pelaksanaan tahapan
penyelenggaraan Pemilihan;
3. Perubahan dan/atau penggantian Keputusan atas hasil atau proses
pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilihan; dan/atau
4. Dalam hal diketahui Pelanggaran Administrasi Pemilihan dilakukan oleh
Anggota KPU, Anggota KPU Provinsi/KIP Aceh, Anggota KPU/KIP
Kabupaten/Kota, Pegawai Sekretariat Jenderal KPU, Pegawai Sekretariat KPU
Provinsi/KIP Aceh, Pegawai Sekretariat KPU/KIP Kabupaten/Kota dan/atau
Peserta Pemilihan, dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
MUATAN MATERI KEPUTUSAN
PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN -2

(DALAM HAL TIDAK DIKETEMUKAN


PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN)

1. Penjelasan/Keterangan/Dasar tidak diketemukannya Pelanggaran


Administrasi Pemilihan; dan/atau
2. Diberikan rehabilitasi dan diumumkan kepada publik, dalam hal dugaan
Pelanggaran Administrasi Pemilihan dilakukan oleh Anggota KPU, Anggota
KPU Provinsi/KIP Aceh, Anggota KPU/KIP Kabupaten/Kota, Pegawai
Sekretariat Jenderal KPU, Pegawai Sekretariat KPU Provinsi/KIP Aceh,
Pegawai Sekretariat KPU/KIP Kabupaten/Kota dan/atau Peserta
Pemilihan.

CATATAN:
SIFAT KEPUTUSAN KPU FINAL DAN MENGIKAT
PENGAMBILALIHAN PENYELESAIAN PELANGGARAN
ADMINISTRASI PEMILIHAN

1. Dalam hal terdapat keadaan tertentu yang mengakibatkan KPU Provinsi/KIP Aceh dan/atau
KPU/KIP Kabupaten/Kota tidak dapat menyelesaiakan Pelanggaran Administrasi Pemilihan
dilakukan Pengambilalihan Penyelesaiaan Pelanggaran Administrasi Pemilihan oleh KPU.
2. Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud angka 1, meliputi:
a. Diberhentikan sementara atau diberhentikan tetap dari jabatannya sebagai
Penyelenggara Pemilihan;
b. Tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai Penyelenggara
Pemilihan;
c. Keterbatasan anggaran, sarana dan prasaranan, dan/atau kemampuan dalam menangani
Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilihan; dan/atau
d. keadaan lain yang dibenarkan menurut peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai